Pages

Rabu, 10 Juli 2019

Bintang-bintang di langit terang...

Senin, 08 Juli 2019

“Kita itu tidak bisa membandingkan waktu, timeline kita dengan orang lainnya.” Tiba-tiba Abidah bicara.
“Aku bisa bilang waktu ini adalah waktu ideal dan terbaik buat aku S2.” Abidah menyebutkan banyak alasan. Tentang teman keberangkatan, kakaknya yang mau pindah ke UK, tema yang diambil oleh rata-rata awardee tentang bisnis, aplikasi pendaftarannya yang ketiga, ibunya yang mau berangkat ke UK waktu Kak Lili lahiran tapi sendirian. Dan banyak lagi katanya.
Lalu Abidah menambahkan. “Tapi kalau maunya Allah nggak ngasih izin aku S2 Chevening tahun ini, aku nggak bisa bayangin apa yang lebih baik dari Allah untuk aku ini. Padahal secara waktu sudah baik sekali. Alasan penndukungnya juga banyak.” Ia berkata sambil tersenyum. Ringan sekali. Segala usaha dia merawat mimpinya, terutama akhir-akhir ini sudah jauh lebih mendewasakannya.
Begitu katanya.
Lalu ia jeda sebentar.
“Juga, kalau Allah sudah menetapkan sesuatu untukmu, itu berarti yang kata Allah baik buat kamu. Yang nggak bisa kamu bandingin lagi apa yang lebih baik dari itu bagi Allah untukmu.”

Abidah menangkapku sedih malam ini.

Kemudian Abidah menambahkan lagi.
“Bersyukur itu ahsanu amala.
Dia ayatnya muncul setelah 'Sesungguhnya Allah menciptakan mati dan hidup.' Mati duluan lho yang disebut, bukan hidup duluan. Artinya yang dibandingkan kehidupan setelah mati, dan di sana dikatakan akan dibandingkan supaya menguji siapa yang baik amalnya, bukan bandingin ke orang lain, tapi dengan diri sendiri di masa lalu.
Bukan ahsanu amala di antara kalian. Tapi diri sendiri dengan sebelumnya . Itu ahsanu amala-nya.”

Abidah tidak menyebutkan ayat. Aku tahu itu Al Mulk ayat 2. Tadi pagi baru saja aku membacanya bersama adik-adik.

"Terima kasih ya Bid."
"Tidak lebih banyak dari apa yang kamu katakan padaku di mushala waktu itu," katanya.

Ah Bid, ini terlalu relate apa yang kamu sampaikan. Padahal kamu tidak tahu apa yang sedang kupikirkan sepanjang tadi bertemu sampai tiba dan menghabiskan malam di sini.Juga apa yang tidak aku dengar setelahnya meski tidak seperti yang tadi,

“Nikmat sekecil apapun disyukuri. Allah kan sudah janji, kalau bersyukur, sekecil apapun, nanti akan ditambah nikmatnya.”

“Pada akhirnya kita akan ketemu suatu kesimpulan, kalau yang bikin hati nggak tenang itu sumbernya cuma dua: manusia atau jin. Makanya kita disuruh baca surat An Nas, karena kita akan selalu berpikir apa yang orang liat ke kita. Di surat An Nas, kita minta perlindungan Allah tuh sampai tiga kali. Beda dengan di Al Falaq yang hanya sekali. Kalau jin, ya sebagaimana jin yang bertugas menggoda manusia.”
“Dan...jangan salah, kita ini manusia juga.”
“Berarti kita juga diuji diri sendiri, ya?”
“Iya.”



kak marissa :) 
teman sesama mau submit litara. aku bagian naskah. Kak mars bagian ilustrasi. dan samasama belum rezeki. kaka sibuk siaware ini. dulu mengenalinya sesama peserta dan tidak terlalu dekat. qadarullah Allah pertemukan lagi di lain kesempatan. Kakak paling peduli dengan kondisi jiwanya kurasa. Penerima segala jenis perasaan yang tidak menafikan kondisi breakdown bagaimanapun. Penyayang yang sering kutuliskan namanya di laman ini.

#sisakemarin

Minggu, 07 Juli 2019


Riak air, kelip lampu, dan pijakan kayu.
Serta hati-hati yang belajar.
Pengen nulis.
Pengen nulis aja. Rindu.

Kamis, 04 Juli 2019

Yang Kehilangan Sabar


Begitu banyak orang yang kehilangan sabar, kemudian kehilangan lebih banyak lagi.
-Menentukan Arah, difoto 16 Februari 2019 dalam perjalanan ke Bandung

Sejak aku menyadari bahwa ujian sabar merupakan ujian yang aku perlu banyak belajar menghadapinya sewaktu kuliah akhir dulu, kalau Allah izinkan aku punya anak, ingin sekali di namanya ada arti yang bermakna sabar-sabarnya. Shabira, atau shabrina mungkin? Atau apa lagi ya nama yang maknanya sabar?

#sisakemarin #kemarinhanyajadidraft #bacadehparagrafyangawalnyakalimatitu

3 Juli 2019

Ah, tanggal ini mengingatkanku banyak hal!
Termasuk HPku yang hilang 2 Juli 2012 dan resensi novel Angpau Merah

Juga, obrolan kecil pagi yang cukup melegakan, walau akhirnya sempat membuat bertanya-tanya kembali.

Hari Ini

Mengawali hari dengan tidak sesuai rencana (ketiduran habis subuh itu nyebelin sekali), lalu rencana design challange yang kemarin diberitahukan pukul 10, mengubah plan pagi ini. Sesungguhnya, banyak hal di pekan ini yang menuntut waktu lebih lama, dan sulit untuk mengurus hal-hal pagi-pagi seperti yang aku lakukan pekan kemarin. Dengan besok, maka genap sepekan tidak ada urus mengurus kelanjutan pekan lalu. Baiklah, tidak apa.
Rencana hari ini pulang siang, bair bisa mampir ke tempat yang kalau pagi asumsiku akan kena macet di perjalanan. Tapi buyar, amanah pekerjaan ternyata menuntut banyak. Tidak apa.

Tadi pagi aku kena razia. Alhamdulillah berkasku lengkap. Aku jadi inget, pengen deh bisa nyetir mobil. Walau mesti ujian sim dan pake simulator di polres kalo sekarang.

Design challange hari ini berat dan banyak. Menjadi design challangeku terakhir di tim ini.
Kemudian amanah memimpin rapat-yang baru pertama kali kudapat, sudah begitu telat tau, baru tau sore. Membuatku makin berpikir, pr diri ini banyak sekali. Mendapat pertanyaan dari supervisor terkait amanah transfer knowledge yang ukuran porsinya berbeda antara beliau dan saya. Membuatku berpikir, susah sekali ya ternyata menyerahkan yang disayang ke orang atau pihak lain.
Tapi tugasku percaya, kan?
Seperti dulu aku yang berat sekali pisah ruang sama Nusa waktu pindah kamar asrama, begitu juga aku. Rasanya pengen transfer knowledge se-clean dan se-clear mungkin. Semuanya jelas, tidak tertinggal satupun termasuk kata tapi.
Namun masih sulit, banyak yang belum kubuat. Dan ukuran yang berbeda akan membuat porsi waktuku lama dan susah menyelesaikan amanah yang seharusnya kini. Pekan ini, memang semua hal seperti menuntut pagi. Menerima anggota tim baru, rapat yang dadakan diberi tahu untuk jam delapan, panitia acara pagi, diskusi design challange hari ini, dan review meeting esok yang barangkali aku tidak wajib lagi datang, tapi rasanya aku selalu ingin memastikan semua baik-baik saja, setidaknya satu kali review planning ini. Semoga ini bukan bagian tak percaya, ya. Aku, jelas sedari awal sangat percaya sama anak ini. Talenta dan passion yang hebat dan kuat, jiwa developer, manajer, dan detailing yang terangkum jadi satu. Ah, terima kasih Allah :") Aku hanya ingin meninggalkan pembelajaran yang baik, agar kelak bisa lebih baik lagi.

Jadi ingat seoarang adik magang yang dulu, yang PM aku kasih banyak sudut padnang dia gegara-entah apa, cemas kali yak-membaca postingan blogku belakangan ini. Juga temenku yang jadi ikut kepikiran kalo baca blogku terus mikir aku lagi sedih. Ternyata kadang aku menyusahkan banyak orang, ya. Maaf, ya-apalagi kalau kamu juga ikut kepikiran. Maaf, ya, sungguhan.

Sudah Kamis. Pekan lalu aku jatuh dari motor dekat rumah. Ada kucing loncat, padahal sudah tinggal 4-5 rumah lagi sampai. Sudah di jalan rumahku. Membuat tanganku ngilu. Sekarang juga belum sempurna rasanya. Buka gagang pintu kantor yang agak berat kerasa ngilu, putar kunci rumah dan angkat gayung penuh juga begitu.

Juga jadi ingat, sudah hampir sepekan. Duduk menunggu orang datang untuk membuka percakapan. Sampai akhirnya menyerah, bertanya kenapa menyepesialkan waktu menunggu. Lalu pulang duluan saat satu dua orang sudah datang lepas maghrib itu.

Tadi pasca maghrib, aku terpikir. Ternyata bukan keadaan yang harus diubah. Apapun, kalau ingin keadaan diubah, mulai dari diri sendiri. Meskipun responnya kadang atau mulanya pahit. Membuat sebal dan kepikiran, tapi yang bisa dalam kendali kan diri sendiri ya. Ngapain ya cuma dipikir atau dicurhatin atau segala ekspresi perasaan dalam diri yang seperti gak ada ujungnya. Harusnya ndak bergantung sama waktu, meski kadang-kadang waktu menyelesaikan. Tapi, diri sendiri kan ada dalam kendali, kalau kata Krisna, bukan apanya yang ada buat diri, tapi diri ini bisa berbuat apa untuk itu.

Tadi sekitar ashar, baca terjemah Ali Imran ayat delapan
(Mereka berdoa), “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau condongkan hati kami kepada kesesatan setelah Engkau berikan petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi.”
Semoga Allah terus jaga, dalam kebaikan. Itu isi pikiranku dari kemarin. Yang kembali mencuat ketika aku membaca terjemah ini.

Semalam temanku minta doa. Tapi dia gabilang mau didoain apa. Kira-kira dia mau didoain apa, ya....

Hari ini K satu tahun. Aku ingat setahun lalu, menjelang kelahiran, seseorang berpesan kepada kawanku yang aku dengar pesannya tentang kelahiran. Lalu orang yang sama juga memberi pesan padaku. Tentang kelahiran juga.

Terus jadi ingin tulis kutipan fiksi
Aku jadi ingat hari itu, senin setelah kumpul keluarga besar. Seseorang, berbaju coklat duduk di sebelahku. Aku tahu hari itu bertambah usianya, namun aku diam saja. Pingin bicara tapi urung. Akhirnya aku tulis sesuatu, bukan tentang ia tentu saja. Topik yang sama di awal tahun. Lalu dia baca dan bertanya, dikira momen yang sama terjadi di hari yang sama. Aku hanya jawab tidak, tanpa dia tahu aku tahu hari itu hari apa.
.
Waktu berlalu.

Lalu aku ingat 11 Januari. 2017, aku jatuh dari motor, usai hujan dan aku mau jilid skripsi. Kupaksakan mampir print sebelum jilid di tempat lain, lalu menyerah saat darah rembes di bawahan. Setahun kemudian, aku jatuh di depan kantor. Padahal sudah mau parkir. Setahun kemudian, air mataku jatuh di perjalanan membaca tulisan.

Semalam hasil talent mapping keluar. Ada porsi warna merah di costing, estimating, dan bookeeping. awalnya aku kira bookeeping itu jagain buku. Ternyata ketiganya berhubungan sama uang. Aku ketawa sendiri, ini efek aku dua tahun lebih di aplikasi pencatatan keuangan apa gimana ya. Eh dulu aku juga pernah si jadi bendahara jaman aliyah, tiga tahun berturut-turut. Walau sebenarnya juga belum pernah beneran rapi dan keproyeksi gitu rencana keuangan yang gimana. Porsi-porsiin uang aja aku masih bingung. Jadi ingat kemarin baca blog kajay tentang ngatur porsi uang keluarga. Kayaknya kalau udah beneran jadi orang dewasa gitu, hal tersebut beneran menantang untuk dilakukan tapi mau gamau harus diterapkan ya. Kan, yang gabisa dilawan adalah waktu. Jadi ingat, habsi ngobrol sama ka citra dan niat hemat semakin kuat, yang bikin aku susah menahan diri itu bukan nahan beli makan (abis ngobrol ama kacita waktu itu bahkan niat banget gamau order-order buat makan siang kalo di kantor lagi ga ada makan siang, bekel terus aja), baju (kupunya baju yang dari aliyah masih kupakai bahkan), atau hal yang berkaitan sama style (bahkan kadang bukan nahan diri sih, emang dasarnya ga tertarik haha-ya kadang tertarik juga meski jarang), tapi yang susah nahan diri beli buku anak, wkwkwk. Duh semoga ga tambah parah, apalagi kalau udah jadi ibu (aamiin). Bikin sendiri aja semoga ya.

Duh bicara buku anak. Jadi ingat amanah yang belum selesai. Ingin ikut lomba ini itu yang belum kerealisasi. Aku kadang bingung, gimana sih atur prioritas yang gak kalah sama kerjaan gitu lho. Kok jadi kayaknya apa-apa dikerjain duluan. Kalau ini bentuk tanggung jawab ke orang lain, tanggung jawab ke diri sendirinya gimana? Ke Allah gimana? Banyak sekali ya rupanya pertanyaan dalam hidup....

Aku kadang suka iri kalau lihat teman yang ngobrol sama orang lain tu nyambung banget, kayak ada aja topik yang bikin mereka sama-sama serius dan bahas seru gitu. Walau ya sebenarnya mungkin ga dibilang iri gimana sih, mungkin pas aja momenya pengen cerita tapi sedang tidak bisa menuangkannya atau gatau sama siapa. Atau ada momen kadang aku jadi merasa tersisih gangerti sendiri apa yang dibahas. Padahal kalau menelusuri hal-hal lalu, aku juga ada kok cerita yang deep gitu sama orang lain.

Hmm, apa lagi ya.

Aku sekarang jadi suka pakai sepatu, entah kenapa. Tapi tadi pagi mau pakai sandal saja dicari malah nggak ketemu. Jadi pakai sepatu lagi. Padahal dulu beli sepatu ini biar ada sepatu kalau ke undangan gara-gara ga punya sepatu proper. Dulu kalo kuliah sih favoritnya sepatu karet 35ribuan warna krem yang minta dijait dulu ke abang sol sepatu biar awet. Kalau rusak minta dijait lagi. Sampe rusak bener, aku akan cari produk yang sama. Hahaha.

Semalam di rumah bertiga saja. Rasanya sepi, tapi ada yang bisa aku syukuri. Aku kayak punya waktu lebih buat cerita sama umi. Biasanya, habis shalat maghrib kalau di rumah, ada aja Umi mesti nyiapin makan abi atau adikadik. Terus kemarin bisa lebih banyak space waktunya. Memang senang ya kalau ada yang mau memberi ruang untuk mendengar. Ada juga sih siangnya cerita-cerita tentang orangtua, kubahas kapan-kapan saja ya.

Omong-omong, jadi orang tua itu hebat sekali, ya.

Akhir-akhir ini lifecycle harian tidak teratur, kenapa ya. Padahal harusnya makin besar, makin dewasa, makin rapi, makin tertata.

Sudahlah, sudah cukup ceritanya.

(Masih di) Kantor, 20.24
updated 20.31







Senin, 01 Juli 2019

Menghampiri meet up. Salaman sama Laura. Senyum.
"Senyummu kenapa?"
"Hah, emang kenapa?"
"Kayak...hmm apa ya. Kayak lelah."
"Haaa" reflek meluk.
"Bener banget yaa?"

Hahaa kenapasiii. Kan sudah baik-baik aja kalau menyangkut hal-hal ke orang lain kayaknyaa.


Emang perang ama diri sendiri kayaknya lebih susah dan menantang. Ayo accept yourself fit. Janjangan itu di alam bawah sadar ada hal-hal yang tidak mau diakui.
Halo, apa kabar....diri?
Pagi ini memulai hari dengan perasaan tak nyaman dan tak tenang entah kenapa. Padahal semestinya pikirianku bilang aku bisa lebih tenang memulai hari pekan, dan bulan ini dengan segala hal yang terjadi di bellakang dan sudah lebih ringan menerimanya. Seperti banyak hal yang dikerjakan namun bingung mesti gimana. Entah, rasanya janggal sekali. Jadi kenapa aku menulis di sini ingin meruntuhkan segala beban dan ganjalan. Kadang aku takut tulisanku saat moodku buruk mempengaruhi orang lain. Aku sampai berpikir mau buka tutup blog saja, kayak jalur ke puncak. Mungkin aku protect lalu aku buka di akhir hari atau di akhir pekan, agar tak merusak mood orang yang membacanya. Kalau di awal atau di tengah hari, kan, gawat, masih banyak sisa hari itu yang perlu dijalani dengan perasaan yang baik. Pun aku juga pernah merasakannya. Jumat lalu, siang-siang, malah baca sesuatu, lalu jadi nggak enak perasaannya Sampai Kak Fahry bilang, Fit kayaknya ada beban yang besar-setela Kak Dimen, Laura, dan Abidah Senin lalu menanyakan hal yang mirip. Haha, orang-orang aja jadi nanya gitu ya.

