Pages

Selasa, 20 November 2012

Hidup Itu Proses

Malam ini, pukul 19.48 saya pulang, melaju kembali bersama si sepeda .
Malam Jogja yang cerah berawan, lampu-lampu yang memukau menambah keindahan.

Ya, sejatinya, semua itu adalah buah dari proses.
Hidup itu proses, nggak ada yang instan.
Sama halnya dengan bohong kalau ada lembaga kursus yang menjanjikan kita akan mahir belajar dalam tiga minggu.

Hidup itu proses.
Bagaimana seseorang kemudian amat ahli bicara agama, paham benar masalah ini itu, hukumnya, dalilnya, ushul fiqihnya.
Hello....dia nggak baru kemaren belajar. Dia udah sering baca kitab agama dari jaman sekolah, paham betul bahwa ia baca kitab-kitab bukan untuk dinilai (jangankan dinilai, mata pelajaran yang menyuruh baca kitab-kitab itu saja tak ada), semata-mata ia baca untuk menebus rasa ingin tahunya. Paham benar bahwa semua yang ia pelajari kini akan digunakan nanti.
Dan ya, benar. Bukan hanya sekedar baca. Ia tahu, bisa mengaplikasikan. Hafal benar kata imam ini begini kata imam itu begitu. Ia tahu, kemudian menyampaikan. Maka otomatis menempellah semua dalam kepalanya.

Bagaimana seseorang kemudian menjadi seorang ilmuwan, peneliti besar. Lakukan riset, jadi pembicara di mana-mana.
Hei, jangan sangka hidup ilmiahnya baru dimulai kemarin. Hobi menelitinya sudah tumbuh jauh-jauh hari saat ia sekolah menengah. Ia pupuk terus rasa ingin tahunya. Ia tebus dengan beli transistor, dioda, resistor, ah apalah itu namanya. Ia buat rangkaian listrik, ciptakan kompor listrik. Kembangkan imajinasi atas inspirasi si penemu lampu Thomas Alva Edison. Ia bisa, mengapa diriku tidak? begitu pikirnya kala itu. Maka jauh-jauh hari ia terus kembangkan ras aingin tahunya. Maka alih-alih kalau ia kini jadi ilmuwan, jadi profesor, apa itu semua tiba-tiba? Tidak.

Sejatinya hidup itu proses. Proses di mana kita terus belajar dan mengembangkan diri. Nggak ada yang instan. Nggak ada yang tiba-tiba jadi. Nggak ada yang disebut kebetulan. Jika hidup itu punya asas sebab akibat, maka kita kini adalah sebab kita di esok hari. Kita di masa depan adalah akibat kita di masa kini. Maka, lantas apa?

Lantas kita harus belajar. Belajarlah dengan sungguh-sungguh. Memahami banyak hal baik, termasuk ilmu agama dan ilmu dunia. Belajarlah, dan bergunalah. Kita nggak akan jadi yang paling baik kalo belum bisa menebar manfaat. Belajarlah, belajarlah dengan penuh kesungguhan. Dengan semangat yang tinggi--bukan semata-mata cari nilai kejar prestasi yang ujung-ujungnya kejar prestise. Biar asas sebab akibat itu buktikan, biar saja. Karena di dunia ini, sungguh nggak ada usaha yang sia-sia.

Belajarlah menekuni banyak hal :") .

*juga termasuk postingan yang menyemangati diri saya sendiri. Sungguh hidup itu proses, kawan. Bersabarlah untuk menuai hasilnya. Jangan terburu-buru dan berharap instan. Terima kasih kepada sesuatu yang menginspirasi. Saya bela-belain langsung nulis demi biar langsung dapet feelnya, hehe. Padahal banyak niatan yang masih dipendem buat saya bikinin curcolannya di blog ini. Tunggu aja :")

Tidak ada komentar:

Posting Komentar