Pages

Minggu, 27 Januari 2013

Cerita

Ada banyak hal yang dilakukan ketika bercerita. Ia meliputi mulut yang berbicara, telinga yang mendengar, dan rasa perhatian. Juga tentang rasa percaya. ---

Tidak semua orang bisa bererita, baiklah dispesifikkan lagi, tidak semua orang bisa dengan mudah bercerita tentang perasaannya--di sini, aku berbicara bukan tentang hal-hal yang biasa.

Kau tahu, Amanda, mungkin kita selalu butuh seseorang untuk bercerita, sebuah bahu yang nyaman untuk kita bersandar--atau bahkan menangis, seseorang yang selalu bisa dipeluk, seseorang yang mau mendengarkan cerita kita, sekalipun ia sesekali suka sekali mengejek kekonyolan yang kita ceritakan saat itu, atau pura-pura sok tak mengerti apa yang kita bicarakan, atau dia pura-pura tak peduli. Tapi di atas kesalmu atas pura-pura tak kepeduliannya, bukankah bagaimanapun juga cuma dia yang kepadanya kau bercerita? Yang kemudian tahu begitu banyak hal tentangmu, tentang perasaanmu, tentang hal-hal yang selama ini selalu kau usahakan untuk disembunyikan dari teman-teman yang lainnya.

Tapi mungkin kita memang butuh--

Kenapa? Kemudian kau bertanya.

Agar kau tahu, kau tak sendiri di sini. Ada aku yang kemudian tahu dan mendengarkan, kemudian lewatku, kau tahu : bahwa tidak hanya kau yang mengalaminya, tidak hanya kau. Aku juga, terkadang. Juga teman-teman kita lainnya. Tidak hanya Kau, Amanda. Dan kemudian kau sadar, Itu wajar.

Dan kemudian, kita saling melengkapi, saling mendukung, memberi solusi satu sama lain. Memutuskan mana saja yang boleh dan tidak boleh, memutuskan bagaimana kita sama-sama harus bersikap terhadap berbagai perasaan kita yang kemudian terefleksi di sunia nyata. Dari situ kita sama-sama belajar.

Dan kau tahu, ketika di tengah-tengah aku entah bagaimana merasa sudah sangat-salah-jalur, kemudian aku merasa ini semua baik-baik saja --padahal sisi kecil hatiku tahu dan paham itu bukan hal yang baik-baik saja-- aku benar-benar merasa butuh kau. Rutinitas yang berbeda ternyata membuat pemahaman yang sudah sama-sama kita bangun itu rapuh bagiku. Ternyata aku belum sekuat itu, ya...

Jadi mungkin, sejauh apapun, kadang aku tetap harus bercerita...

Allah, aku tahu Kau selalu tahu apapun tentangku, jika suatu ketika aku bererita pada selainMu, izinkanlah aku tetap selalu menjadi hamba yang bergantung padaMu. Dan aku berharap, ada pijak-pijak jalan keluar yang Kau tunjukkan lewat teman-teman berceritaku, teman-teman yang kusayangi dan aku peraya sepenuhnya. Aamiin.

*terinspirasi dari berbagai sumber;--

1 komentar: