Sederhana saja, saya tadi tiba-tiba terpikir.
Kalau saya mau, saya bisa saja cerita apa yang terjadi hari ini, PPSMB Palapa UGM, ospek univ yang cuman sehari doang, nyeritain apa aja yang terjadi dari pagi tadi sampe penutupan acara Meski belum semenegangkan ospek fakultas yang tugasnya aja --" . Ya,,kalau saya mau..
Saya mau, tapi hati saya belum sepenuhnya mau menceritakannya. Saya bisa saja memaksakan diri menulisnya. Tapi, bagi saya hanya akan jadi curhat semata, tanpa nyawa. Bagi saya tulisan yang bernyawa itu yang diperintah dari hati, entah tiba-tiba hati berkata ingin menulis tentang ini, ah... atau membatin perlahan merangkai kata.
Dan tuluisan dengan nyawa, selalu dikerjakan dengan penuh semangat, dan perasaan yang lebih tercurah.
Singkatnya saja, ambil saja contohnya diary. Ngerti kan maksudnya. Bagi orang-orang yang suka nulis diary, pasti lebih ekspresif dan terasa "sepenuhnya" kalau ditulis pas emang lagi pengen. Beda sama tulisan yang udah niat pengen ditulis, tapi ngga sempet-sempet (atau seringnya kitanya aja yang nggak nyempetin, hehehe :P), pas nanti tiba-tiba inget terus mau nulis *biar ampe nanti tetep inget #halah* pasti feelnya nggak 100% deh..
Ya, malam ini, inilah tulisan saya yang dari hati. Tiba-tiba tadi saya terinspirasi buat nulis ini. Padahal sekali lagi, kalo mau saya bisa aja cerita tentang ospek univ tadi, sekalian sama foto kelompok saya pajang juga bisa.
Tapi sayangnya saya belum pengen.
Ya, jadi malem ini.
Inilah tulisan bernyawa (milik) saya .
Pages
▼
Kamis, 30 Agustus 2012
Rabu, 29 Agustus 2012
Quotes#1
kalo ga keliatan, ya udah saya gedein, hehe :p
Semangat kuliah yaa temen-temenku semuaa ! *meski masih ospek T^T
nb : saya gatau ini quote keberapa, mulai sekarang saya hitung yang kesatulah,,,hehe:D
Mbak, Maaf, Mau Jamaah? | Budaya Jamaah Disekitar Kita...
Sebenernya harus ngerjin tugas, tapi kalo didundur-undur nulis itu nanti kehilangan feelnya, sekarang aja menurut saya telat banget. Uh, kalo bisa ya ditulis tadi langsung ba'da shalat Zuhur, mungkin saya bakal lebih menjiwai segenap jiwa raga *apasih.
Saya mau menulis tentang...shalat berjamaah.
Kalau ditanya kelebihan, jujur saja ilmu saya juga belum bisa menerangkan berbagai keutamaan dari shalat berjamaah. Tentu saja yang umum diketahui adalah shalat berjamaah lebih utama dua puluh tujuh derajat dari pada shalat sendirian. Selain itu apa masih ada lagi? Tentu. Jika mau lihat berbagai keutamaan bisa silakan googling atau salah satunya bisa klik di sini. Mungkin di sini saya tidak akan membahas panjang lebar masalah keutamaan. Seperti yang tadi dibilang, saya mungkin belum punya banyak ilmu mengenai itu, dan tentu di banyak situs juga telah dimuat. Saya hanya ingin berbagi pengalaman.
Pendidikan formal saya setingkat SMP dan SMA dihabiskan di sekolah berasrama. Meski berbeda (sekolah waktu SMP dan SMA), di sana, kami para siswa selalu dibiasakan untuk shalat berjamaah. Sekalipun masbuq. Di IGBS Darul Marhamah, MTs saya, kalau masbuq imamnya selalu nyaris wanita, karena sekolah kami memang khusus wanita. Sementara di MAN Insan Cendekia, jikalau masbuq pun, jamaah putri selalu berusaha mencari jamaah baru dari putra--kemudian makmum, ataupun menunggu sejenak sampai ada jamaah baru yang diimami anak putra (karena di IC memang ada siswa dan siswi). Sekalipun shalat zuhur putri selepas shalat jumat, pasti ada saja jamaah yang dibentuk--sekalipun ada juga segelintir siswi yang memilih shalat sendiri.
Di rumah, Ummi dan Abi juga membiasakan untuk bisa selalu shalat berjamaah. Abi pun kadang bilang masalah menjaga shalat agar bisa selalu berjamaah. Kalau kadang Ummi atau Abi pulang telat, nyaris selalu sms meminta menunggu shalat sampai Ummi atau Abi pulang--atau shalat dijadikan dua kloter, tapi tetap berjamaah. Dan saya pun terbiasa, apalagi belakangan ini setelah lulus SMA saya liburan panjang di rumah, jadi kebiasaan ini makin terasa. Mungkin saking terbiasanya saya pernah merasa heran sekali ketika main ke rumah saudara, di sana mereka shalat sendiri-sendiri. Jika jamaah pun hanya ayah-ibunya, anak-anaknya sendiri, tidak memilih berjamaah. Sebenarnya saya sedikit sedih saat itu. Rupanya budaya jamaah juga bergantung pada penanaman di keluarga--selain di sekolah.
Dan kemudian, Senin Maghrib ketika shalat di masjid kampus, saya termasuk generasi masbuq. Sudah telat juga ke masjidnya, jaraknya lumayan, toilet dan tempat wudhunya sangat ramai. Ya, lagi rame-ramenya maba pada ngurusin ospek sih, belum kakak2 panitianya juga. Kemudian saat hendak memulai shalat maghrib, di antara kami berenam (empat teman sekelompok, saya, dan satu kakak pemandu) hanya saya dan kakak pemandu yang jamaah. Entah karena memang udah ada yang duluan ke tempat shalat atau gimanalah. Masjid kampus rameeee banget maghrib itu. Namun saya pun miris. Saya tidak melihat adanya jamaah-jamaah seperti yang biasanya ada di masjid DM ataupun IC. Entah bagaimana, saya kangen~ Kemudian saya berpikir, Oh, mungkin pada gengsi ya ngajak shalat bareng. Karena kebanyakan juga pasti orang-orang baru...
Bicara soal gengsi, saya teringat waktu mampir di mushala untuk shalat maghrib di perjalanan mudik. Karena waktu itu lagi nunggu Ummi dateng dari tempat wudhu dan jagain Fatih di pojokan ushala, aku tersentuh sekali mendengar seorang Bapak dari shaf pria mengajak bapak-bapak yang lainnya untuk shalat berjamaah. Saya tidak tahu kenapa, tapi yang jelas saat itu saya tersentuh sekali rasanya.
"Pak, mau shalat maghrib Pak? Ayo jamaah saja, Pak." selang bentar, beliau udah ngajak bapak-bapak yang lain lagi "Bapak mau shalat maghrib? Ayo Pak, bareng-bareng saja, jangan shalat sendiri..."
Dan saya tidak tahu kalau hari ini saya juga akan mengalami hal yang sama.
Zhuhur ini saya juga telat. Ngga bisa ikut jamaah pertama masjid. Ngerjain tugas kelompok di tempat yang ngga terlalu deket sama masjid kampus. Udah gitu belum tau juga tempat shalat yang deket di fakultas apa gitu di sekitar situ. Akhirnya saya memilih meminjam sepeda kampus menuju masjid kampus.
Sama halnya dengan Maghrib selanjutnya. Masjid ramai sekali. Selain hari itu ada wisuda, tampaknya kumpul maba psikologi juga di halaman sekitar masjid kampus. Jadilah masjid ramai betul. Saya sendiri ke masjid, sendiri naik tangga menuju lantai dua--tempat shalat jamaah putri.
Saya menaruh tas perlahan, memandangi sekitar, mendesah pelan. Masjid kampus seperkiraan saya luasnya mungkin 4x masjid IC, besar sekali. Bedanya dengan IC, karena jamaah putri di atas, biar masbuq pun, sulit sekali untuk menjadi makmum dari jamaah masbuq putra--tidak seperti di IC. Dan di masjid sebesar ini, orang shalat menyebar.
Ah, tiba-tiba saya kangeeen sekali dengan shalat berjaamaah di sekolah dulu. Kemudian saya berfikir, bagaimana caranya agar bisa shalat berjamaah?--apalagi saya datang sendiri, tidak bawa teman yang bisa diajak shalat jamaah.
Kemudian saya ingat bapak-bapak di mushala yang tadi saya ceritakan, yang saya mampir di perjalanan mudik. Saya yang harus mengajak, begitu pikir saya. Kemudian saya melihat seseorang yang sedang hendak memakai mukena, tapi tampaknya sedang dapat telepon namun suaranya tidak jelas. Saya memutuskan menunggu untuk mengajaknya. Sampai akhirnya ketika beliau (mungkin) menyerah pada keadaan telepon, saya mendekatinya dari samping kanan. Bertanya pelan,"Mbak, maaf, mau jamaah?"
Si mbak menoleh, kemudian...mengangguk. Alhamdulillah, batin saya. Namun saat itu rasa haru saya sungguh luar biasa.
Si Mbak yang tadi saya sapa itu kemudian menjadi imam. Lagipula, kelihatannya beliau pun kakak senior, sudah mahasiswa. Dan saya pun tidak mengerti kenapa, tepat di rakaat pertama,tak lama setelah takbir, air mata saya menetes. Saya menangis. Entah, mungkin saya terharu dengan shalat berjamaah kali itu. Atau tiba-tiba kangen luar biasa pada sekolah saya dulu. Atau mungkin juga kangen shalat berjamaah di rumah. Saya tidak tahu persisnya. Tapi jelas saya sungguh terharu karena saya menangis cukup lama dalam shalat itu, tidak hanya pada rakaat pertama. Bahkan pada rakaat terakhir, air mata saya masih enggenang di pelupuk mata. Mungkin akan jatuh jika tidak saya usap.
Saya mungkin berpikir tiba-tiba saya menjadi minoritas. Kemudian saya jadi rindu di mana hal shalat berjamaah ini menjadi hal yang sering sekali kami lakukan dulu ketika di bangku sekolah dan di rumah. Entahlah, mungkin ini berlebihan, dan kalian boleh saja enilainya begitu. Saya mungkin merasa begitu karena yang lain saat itu tidak melakukannya--jika ada pun sungguh sedikit sekali. Karena terbiasa, maka janggal bagi saya ketika tidak dilakukan, apalagi sesungguhnya kondisinya memungkinkan. Bukan karena kitalah yang masbuq sendirian.
Ternyata, masih minim ya penanaman rasa terbiasa/budaya untuk shalat berjamaah di masyarakat. Padahal keutamaannya--saya yakin sekali--pasti banyak. Semoga saja kita bisa turut membudayakannya ya :)
Semoga ilmu-amal-dakwah-sabar itu bisa terus menjadi hal-hal konsisten yang kita lakukan, ya. Amiiin :)
Wallahu a'lam bish shawab.
Saya mau menulis tentang...shalat berjamaah.
Kalau ditanya kelebihan, jujur saja ilmu saya juga belum bisa menerangkan berbagai keutamaan dari shalat berjamaah. Tentu saja yang umum diketahui adalah shalat berjamaah lebih utama dua puluh tujuh derajat dari pada shalat sendirian. Selain itu apa masih ada lagi? Tentu. Jika mau lihat berbagai keutamaan bisa silakan googling atau salah satunya bisa klik di sini. Mungkin di sini saya tidak akan membahas panjang lebar masalah keutamaan. Seperti yang tadi dibilang, saya mungkin belum punya banyak ilmu mengenai itu, dan tentu di banyak situs juga telah dimuat. Saya hanya ingin berbagi pengalaman.
Pendidikan formal saya setingkat SMP dan SMA dihabiskan di sekolah berasrama. Meski berbeda (sekolah waktu SMP dan SMA), di sana, kami para siswa selalu dibiasakan untuk shalat berjamaah. Sekalipun masbuq. Di IGBS Darul Marhamah, MTs saya, kalau masbuq imamnya selalu nyaris wanita, karena sekolah kami memang khusus wanita. Sementara di MAN Insan Cendekia, jikalau masbuq pun, jamaah putri selalu berusaha mencari jamaah baru dari putra--kemudian makmum, ataupun menunggu sejenak sampai ada jamaah baru yang diimami anak putra (karena di IC memang ada siswa dan siswi). Sekalipun shalat zuhur putri selepas shalat jumat, pasti ada saja jamaah yang dibentuk--sekalipun ada juga segelintir siswi yang memilih shalat sendiri.
Di rumah, Ummi dan Abi juga membiasakan untuk bisa selalu shalat berjamaah. Abi pun kadang bilang masalah menjaga shalat agar bisa selalu berjamaah. Kalau kadang Ummi atau Abi pulang telat, nyaris selalu sms meminta menunggu shalat sampai Ummi atau Abi pulang--atau shalat dijadikan dua kloter, tapi tetap berjamaah. Dan saya pun terbiasa, apalagi belakangan ini setelah lulus SMA saya liburan panjang di rumah, jadi kebiasaan ini makin terasa. Mungkin saking terbiasanya saya pernah merasa heran sekali ketika main ke rumah saudara, di sana mereka shalat sendiri-sendiri. Jika jamaah pun hanya ayah-ibunya, anak-anaknya sendiri, tidak memilih berjamaah. Sebenarnya saya sedikit sedih saat itu. Rupanya budaya jamaah juga bergantung pada penanaman di keluarga--selain di sekolah.
Dan kemudian, Senin Maghrib ketika shalat di masjid kampus, saya termasuk generasi masbuq. Sudah telat juga ke masjidnya, jaraknya lumayan, toilet dan tempat wudhunya sangat ramai. Ya, lagi rame-ramenya maba pada ngurusin ospek sih, belum kakak2 panitianya juga. Kemudian saat hendak memulai shalat maghrib, di antara kami berenam (empat teman sekelompok, saya, dan satu kakak pemandu) hanya saya dan kakak pemandu yang jamaah. Entah karena memang udah ada yang duluan ke tempat shalat atau gimanalah. Masjid kampus rameeee banget maghrib itu. Namun saya pun miris. Saya tidak melihat adanya jamaah-jamaah seperti yang biasanya ada di masjid DM ataupun IC. Entah bagaimana, saya kangen~ Kemudian saya berpikir, Oh, mungkin pada gengsi ya ngajak shalat bareng. Karena kebanyakan juga pasti orang-orang baru...
Bicara soal gengsi, saya teringat waktu mampir di mushala untuk shalat maghrib di perjalanan mudik. Karena waktu itu lagi nunggu Ummi dateng dari tempat wudhu dan jagain Fatih di pojokan ushala, aku tersentuh sekali mendengar seorang Bapak dari shaf pria mengajak bapak-bapak yang lainnya untuk shalat berjamaah. Saya tidak tahu kenapa, tapi yang jelas saat itu saya tersentuh sekali rasanya.
"Pak, mau shalat maghrib Pak? Ayo jamaah saja, Pak." selang bentar, beliau udah ngajak bapak-bapak yang lain lagi "Bapak mau shalat maghrib? Ayo Pak, bareng-bareng saja, jangan shalat sendiri..."
Dan saya tidak tahu kalau hari ini saya juga akan mengalami hal yang sama.
Zhuhur ini saya juga telat. Ngga bisa ikut jamaah pertama masjid. Ngerjain tugas kelompok di tempat yang ngga terlalu deket sama masjid kampus. Udah gitu belum tau juga tempat shalat yang deket di fakultas apa gitu di sekitar situ. Akhirnya saya memilih meminjam sepeda kampus menuju masjid kampus.
Sama halnya dengan Maghrib selanjutnya. Masjid ramai sekali. Selain hari itu ada wisuda, tampaknya kumpul maba psikologi juga di halaman sekitar masjid kampus. Jadilah masjid ramai betul. Saya sendiri ke masjid, sendiri naik tangga menuju lantai dua--tempat shalat jamaah putri.
Saya menaruh tas perlahan, memandangi sekitar, mendesah pelan. Masjid kampus seperkiraan saya luasnya mungkin 4x masjid IC, besar sekali. Bedanya dengan IC, karena jamaah putri di atas, biar masbuq pun, sulit sekali untuk menjadi makmum dari jamaah masbuq putra--tidak seperti di IC. Dan di masjid sebesar ini, orang shalat menyebar.
Ah, tiba-tiba saya kangeeen sekali dengan shalat berjaamaah di sekolah dulu. Kemudian saya berfikir, bagaimana caranya agar bisa shalat berjamaah?--apalagi saya datang sendiri, tidak bawa teman yang bisa diajak shalat jamaah.
Kemudian saya ingat bapak-bapak di mushala yang tadi saya ceritakan, yang saya mampir di perjalanan mudik. Saya yang harus mengajak, begitu pikir saya. Kemudian saya melihat seseorang yang sedang hendak memakai mukena, tapi tampaknya sedang dapat telepon namun suaranya tidak jelas. Saya memutuskan menunggu untuk mengajaknya. Sampai akhirnya ketika beliau (mungkin) menyerah pada keadaan telepon, saya mendekatinya dari samping kanan. Bertanya pelan,"Mbak, maaf, mau jamaah?"
Si mbak menoleh, kemudian...mengangguk. Alhamdulillah, batin saya. Namun saat itu rasa haru saya sungguh luar biasa.
Si Mbak yang tadi saya sapa itu kemudian menjadi imam. Lagipula, kelihatannya beliau pun kakak senior, sudah mahasiswa. Dan saya pun tidak mengerti kenapa, tepat di rakaat pertama,tak lama setelah takbir, air mata saya menetes. Saya menangis. Entah, mungkin saya terharu dengan shalat berjamaah kali itu. Atau tiba-tiba kangen luar biasa pada sekolah saya dulu. Atau mungkin juga kangen shalat berjamaah di rumah. Saya tidak tahu persisnya. Tapi jelas saya sungguh terharu karena saya menangis cukup lama dalam shalat itu, tidak hanya pada rakaat pertama. Bahkan pada rakaat terakhir, air mata saya masih enggenang di pelupuk mata. Mungkin akan jatuh jika tidak saya usap.
Saya mungkin berpikir tiba-tiba saya menjadi minoritas. Kemudian saya jadi rindu di mana hal shalat berjamaah ini menjadi hal yang sering sekali kami lakukan dulu ketika di bangku sekolah dan di rumah. Entahlah, mungkin ini berlebihan, dan kalian boleh saja enilainya begitu. Saya mungkin merasa begitu karena yang lain saat itu tidak melakukannya--jika ada pun sungguh sedikit sekali. Karena terbiasa, maka janggal bagi saya ketika tidak dilakukan, apalagi sesungguhnya kondisinya memungkinkan. Bukan karena kitalah yang masbuq sendirian.
Ternyata, masih minim ya penanaman rasa terbiasa/budaya untuk shalat berjamaah di masyarakat. Padahal keutamaannya--saya yakin sekali--pasti banyak. Semoga saja kita bisa turut membudayakannya ya :)
Semoga ilmu-amal-dakwah-sabar itu bisa terus menjadi hal-hal konsisten yang kita lakukan, ya. Amiiin :)
Wallahu a'lam bish shawab.
Senin, 27 Agustus 2012
Blogwalking (lagi)
Sebelumnya, duluuuu, kalo nggak salah Desember 2011 saya juga pernah ngepost tentang blogwalking.
Saya sukaaa sekali blogwalking, baca tulisan orang-orang, ngeliatin blognya yang didesain semenarik mungkin, ah,,, saya suka banget :)
Saya senang, banyak teman saya dari MAN Insan Cendekia Serpong yang punya blog, rajin menulis, suka meng-update. Apapun itu, menurut saya menulis akan memiliki dampak yang baik bagi diri sendiri. Dengan menulis, kita bisa mengungkapkan lebih banyak hal. Saya pernah berniat untuk membuat tulisan mengenai kekuatan tulisan, namun sayang sekali, belum dibuat juga sampai sekarang. Ditunggu ya :P
Kadang ada juga fanpage di facebook yang sering saya buka, telusuri, baca-baca. Seperti fanpagenya Tere Liye. Dan saya setuju sekali terhadap pandangan beliau tentang menulis.
Yaa,,,beberapa saya copas disini ya..
Ada perbedaan besar antara bangsa yg suka membaca buku dgn bangsa yg suka menonton televisi atau menghabiskan waktu di jejaring sosial.
Ada perbedaan besar antara bangsa yg mengajari anak2nya pintar menulis dibanding bangsa yg mengajarkan anak2nya pintar bicara/komen.
kemudian yg ini :
Ingat selalu kebijaksanaan itu: 1 artikel pendek yg ditulis dgn segenap rasa senang di blog/mp/notes lebih baik dibanding 100x komen/postingan status di jejaring sosial. Mari menulis.
dan juga notes tere liye yang pernah saya baca yang intinya menulis pun harusnya dibiasakan sejak kecil.
dan,,, ya...dengan menulis, kita bisa produktif, bukan :D
Jika mungkin sekarang belum bisa memberi dampak bagi orang lain, tak apa, teruskan saja.
Suatu saat nanti pasti ada waktunya :)
Saya sukaaa sekali blogwalking, baca tulisan orang-orang, ngeliatin blognya yang didesain semenarik mungkin, ah,,, saya suka banget :)
Saya senang, banyak teman saya dari MAN Insan Cendekia Serpong yang punya blog, rajin menulis, suka meng-update. Apapun itu, menurut saya menulis akan memiliki dampak yang baik bagi diri sendiri. Dengan menulis, kita bisa mengungkapkan lebih banyak hal. Saya pernah berniat untuk membuat tulisan mengenai kekuatan tulisan, namun sayang sekali, belum dibuat juga sampai sekarang. Ditunggu ya :P
Kadang ada juga fanpage di facebook yang sering saya buka, telusuri, baca-baca. Seperti fanpagenya Tere Liye. Dan saya setuju sekali terhadap pandangan beliau tentang menulis.
Yaa,,,beberapa saya copas disini ya..
Ada perbedaan besar antara bangsa yg suka membaca buku dgn bangsa yg suka menonton televisi atau menghabiskan waktu di jejaring sosial.
Ada perbedaan besar antara bangsa yg mengajari anak2nya pintar menulis dibanding bangsa yg mengajarkan anak2nya pintar bicara/komen.
kemudian yg ini :
Ingat selalu kebijaksanaan itu: 1 artikel pendek yg ditulis dgn segenap rasa senang di blog/mp/notes lebih baik dibanding 100x komen/postingan status di jejaring sosial. Mari menulis.
dan juga notes tere liye yang pernah saya baca yang intinya menulis pun harusnya dibiasakan sejak kecil.
dan,,, ya...dengan menulis, kita bisa produktif, bukan :D
Jika mungkin sekarang belum bisa memberi dampak bagi orang lain, tak apa, teruskan saja.
Suatu saat nanti pasti ada waktunya :)
Dan Saya Pun Teringat...
Dan air mata saya pun tak dapat dibendung lagi ketika membacanya
teringat duduk di antara dua tembok--sesekali membaca di sana
teringat begitu banyak teman pun, melakukan hal yang sama
cari-cari pojok menyenangkan, tempat-tempat membetahkan
teringat dulu malam-malam-seusai membaca, saling bertanya pada teman, mengajak makan malam
teringat malam-malam panjang yang kemudian dihabiskan bersama, walau kadang berujung obrolan pada akhirnya
teringat suara lembut ibu ketika membacanya--lirih, patah-patah satu dua
karena perjuangan agar tak diganggu si adik ketika membaca
teringat tempat satu lantai beratap tinggi,
minggu pagi yang panjang karena tempat begitu sepi
karena mayoritas berpikir kembali dalam ruang-ruang hangat yang diciptakannya sendiri
dan pagi-pagi penuh aktifitas itu
yang lama telah tertinggal
dengan begitu banyak orang di luar kelas membawa sebuah tentengan
di masjid-lorong-lorong kelas-lobi sekolah-lobi kantor guru-bawah pohon jambu dan rambutan
saat-saat membawanya kemana-mana, bahkan ke kantin sekalipun
dibaca, sekalian menunggu pesanan
hingga tiba saat-saat mengharukan untuk kelulusan
Ah Ya Allah, aku sungguh-sungguh rindu masa-masa itu :")
teringat duduk di antara dua tembok--sesekali membaca di sana
teringat begitu banyak teman pun, melakukan hal yang sama
cari-cari pojok menyenangkan, tempat-tempat membetahkan
teringat dulu malam-malam-seusai membaca, saling bertanya pada teman, mengajak makan malam
teringat malam-malam panjang yang kemudian dihabiskan bersama, walau kadang berujung obrolan pada akhirnya
teringat suara lembut ibu ketika membacanya--lirih, patah-patah satu dua
karena perjuangan agar tak diganggu si adik ketika membaca
teringat tempat satu lantai beratap tinggi,
minggu pagi yang panjang karena tempat begitu sepi
karena mayoritas berpikir kembali dalam ruang-ruang hangat yang diciptakannya sendiri
dan pagi-pagi penuh aktifitas itu
yang lama telah tertinggal
dengan begitu banyak orang di luar kelas membawa sebuah tentengan
di masjid-lorong-lorong kelas-lobi sekolah-lobi kantor guru-bawah pohon jambu dan rambutan
saat-saat membawanya kemana-mana, bahkan ke kantin sekalipun
dibaca, sekalian menunggu pesanan
hingga tiba saat-saat mengharukan untuk kelulusan
Ah Ya Allah, aku sungguh-sungguh rindu masa-masa itu :")
Minggu, 26 Agustus 2012
Dan Sebelum Semuanya Dimulai...
Dan sebelum semuanya dimulai,,,saya ingin sekali mengepost ini *bahkan sejak lama
Karena waktu terus berputar, hidup terus berjalan
maka ada pula saat-saat yang terputus dan dimulai
dan berkenalan dengan orang-orang baru
membuat list kontak hp semakin panjang
juga waiting list teman facebook yang menunggu di-confirm
tak lupa undang-mengundang, ikut-mengikuti grup-grup yang mungkin sedemikian banyaknya...
atau saling follow banyak orang baru di twitter
dan ya...memang begitu
karena kehidupan terus berjalan .
sampai kapanpun.
*semoga yang lama tak pernah terlupa :')
Karena waktu terus berputar, hidup terus berjalan
maka ada pula saat-saat yang terputus dan dimulai
dan berkenalan dengan orang-orang baru
membuat list kontak hp semakin panjang
juga waiting list teman facebook yang menunggu di-confirm
tak lupa undang-mengundang, ikut-mengikuti grup-grup yang mungkin sedemikian banyaknya...
atau saling follow banyak orang baru di twitter
dan ya...memang begitu
karena kehidupan terus berjalan .
sampai kapanpun.
*semoga yang lama tak pernah terlupa :')
Jumat, 24 Agustus 2012
saya suka foto ini
entah, tapi sepertinya alasan terbesar saya memublish kedua foto ini adalah karena gaya kedua adik saya, Fahri dan Fatih terlihat lucu disini :3
Azzam
Nggak tau kenapa, gara-gara denger Bulik Nurul kadang-kadang manggil Rafif pake nama Azzam *namanya kan Rafif Azzam Hernawan, jadi suka sama nama Azzam <3
Rafif-aku-Fatih tampangnya Rafif menurutku balita dewasa*beda banget ama Fatih yang masih childish gitu tampangnya, hahaha :D |
sama Rafa(kakaknya Rafif) *aduuuh, suka banget sama wajahnya Rafif,,, <3 |
Kamis, 23 Agustus 2012
Antara Nyata dan Maya
Satu anak duduk tenang,menatap layar didepannya,lupa banyak hal disekitarnya,berkata"nanti,bentar lagi"pada panggilan ibunya,kesal sedikit, laporan pada akun di jejaring sosialnya,berharap dikomentari,minta diperhatikan kawan-kawannya diduniasana-nya. Ketika panggilan ibu semakin sering,akhirnya ditinggalkan juga layarnya itu,setelah laporan tentunya-yang bisa jadi kata kasar. Lupa bahwa bersegera memenuhi panggilan ibunya jauh lebih mulia daripada menggerutu di dunia maya-nya.
Satu anak serius menatap layar di depannya. Di sekelilingnya saudara2nya tertawa menonton tv,eh dia malah asik sendiri. Mungkin baginya dunianya jauh lebih ramai daripada dunia nyata disekelilingnya.
Dan satu,mungkin di sini,di tempat ini. Ada lebih banyak lagi tentunya jika ditelusuri di penjuru negeri. Sadar tidak sadar semua orang mulai tersihir oleh dunia maya,lupa ada banyak urusan,ada banyak yg butuh perhatian, ada lebih banyak yang bisa dilakukan,daripada sekedar berkutat menunggu kabar laporan dari teman yang kemudian muncul di beranda atau layar homenya.
Lama kelamaan,orang2 asik di dunia mayanya,lupa pada dunia nyatanya,karena tinggal duduk manis dengan gadget tersambung ke internet,maka dunia seolah telah direngkuhnya.maka,selamat tinggal dunia nyata!
*kecanggihan teknologi membuat hidup lebih mudah,tapi tentunya harus disikapi dgn bijak:).
Semoga kita tidak seperti orang yg disebutkan di atas..
Satu anak serius menatap layar di depannya. Di sekelilingnya saudara2nya tertawa menonton tv,eh dia malah asik sendiri. Mungkin baginya dunianya jauh lebih ramai daripada dunia nyata disekelilingnya.
Dan satu,mungkin di sini,di tempat ini. Ada lebih banyak lagi tentunya jika ditelusuri di penjuru negeri. Sadar tidak sadar semua orang mulai tersihir oleh dunia maya,lupa ada banyak urusan,ada banyak yg butuh perhatian, ada lebih banyak yang bisa dilakukan,daripada sekedar berkutat menunggu kabar laporan dari teman yang kemudian muncul di beranda atau layar homenya.
Lama kelamaan,orang2 asik di dunia mayanya,lupa pada dunia nyatanya,karena tinggal duduk manis dengan gadget tersambung ke internet,maka dunia seolah telah direngkuhnya.maka,selamat tinggal dunia nyata!
*kecanggihan teknologi membuat hidup lebih mudah,tapi tentunya harus disikapi dgn bijak:).
Semoga kita tidak seperti orang yg disebutkan di atas..
Rafif Kecil yang Lucu:3
Rafif*sepupu,anak adeknya ummi* tadi nyanyi pake mik,lucuuu bgt.bikin mood sy yg lg agak sebel jd membaik:)
teks lagunya juga lucu,gini lagunya
(dnyanyiin pake nada : tanjung perak,tepi laut,siapa suka,boleh ikut...dst)
oke,teksnya gini:
anak tk, imut-imut
sama tikus, tdk takut
sama Allah baru takut
sama nabi juga ikut
anak kb,imut-imut
oh,itu lucu bgtbgt:3
#entah gmn,tp anak kecil yg lg lucu selalu bs ngusir rasa kesal dan marah.fatih jg suka gtu ke ummi
teks lagunya juga lucu,gini lagunya
(dnyanyiin pake nada : tanjung perak,tepi laut,siapa suka,boleh ikut...dst)
oke,teksnya gini:
anak tk, imut-imut
sama tikus, tdk takut
sama Allah baru takut
sama nabi juga ikut
anak kb,imut-imut
oh,itu lucu bgtbgt:3
#entah gmn,tp anak kecil yg lg lucu selalu bs ngusir rasa kesal dan marah.fatih jg suka gtu ke ummi
Orang Dulu
Kadang,aku pengen jadi orang dulu.hidup di desa,main ke sawah dan ladang.berteman baik dgn sinar mentari,dan berloncat girang kala hujan datang.
Kadang,aku ingin jadi orang dulu.tau rasanya komunikasi tanpa telepon,hp,apalagi internet.saat kebanyakan komunikasi terjadi scr.langsung,mana ada dunia maya?
mengaji di surau kala malam,bawa obor,mendekap mukena dan kitab suci,mendengar cerita2 teladan untuk kehidupan..
Kadang,aku ingin jadi orang dulu.memasak pakai kayu bakar,membakar ikan hasil tangkapan sendiri,atau binatang buruan.memasaknya di hutan,cuci tangan di air sungai,merasakan nikmatnya itu sambil diberi petuah2 yg tdk terdengar menyebalkan,tp menyenangkan
kadang,aku ingin jadi orang dulu..
.meskipun aku tahu sekarang ada banyak hal yg jadi lbh mudah....
*entah,tb2 pengen mulis kayak gini abis denger sepupu ummi cerita masa kecilnya+tiba2 inget novel burlian-pukat nya Tere Liye...
-via phone..
Kadang,aku ingin jadi orang dulu.tau rasanya komunikasi tanpa telepon,hp,apalagi internet.saat kebanyakan komunikasi terjadi scr.langsung,mana ada dunia maya?
mengaji di surau kala malam,bawa obor,mendekap mukena dan kitab suci,mendengar cerita2 teladan untuk kehidupan..
Kadang,aku ingin jadi orang dulu.memasak pakai kayu bakar,membakar ikan hasil tangkapan sendiri,atau binatang buruan.memasaknya di hutan,cuci tangan di air sungai,merasakan nikmatnya itu sambil diberi petuah2 yg tdk terdengar menyebalkan,tp menyenangkan
kadang,aku ingin jadi orang dulu..
.meskipun aku tahu sekarang ada banyak hal yg jadi lbh mudah....
*entah,tb2 pengen mulis kayak gini abis denger sepupu ummi cerita masa kecilnya+tiba2 inget novel burlian-pukat nya Tere Liye...
-via phone..
Rabu, 22 Agustus 2012
Selasa, 21 Agustus 2012
Selasa, 14 Agustus 2012
suatu malam di Tangerang
Tangerang kala malam .
Perjalanan malam, selalu saja indah dengan cahaya lampu yang menerangi gelapnya.
Apalagi jika ditemani bulan dan gemintang .
--repost dari catatan di notes hp, suatu perjalanan malam di Tangerang.
Dan aku duduk tergugu, hatiku berisik. Sungguh berisik.
Berpikir satu hal yang entah bagaimana ia dapat melebar.
Namun, seberisik apapun ia, hati yang berbicara tetap saja sulit sekali untuk diceritakan.
Bahkan pada teman terdekat sekalipun, yang tau semuanya.
Dan juga pada sebundel catatan harian, tetap saja tak bisa sama.
Tak bisa identik seperti hati yang tak berhenti bicara.
Yang bahkan terus bertengkar dengan segala pikiran, asumsi, bayangan-bayangan.
meski aku, tetap saja ingin mengabadikannya.
ayolah, temukan caranya !
--masih suatu malam di Tangerang, dengan sejuta pesona malamnya .
--yang ini juga repost dari catatan di notes hp, dengan beberapa tambahan*kalo nulis semua di hp capek, hehe :')
Perjalanan malam, selalu saja indah dengan cahaya lampu yang menerangi gelapnya.
Apalagi jika ditemani bulan dan gemintang .
--repost dari catatan di notes hp, suatu perjalanan malam di Tangerang.
Dan aku duduk tergugu, hatiku berisik. Sungguh berisik.
Berpikir satu hal yang entah bagaimana ia dapat melebar.
Namun, seberisik apapun ia, hati yang berbicara tetap saja sulit sekali untuk diceritakan.
Bahkan pada teman terdekat sekalipun, yang tau semuanya.
Dan juga pada sebundel catatan harian, tetap saja tak bisa sama.
Tak bisa identik seperti hati yang tak berhenti bicara.
Yang bahkan terus bertengkar dengan segala pikiran, asumsi, bayangan-bayangan.
meski aku, tetap saja ingin mengabadikannya.
ayolah, temukan caranya !
--masih suatu malam di Tangerang, dengan sejuta pesona malamnya .
--yang ini juga repost dari catatan di notes hp, dengan beberapa tambahan*kalo nulis semua di hp capek, hehe :')
rahasia
Aku menatap wajahnya sedikit, sembunyi-sembunyi. Penuh rasa ingin tahu, sebenarnya. Tapi, aku sungguh tak kuasa bertanya. Aku mungkin tak pernah berani, sampai suatu saat nanti. Ah, iyakah?
Sungguh, terlalu banyak rahasia ya, di dunia ini.
Sama seperti terlalu banyak hal yang tidak kita ketahui.
*waktu itu tiba-tiba kepikiran di bis, pas ngeliat seorang teman, hahaha :D. Kapan ya, bisa tau ceritanya?
Sungguh, terlalu banyak rahasia ya, di dunia ini.
Sama seperti terlalu banyak hal yang tidak kita ketahui.
*waktu itu tiba-tiba kepikiran di bis, pas ngeliat seorang teman, hahaha :D. Kapan ya, bisa tau ceritanya?
maaf
--jadi, maaf kalau aku terlihat tidak sabaran
maaf kalau aku malah banyak mengganggu
maaf kalau aku terlalu banyak menerka
sungguh, maafkan aku .
*gatau kenapa tiba-tiba kepikiran kalimat kayak gini. ini bukan galauan, beneran deh *ahaha, jangan-jangan refleksi hati yang tak disadari#apasih fiiit. kadang, gue terinspirasi kata-kata yang muncul tiba-tiba ke kepala. kali aja suatu saat bisa dirangkaikan dan dijadikan novel #amiiiin
mohon doanya :D
maaf kalau aku malah banyak mengganggu
maaf kalau aku terlalu banyak menerka
sungguh, maafkan aku .
*gatau kenapa tiba-tiba kepikiran kalimat kayak gini. ini bukan galauan, beneran deh *ahaha, jangan-jangan refleksi hati yang tak disadari#apasih fiiit. kadang, gue terinspirasi kata-kata yang muncul tiba-tiba ke kepala. kali aja suatu saat bisa dirangkaikan dan dijadikan novel #amiiiin
mohon doanya :D
waktu
ini tentang waktu,
yang kita berada di dalamnya
tempat kehidupan berjalan, dalam rentang majunya
yang di dalamnya kehidupan terus berjalan
bertambah tua, betambah dewasa
bertemu, berpisah, mengenal banyak orang baru
hal-hal baru, dan kalimat bijak itu :
Hanya perlu pembiasaan. Percayalah, ini hanya masalah waktu
ini tentang waktu,
kadang terasa lama, atau malah tidak terasa
menjalani masa-masa meyenangkan, juga menyedihkan
yang kadang di dalamnya kita menahan masa-masa pahit
berkutat melawan segala perasaan sesak
menyibukkan diri
menanti berbagai takdir Tuhan
menunggu janjiNya
dengan menunggu waktu
dan ini juga tentang waktu,
yang dapat menjawab banyak pertanyaan
yang tak bisa dijelaskan sekarang
maka,
sungguh, biarkan waktu yang menjawab semuanya :)
*tapi jangan pasif, dan terus berusaha agar bisa jadi yang terbaik
ini berlaku buat banyak hal, lho...
*entah kenapa tiba-tiba terinspirasi pas lagi bikinin mi instan buat adek
yang kita berada di dalamnya
tempat kehidupan berjalan, dalam rentang majunya
yang di dalamnya kehidupan terus berjalan
bertambah tua, betambah dewasa
bertemu, berpisah, mengenal banyak orang baru
hal-hal baru, dan kalimat bijak itu :
Hanya perlu pembiasaan. Percayalah, ini hanya masalah waktu
ini tentang waktu,
kadang terasa lama, atau malah tidak terasa
menjalani masa-masa meyenangkan, juga menyedihkan
yang kadang di dalamnya kita menahan masa-masa pahit
berkutat melawan segala perasaan sesak
menyibukkan diri
menanti berbagai takdir Tuhan
menunggu janjiNya
dengan menunggu waktu
dan ini juga tentang waktu,
yang dapat menjawab banyak pertanyaan
yang tak bisa dijelaskan sekarang
maka,
sungguh, biarkan waktu yang menjawab semuanya :)
*tapi jangan pasif, dan terus berusaha agar bisa jadi yang terbaik
ini berlaku buat banyak hal, lho...
*entah kenapa tiba-tiba terinspirasi pas lagi bikinin mi instan buat adek
Jumat, 10 Agustus 2012
Akhirnya Jadi Juga
dari sekian banyak ide yang berjejalan, akhirnya saya memutuskan untuk mengepost ini dulu, sesuatu yang barusan aja terjadi *halah, berasa apaan~~
Ya, akhirnya jadi juga buka puasa bareng temen-temen SD. Berawal dari smsnya wulan yang ngabarin ada buka puasa di SD, alumni lain juga pada dateng (ya meski ngga semua juga sih). Akunya males ngabarin ke anak-anak lain, hahaha#paraaah. Tapi wulan cuma punya nomer aku sama Reyhan. Akhirnya aku ngirim fb, ngetag semua temen sd yang aku punya.
Haduh, udah ngelewatin diskusi panjang deh pokoknya. Ada yang nggak bisa tanggal 10 lah, ada yang masih di pondoknya, ada yang udah punya acara duluan. Yah, pokoknya gitulah. Tapi alhamdulillah, akhirnya jadi juga. Bukber pertama sama temen*bisanya diajak ummi ke acara buka puasa di sekolah Fatih, dua kali malah, yang pertama emang acara buat orang tua murid, yang kedua buat guru-guru PAUD. Ummi ngisi acara, aku ngejagain Fatih maen,,
Pagi ini ke Bogor sama Ummi, niatnya balik dulu ke rumah baru ke SD. Eh, di jalan Cibinong super macet banget. Akhirnya mau nggak mau, bulet deh tuh niat udahlah langsung ke SD aja, bodo amat masih kucel dari Bogor, hahaha.
Ya akhirnya pertama ketemu sama Karimah, Eka, Febby, Sarah. Nyebrang bareng, ketemu anak-anak lainnya. Hahaha, nggak pangling sama sekali kok. Rata-rata nggak berubah. Ayu masih kayak dulu Liana gaya jalan cerianya sama nada ngomongnya juga masih sama. Hanin ketawanya masih khas, tapi sekarang udah super tinggi, iklan Hi Lo aja kalah kali ya, hehe. Sarah kali ya yang tambah ceria dan PD, hahaha.
Ya, akhirnya jadi juga buka puasa bareng temen-temen SD. Berawal dari smsnya wulan yang ngabarin ada buka puasa di SD, alumni lain juga pada dateng (ya meski ngga semua juga sih). Akunya males ngabarin ke anak-anak lain, hahaha#paraaah. Tapi wulan cuma punya nomer aku sama Reyhan. Akhirnya aku ngirim fb, ngetag semua temen sd yang aku punya.
Haduh, udah ngelewatin diskusi panjang deh pokoknya. Ada yang nggak bisa tanggal 10 lah, ada yang masih di pondoknya, ada yang udah punya acara duluan. Yah, pokoknya gitulah. Tapi alhamdulillah, akhirnya jadi juga. Bukber pertama sama temen*bisanya diajak ummi ke acara buka puasa di sekolah Fatih, dua kali malah, yang pertama emang acara buat orang tua murid, yang kedua buat guru-guru PAUD. Ummi ngisi acara, aku ngejagain Fatih maen,,
Pagi ini ke Bogor sama Ummi, niatnya balik dulu ke rumah baru ke SD. Eh, di jalan Cibinong super macet banget. Akhirnya mau nggak mau, bulet deh tuh niat udahlah langsung ke SD aja, bodo amat masih kucel dari Bogor, hahaha.
Cibinong macettttt |
Ya akhirnya pertama ketemu sama Karimah, Eka, Febby, Sarah. Nyebrang bareng, ketemu anak-anak lainnya. Hahaha, nggak pangling sama sekali kok. Rata-rata nggak berubah. Ayu masih kayak dulu Liana gaya jalan cerianya sama nada ngomongnya juga masih sama. Hanin ketawanya masih khas, tapi sekarang udah super tinggi, iklan Hi Lo aja kalah kali ya, hehe. Sarah kali ya yang tambah ceria dan PD, hahaha.
Udah lama juga,, nggak ngumpul bareng temen SD. Terakhir kayaknya pas kelas 8. Itu juga cuman anak cewe, terus ngumpul di rumah Karimah. Aku kelas 9 ada bukber juga deh kayaknya, tapi ya waktu itu aku belum pulang, nggak ikut deh..
Lama nggak ketemu, kangen juga. Ada juga yang berubah, cowoknya kali ya. Tomi kurusan, Surya malah gemukan. Ada juga yang ampe diejek udah kayak salah satu personil band yang poninya rada panjang gitu deh. Ampe ayu teriak,"(nama), potong rambut!!"
Ketemu ama Eep, jadi inget, dulu pas kelas satu kelas dua Eep seneng banget ama Dipsy-nya Teletubbies*padahal cowo, hehe. Dulu kalo aku beli stiker acak yang terus dirangkai jadi satu itu loh, yang gambarnya teletubbies, pasti kalo udah jadi aku kasih Eep, apalagi kalo gambar utamanya si Dipsy, haha. Eh, nggak selalu kali ya, tapi sering.
Terus ada juga Baihaqi. Ah, dulu dia dipanggi Devit. Eh gimana sih nulis nama panggilannya, David? Devit? Depit? Devid? Halah, nggak taulah yang bener gimana. Devit aja. Padahal namanya sama sekali nggak mengandung unsur kata itu. Namanya Muhammad Baihaqi. Tuh kan nggak ada unsur Devit-Devitnya. Ah, udahlah malah protes. Liat Devit jadi inget, jaman 2 SD dulu aku pernah ditampar sama Devit sampe nangis. Dulu pas SD Devit suka marah dan ngamuk tiba-tiba. Kelas pernah diobrak-abrik, aku inget banget pulpenku rusak, huhu--". Ya ampun, masalalu bangettt~~
Ketemu Surya, anak baru jaman kelas 5, haha, dia mah ingetnya Ayu ama Sarah doang, cewek yang laen kagak, hahaha dasar--"
Terus ngobrol sama Wulan, dia anak pesantren juga, 6 taun malah, tahun ini masa pengabdian. Dia sempet bilang, "aku juga pengen tau fit sebenernya, bisa kayak anak yang lain, pake jeans, ya...gitu-gitu deh..tapi ya gimana ya fit, ya.."
Banyak ngobrol ama Karimah juga, anak pesantren juga, 6 tahun, temen smp 3 tahun sama beberapa temen SMAku, haha, lucu juga. Mana dia mah nyariin seseorang yang dulu sesuatu banget, hahaha. Tapi ngomongnya ama aku doang, malu didenger yang laen, #dasaaaar..
Ke sekolah juga jadi inget, dulu sekolah kita masih semen dasarnya. Angkatan ketiga, angkatan pertama yang punya dua kelas, lah angkatan pertamanya aja cuman satu kelas. sekolahnya super sederhana. super sepi. ga punya lapangan, adanya rumput doang, haha jadul banget deh. Sekarang mah beda, udah tingkat semua kelasnya, dindingnya catnya seragam semua, udah bagus dah pokoknya mah, jauuuuuhhhhh banget ama jaman aku SD dulu..
Tapi ya kumpul sama temen SD, udah heterogen lagi ceritanya, beda lah ya. ada yang salaman cewe-cowo, ada yang engga. ada yang ngerokok juga, ternyata. Bahkan ada yang katanya jadi bandel, padahal sekarang aja ga nampang sama sekali wajahnya*apalgi dulu, wajahnya ga berubah sama sekali kok. Ada yang kayaknya biasa-biasa aja tuh duduk deket banget, maen nyender bukan mahram, astaghfirullah. *Tiba-tiba inget IC, hehe. Alhamdulillah, nggak ada tuh di IC yang kayak gitu :)
Di mana pun kita berada, yang paling nentuin emang dua faktor, ya. Kitanya, sama lingkungannya. Kalo kitanya basicnya udah kuat, dan bisa tetep istiqamah buat menjaga pemahaman yang seharusnya, ya insya Allah bisa. Beda lagi kalo udah nggak kuat sama pengaruh lingkungan yang buruk, atau salah gaul sama orang-orang yang nggak baik. Yang harusnya ngerti mana yang baik dan harusnya bisa ber-amar ma'ruf nahi munkar, malah keseret ikut-ikutan, na'udzubillah..
Sempet juga sih cerita sama Ummi, Ummi terus ngingeti aku buat ngebantu ngingetin mereka. Iya sih, emang aku nggak ngomong apa-apa. Bhakan waktu salah satu temen perempuan nyubit perut salah satu temen laki-laki, aku juga cuman diem, padahal kita punya kewajiban itu, ya....buat ber-amar ma'ruf nahi munkar. Humm,,emang susah ya masalah itu. Pantes aja : ilmu, amal, dakwah, sabar. Masih banyak yang harus dipertanggungjawabkan atas ilmu kita.
Ya, bismillah. Mungkin di luar nanti, entah di kuliah atau di manalah, kenyataannya banyak yang lebih nggak baik*semoga aja enggak, tapi, semoga saja, kita semua tetap dapat memperkaya diri dengan petunjukNya, amiin :), serta mengamalkan dan menyampaikan ilmunya kepada orang lain. Amiiin . Aku masih harus diingetin juga nih :P
*foto-foto nyusul ya .
Lama nggak ketemu, kangen juga. Ada juga yang berubah, cowoknya kali ya. Tomi kurusan, Surya malah gemukan. Ada juga yang ampe diejek udah kayak salah satu personil band yang poninya rada panjang gitu deh. Ampe ayu teriak,"(nama), potong rambut!!"
Ketemu ama Eep, jadi inget, dulu pas kelas satu kelas dua Eep seneng banget ama Dipsy-nya Teletubbies*padahal cowo, hehe. Dulu kalo aku beli stiker acak yang terus dirangkai jadi satu itu loh, yang gambarnya teletubbies, pasti kalo udah jadi aku kasih Eep, apalagi kalo gambar utamanya si Dipsy, haha. Eh, nggak selalu kali ya, tapi sering.
Terus ada juga Baihaqi. Ah, dulu dia dipanggi Devit. Eh gimana sih nulis nama panggilannya, David? Devit? Depit? Devid? Halah, nggak taulah yang bener gimana. Devit aja. Padahal namanya sama sekali nggak mengandung unsur kata itu. Namanya Muhammad Baihaqi. Tuh kan nggak ada unsur Devit-Devitnya. Ah, udahlah malah protes. Liat Devit jadi inget, jaman 2 SD dulu aku pernah ditampar sama Devit sampe nangis. Dulu pas SD Devit suka marah dan ngamuk tiba-tiba. Kelas pernah diobrak-abrik, aku inget banget pulpenku rusak, huhu--". Ya ampun, masalalu bangettt~~
Ketemu Surya, anak baru jaman kelas 5, haha, dia mah ingetnya Ayu ama Sarah doang, cewek yang laen kagak, hahaha dasar--"
Terus ngobrol sama Wulan, dia anak pesantren juga, 6 taun malah, tahun ini masa pengabdian. Dia sempet bilang, "aku juga pengen tau fit sebenernya, bisa kayak anak yang lain, pake jeans, ya...gitu-gitu deh..tapi ya gimana ya fit, ya.."
Banyak ngobrol ama Karimah juga, anak pesantren juga, 6 tahun, temen smp 3 tahun sama beberapa temen SMAku, haha, lucu juga. Mana dia mah nyariin seseorang yang dulu sesuatu banget, hahaha. Tapi ngomongnya ama aku doang, malu didenger yang laen, #dasaaaar..
Ke sekolah juga jadi inget, dulu sekolah kita masih semen dasarnya. Angkatan ketiga, angkatan pertama yang punya dua kelas, lah angkatan pertamanya aja cuman satu kelas. sekolahnya super sederhana. super sepi. ga punya lapangan, adanya rumput doang, haha jadul banget deh. Sekarang mah beda, udah tingkat semua kelasnya, dindingnya catnya seragam semua, udah bagus dah pokoknya mah, jauuuuuhhhhh banget ama jaman aku SD dulu..
Tapi ya kumpul sama temen SD, udah heterogen lagi ceritanya, beda lah ya. ada yang salaman cewe-cowo, ada yang engga. ada yang ngerokok juga, ternyata. Bahkan ada yang katanya jadi bandel, padahal sekarang aja ga nampang sama sekali wajahnya*apalgi dulu, wajahnya ga berubah sama sekali kok. Ada yang kayaknya biasa-biasa aja tuh duduk deket banget, maen nyender bukan mahram, astaghfirullah. *Tiba-tiba inget IC, hehe. Alhamdulillah, nggak ada tuh di IC yang kayak gitu :)
Di mana pun kita berada, yang paling nentuin emang dua faktor, ya. Kitanya, sama lingkungannya. Kalo kitanya basicnya udah kuat, dan bisa tetep istiqamah buat menjaga pemahaman yang seharusnya, ya insya Allah bisa. Beda lagi kalo udah nggak kuat sama pengaruh lingkungan yang buruk, atau salah gaul sama orang-orang yang nggak baik. Yang harusnya ngerti mana yang baik dan harusnya bisa ber-amar ma'ruf nahi munkar, malah keseret ikut-ikutan, na'udzubillah..
Sempet juga sih cerita sama Ummi, Ummi terus ngingeti aku buat ngebantu ngingetin mereka. Iya sih, emang aku nggak ngomong apa-apa. Bhakan waktu salah satu temen perempuan nyubit perut salah satu temen laki-laki, aku juga cuman diem, padahal kita punya kewajiban itu, ya....buat ber-amar ma'ruf nahi munkar. Humm,,emang susah ya masalah itu. Pantes aja : ilmu, amal, dakwah, sabar. Masih banyak yang harus dipertanggungjawabkan atas ilmu kita.
Ya, bismillah. Mungkin di luar nanti, entah di kuliah atau di manalah, kenyataannya banyak yang lebih nggak baik*semoga aja enggak, tapi, semoga saja, kita semua tetap dapat memperkaya diri dengan petunjukNya, amiin :), serta mengamalkan dan menyampaikan ilmunya kepada orang lain. Amiiin . Aku masih harus diingetin juga nih :P
*foto-foto nyusul ya .
dari hati ♥
Tadi pagi cerita sama Ummi, obrolan kemaren sore sama seorang ibu tetangga yang nonmuslim
Ibu itu (I) : Masih puasa Fit?
Fitri (F) : Ya, insya Allah Bu.
I : Fahri juga masih puasa? *fahri : adikku kelas 3 sd
F : Iya bu.
I : Kuat ya dia mah, hebat. Padahal kata Ummi nggak pernah sahur, ya?
F : Pernah kok Bu, cuman jarang aja dia mah. susah dibangunin, kadang udah bangun tapi males sahur, terus tidur lagi.
I : Hebat ya tapinya, wah...aku aja kalah Fit. Dia mah hebat, kuat.
Pas aku cerita ke Ummi, Ummi bilang gini. Ya beda mbak,,,kita puasa karena kita mengerti dasarnya. Karena yang paling kuat itu ruhiyah, bukan masalah pemiasaan karena orang Islam puasa sebulan sekali tiap tahunnya, atau mungkin udah tebiasa puasa daud, misalnya. Ruhiyah itu yang paling bisa bikin kuat, niatnya. Makanya kenapa Ummi nggak pernah ngejanjiin apa-apa ke anak-anak Ummi, biar paham kalau puasa itu memang karena perintah Allah, bukan semata-mata karena materi. Ya,,kalau Ummi bilang ke ibu-ibu yang lainnya yang bilang susah membiasakan anaknya puasa, Ummi bilang boleh Bu, tapi harus tau sampai kapan batasnya.
Innamal a'malu binniyat :)
Ibu itu (I) : Masih puasa Fit?
Fitri (F) : Ya, insya Allah Bu.
I : Fahri juga masih puasa? *fahri : adikku kelas 3 sd
F : Iya bu.
I : Kuat ya dia mah, hebat. Padahal kata Ummi nggak pernah sahur, ya?
F : Pernah kok Bu, cuman jarang aja dia mah. susah dibangunin, kadang udah bangun tapi males sahur, terus tidur lagi.
I : Hebat ya tapinya, wah...aku aja kalah Fit. Dia mah hebat, kuat.
Pas aku cerita ke Ummi, Ummi bilang gini. Ya beda mbak,,,kita puasa karena kita mengerti dasarnya. Karena yang paling kuat itu ruhiyah, bukan masalah pemiasaan karena orang Islam puasa sebulan sekali tiap tahunnya, atau mungkin udah tebiasa puasa daud, misalnya. Ruhiyah itu yang paling bisa bikin kuat, niatnya. Makanya kenapa Ummi nggak pernah ngejanjiin apa-apa ke anak-anak Ummi, biar paham kalau puasa itu memang karena perintah Allah, bukan semata-mata karena materi. Ya,,kalau Ummi bilang ke ibu-ibu yang lainnya yang bilang susah membiasakan anaknya puasa, Ummi bilang boleh Bu, tapi harus tau sampai kapan batasnya.
Innamal a'malu binniyat :)