Pages

Jumat, 14 Desember 2012

Jadi Tuhan, Cinta Itu Bagaimana?

Ehem, lumayan lama juga aku ngga ngepost. Dari ide mau ngepost tentang perjuangan lumia, jam satu pulang, lewat depan sarjito yang sepinya masya Allah *padahal kalo siang rame banget banget ampe males lewat sono dan mendingan lewat FK, ampe pengumuman lumia udah keluar, ampe hari ini dah pokoknya baru aku bener-bener ngepost lagi.

Eh, aku juga bingung mau ngasih judul apa di postingan kali ini. Tadi dapet cerita aja sih dari temen (abis ngeliat temen cowo yang jemput temen cewe *eh maksudnya pacarnya deng, deket kos ceweknya itu), yang ujungnya bilang gini : kayaknya di ilkom jadi banyak cinlok deh Fit. *uhuk, ehem, heeeeemmmmm....

Hello, World ! berasa command pertama belajar bahasa pemrograman
Dalem hati aku juga mikir kok, aku juga remaja, aku juga cewek, aku juga tau kalo kita selalu butuh orang (aku ga bilang seseorang loh ya), yang perhatian, yang mau dengerin curcol, yang bisa dijadiin temen suka-duka sampe temen ke kantin. oh iya, percaya atau nggak, kalo anak kosan : temen yang nemenin belanja bulanan *sumpah ini hasil baca blog orang. yaaah pokoknya anything like that. sedikit banyak, aku juga tahu.

aku paham itu manusiawi sekali, kita suka, respect, tertarik, ngefans, kagum, suka, merasa nyaman, enak ngobrol bareng, sayang, cinta, ah apalah itu namanya ~
kadang kita sulit  juga kan bedainnya, serasa beda-beda tipis. Tapi ya memang itulah, itulah fitrah yang udah Allah kasih ke kita.


cuma, yang sekarang ini emang beda, ya.
enam tahun saya sekolah asrama, sekolah di lingkungan "buatan" yang nyaris steril dari hal-hal kayak gitu. Yang intinya, lingkungan sekolah saja udah nggak dukung banget sama yang namanya pacaran, ditambah pemahaman kami semua. di dunia baru saya sekarang ini, orang baru jadian ya diselametin, orang malem minggu sendirian ya kayaknya kesian amat. sindiran-sindiran forever alone yang kayaknya ngehina banget *eh tapi saya bangga liat temen saya ditwitternya nulis gini JOSH : JOmblo Sampe Halal, hehe

Pemahaman, ya pemahaman. Sekalipun paham itu sama sekali bukan jaminan. Bukankah banyak juga orang Islam yang paham aturan menutup aurat tapi belum mau melakukannya? Yah, mungkin sama juga sama hal-hal kayak gitu. Masih ilmu tanpa amal.

Kembali lagi ke masalah ini. Hemm, sejujurnya saya juga bingung mau mulai dari mana untuk menggambarkan isi kepala saya pagi tadi. Oh baiklah, temen saya pernah ngasih tau salah satu quotes kesukaannya, bunyinya gini : Jika kau mencintainya, maka diamlah ! Karena dengan diammu berarti menjaga kesuciannya, kehormatannya, dan penjagaannya.

Seringkali orang jatuh cinta, selalu cemas, penuh harap, dan ngerasain perasaan-perasaan random lainnya. Dada yang buncah, hati yang gerimis, helaan yang tak lega, kepala yang senantiasa tertoleh : menunggu; mencari, hati yang tak mau mengakui, keinginan yang memaksa. Well, itu yang saya amati di dunia saya dulu, dunia yang masih diliputi penjagaan-penjagaan. Di sini yang saya lihat memang lain. Suka itu ya bilang, ya jemput, ya janjian berangkat ke pameran bareng, ya nganter sampe kosan, ya ke mushola bareng--dan kemudian pisah karena emang jalan asuknya emang beda. Dan memang itulah dunia nyata kita. Masih banyak orang yang nggak paham sama larangan Allah buat berdua-duaan sama lawan jenis.

Hati kita berontak~tapi sisi kecil hati kita tahu, selalu tahu.

Hei, Cinta itu apa?
Seorang teman pernah bilang : Bagiku, cinta itu perasaan yang halus, yang seharusnya kalau kita merasakannya kita makin mencintai Allah, makin bersyukur atas anugerah cinta itu, dan tentunya makin mencintaiNya. 
Ini definisi temenku. Kalau nggak setuju ya boleh-boleh aja. Setiap orang punya definisinya masing-masing dalam hal cinta.

Tuhan, jadi cinta itu bagaimana?
Saya suka sekali membaca quotes dari fanpage tere liye. Banyak hal tentang cinta, yang kemudian kita bisa memiliki pemahaman baik atas perasaan itu. Kalau belum pernah baca, silakan baca. Oh dear, sungguh cinta itu manusia sekali. Tapi bukan berarti dengan mengatakan "aku cinta kau" kemudian semua persoalan akan selesai.
Justru kalimat itu menanggung banyak hal setelahnya .

Sungguh tidak ada yang melarang kita untuk tidak mengatakan kalimat itu. Bahkan dalam Quran yang dilarang adalah berdua-duaan, dan bahkan dalam salah satu hadits arbain disarankan untuk mengatakan bahwa kita mencintai seseorang karena Allah (saya bahkan ingat sekali jawaban orang itu adalah juga sebuah doa : Semoga Allah mencintaimu seperti engkau mencintaiku karenaNya *sungguh jawaban yang indah). Hei, tapi itu bukan berarti kita boleh segitu gampangnya bilang suka, bilang cinta. 
Dunia kita sekarang nggak memaknainya seindah itu, teman-temans!

Allah sang Pencipta, sang Penguasa segala hati dan perasaan manusia Maha Tahu atas segala konsekuensi aturan-aturanNya. Allah melarang berduaan ya berarti nggak itu aja. Segala yang merujuk ke arah sana nantinya. Pun masalah bilang. Saya juga dulu mikir kalo bilang akan membuat segalanya terus lega. Tapi kemudian saya juga mikir, terus kalo bilang, lantas apa? oke semua lega, plong, hei, tapi nggak semudah itu. Sungguh nggak semudah itu~ *bingung juga ternyata jelasinnya

Kita pikir semua akan baik-baik saja setelah bilang karena kita juga nggak tau apa yang bakal terjadi -dengan hati, pikiran, dan tingkah laku- kan? Karena kita emang mikir itu sebelum bilang . Tapi sungguh kita nggak bakal mikir kayak gini kalo emang belum memahami bahwa hubungan macem pacaran itu dilarang.


terakhir, tulisan ini saya ketik siang, karena ada kendala koneksi kemudian saya lanjutin malem ini. Eh pas mulai ngenet dan liatin home, ada dua tulisan tentang pacaran. Karena sedikit berkaitan, saya kasih linknya disini deh.


http://www.facebook.com/darwistereliye/posts/472094226174484 *bang Tere jelas nulis lebih banyak lagi kalimat menyentuh/bagus buat direnungkan tentang masalah persaan--lebih dari ini


night, night


Heart beats fast
Colors and promises
How to be brave
How can I love when I'm afraid
To fall
But watching you stand alone
All of my doubt
Suddenly goes away somehow

One step closer

--A Thousand Years-Christina Perri
*salah satu yang entah kenapa mesipun rada ga nyambung aku post juga


*semoga Tuhan mendekatkan semua rahasia perasaan pada jawabannya --Fahd Djibran 

4 komentar:

  1. ga ngerti paragraf ini fit
    "Kita pikir semua akan baik-baik saja setelah bilang karena kita juga nggak tau apa yang bakal terjadi -dengan hati, pikiran, dan tingkah laku- kan? Karena kita emang mikir itu sebelum bilang . Tapi sungguh kita nggak bakal mikir kayak gini kalo emang belum memahami bahwa hubungan macem pacaran itu dilarang."

    BalasHapus
    Balasan
    1. fan, ini ada bbrp poin yg bisa dibaca *bukan tulisan gue--tulisan seorang penulis yg pernah bikin novel roman~

      ada perbedaan segmen pembaca atas novel2 tsb, yg tentu saja, pemahamannya berbeda levelnya. terlepas dari itu, berikut beberapa prinsip mendasar yg selalu sy pakai saat menulis novel2 roman:

      1. mencintai dan dicintai lawan jenis itu manusiawi sekali. kita tdk bisa melawannya, apalagi masa2 remaja.

      2. ketika itu tdk bisa dilawan, maka penting sekali memiliki pemahaman yg baik atas urusan ini. misalnya: tahu kalau pacaran itu terlarang, tahu berdua2an itu terlarang, tahu bahwa lebih baik terus memperbaiki diri, sekolah, belajar apa sj hingga masa itu tiba, tahu bahwa masih banyak bentuk cinta dan mencintai yg lebih hakiki, urgen dan penting, seperti cinta pada keluarga.
      3. dgn pemahaman yg baik tsb, kalaupun ybs akan melepas kalimat, memberitahu dia menyukai seseorang dan sebaliknya, maka secara otomatis kalimat itu justeru membebaskannya. bukan sebaliknya, malah terjebak dgn pola pacaran dll. dan bagi anak2 remaja yg telah dididik dgn baik, bahkan dia paham, meskipun bilang kalimat itu akan melegakan, dia akan memilih tdk bilang, bersabar, terus belajar, dsbgnya, karena dia yakin, masa2 itu akan tiba, dan Allah akan memberikan yg terbaik--semoga sj yg dia taksir sekarang.

      3 prinsip ini tentu saja tdk terlihat sama di buku2 roman tsb. karena memberikan pemahaman ke pembaca (dgn banyak level ilmunya), harus sedemikian rupa. tapi sy berharap, bahkan pembaca2 yg 'modern' sekali, keluarganya sekuler, tahu, bahwa diperlukan pemahaman2 yg baik menyertai urusan cinta.

      secara prinsip, jodoh itu di tangan Tuhan. (titik, tdk ada tapi dan koma lagi)


      --abis ini tulisan gue fan

      ehem, menurut gue, kalo emang akhirnya ngasih tau--sebenernya apa sih yg diharepin? sekalipun kita ngarepin rasa lega, apa iya emang itu aja?

      fan, dengan suka sebenernya kita diajarin menahan--sama dengan bagaimana kita menyimpan rasa suka itu baik-baik dalam diri kita.menahan buat nggak bilang.sekalipun kita beranggapan nggak akan ada yg berubah setelah bilang, tapi apa ada yg bisa jamin? bisa jadisetelah kalimat itu dilepas, malah muncul perasaan yang lebih nggak tenang lagi, malah muncul harapan2 dari yg bilang, dan malah membuat yang dibilangin jadi galau, tambah resah, atau malah merasa ga enakan. jadi, apa itu yg dinamakan lega?

      kita kadang nggak tau, karena perasaan itu biasanya cuma asumsi--perkiraan kita, termasuk bahwa perasaan itu gimana sepinter2nya kita nyembunyiinnya

      maaf kalau masih belum menambah penjelasan dan malah bikin tmbh bingung
      tanya lagi aja :)

      --semoga Allah selalu menjawab perasaan-perasaan kita dengan jawaban baik :)

      Hapus