Pages

Selasa, 30 Agustus 2011

Urgensi Idul Fitri

Malam ini malam Idul Fitri. Masjid dekat rumah sudah mengumandangkan takbir sejak ba’da Maghrib tadi. Suara petasan terdengar dari kejauhan. Televisi mengiklnkan berbagai program spesial lebaran. Telepon genggam terus berbunyi pertanda sms masuk. SMS yang masuk pun tak biasa. Berisi kata-kata indah, bersajak rima, ajakan untuk merenungi akhir ramadhan, ada pula yang isinya lucu. Semuanya berisi ucapan minta maaf dan selamat lebaran. Tak jarang orang yang berbeda mengirim isi yang sama. Copy-paste. Meski ada juga yang lebih suka mengirimi sms dengan gayanya sendiri-mengatakan bahwa, “karena saya tidak suka co-pas, jadi langsung saja saya ingin….bla-bla-bla.

Khas Idul Fitri. Khas Idul Fitri di Indonesia.

Aku terdiam, sejenak merenungi. Apa urgensi Idul Fitri bagi kita?

Satu bulan sudah kita berpuasa. Menempa diri di bulan yang Allah sungguh janjikan keberlipatan ganda pahala di dalamnya. Sebulan menahan diri. Tapi, sungguhkah di mata Allah kita benar-benar menahan diri? Sudahkah kita benar-benar maksimal dalam menjalankan bulan suci ini?

Sungguh takut rasanya bahwa sebulan yang baru saja kita lalui itu tak punya nilai yang bermakna di mata Allah. Takut akan terselipnya rasa sombong di antara amal-amal kita, sehingga terhalang catatan baiknya. Sungguh sedih pula ketika menyadari bahwa Ramadhan yang baru saja berlalu telah dilalui dengan tidak maksimal. Usaha yang kurang untuk meraih pahala-Nya. Padahal, Allah telah begitu baiknya memberikan pahala berlipat ganda. Maka kini, ketika ia pergi, bagaimana perasaan kita?

Jujur, aku sedih melepas kepergian Ramadhan. Menyadari bahwa betapa sangat kurang maksimalnya aku berusaha meraih pahala yang dijanjikannya. Menyadari bahwa momen penting ini telah aku lewatkan tanpa ada sesuatu yang dapat aku banggakan di hadapan Allah kelak.

*Ya Allah, maafkan aku. Maafkan aku yang tak pandai bersyukur atas karunia Bulan yang penuh janji-Mu ini. Maafkan aku atas ketidakmaksimalan aku pada Ramadhan ini.

Sekarang, Idul Fitri telah nampak di depan mata. Maka urgensinya adalah bagaimana kita dapat 
mempertahankan segala pencapaian yang telah diusahakan ketika Ramadhan-bahkan sekaligus meningkatkannya. Bagaimana kita menunjukkan diri kita yang bisa menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya, setelah melewati training selama satu bulan pada Ramadhan. Sejatinya, semangat Ramadhanlah yang harus kita jaga untuk seterusnya. Itulah tantangan yang harus kita hadapi ketika Ramadhan berakhir.

Maka aku pun sering heran. Banyak orang yang senang ketika Ramadhan berakhir. Lantas, senang karena apa? Pernah ada seseorang yang menanyakan hal ini padaku. Senang karena esok tidak puasa lagi atau senang dengan momennya? Saat itu, kujawab iseng saja, mungkin mereka senang dengan diskonnya. Hm, entahlah.

Selamat Idul Fitri 1432H semuanya,
Semoga kita bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi dari sebelumnya
Menjadi orang-orang yang dapat mempertahankan segala pencapaian kita selama Ramadhan, bahkan meningkatkannya
Semoga kita dipertemukan kembali dengan Ramadhan tahun berikutnya
Taqabalallahu minna wa minkum, Taqabbal ya kariim
Minal Aidin Wal Faizin
Mohon maaf lahir dan Batin

1 komentar: