Pages

Jumat, 29 Januari 2016

Bagaimana Jika

Bagaimana jika,
ketika kamu sedang dikejar deadline,
seorang teman yang paling sering ngobrolin soal jodoh, masa depan, rasa suka, pernah tau  hal-hal rahasia yang sebelumnya ngga pernah dibagi ke orang lain,
sekian hari lagi akan menikah .

#tariknafas
saya baru saja selesai shalat saat menyadari waktu tinggal 30menit lebih sedikit untuk mengerjakan sesuatu, yang harus kelar di pukul satu.
Ketika pesan line datang, dan membuat saya tidak menyangka-nyangka.

kemudian sepanjang jalan saya semacam menahan perasaan ingin segera menyapa sambil teriak-teriak bilang nggak nyangka.

Aaaah :""")
Barakallahulakumaa :""")

di hari di mana dua temen (S)MAN di UGM pendadaran skripsi
terimakasih telah menohok saya untuk serius ngerjain skripsi,
Nida' Hajidati Fauziyah, S. Ked
dan Istiqomah, S. S

Rabu, 27 Januari 2016

Melangit

melangit! namun tetap bersahaja.
lagi suka sama kata-kata ini dan berharap bisa menerapkannya dalam diri :"

Selasa, 26 Januari 2016

[Repost]Menghina Tuhan

"Menghina Tuhan tak perlu dengan umpatan atau membakar kitabNya. Khawatir besok kamu tak isa makan saja itu sudah menghina Tuhan." (Sujiwo Tejo)

saya lupa nemu gambar ini di media sosial apa. tapi yang jelas : 
ini ngena :"
//seberapa percaya kita sama rahmat Allah? seberapa sering ngerasa khawatir dan takut :""" ?

Jumat, 22 Januari 2016

Kapan Pulang?

"Mbak, mbak Fitri kapan sih Mbak pulang yang nggak ke Jogja-Jogja lagi?"
-Fatih, adik bungsu usia 7 tahun, nanya .
barangkali dia gemes kenapa kakak sulungnya ini jarang sekali ada di rumah
#sebenernyasedih

Kamis, 21 Januari 2016

Ada Bunga yang Menghias Malam

saya sedang memutar otak untuk menemukan kata-kata yang pas untuk menggambarkan sejenis perasaan yang rasakan dini hari. tadinya saya mau menulis dengan gaya ala-ala pemilik akun ditapalbatas. sampai akhirnya saya mengingat lagu ini.


"...
Di malam hari
menuju pagi
sedikit cemas
banyak rindunya
..."
-Untuk Perempuan yang Sedang dalam Pelukan, Payung Teduh

/saya mau belajar menulis dengan mode seperti pemilik akun ditapalbatas/

Ada bunga yang berhasil menghias malam. Beretorika dan bermain drama. Melibatkan emosi yang tengah merindu. Melibatkan orang-orang terdekat. Hampir tidak percaya. Saya pun bertanya-tanya. Pada Tuhan tentang maksud, pada langit-langit tentang jawaban, pada waktu meminta kejelasan, dan pada kamu yang tak mendengar apalagi bisa menjawab karena telingamu tak disini-tapi barangkali hatimu tahu.
Barangkali malam adalah rekan baik bagi perenungan. Soal tanya yang melayang-layang di udara layaknya balon gas merah kesukaan adik kecil yang lepas dari genggaman. Genggaman itu periode waktu. Bedanya, kita bisa melacak balon gas itu kemana pergi, dan kempisnya sewaktu-waktu bisa kembang lagi.
Usahlah kau tanya, atau barangkali aku yang seharusnya diberi tahu begitu. Karena seringkali tanpa bertanyapun, pak pos seperti selalu mengantar surat yang sudah aku harap-harap. Meski datang sekali waktu, aku selalu bahagia tiap ia datang mengantar kabar. Sederhana, namun ajaib tak terkira.
Barangkali periode yang selama ini aku pun sulit menyangka. Makanya aku sering bertanya pada Tuhan soal maksud. Tapi mungkin Ia tersenyum mendengarnya lalu membiarkan aku berenang-renang mencari jawaban. Aku menyenangi kerlip cahaya malam dan remang lampu oranye taman kota. Semoga kamu juga bisa merasakan syahdunya.
Kembali pada soal bunga. Bagaimana jika mahkota bunga itu kelak benar adanya. Menghias kepala, menjadi saksi kuluman senyum yang sulit ditahan-tahan-juga haru. Tidak tidak tidak, Tuan. Tentu saja aku bukan berbual berlebihan, aku hanya berlatih mendeskripsi. Karena seorang Nona di pinggir jalan yang terlalu takut untuk menyeberang cuma butuh ditemani agar ia percaya : ia tak sendiri.

Dan barangkali, kamu serendipiti.

--
Terima kasih Tuhan, Terima kasih malam. Terima kasih untuk bunga dan cerita perjalanan kakak-kakak berdua yang membangkitkan kisah ini bermula :")

Ada yang dirindu. Ada. Karena barangkali, ini tentang kita.

/ah, tetap saja tidak bisa menyamai diksi ditapalbatas :")
harusnya gue kik, yang minta lo ajarin nulis :"

Nostalgic .

/habis scrolling ig mbak em, mbak shinta, tepen, dan lain sebagainya/
.
.
.
terus, jadi pengen mengenal anak-anak dan senior-senior ilkom lebih dalam lagi .
jadi pengen main-main ke himakom lagi .
jadi pengen manitiain acara lagi .
jadi keinget himakom berknjung dan dengerin curcolan mbak em soal a*higuna (eh ketauan ya) .
jadi pengen kumpul skema bareng mbak shinta .
jadi pengen rapat-rapat ngobrol-ngobrol makan-makan bareng mba ikvi .
jadi kangen masa-masa masih mahasiswa muda ilkom, haha .
jadi kangen reramean .
jadi kangen ledek-ledekan .
jadi kangen nada ngomongnya amel yang  nyebut mohon maaf (yang sampe ditularin haikal ke kelompok kkn) .
.
.
.
jadi kangen
jadi baper

#eh padahal buka halaman ini bukan mau ngeshare ini

Rabu, 20 Januari 2016

Saya Anak Jawa Barat

Saya lahir di Magelang, Jawa Tengah. Sekolah pun waktu SMA di Banten-Tangerang Selatannya, dan kuliah di Yogyakarta. Walaupun demikian, rasanya sulit sekali move on dari Jawa Barat. Ketika Ahad lalu saya ke Kota Bogor bareng orang rumah *FYI rumah saya adalah Bogor pinggir deket Depok bukan di kotanya, saya jadi inget kalau belum ngepos tentang Bandung-yang udah direncanain dari jaman Nadia nikah. Ingatan ini kembali mencuat gegara saya merasa kalo jalanan Kota Bogor mirip banget sama Kota Bandung <3.

Ketika saya dijemput Tika di Kiaracondong, kemudian dianter ke kosan Arum, dan melihat jalanan-yang juga terjadi besok dan besokannya-saya merasa sudah dekaaaat sama rumah. Entah apa sebab utamanya. Tapi saya merasakan suasana lingkungan rumah aja. Barangkali karena abang-abang jajanannya mirip sama jajanan di Cibinong. Seblak basah, lumpia basah, tahu bulat, cireng, daaan *sebenernya gue lupa haha* ah soooo Cibinong. dan mungkin ini so Jawa Barat juga kali ya. Terus kepadatan angkot *i really miss this guys! di Jogja ngga ada angkot :(.

Pokoknya keliling-keliling di Bandung membuat saya merasa semakin dekat sama rumah (secara jarak emang iya sih) dan...baiklah daripada saya ngalorngidul ngga jelas saya pengen posting foto ajah. btw, jadi pengen sih habis Jogja ke Bandung :"")


"Dan Bandung bagiku bukan cuma masalah geografis, 
lebih jauh dari itu melibatkan perasaan, yang bersamaku ketika sunyi"
-Pidi Baiq



cendol Alun-alun Bandung depan Masjid Raya Bandung



-Palestine :")



-infografis KAA

"Bumi Pasundan lahir ketika Tuhan sedang tersenyum"
-M. A. W. Brouwer





*foto kebanyakan diambil se[anjang jalan saya dan Eja menyusuri jalanan Braga ke arah alun-alun Bandung. Eja seneng banget saya excited sepanjang perjalanan (ah, saya emang gampang excited sama hal-hal sederhana sih :""). Thx a lot Ja. Seneng banget diajak jalan bareng. Terima kaish juga buat kamera dan foto-fotonya *peluuk<3*
*berniat lain kali maau lebih niat jejalan ke Bandung lagi :"") semoga Allah mengabulkan, atau juga kelak tinggal di sana hehe :3

Rabu, 13 Januari 2016

Pahala Ibu

via-ceritaLayung

"Waktu ibuku lagi banyak cucian, sementara ada kesibukan lain juga, aku bolang gini ke Ibuku. 'Bu, mbok laundry aja, Bu.'' (Bu laundry aja Bu).

"Terus ibuku bilang gini 'Wes to, pahala ibu tuh di sini.'"

terus baper moment.

***

Dulu Ummi pernah bilang, menikah itu membuka banyak peluang pahala. Malam itu, saat perbincangan ini berlangsung, pembicaraan-pembicaraan dengan topik bagaimana Rasulullah dengan keluarganya menjadi penohok sendiri bagi kami. Baik dari sisi rasulnya maupun dari sisi cerita-ceritanya. Cerita Layung adalah salah satu cerita baper yang bener-bener buat mikir. Bukan masalah nyucinya aatau laundrynya, tapi lebih pada apapun yang dikerjakan seorang ibu bagi keluarganya, barangkali di situlah ridha Allah berada. Peluang-peluang pahala yang justru akan melayang jika diserahkan pada ornag lain. Walaupun saya juga mengakui bahwa setiap keluarga punya case masing-masing soal laundry maupun soal urusan lainnya.

Ahh kalo dirunut-runut, kita nggak akan habis ngomongin dari mana aja seorang Ibu-sekaligus istri memiliki peluang pahala yang teramat banyak :"""").

Terimakasih Ibu :") !

Selasa, 12 Januari 2016

Efek Instagram

Pernah ke Kebun Buah Mangunan?
Saya pernah, dan saya jatuh hati menghabiskan pagi di sana (aslinya emang nginep sih). Mulai dari gelap kemudian perlahan-lahan terang. Melihat ketika matahari muncul perlahan. Melihat rumah-rumah dari kejauhan yang satu demi satu mematikan lampu-baik lampu teras maupun rumah karena hari perlahan beranjak terang.
11.1.14






Seperti ada di atas awan, dengan berdiri di suatu pijakan seperti balkon raksasa. Dulu kesini tahun 2014. Leader Camp OmahTI dan Upgrading FLP (tapi yang kedua saya lupa nyimpen fotonya di mana -_-). Kemarin Ahad, waktu ke sini lagi Mangunan udah penuh. Kayak cendol. Padahal dulu 2014 sempet sms temen dan bilang, kamu kalo ke Jogja harus mampir sini ya #saking saya pengen temen saya juga ngeliat ini. Soalnya dulu sepi pisan. Puas lah kita serombongan OTI 2012 sama FLP. Mau guling-guling, teriak yang bergema, bisa lah gapak malu. Palingan ada satu atau dua rombongan kecil lain yan dateng barengan. Seperti apa definisi cendolnya, yap cuma ddikit sih kemarin motonya, soalnyaa udah kita langsung ubah destinasi. Btw meski kayak cendol banyak panggung-panggung dan gardu pandang serta kursi gitu buat menatap dari ketinggian dan kejauhan #apasih. Bahkan ada juga yang nginep-nginep di gardu pandang gitu

10.1.16
itu yang tinggi-tinggi semacam gardu pandang dan bawahnya kayak bangku-bangku. kabunya masih tebel banget.
ini kecendolan yang bahkan bikin kami nggak jadi ke balkon besarnya :"

Setelah melihat kecendolan tadi, kami mikir, kok bisa secepat ini mangunan berubah dan jadi ramai banget banget. Terus Bunda Amel sang mahasiswa Pariwisata bilang, efek Instagram kali ya. Soalnya emang hits banget sih di Instagram *sila dicek. Ternyata efek 2 tahun belakangan Instagram perkembangannya pesat dan bisa merubah opini publik dan keinginan ya #efekteknologi. Tapi ini entah berapa kali lipat perkembangan pengunjungnya~ Bisa nggak ya merasakan kedamaian main ke Mangunan lagi? :")


Senin, 11 Januari 2016

Obrolan Sabtu Sore

"Kamu umurnya berapa sih sekarang Fit"
"20..."
"Oooh 20, itu mah cari temen aja dulu yang banyak. Kalo mau dapet yang baik, ya kita sering-sering tuh ikut majelis taklim. Kan gitu tuh katanya."

manggut-manggut

"Aku dulu pengen nikah umur 25. nah umur 24 aku bingung, Yah kok ini pengen nikah umur 25tapi sampe sekarang belum tau sama siapa. yaudah deh habis itu aku doa aja sama Allah. Minta yang mapan; maksudnya bisa menafkahi sama mau nerima yang pake kerudung. Dulu kan pake kerudung masih jarang baanget Fit.

Terusnya aku akhir-akhir kuliah kan udah mulai selo. Tinggal skripsi sama ada yang ngulang. Iseng tuh mau les musik. Apa ya, aku pikir ah kalo piano kan mahal. Yaudah aku beli gitar tuh Alhamdulillah ada uang 300ribu buat beli gitar. Aku belajar tuh sama temen. Tapi kan ya namanya belajar sama temen ya gitu ya. Sebisanya, terus ya gitulah ngerti ssendri kalo belajar sama temen gimana.

Suatu hari temenku ulang tahun, aku ke rumahnyalah. Temenku cerita kalau adiknya les musik di Kotabaru katanya di sana enak, pengajarnya juga masih muda. Akhirnya daftarlah aku di sana, dapat guru Masnya. Ya akhirnya itulah yang jadi ayahnya anak-anak."

senyum.

"Yah gitu ya Fit, kalau udah minta sama Allah nanti dikasih. Lah gimana coba di antara sekian guru les musik aku pas banget dapet sama masnya. Lebih jauh lagi, dari mana coba aku tiba-tiba pengen les musik."

jeda.

"Dulu jamanku mau pake kerudung ih susah banget Fit. Aku izin ke Papa nggak dibolehin. Dulu juga belum nikah kan, biasalah, ntar gimana kalau susah dapet jodoh? Ya kan padahal ada juga ya Fit yang gak kerudungan yang belum dapet jodoh."

ketawa.

"Pas Papa haji aku nekat aja pake kerudung. Dulu kampusku masih lebih banyak Fit daripada UGM mahasiswa yang pake kerudungnya. Tante tuh yang takut dan anti banget sama kerudungan komen, 'Ih kamu tuh ngapain sih pake kerudung? Dekil tau!'"

saya melongo.

"Ya aku jawab aja, 'Yeee yang gak pake kerudung yang dekil juga banyak!'"

saya ketawa.

"Lagian kan kenapa sih orang pake kerudung orang sewot banget. Dulu juga pas ke rumah tante di Jakarta, keluargaku yang pake kerudung aku doang. Di komen sama Tante, Ini kamu pake kerudung, mama sama Mbakmu aja enggak. Eh anak tante itu yang komen 'Ya biarin aja sih Mah, emangnya kenapa?'"

saya ketawa geli. membayangkan.

"Aku pake kerudung emang karena pengen sendiri Fit. Nggak mau aku kalo kepengaruh orang. Tapi ya namanya dulu mungkin ada titik jenuhnya juga. Sempet aku juga mikir ih pengen ya buka kerudung. Apalagi kalo udah liat temen-temen yang nggak pake kerudung, rambutnya bagus. Aku sempet mikir juga nanti kalau nggak pake kerudung orang tau kita cantik apa enggak dari mana ya? Tapi udahan lama maikir aku juga jadi mikir, ih ngapain sih, nggak malu apa sama diri sendiri. Yaudah nggak jadi buka, tetep kerudungan."

"Dulu Alhamdulillah Masnya mau nerima aku yang kerudungan. Malah di awal nikah Masnya yang minta aku buat pake gamis-gamis. Aku kan kayak yang tadi aku bilang, nggak mau kalau aku ngelakuin bukan karena aku pengen. Aku nggak mau karena orang. Kan banyak tuh ya artis-artis yang nikah kerudungan, pake baju panjang, nah terus cerai atau ada apalah, jadi buka kerudung. Aku nggak mau kayak gitu. Ya proses aku proses, sambil belajar."

"Terus dulu aku bilang aja, kalau aku pake gamis, situ pake celana cingkrang sama jenggotan. Mau nggak?"

saya ketawa.

"Masnya nggak mau yaudah aku juga. Tapi alhamdulillah nih sekarang aku juga udah pake baju panjang, lebih nutup. Kerudung juga lebih panjang. Sampe aku jahit baju juga ditanya sama tukang jahitnya, 'Emang boleh Mbak sama suaminya pakai baju panjang-panjang kayak gini?' Padahal kan ini aku juga jahit baju dikasih uangnya sama suami, ya?"

"Ada itu orang yang pakai kerudung tapi suatu ketika di FB aku liat dia nggak pake kerudung. Padahal apa yang mau dicari lagi sih? Suami udah ada, anak udah ada satu. Nyari perhatian dari siapa lagi sih?"

"Sekolah sekarang Fit, pake kurikulum 2013, tematik kan menuntut orang tua juga berpartisipasi aktif. Tapi kadang menurutku kelewatan deh. Ya masa anak kelas 5 orang tuanya ituntut anyak berpartisipasi juga. Makin gede kan harusnya anak makin diajarin mandiri. Ini masa udah kelas 5 mau kelas 6 masih kayak gitu. Pernah nih suatu hari dia dikasih tugasnya kelompokan sama gurunya. Buat senam, lagunya download dari Youtube, gerakannya bikin sendiri. Nah kan anak-anak belum bisa ya bikin gerakan senam kayak gitu. Yang repot emak-emaknya. Ini ibu-ibu temen sekelompoknya anakku ngumpul, ah kita nggak bisa juga bikin gerakannya. Akhirnya mau nggak mau kita manggil guru senam. Bayar juga kan. Terus anak-anak senamnya sambil kampanye poster tentang hemat air. Yang bikin akhirnya juga mama-mamanya. Ya kan bingung juga, ini yang sekolah anak apa mamanya sih?"

Saya tertawa, senang aja sdenger curhatan ibu muda. Saya kelak kayak gimana ya?

"Ya gitu deh Fit. Ada youtube, internet, tugas jadi kayak gitu. Padahal kan dulu jaman kita kecil, jaman aku kecil, jaman papaku sama papamu kecil juga nggak ada youtube sama internet orang pinter-pinter aja kan ya?"

Saya mengangguk, mengiyakan.

"Kurikulum ganti padahal yang dulu juga belum lama. Aku lebih suka KTSP. Pemerintah ganti kurikulum, lebih melibatkan internet, gadget, dan lain sebagainya. Anakku juga pernah ada tugas buat video perkenalan. SD lo Fit. Sementara tuntutan teknologinya banyak, sekolah juga belum memfasilitasi itu semua kan? Kalo adapun, mending dananya juga buat ngebangun sekolah-sekolah di pelosok, daripada memperkaya skeolah yang udah kaya tapi juga secara nggak langssung sekolah yang miskin juga makin miskin."

iya, benar juga.

"Ini Fit, ada sirup sama timun suri. Baru panen kemarin. Ada agar-agar cup. mau yang ikan koi apa mawar? Semuanya juga boleh. Di kulkas juga ada pancake durian.  Aku bikin sendiri lho."

bisa bayangin agar-agar cup yang di dalamnya ada lapisa warna biru dan bening, kemudian di dalamnya ada ikan koi bercorak merah dan oranye serta agar-agar cup yang di dalamnya ada mawarnya? Dan bikin sendiri. Luar biasa, niat banget.

"Aku ya Fit, kalau masak makanan biasa aja anakku yang paling gede bakal bilang 'Mama kalau masak yang kekinian dong Ma!'"

Glek. saya tertohok buat belajar masakwkwk. Lalu tawa kami berderai.

"Aku ya Fit, anak dua itu keliatan banget bedanya. Ya kita kan orang tua mah kayaknya udah sama mendidik anak metodenya, perlakuannya. Tapi tetep aja Fit ada dari dalam diri mereka yang ngebuat berbeda. Yang gede sukanya bahasa. Suka nulis walaupun suka bingung juga nanti ending cerpennya mau kayak apa. Masa mati mulu?! Kalau adeknya suka dia Matematika. Bahkan ngitung suka nggak pake corat-coretan. Aku aja sampe ngingetin buat pake corat-coretan. Yah kita kan suka khawatr alo gawang-ngawang bisa jadi ada yang salah."

"Yang gede juga anaknya suka naroh barang di mana aja. Kalo yang kecil, meski cowok, lebih rapi. Pulang sekolah naroh sepatu langsung di tempatnya. Kalau yang besar kacamata aja yang barang primernya lupa dia taruh mana. Yang gede kalau disuruh apa gitu, misalnya mandi, lama banget geraknya. Ntar-ntar mulu. Kalau yang kecil, disuruh mandi langsung jalan. Disuruh shalat di masjid langsung jalan. Yang kecil, yang cowok keliatan lebih rajin, lebih rapi, lebih teratur."

Wah, dua anak dengan kepribadian dominan bertolak belakangan. Super sekali langsung dikasih Allah yang begini.

"Kita pernah suatu ketika ke pameran Jepang. Yang gede seneng banget foto-foto sama cosplay. Yang kecil malah kayak bosen, pengen ngajak pulang. Padahal cowok kan biasanya juga suka anime."

"Yah gitu yah Fit. Orang ujiannya beda-beda. Ada orang yang jodoh belum dikasih-kasih. Anak belum dikasih-kasih. Nanti udah punya anak juga dikasih ujian sama Allah. Tapi kan ya gitu Fit ujiannya. Kalau kita nggak dikasi ujian, malah khawatir dong, Allah ngasih ujian apa ya di depan? Jangan-jangan lebih berat?"

---
Obrolan Sabtu sore 2 Januari lalu. Menyenangkan ya rasanya ngobrol sama Ibu Muda yang nggak tau juga sih indikator dibilang muda itu sampe kapan. Ibu ini punya anak paling gede SMP baru masuk. Saya jadi ngebatin, kelak tantangan jaman saya kayak apa ya?

Selasa, 05 Januari 2016

Cari Tahu

"Kamu takut karena kamu nggak tahu. Cari tahu, biar nggak takut lagi. Dan cari tahu, biar cinta. Cintai apa yang kamu kerjakan."
/semangatkak!/

Senin, 04 Januari 2016

Interaksi dengan Al Quran

Jika kita kurang berinteraksi dengan Al Quran, akan lahir para intelektual yang hanya kaya ilmu tapi tanpa ruh. Ilmu yang tanpa ruh akan kehilangan fungsi utamanya, Fungsi utama ilmu adalah untuk mengantarkan manusia pada pengenalan pada Allah Azza wa Jalla.
-dari buku pemandu APAI
afalaa ta'qiluun, afalaa tatafakkaruun; yang sering banget diulang-ulang di Quran 


Ya Allah, jadikan kami orang-orang yang dekat dengan Al Quran....

#ayomulaibelajartafsir #semogabukanwacana

24.28

24-28 adalah hari-hari pembelajaran. Tentang mengenal diri, mengidentifikasi apa yang terjadi, mentraining diri sendiri, sampai pada mendapat hal-hal yang tidak di sangka untuk pembelajaran diri.

*ini bikin sendiri tapi pake app :P

tentu saja, saya tidak akan gamblang bercerita soal apa yang terjadi. tapi barangkali kamu tahu. Saya tercenung dengan kata-kata yang disampaikan saat kajian pada tanggal 28. Kemenangan adalah tentang kesabaran-kesabaran kita di dalam ketaatan. Sejauh apa saya menahan diri selama ini dan seberapa level sabar yang saya lakukan sehingga terus saya jaga agar selalu dalam ketaatan? Ah, saya malu sama Allah. Betapa barangkali saya kurang berserah diri sama Allah kalau masih takut sama hal-hal yang seolah pada akhirnya membuat saya melanggar hal-hal yang sebenarnya justru tidak baik untuk dilakukan. Kalo udah di titik kayak gini, rasanya pengen nangis dan mengadu soalnya merasa nggak pantes banget di hadapan Allah. 

ini tulisan sebelum kajian itu berlangsung sih. hari sebelumnya atau dua hari sebelumnya malah. Tujuan yang baik harus diperoleh dengan cara yang baik. Kadang manusia emang banyak godaanya ya. Tapi emang harus gitu kali ya soalnya balasannya Surga, bukan cuma doorprize kipas angin. Kalo kata seorang kakak beberapa hari lalu, "Ya kita kan hidup emang diuji. Kalau nggak diuji, kita malah harusnya waswas dong ujian apa di depan yang akan menimpa kita. Jangan-jangan malah lebih besar ujiannya." Ah, kadang untuk beberapa case pengen saya sebutin. Tapi barangkali tidak sekarang :")

gambar via ini

Hasbunallah wa ni'mal wakiil. Kalimat juga yang kembaali diingatkan ketika kajian tanggal 28. Cukuplah Allah sebagai penolong. Saya ulang-ulang kalimat itu di dalam hati biar tertanam, biar saya benar-benar sepenuhnya berharap hanya sama Allah, bukan sama manusia. Biar kalau pada akhirnya ada yang saya inginkan tidak Allah beri, saya bisa ikhlas dan berhusnudzan, walaupun harus saya akui bahwa detik ini, saya pun takut terhadap sesuatu itu. Kesabaran dalam ketaatan tidak akan mencipta memori yang saya takut suatu hari nanti malah jadi bumerang bagi diri sendiri-kalau ada hal-hal yang saya harapkan tidak terwujud-ternyata bukan Allah takdirkan untuk saya :"

ah, bingungin ya ? Ada hal-hal di masa depan yang kita takuti, barangkali. kuncinya, pasrahin semua ke Allah sambil teruss usaha lakukan perbaikan diri :" biar kita pantes di mata Allah.

latepost, tapi semoga tulisan ini bisa jadi benteng diri :")
sampai jumpa, masa depan!

note : terima kasih untuk segala hal pembelajaran (dan juga doa) yang saya dapat dari banyak pihak dari tanggal 24-28 ;)
/kalau merasa :"")/