Kuartal dua berakhir, semester satu berakhir. 2019 tersisa separuh.
Mengingatnya, membuat banyak ingatan lain. Seperti pertanyaan kuartal satu dan dua di kuartal tiga tahun lalu. Atau juga pertanyaan-pertanyaan di akhir tahun.
Sudah terlewat sekian purnama, rupanya.

Aku kangen melakukan sesuatu dengan semangat dan antusias. Rasanya sekarang kayak bingung. Bingung mulai dari mana. Bingung harus apa atau ngapain. Bingung bingung gakjelas yang bikin sebel. Padahal ya mau ini itu tinggal lakuin aja kan mestinya, biar kelar. Kenapa dibawa riweuh sendiri, terus nanti kesel sendiri. Ya Allah, bocah amat sih Fit. Kerjaan juga, aku jadi ngerasa polanya akhir-akhir ini penumpukan. Di akhir hari, di akhir pekan. Entah kenapa.

Pikiran juga jadi suka nggak tertata. Mungkin bener, muroqobatullahnya perlu, eh udah harus lagi inimah. Kadang aku jadi inget este dan environtmentnya, inget waktu sedemikian ngejar targetnya. Bareng-bareng, saling ingetin, saling support, saling tegang juga karena takut nggak kecapai atau didorong yang gak kira-kira targetnya. Tapi di sisi lain aku nggak mau tergantung sama orang juga. Kenapa hidup ini dijalani harus nunggu orang lain. Kenapa semangat untuk hidup sendiri tergantung orang? Kadang aku suka mikir, katakkata yang aku lupa dari siapa. Katanya kurang lebih, kalau nunggu orang lain untuk melakukan ini itu, pada akhirnya tidak akan tercapai. Ngubah sesuatu itu mulai dari diri sendiri. Itu yang bisa kamu kendalikan. Lalu aku jadi ingat materi niat 100% waktu siaware. Apa aku tu gak niat ya ini. Kenapa rasanya berantakan banget ntara apa yang emang aku butuh lakukan sama yang harusnya enggak. Entahlah....

Akhir-akhir ini pun banyak sekali yang mau kutulis. Dan bukan yang random-random sebenernya. Mayan berfaedahlah untuk ukuranku buat diri sendiri, haha. Pelajaran dari lingkungan, ayah ibu, ketenangan dari teman, dan lain sebagainya yang membentuk diriku hari ini. Tapi terhenti sampai draft baik di blog maupun di kepala. Ada juga yang baru judul doang. Ah momennya nanti udah gak asik banget kayak pas baru muncul di kepala. Tapi entahlah..

Kadang aku nanya sama diri sendiri, apa sih prioritas hari ini Fitri? Kok kamu kayak gak semangat, bingung, nunggu momen dan waktu mulu bukannya menciptakan, padahal baru buat diri sendiri loh. Katanya mau berubah jadi lebih baik.

Juga fase transisi tim. Menantang tapi khawatir. Hahaha. Hidup kadang lucu untuk menertawakan diri sendiri. Perbanyak sabar dan syukur selalu jadi kunci, ingat itu Fit. Inget kamu tuh makhluk Allah. Dikasih waktu hidup di dunia nanti ada pertanggungjawabannya, ada penghitungannya, ada skema dosa pahalanya, ada kasih sayang Allah yang dikasih ke hamba yang dipilih, ada juga istidraj yang melenakan. Kamu sadar nggak Fit? Emang hidup kamu udah diisi yang baik-baik aja?

Baterainya sudah lowbat. Terima kasih kolam belakang yang menyenangkan namun tak ada colokan. Pamit sejenak. Mungkin nanti aku terapin fase buka tutup blognya. Entahlah, atau harusnya setiap diri yang memblock dirinya sendiri dari konten tak perlu dan tak nyaman ddibaca seperti postingan kali ini. Aku sungguh tak ingin merusak perasaan dan mood siapapun.

Dear Allah, kuminta kekuatan ya....