And they said, "Some things are better left unsaid."
Pages
▼
Senin, 28 Desember 2015
Jumat, 25 Desember 2015
Gradiator @ Nikahan Nadia dan Kak Zaim :)
Barakallahulakumaa Nadia (IC15, FKUNS12) dan Kak Zaim (IC13, FKGUGM10).
Semoga cinta ini membawa ke surga :")
*undangan walimahan ketiga yang saya terima bulan ini :""
Bahagia sekali rasanya ketemu teman-teman @gradiator15. Temen-temen jaman SMA, yang kalo kemaren kata Riri, kita tuh udah ada 3,5 tahun dari wisuda, tetep aja nggak berubah dari dulu :"". well, saya juga ngerasa sih. yang dulu bocil, tetep aja bocil, yang selengean tetep aja selengean. yang aneh, tetep aja aneh. yang cempreng, tetep aja cempreng. yang susah bangun, tetep aja susah bangun.
tapi semoga tetep never broken always unite :')
Bahagia sekali rasanya bersahabat dan berukhuwah dengan kalian :'). Emang bener ya kata Pipeh, kalo nggak ada yang nikah, nanti nggak reunian :P. Nikahan Nadia ini termasuk nikahan paling banyak tamu gycennya, semoga next time juga :") Nikari sampei kemarin sih masih nanyain :
Nikahan siapa ya yang bisa mengumpulkan semua anak Gycennya?
ayo ditunggu ditunggu :')
sayang kalian pake banget. semoga kita semua selalu dijaga Allah dalam jalanNya ya :)
#akhirnyakeBandung (dan suatu tempat yang terunda sekitar 2 tahun lalu) :")
Matamu .
Tapi matamu, Fit.
Matamu penuh rindu.
-seseorang, semalam. saya tertegun membacanya. terbaca-kah?
Matamu penuh rindu.
-seseorang, semalam. saya tertegun membacanya. terbaca-kah?
Selasa, 22 Desember 2015
selamat-hari-ibu-!
Selamat Pagi, Selamat Hari Ibu!
Barangkali hari ini ibu kita tidak terlalu ingin dipajang fotonya di media sosial. Ia hanya ingin anaknya lebih sering menelefon dan lebih sering menyempatkan pulang :')
Minggu, 20 Desember 2015
Sripit @ Ammah Intan Wedding (dan kebaperan setelahnya)
/foto-ini-bikin-baper/
[12/20/2015, 16:03] Putri Ramadhani: Fotonya full of memory n buat memory full 😅
[12/20/2015, 16:03] Putri Ramadhani: Tapi sukaaa😍😍😍
[12/20/2015, 16:23] Zahrah Al Jannah: Aaaaaaaaa sayang kaliaaaaaaaaaan :"
[12/20/2015, 16:29] Zahrah Al Jannah: Baper dek 😜
Gaada 5 bulan lagi mau pisah 😂😂😂
[12/20/2015, 16:30] Ditta Nisa Rofa: Aku juga sayaaaaangg bgt sm kalian. Di akhirat, klo kalian gak nemu ak di surga cari ak di neraka yah 😄😄😄
[12/20/2015, 16:31] Dini Suci Ardini Widyaningsih: Pengen nangis baca tulisan dita
[12/20/2015, 16:31] Dini Suci Ardini Widyaningsih: Baper
[12/20/2015, 16:35] Ditta Nisa Rofa: Aku juga sedih.. tapi ini permintaan beneran k kalian semua[12/20/2015, 16:55] Isna Pujiastuti: Hiks ..
[12/20/2015, 16:58] Putri Ramadhani: ANEKA JENIS SAHABAT, HANYA 1 YANG KEKAL HINGGA AKHIRAT 😃
Rasulullah ﷺ memiliki kawan dari kalangan orang-orang yang setia, hormat, dekat, dan selalu siap mengorbankan harta dan jiwanya untuk melindunginya dari setiap marabahaya di dalam menyampaikn risalah Islam. Mereka kita kenal dengan istilah sahabat.
Ibnu Hajar al-Asqalani asy-Syafi’i pernah berkata: “Sahabat (صحابي, ash-shahabi) ialah orang yang bertemu dengan Rasulullah ﷺ, beriman kepada beliau dan meninggal dalam keadaan Islam.”
Secara tabiat, manusia pada umumnya pasti memiliki kawan dan sahabat. Ada berbagai macam jenis persahabatan. Setidaknya ada tujuh jenis persahabatan, namun hanya 1 yang kekal di dunia hingga akhirat.
1. “Ta’aruffan” , adalah persahabatan yang terjalin karena pernah berkenalan secara kebetulan, seperti pernah bertemu di kereta api, halte, rumah sakit, kantor pos, ATM, bioskop dan lainnya.
2. “Taariiihan”, adalah persahabatan yang terjalin karena faktor sejarah, misalnya teman sekampung, satu almamater, pernah kost bersama, diklat bersama dan sebagainya.
3. “Ahammiyyatan”, adalah persahabatan yang terjalin karena faktor kepentingan tertentu, seperti bisnis, politik, boleh jadi juga karena ada maunya dan sebagainya.
4. “Faarihan”, adalah persahabatan yang terjalin karena faktor hobi, seperti teman futsal, badminton, berburu, memancing, dan sebagainya.
5. “Amalan”, adalah persahabatan yang terjalin karena satu profesi, misalnya sama-sama dokter, guru, dan sebagainya.
6. “Aduwwan”, adalah seolah sahabat tetapi musuh, di depan seolah baik tetapi sebenarnya hatinya penuh benci, menunggu, mengincar kejatuhan sahabatnya, “Bila engkau memperoleh nikmat, ia benci, bila engkau tertimpa musibah, ia senang” (QS 3:120).
Rasulullah ﷺ mengajarkan doa,
“ Ya Allah selamatkanlah hamba dari sahabat yang bila melihat kebaikanku ia sembunyikan, tetapi bila melihat keburukanku ia sebarkan.”
7. “Hubban Iimaanan”, adalah sebuah ikatan persahabatan yang lahir batin, tulus saling cinta dan sayang karena Allah, saling menolong, menasehati, menutupi aib sahabatnya, memberi hadiah, bahkan diam-diam di penghujung malam, ia doakan sahabatnya.
Boleh jadi ia tidak bertemu tetapi ia cinta sahabatnya karena Allah Ta’ala.
Dari ke 7 macam persahabatan di atas, 1 – 6 akan sirna di Akhirat, yang tersisa hanya ikatan persahabatan yang ke 7, yaitu persahabatan yang dilakukan karena Allah (QS 49:10),
“Teman-teman akrab pada hari itu (Qiyamat) menjadi musuh bagi yang lain, kecuali persahabatan karena Ketaqwaan” (QS 43:67).
Selalu saling mengingatkanlah dalam kebaikan dan kesabaran. (muslimahzone.c
[12/20/2015, 17:08] Zahrah Al Jannah: Aku juga sayaaaaangg bgt sm kalian. Di akhirat, klo kalian gak nemu ak di surga cari ak di neraka yah 😄😄😄
[12/20/2015, 17:13] Ufairoh Nurulhayah: Aku juga sayaaaaangg bgt sm kalian. Di akhirat, klo kalian gak nemu ak di surga cari ak di neraka yah 😄😄😄
"Kalau kalian nggak nemu aku di surga, cari aku di neraka yah..."
saya pernah dengar katanya memang teman yang sholih bisa menyelamatkan. Sumber lebih validnya mesti dicari lagi, sih :"
foto tanpa niat fotoo sebenernya, disuruh-suruh aja sama anak-anak pas lagi koosng (padahal antri sebelumnya dan sesudahnya rame)
Akan Ada yang Mencintai Kesederhanaanmu
"Ah, kok pada cantik-cantik sih bajunya. Kayaknya bajuku paling jelek sendiri deh," X, berkata pagi ini. Kala seasrama sedang berkemas hendak pergi ke acara pernikahan pembina asrama.
"Aku juga ini baju dari jaman SMA kok X," aku sambil menyetrika berbicara. Jaman sekarang ini, jadi perempuan susah sekali (ya kalau menyusahkan dirinya sih). Sebagaimana kodratnya yang ingin dilihat cantik, menghadiri undangan akan menjadi persoalan yang sulit kalau merasa nggak punya baju yang pantas (atau disebut baju cantik-tentu dengan kadar masing-masing)
"Tapi ini pada cantik-cantik banget, kayaknya aku paling jelek bajunya." Lagi, mengulang kalimat yang sama.
Saya diam, berpikir sebentar.
"Akan ada yang mencintai kesederhanaanmu, X." Saya berkata demikian karena saya tahu X sebenarnya ingin menyegerakan menikah #eh.
"Haha iya ya (mbak) Fit," katanya. Ia pun berlalu. <- mbak saya dalam kurungkan untuk menyamarkan ini angkatan berapa yang ngomong hehe ^^v
Terus tiba-tiba saya ngomong, "Haha, gue ngomong apa barusan --", ahaha."
Y, temen saya yang baru aja ngaca dan mendengar ketawa, "Hahaha Fit, Fit kamu bijak banget barusan."
Saya juga tertawa, tidak menyadari kalimat barusan yang meluncur begitu saja.
-----
Saya ingin mengulang kalimat ini : jadi perempuan di jaman sekarang ini susah sekali. Ketika semua tren-tren baru bermunculan dan keinginan hati ingin sesuai perkembangan zaman. Ketika perempuan mau terlihat berbeda di acara-acara penting dan berkesan. Pembicaraan soal baju, gaun, kerudung, kosmetik, maskara, lipstik, melintasi obrolan teman-teman saya akhir-akhir ini. Alhamdulillah kalau masih memperhatikan batasan-batasan syar'i. Sayang, karena di dunia ini masih ada yang mengorbankan batasan-batasan.
Saya bersyukur pengaruh bagaimana Ummi saya mendatangi acara-bahkan pernikahan-lebih dominan daripada perkembangan tren mode dan fashion. Terima kasih Allah, Terima kasih Ummi :)
Akan Ada yang Mencintai Kesederhanaanmu, tenang saja.
*haha, padahal mah belakangan ini saya agak nggak tenang karena sesuatu :P
"Aku juga ini baju dari jaman SMA kok X," aku sambil menyetrika berbicara. Jaman sekarang ini, jadi perempuan susah sekali (ya kalau menyusahkan dirinya sih). Sebagaimana kodratnya yang ingin dilihat cantik, menghadiri undangan akan menjadi persoalan yang sulit kalau merasa nggak punya baju yang pantas (atau disebut baju cantik-tentu dengan kadar masing-masing)
"Tapi ini pada cantik-cantik banget, kayaknya aku paling jelek bajunya." Lagi, mengulang kalimat yang sama.
Saya diam, berpikir sebentar.
"Akan ada yang mencintai kesederhanaanmu, X." Saya berkata demikian karena saya tahu X sebenarnya ingin menyegerakan menikah #eh.
"Haha iya ya (mbak) Fit," katanya. Ia pun berlalu. <- mbak saya dalam kurungkan untuk menyamarkan ini angkatan berapa yang ngomong hehe ^^v
Terus tiba-tiba saya ngomong, "Haha, gue ngomong apa barusan --", ahaha."
Y, temen saya yang baru aja ngaca dan mendengar ketawa, "Hahaha Fit, Fit kamu bijak banget barusan."
Saya juga tertawa, tidak menyadari kalimat barusan yang meluncur begitu saja.
-----
Saya ingin mengulang kalimat ini : jadi perempuan di jaman sekarang ini susah sekali. Ketika semua tren-tren baru bermunculan dan keinginan hati ingin sesuai perkembangan zaman. Ketika perempuan mau terlihat berbeda di acara-acara penting dan berkesan. Pembicaraan soal baju, gaun, kerudung, kosmetik, maskara, lipstik, melintasi obrolan teman-teman saya akhir-akhir ini. Alhamdulillah kalau masih memperhatikan batasan-batasan syar'i. Sayang, karena di dunia ini masih ada yang mengorbankan batasan-batasan.
Saya bersyukur pengaruh bagaimana Ummi saya mendatangi acara-bahkan pernikahan-lebih dominan daripada perkembangan tren mode dan fashion. Terima kasih Allah, Terima kasih Ummi :)
Akan Ada yang Mencintai Kesederhanaanmu, tenang saja.
*haha, padahal mah belakangan ini saya agak nggak tenang karena sesuatu :P
Sabtu, 19 Desember 2015
/tango-dan-surat-dari-devi/
dapet sesuatu dari Devi Lukita Sari. Something you found on your wardrobe/bed/pillow is something so surprise and so sweet. Saya sangat suka menemukan kejutan-kejutan kecil di atas pojok-pojok ruang saya di asrama. Sebagaimana mangga dari Jaden, buku dari Zayun, oat dan sari kacang hijau dari Nikari, dan masih banyak yang beelum sempat saya ceritakan.
to be honest, Devi adalah salah satu teman saya yang paling mudah memaknai suatu kejadian. Kalian bisa lihat di tumblrnya. Dia adalah tipikal perasa yang mudah menuai hikmah. Yang ngena kalo ngingetin orang masalah kedekatan sama Allah. Yang peka sama hal-hal kecil yan diceritakan orang lain dan bisa menuangkan itu ke blognya. Tipikal penyabar dan baik hati yang kalau kalian inget gimana Devi, rasanya malu banget sama kualitas ibadah pribadi #hiks.
*ps: kalo semenyenenangkan Nusa, saya kira kami sama-sama dekat karena saling menyenangkan dalam artian : kami sama-sama aneh dan menerima sisi aneh kita masing-masing. ahaha. everyone is special. just become you and i love yourself, the real you :)
ayuk kak Dev kita makan bareng :9
*p.s (lagi) : saya kenal Devi by name dari 2013 di FLP. Real ketemu 2014 awal kalo ga salah di GMIF. Dan sekarang kami seatap di Rumah Kepemimpinan Yogyakarta :")
Tidak Semua Hal Harus Kita Penuhi
Barangkali, tidak semua hal harus kita penuhi. Selama tidak merugikan orang lain.
Detik ini, saya memutar arah kembali. Saya tidak mau ikut melebur dengan ruwetnya jalan khas Sabtu siang. Saya memutar arah, setelah berspekulasi bahwa saya tidak mau menahan perasaan ruwet yang malah kian ruwet jika berhadapan dengan jalanan Sabtu siang.
Saya kemudian memutar arah, dan memilih duduk diam sejenak di teras.
Seperti yang Mbak Lian bilang. Kenapa orang tua melarang anaknya lari-lari karena takut mereka jatuh? Bukankah itu akan membuat mereka mengerti tentang perasaan sakit?
liefs. tulisan ini memang dibiarkan begini.
Detik ini, saya memutar arah kembali. Saya tidak mau ikut melebur dengan ruwetnya jalan khas Sabtu siang. Saya memutar arah, setelah berspekulasi bahwa saya tidak mau menahan perasaan ruwet yang malah kian ruwet jika berhadapan dengan jalanan Sabtu siang.
Saya kemudian memutar arah, dan memilih duduk diam sejenak di teras.
Seperti yang Mbak Lian bilang. Kenapa orang tua melarang anaknya lari-lari karena takut mereka jatuh? Bukankah itu akan membuat mereka mengerti tentang perasaan sakit?
liefs. tulisan ini memang dibiarkan begini.
Senin, 07 Desember 2015
Ayah-Sebuah Novel Andrea Hirata
Saya baru saja menuntaskan Novel Ayah karya Andrea Hirata di lobby kampus *sengaja banget pasang foto dengan background tangga kampus. Meskipun rasanya agak sedih untuk tidak bilang hina kalo inget tadi habis bimbingan dan membaca novel membuat saya merasa jadi tidak fokus mengejar janji masa depan *halah. Tapi saya ingin sekali menghighlight kalimat ini :
Kalau mau bercerita sedikit, sampai tengah-tengah saya bingung kenapa novel ini diberi judul Ayah. Tapi sampai akhir, saya merasa menyesal tidak datang ke toko buku Toga Mas saat Andrea Hirata meluncurkan buku ini. Untuk mendengar keseluruhan apa yang hendak ia paparkan di launching buku (atau bedah buku) hari itu.
Saya tidak berniat meresensi buku dalam tulisan ini. Tapi kutipan tadi menggerakkan saya untuk menulis postingan ini. Bahwa berkah untuk mengabdi pada orang tua tidak diberikan oleh Tuhan untuk semua orang. Barangkali kita adalah salah satu yang Tuhan berikan kesempatan untuk itu. Tidak semua orang berkesempatan untuk mengenali orang tuanya sejak lahir. Tidak semua orang ada pada hubungan yang baik dengan orang tuanya. Tidak semua orang (dengan berbagai alasan baik yang serius maupun yang dibuat-buat) punya waktu untuk sejenak singgah dan bercengkerama dengan ayah-bundanya.
Maka berbahagialah kita, yang masih punya kesempatan untuk itu. Berbahagialah jika masih ada kedua orang tua. Berbahagialah jika masih ada satu orang tua. Berbahagialah jika masih ada orang yang merawatmu sedari kecil, meski kau pun tak tahu siapa orang tuamu. Berbahagialah jika kamu masih punya keluarga. Karena masih ada orang-orang yang mungkin nasibnya tidak seberuntung kita.
Kita boleh jadi mendefinisikan dengan persepsi massing-masing soal berbakti atau mengabdi pada orang tua. Saya boleh jadi sangat baper dengan frase ini karena rasanya sudah lama sekali saya tidak menyentuh home; bukan house karena keterpaparan ini. Ah, atau barangkali saya saja yang terlalu membuat-buat alasan.
Pulanglah, nak.
Hei, tapi saya belum ingin menyelesaikan tulisan ini sampai sana. Saya ingin berterimakasih pada Pak Cik *untuk tidak bilang Boi atau Bung* Andrea Hirata. Lama sekali rasanya tidak baca novel tebal dan meski ngga segitunya, saya cukup ketagihan baca buku ini dan terbuai dengan majas-majas penulisan Melayu yang khas. Selain kekaguman saya terhadap Laskar Pelangi yang sudah diterjemahkan entah sampai beraapa bahasa *bangga sekali rasanya melihat cover-ccover buku itu berjajar rapi dicetak di kertass-kertas ini. Pak Cik, tunggu aku di Museum Kata Belitong. Kelak, saya akan ke sana :") Aamiin.
"Dari Amiru aku belajar bahwa tak semua orang mendapat berkah untuk mengabdi kepada orangtua."
Kalau mau bercerita sedikit, sampai tengah-tengah saya bingung kenapa novel ini diberi judul Ayah. Tapi sampai akhir, saya merasa menyesal tidak datang ke toko buku Toga Mas saat Andrea Hirata meluncurkan buku ini. Untuk mendengar keseluruhan apa yang hendak ia paparkan di launching buku (atau bedah buku) hari itu.
Saya tidak berniat meresensi buku dalam tulisan ini. Tapi kutipan tadi menggerakkan saya untuk menulis postingan ini. Bahwa berkah untuk mengabdi pada orang tua tidak diberikan oleh Tuhan untuk semua orang. Barangkali kita adalah salah satu yang Tuhan berikan kesempatan untuk itu. Tidak semua orang berkesempatan untuk mengenali orang tuanya sejak lahir. Tidak semua orang ada pada hubungan yang baik dengan orang tuanya. Tidak semua orang (dengan berbagai alasan baik yang serius maupun yang dibuat-buat) punya waktu untuk sejenak singgah dan bercengkerama dengan ayah-bundanya.
Maka berbahagialah kita, yang masih punya kesempatan untuk itu. Berbahagialah jika masih ada kedua orang tua. Berbahagialah jika masih ada satu orang tua. Berbahagialah jika masih ada orang yang merawatmu sedari kecil, meski kau pun tak tahu siapa orang tuamu. Berbahagialah jika kamu masih punya keluarga. Karena masih ada orang-orang yang mungkin nasibnya tidak seberuntung kita.
Kita boleh jadi mendefinisikan dengan persepsi massing-masing soal berbakti atau mengabdi pada orang tua. Saya boleh jadi sangat baper dengan frase ini karena rasanya sudah lama sekali saya tidak menyentuh home; bukan house karena keterpaparan ini. Ah, atau barangkali saya saja yang terlalu membuat-buat alasan.
Pulanglah, nak.
Hei, tapi saya belum ingin menyelesaikan tulisan ini sampai sana. Saya ingin berterimakasih pada Pak Cik *untuk tidak bilang Boi atau Bung* Andrea Hirata. Lama sekali rasanya tidak baca novel tebal dan meski ngga segitunya, saya cukup ketagihan baca buku ini dan terbuai dengan majas-majas penulisan Melayu yang khas. Selain kekaguman saya terhadap Laskar Pelangi yang sudah diterjemahkan entah sampai beraapa bahasa *bangga sekali rasanya melihat cover-ccover buku itu berjajar rapi dicetak di kertass-kertas ini. Pak Cik, tunggu aku di Museum Kata Belitong. Kelak, saya akan ke sana :") Aamiin.
Sabtu, 05 Desember 2015
Hujan dan Doa
Mentari,
pagi sesiang ini hujan. Petrichornya tak mampu kuendus dari lantai empat tenpatku duduk di pinggir jendela. Kala aku melongokkan kepala ke jendela, yang ada aku hanya disambut bau debu bingkai jendela.
Hujannya menyejukkan, karena aku menikmati hawa luar jadi lebih sejuk. Sejatinya tidak begitu berdampak padaku karena ruangan besar ini berAC. Tapi aku jadi lebih berani untuk membuka jendela.
Dalam hujan, aku memikirkan kesukaanku pada situasi hujan--karena aku tidak sedang terburu. Aku senang memandangi hujan karena aku berada dalam ruangan yang menghindarkan aku dari basah karenamu. Aku ingat tempo hari ketika aku sedang mengurus kertas-kertas. Malas sekali rasanya lepas pakai mantel dan buka tutup ritsleting tas. Ah, orang-orang yang ada di luar sana barangkali sedikit menggerutu karena adamu sedikit mengganggu.
Ketika menulis awal tulisan ini, aku tetiba tersadar bahwa hujan adalah bonus yang tiba-tiba Allah hadirkan untuk memanjat doa. Maka aku beringsut, mengangkat jemari dari tuts-tuts keyboard dan menggumam doa. Dua doa yang belakangan tercipta, satu doa beberapa tahun belakangan yang akhir-akhir ini aku mulai lalai mengucapannya.
Lalu aku tersenyum.
di sana hujan juga kah?
hujannya mulai reda. semoga tidak hanya aku yang mengaaminkan doanya.
pagi sesiang ini hujan. Petrichornya tak mampu kuendus dari lantai empat tenpatku duduk di pinggir jendela. Kala aku melongokkan kepala ke jendela, yang ada aku hanya disambut bau debu bingkai jendela.
Hujannya menyejukkan, karena aku menikmati hawa luar jadi lebih sejuk. Sejatinya tidak begitu berdampak padaku karena ruangan besar ini berAC. Tapi aku jadi lebih berani untuk membuka jendela.
Dalam hujan, aku memikirkan kesukaanku pada situasi hujan--karena aku tidak sedang terburu. Aku senang memandangi hujan karena aku berada dalam ruangan yang menghindarkan aku dari basah karenamu. Aku ingat tempo hari ketika aku sedang mengurus kertas-kertas. Malas sekali rasanya lepas pakai mantel dan buka tutup ritsleting tas. Ah, orang-orang yang ada di luar sana barangkali sedikit menggerutu karena adamu sedikit mengganggu.
Ketika menulis awal tulisan ini, aku tetiba tersadar bahwa hujan adalah bonus yang tiba-tiba Allah hadirkan untuk memanjat doa. Maka aku beringsut, mengangkat jemari dari tuts-tuts keyboard dan menggumam doa. Dua doa yang belakangan tercipta, satu doa beberapa tahun belakangan yang akhir-akhir ini aku mulai lalai mengucapannya.
Lalu aku tersenyum.
di sana hujan juga kah?
hujannya mulai reda. semoga tidak hanya aku yang mengaaminkan doanya.
Rabu, 02 Desember 2015
Gembok dan Kunci
membaca ending tulisan Al Fath yang dia posting di notes facebook bikin saya pengen nulis agak galau. Tapi tidak sekarang, hihihi. Semoga segala gembok segera menemukan kuncinya. Semoga setiap kita selalu mendewasa setiap harinya. Semoga setiap doa terkabul dengan perasaan bahagia yang menyisa di setiap jiwa.
inget pertanyaan Nda kemarin di telepon :")
karena waktu memang tidak pernah berjalan mundur :")
inget pertanyaan Nda kemarin di telepon :")
karena waktu memang tidak pernah berjalan mundur :")
Selasa, 01 Desember 2015
Kebangkitan Sebuah Negara
Kebangkitan sebuah negara itu karena dua hal : kebijaksanaan orang tuanya dan semangat para pemudanya.
-Dea Tantyo, penulis buku LEIDEN!
kalau kalian merhatiin tanggal, tentu kalian akan ngeh kalau postingan tiap awal bulan yang bau-bau quote gitu pastilah karena saya sedang mengejar Tugas Bulanan #hemh.
Desember
Barangkali kita termasuk pada orang-orang yang terlalu terlena pada waktu sehingga gemar sekali bilang tau-tau. Tau-tau sudah semester tujuh. Tau-tau sudah Desember.
Saya hendak menulis postingan semacam ini di awal November kemarin. Tapi pada akhirnya nggak jadi. Dan sekarang, tau-tau sudah Desember. Sudah mau pemira, sudah mau UAS, sudah mau semester delapan yang artinay it means pada akhirnya saya akan ambil skripsi beneran.
Sudah mau liburan, it means, sebentar lagi pun akan ada evaluasi semester *sesiap apa Fit kamu sekarang?
ayok Fit, bebenah! lebih terencana lagi dan....
ayo ndang nerjain tugas bulanan. Karena 1-23.59 akan tiba sebentar lagi :3
Semangaaat \^^/
Selamat Datang Desember :)
ayo kita berkawan :3
Saya hendak menulis postingan semacam ini di awal November kemarin. Tapi pada akhirnya nggak jadi. Dan sekarang, tau-tau sudah Desember. Sudah mau pemira, sudah mau UAS, sudah mau semester delapan yang artinay it means pada akhirnya saya akan ambil skripsi beneran.
Sudah mau liburan, it means, sebentar lagi pun akan ada evaluasi semester *sesiap apa Fit kamu sekarang?
ayok Fit, bebenah! lebih terencana lagi dan....
ayo ndang nerjain tugas bulanan. Karena 1-23.59 akan tiba sebentar lagi :3
Semangaaat \^^/
Selamat Datang Desember :)
ayo kita berkawan :3