Pages

Sabtu, 06 Desember 2014

Rintik Kata-Kata


Hujan adalah rintik kata-kata yang turun di atas kita. Berbahasa sama di sepanjang aspal dan pertokoan. Kita, menerjemahkan rintik itu dengan arti yang berbeda.
Satu kata mewakili canda pintu musim penghujan. Satu kata mewakili romansa di teras kenangan. Kata lain menyesakkan air mata di jalanan.
~
Hujan adalah rintik kata-kata yang turun di atas kita. Berbahasa sama tentang zaman pijakan kita.
Bercerita tentang kelaparan malam dan esok hari. Berkisah tentang jualan yang tak habis hari ini. Atau esok, dimana bumi hanya mimpi-mimpi bau terasi.
~
Aku adalah lelaki di emperan toko itu.
Menikmati rintik kata-kata dan menuliskannya bersamamu.
Kutuliskan keroncong perut penambal ban.
Kutuliskan rintihan nyawa tukang becak yang meregang.
Kutuliskan air mata pengamen yang sakit ibunya.
Aku lelaki di emperan toko itu. Ingin kutampung rintik kata-kata dimukamu. Agar jelas kau lihat kisah-kisah berbeda itu sejati adanya.
Hujan adalah rintik kata-kata...yang bercerita tentang saudara kita.
(Rintik kata-kata/H.H-11-2014)


Puisi Mas Haris. Seminggu yang lalu. Saat hanya lilin yang menerangi ruangan. Saat teater Monolog Sunyi Mas Agus. Benar-benar memecah sunyi yang tercipta karena kami hanya mampu diam tercekat menatap panggung sebagai layar utama.

terima kasih Mas Halama Haris, saya, kami semua suka puisinya :'). Puisi ini dibacakan benar-bear saat hujan, dan entah mengapa gaya Mas Haris, yang duduk di kursi pinggir jendela benar-benar menggambarkan lelaki di emperan toko. Saya benar-benar berhasil memvisualisasikan lelaki di emperan toko yang benar-benar memperhatikan bahwa banyak realita sosial yang terjadi dari emperan toko...dan tentu dari rintik hujan yang seringkali membolak-balik perasaan dan merekam jejak banyak hal. Termasuk keluh, dan kadang sesak yang mendominasi perasaan. Juga barangkali menjadi jeda sejenak bagi orang-orang yang sedang rusuh isi hatinya.

Terima kasih FLP Wilayah Yogyakarta :'). Terima kasih telah membuat hujan kali ini...begitu bermakna :")

seharusnya ditulis hari H saat usai mendengar puisi Mas Haris.
Malam selepas Isya, 6 Desember 2014.

gambar dari sini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar