Pages

Senin, 31 Desember 2018

Cerita Kemarin: Fatih Memperbanyak Langkah

Depan kandang soang sama ayam yang dicampur.

Abis lomba lari di karasidenan. Fatih lagi semangat memperbanyak langkah karena merasa gemuuk ehehehe. Habis ini mampir beli sate keong dan mangut lelee. Enyaak. Padahal tak direncanakan dan gatau juga di toko snerek (snerek is sup kacang merah) jualan itu. Makannya mah di rumah mbah. Lalu setelah makan, ga lama kemudian fatih muter-muter halaman rumah mbah beserta push up sit up kalo ga salah. Kata dia sih berdasar samsung health dia udah sampe 9000 langkah, hahaha. Sorenya mampir ke toko juga dia maunya keliling-keliling. Katanya, biar langkahnya banyak.

Sisa Kemarin : Kritik Naskah Cerpen

I wrote a short story and sent it to newspaper.
Sebenarnya untuk topik yang sama, sudah pernah kirim 2 tahun berturut-turut. Tapi emang dasar belum diniatin dan jadinya keburuburu padahal ini momentual, kesempatannya suliit. Semoga bisa rezekinya dimuat tahun depan yaaa.

Semoga bisa jadi jalan kebaikan.

*credit comment to: Arimu-san

Tentang Keluarga (Besar) (Post ke-n mestinya)

Sejak kuliah tahun-tahun akhir, ke Magelang, hampir selalu memberikan banyak catatan tersendiri. Tentang pakde bude yang mulai menua, tentang sakit dan obatnya, tentang cerita-cerita cucu, tentang bagaimana berkeluarga, tentang menjaga sinergi dengan pasangan sampai usia tua.
.
.
Tapi ndak pernah ditulis. Selalu terngiang aja.
.
Jadi yaudahlah kucoba menulis saja. Meskipun mungkin hanya catatan hari ini. Yang lalu-lalu, antri dulu, ya.

Tentang Magelang yang sederhana. Yang rolling door toko dan rukonya dari kayu. Yang jalanan pecinannya lebar dan menyenangkan.
Oh, bukan itu.

Jadi catatan soal keluarga hari ini adalah
1. Kepala ayam
Hahaha kok kayaknya gak nyambung ya. Ini sebenernya aku lagi agak mellow sih. Hanya tadi pop up in mind aja soal makanan kesukaan ornag yang udah berkeluarga tuh mungkin asa tebak-tebak berhadiah ya. Ada yang ternyata sama-sama penyuka makanan apa gitu. Tapi mungkin juga ada yang bertolak belakangan banget.
Aku baru menyadari bahwa di keluarga mbah dari ibu, makan ceker, kepala, leher, jeroan kayak babat iso, itu hal biasa. Dan bagi sepupuku yang lain, itu nggak biasa. Padahal kita satu nenek kakek. Terus aku mikir, apa karena di sini aku dari pihak ibu yang mana masakan ibu mungkin ngikut nenekku dan sepupuku itu senenek dari ayah, jadi mungkin pola makannya agak beda. Tadi aku makan kepala bisa sampe dibela-belain ngeremukin tengkoraknya pake muntu (ulekan) biar dapet otak, setelah aku menghabiskan mata ayam. Makan ceker pun sepupuku ndak terlalu suka, padahal ceker itu bisa jadi menu sendiri bukan pendukung, hahaha. Sepwrti ceker kecap atau sop ceker. Bahkan, aku baru tau nyebutnya ceker itu pas sd karena diketawain temenku. Dari dulu aku nyebutnya cakar, karena di keluarga pun kayak gitu nyebutnya. Ohya mungkin dari ibuku juga aku belajar mretelin kepala lele sampe batas maksimal yang dimampu, hehe.

2. Tentang Memberi Masa Liburan ke Cucu
Ini agak kompleks sih kalo diceritain. Dan mulanya mungkin akan kuceritakan kapan-kapan. Tapi intinya ada salah satu budeku mengurus dua cucu di rumahnya. Anaknya dinas di luar pulau beserta suami dan 3 anak lainnya. Di satu sisi, budeku sekarang tidak bisa atau katakanlah sulit meninggalkan suaminya karena suaminya sedang diuji Allah menghadapi lupa, dan aku baru ngeh akhir-akhir ini kalau lupa ini bisa separah itu ngefeknya ke mana-mana.
Pelajaran dari kisah sederhana yang sulit diungkapkan ini, sebagai saudara lainnya yang datang, mestinya kita ngeh dan peka untuk sewaktu ada di sini ngajakin ponakan-ponakan itu buat jalan-jalan, bahkan sesederhana jalan buat silaturahmi ke saudara lainnya. Karena ternyata itu menjad concern budeku buat ngasih liburan ke mereka ketika beliau sedang belum.bisa memberi fasilitas itu. InsyaAllah besok akan dimulai, semoga lancar yaa.

3. Mengurus Keluarga
Budeku yang tadi aku ceritakan, saat ini tentu mengurus pakdeku. Secara fisik pakde tampak sehat dan masih tegap. Namun demensia atau lupanya bisa membuatnya pergi entah kemana, bingung cara makan, dan lain sebagainya. Mendengar ceritanya saja sudah sedih rasanya. Aku merasakan betapa budeku ini sabar sekali mengurus orang lain. Sebelumnya, bude mengurus mbah sampai beliau meninggal di rumahnya. Perlahan kondisi fisik mbah menurun, dari yang bisa di kurai roda sampai hanya di kasur saja. Setelah mbah meninggal, perlahan kondisi Pakde menurun. Bude kayak nggak ada capeknya :")
Aku wondering jika itu adalah masa-masa tua orang di sekitarku. Seberapa sabar dan telaten ya? Seberapa jauh mau berkorban buat orang lain ya? Ah, tentu itu support sistem juga. Kalo aku udah berkeluarga, seberapa jauh keluarga mau sama-sama merawat orang tua? Tentu banyak deh di dunia ini yang berjuang seperti itu
Semoga Allah berikan kesehatan dan keluarga yang saling sayang :)

Sudah ya, lelah juga mengetik dengan keypad hp. Kapan-kapan dilanjut lagi part aebelumnya~
#nahloh. Sungguh baca ulang untuk mengeceknya saja aku sedang lelah euy

Jumat, 28 Desember 2018

Tempe

Fahri : Abi, Ummi, Mbak Fitri jangan kasih tahu ya. Fahri mau nanya ke Fatih. Dek siapa yang menemukan Nobel?
Fatih : Hah?
Fahri : Siapa yang menemukan nobel? Jangan kasih tahu ya (ngomong ke yang lain).
Fatih : Mas Fahri mau tempe?
Aku : Hah, apa dek? Kok mau tempe?
Fatih : Iya. Katanya Mas Fahri tadi jangan kasih tahu. *pasang muka polos

Ish. Kesal kali. Wkwkwk.

Kamis, 27 Desember 2018

Terhubung

Sebenarnya ini judulnya memminjam istilah beberapa teman yang konteksnya orang saling kenal.

Tapi, pernahkah kamu merasa tertarik atau mungkin lebih tepatnya respect, hormat, kagum, atau bahkan sayang gitu dengan seseorang yang belum pernah ketemu dan berinteraksi sebelumnya? Bisa taunya lewat cerita yang didengar, lewat tulisan-tulisannya, lewat berita yang dibaca. *pls note bahwa ini bukan soal suka-sukaan lawan jenis

Jadi saya pernah. Mungkin belum sampe memuncak. Dan belakangan tau bahwa orangnya ternyata tahu saya juga. Bahkan pernah menyebut dalam beberapa waktu tertentu.

Entah, kayak merasa terhubung dan dapet rasa sayang balik aja meskipun kayaknya ini kepedean. Hehe. Ya kalau ada peluang silaturahmi dan kenal untuk kebaikan (silaturahmi sesama muslim aja udah kebaikan), kenapa enggak? :")

Sekian .

Solo, 27 Desember 2017
Setelah melihat dari lantai tinggi di mantan sekolah tyani

Halo, Langit

Halo langit,
Banyak sekali hal yang terjadi belakangan. Kalau dikerucutkan, dua hari belakangan lah kubilang. Meskipin sejatinya sejak beberepa jenak terakhir. Mungkin sepekan.

Allah kasih ujian itu ndak pernah selesai, ya. Seperti apa yang kubilang ke diriku soal lega ketila menjemput September kala Agustus selesai. Lalu tersedak sendiri. Karena September hadir dengan tantangannya. Pun juga saat ini, Desember. Esok Januari, Allah punya kejutan apa?

Ah, aku jadi ingat kerunyaman Desember yang lalu-lalu :") Hari-hari ke Bandung, hari-hari di Jogja, bahkan saat libur sekolah di tahun-tahun sebelumnya. Sidang skripsiku beserta nangis-nangisnya juga dulu Desember :")

Dua hari belakangan juga belum selesai, rupanya dan tentunya. Semoga Allah kuatkan. Semoga Allah khusyukkan shalat dan doanya.


Solo, 27 Desember 2017
Setelah melihat dari lantai tinggi di mantan sekolah tyani

Selasa, 25 Desember 2018

Hari Berganti, Rencana Berubah

Hari berganti. Rencana berubah. Suasana juga.
.
Tapi yang terpenting tujuannya sama kan? Saling mendoakan kan? Saling bertukar kabar kan?

Senin, 24 Desember 2018

Randomtalk di Kantor yang Sepi

Banyak banget diskusi soal keluarga dan turunanya berawal dari ngomongin film Searching sama Mas Salingga sama Abid sore ini. Awalnya bakda ashar ngomongin requirement lalu berlanjut ke obrolan ini dan baru kelar 17.36. Okesip. Sampe bingung ceunah mau nulisinnya. Tapi pengen ditulis. Worth it banget buat diperhatiin dan jadi bekal buat jadi ornag tua dan anak ke depannya :")

Kantor yang sepiii~

Minggu, 23 Desember 2018

Fatiha dan Ibunya (serta teman-teman pejuang lainnya)

Hari ini ke yayasan kanker. Ngobrol dengan Rangga dan Fatiha. Main dengan Fatiha.

Usia Fatiha 6 tahun. Sudah 1.5 tahun dirawat di sana. Leukimia ALL. Awalnya muntah di sekolahnya di PAUD di Lampung. Ia memakai masker. Tidak terlihat lemas dan sedang sakit.

Kami mengobrol. Fatiha pernah ke monas. Sama ibu, Azzam, dan ayah. Di sana melihat lampu dan layangan. Dia menyebut warna pink. Entah itu warna lampu atau layangan aku tak menangkap. Aku tanya ia mau ke mana lagi. Dia bilang sesuatu. Aku tak dengar. Aku minta dia ulang. Dia ulang dan aku tetap tak menangkap apa yang dia omongkan. Karena tak enak, aku tanya di sana lihat apa. Kelihatannya pertanyaan itu lebih baik.

Aku tanya Fatiha mau apa. Dia bilang menggambar. Syukurlah aku membawa buku dan pulpen. Aku merelakan kertas kosong tanpa baris terkahirku untuk Fatiha. Dia ingin mewarnai tapi aku tak bawa pewarna. Lalu aku kembali tanya, Fatiha mau baca buku? Ia mengangguk.

Kami menghampiri rak buku. Fatiha menunjuk buku biru. Rupanya buku cerita dengan ilustrasi yangbtersusun oleh puzzle. Kami total membongkar pasang dua halaman puzzle di sana. Fatiha terbuka, ia tak ragu bilang butuh bantuan kala membutuhkan.


Lalu ia minta main twister. Semacam karpet warna dan jam putar yang meminta tangan dan kaki meraih warna-warna itu. Setelahnya ia bilang mau mewarnai, tapi usah kertas berpola dikeluarkan dari laci lemari, kebuntuan menemukan alat warna membuatnya shifting ingin main susun puzzle balok kayu.

Aku memberi ruang pada temanku untuk bermain bersama Fatiha, agar ia juga tidak pusing jika dikerubungi banyak orang. Aku mendekati ibu Fatiha dan Rangga. Keduanya dari Sumatera. Fatiha Lampung dan Rangga Batam. Jauh jauh ke Jakarta untuk berobat di Dharmais. Kemoterapi, infus obat yang membuat alergi, ambil sumsum tulang belakang, cek lab yang barangkali sudah puluhan kali, pun dengan perjuangan lain yang tidak bisa saya bayangkan.

"Kita mah udah nggak kepikir sekolah. Liat dia sehat aja udah seneng...."
Sempat terlintas bagaimana anak-anak ini belajar. Belajar sama ibunya? Anak-anak ini juga tidak boleh terlalu lelah secara pikiran.... kelak pasca sembuh, bagaimana anak-anak ini menyesuaokan diri dengan teman-teman sebayanya? Ah, aku tidak bisa membayangkan...

Kalau kondisi stabil, total 5 tahun pengobatan. Ditambah dua tahun pasca pengobatan. Jika dua tahun itu baik-baik saja, maka baru dinyatakan sembuh. Kalau tidak, bisa-bisa mengulang pengobatan dari awal....

Hmm ini agak oot, tapi sudah pukul 23 dan aku memilih istirahat. Postingan ini belum selesai karena aku masih ingin cerita soal
Kerja sama orang tua
Perjuangan orang tuanya
Ayah ibu yang berjuang

Hmmm kok intinya sama ya. Baik, pamit sekedap.

Ada Allah Tempat Bertanya

untuk semua kecamuk, 
ada Allah tempat bertanya




Jumat, 21122018
pom bensin perjalanan pulang
usai merasa banyak loncatan 
di perasaan karena ketidakstabilan diri
seperti pernah terjadi, dahulu .

Jumat, 21 Desember 2018

Kamis, 20 Desember 2018

Dengarkan

Halo, sudah lama aku ingin bercerita.
Hari ini juga,
Tentang temanku, perempuan yang baik dan lembut hatinya.
Perempuan penyayang yang berjuang.
Penyayang anak-anak yang akhir-akhir ini kurasa ia takut hadapi sesuatu.
Yang sangat kusayang.
Yang aku yakin kalau aku bercerita, kamu pasti suka mendengarnya.
Jadi, dengarlah kisahku....di waktu baik yang Allah izinkan, dan ridhoi,
padamu
Semoga :)

republish 21122018 01.24

Selasa, 18 Desember 2018

Kepala Satu

Anak ini. Hari ini sepuluh tahun :")
Alhamdulillah, tadi pagi masih kuat gendong 28kilo di pundak. 

Makannya lagi banyak-banyaknya. Kemarin ikut ke Badr bawa bekal makan siang dimakan jam 9 pake nambah bekal nasiku juga hahaha. Siang beli bakso, pake nasi bekalku juga. Aku beli gado-gado. Abis bakso dia abis, ikut makan gado-gadoku juga. Ultramilk dua dan kue2an lainya ditambah jajan temil. Sebelum pulang minta mampir beli makan. Hujan neduh bersyukurnya karena secara ga sengaja deket warung makan. Sampe rumah bilang laper, Ummi sampe goreng-goreng dulu sebelum shalat. Malamnya jam setengah sepuluh minta makan. 

Betapa blackholenya naak :))

Shalih ya Nak  :D

Minggu, 16 Desember 2018

Many Things To Be...

Grateful for
Write about
Talk about
Think about

. Ambil nafas .

Jumat, 14 Desember 2018

Syukur Hari Ini

Hari ini alhamdulillah
-pulang jam 17 dan tidak kehujanan :")
-ngobrolin buku lost and found oliver jeffer dan ka salingga bilang itu orisinil banget
-kubarutau ternyata ada yang punya adik kembar hihihi
-bikin video buat nikahan nabil besok
-nonton yutub don't let pigeon drive the bus bareng zaki, cerita yang dibilang rekomen di luar karena lucu dan di indo belum ada atau jarang ada gitu cerita kek gitu
-ngobrol siangsiang sama ima
-akhirnya dapet buku yang umi cari setelah nyari dua hari tapi sayang kelamaan mikir jadinya belum sampe grabsendnya
-bekal roti meses pisang dan bisa ngasih ke orang juga
-testing web lokal dan dapet apk testing juga

Kemairn alhamdulillah
-bisa cerita-cerita soal buku anak sama zaki, hebat euy zaki dkk udah mau produksi buku kedua aja
-denger cerita belajar sholatnya ayyash yang aku bilang ke zaki, bikinin bukunya yuk tentang itu, moga ga wacana dan kujadi ingin dengar ulang ceritanya biar semakin ngena feel bacanya
-fatih udah banyak ngomongnya. walau diwanti2 buat ga banyak2 omong tapi dia terlihat semakin sehat, lucu, dan jenaka
-baca lost and found bareng zaki
-naroh barang belanjaan temil baru

terus jadi ngeh, ternyata kalau ngelist to do syukur hari ini langsung bisa jadi banyak, ya. kalau kemarin mungkin ada yang lupa. hari ini tetu ada juga nggak enaknya. tapi ngga usah dilist ya.
terima kasih ya Allah

sama satu lagi, pengen minta shalat dna ibadah yang khusyuk. boleh ya, ya Allah.
terima kasih :)

Kamis, 13 Desember 2018

Umur

"Mbak fitri sekarang sudah semakin besar," kata Fatih.
"Sekarang umurnya berapa Mbak? Dua puluh berapa...?"
Saya menyebutkan angka.
"Mickey mouse aja umurnya udah 90 tahun, Mbak," jawab Fatih entah kenapa aku dibandingin ama usia tikus, wkwkwk.