And they said, "Some things are better left unsaid."
Pages
▼
Senin, 28 Desember 2015
Jumat, 25 Desember 2015
Gradiator @ Nikahan Nadia dan Kak Zaim :)
Barakallahulakumaa Nadia (IC15, FKUNS12) dan Kak Zaim (IC13, FKGUGM10).
Semoga cinta ini membawa ke surga :")
*undangan walimahan ketiga yang saya terima bulan ini :""
Bahagia sekali rasanya ketemu teman-teman @gradiator15. Temen-temen jaman SMA, yang kalo kemaren kata Riri, kita tuh udah ada 3,5 tahun dari wisuda, tetep aja nggak berubah dari dulu :"". well, saya juga ngerasa sih. yang dulu bocil, tetep aja bocil, yang selengean tetep aja selengean. yang aneh, tetep aja aneh. yang cempreng, tetep aja cempreng. yang susah bangun, tetep aja susah bangun.
tapi semoga tetep never broken always unite :')
Bahagia sekali rasanya bersahabat dan berukhuwah dengan kalian :'). Emang bener ya kata Pipeh, kalo nggak ada yang nikah, nanti nggak reunian :P. Nikahan Nadia ini termasuk nikahan paling banyak tamu gycennya, semoga next time juga :") Nikari sampei kemarin sih masih nanyain :
Nikahan siapa ya yang bisa mengumpulkan semua anak Gycennya?
ayo ditunggu ditunggu :')
sayang kalian pake banget. semoga kita semua selalu dijaga Allah dalam jalanNya ya :)
#akhirnyakeBandung (dan suatu tempat yang terunda sekitar 2 tahun lalu) :")
Matamu .
Tapi matamu, Fit.
Matamu penuh rindu.
-seseorang, semalam. saya tertegun membacanya. terbaca-kah?
Matamu penuh rindu.
-seseorang, semalam. saya tertegun membacanya. terbaca-kah?
Selasa, 22 Desember 2015
selamat-hari-ibu-!
Selamat Pagi, Selamat Hari Ibu!
Barangkali hari ini ibu kita tidak terlalu ingin dipajang fotonya di media sosial. Ia hanya ingin anaknya lebih sering menelefon dan lebih sering menyempatkan pulang :')
Minggu, 20 Desember 2015
Sripit @ Ammah Intan Wedding (dan kebaperan setelahnya)
/foto-ini-bikin-baper/
[12/20/2015, 16:03] Putri Ramadhani: Fotonya full of memory n buat memory full 😅
[12/20/2015, 16:03] Putri Ramadhani: Tapi sukaaa😍😍😍
[12/20/2015, 16:23] Zahrah Al Jannah: Aaaaaaaaa sayang kaliaaaaaaaaaan :"
[12/20/2015, 16:29] Zahrah Al Jannah: Baper dek 😜
Gaada 5 bulan lagi mau pisah 😂😂😂
[12/20/2015, 16:30] Ditta Nisa Rofa: Aku juga sayaaaaangg bgt sm kalian. Di akhirat, klo kalian gak nemu ak di surga cari ak di neraka yah 😄😄😄
[12/20/2015, 16:31] Dini Suci Ardini Widyaningsih: Pengen nangis baca tulisan dita
[12/20/2015, 16:31] Dini Suci Ardini Widyaningsih: Baper
[12/20/2015, 16:35] Ditta Nisa Rofa: Aku juga sedih.. tapi ini permintaan beneran k kalian semua[12/20/2015, 16:55] Isna Pujiastuti: Hiks ..
[12/20/2015, 16:58] Putri Ramadhani: ANEKA JENIS SAHABAT, HANYA 1 YANG KEKAL HINGGA AKHIRAT 😃
Rasulullah ﷺ memiliki kawan dari kalangan orang-orang yang setia, hormat, dekat, dan selalu siap mengorbankan harta dan jiwanya untuk melindunginya dari setiap marabahaya di dalam menyampaikn risalah Islam. Mereka kita kenal dengan istilah sahabat.
Ibnu Hajar al-Asqalani asy-Syafi’i pernah berkata: “Sahabat (صحابي, ash-shahabi) ialah orang yang bertemu dengan Rasulullah ﷺ, beriman kepada beliau dan meninggal dalam keadaan Islam.”
Secara tabiat, manusia pada umumnya pasti memiliki kawan dan sahabat. Ada berbagai macam jenis persahabatan. Setidaknya ada tujuh jenis persahabatan, namun hanya 1 yang kekal di dunia hingga akhirat.
1. “Ta’aruffan” , adalah persahabatan yang terjalin karena pernah berkenalan secara kebetulan, seperti pernah bertemu di kereta api, halte, rumah sakit, kantor pos, ATM, bioskop dan lainnya.
2. “Taariiihan”, adalah persahabatan yang terjalin karena faktor sejarah, misalnya teman sekampung, satu almamater, pernah kost bersama, diklat bersama dan sebagainya.
3. “Ahammiyyatan”, adalah persahabatan yang terjalin karena faktor kepentingan tertentu, seperti bisnis, politik, boleh jadi juga karena ada maunya dan sebagainya.
4. “Faarihan”, adalah persahabatan yang terjalin karena faktor hobi, seperti teman futsal, badminton, berburu, memancing, dan sebagainya.
5. “Amalan”, adalah persahabatan yang terjalin karena satu profesi, misalnya sama-sama dokter, guru, dan sebagainya.
6. “Aduwwan”, adalah seolah sahabat tetapi musuh, di depan seolah baik tetapi sebenarnya hatinya penuh benci, menunggu, mengincar kejatuhan sahabatnya, “Bila engkau memperoleh nikmat, ia benci, bila engkau tertimpa musibah, ia senang” (QS 3:120).
Rasulullah ﷺ mengajarkan doa,
“ Ya Allah selamatkanlah hamba dari sahabat yang bila melihat kebaikanku ia sembunyikan, tetapi bila melihat keburukanku ia sebarkan.”
7. “Hubban Iimaanan”, adalah sebuah ikatan persahabatan yang lahir batin, tulus saling cinta dan sayang karena Allah, saling menolong, menasehati, menutupi aib sahabatnya, memberi hadiah, bahkan diam-diam di penghujung malam, ia doakan sahabatnya.
Boleh jadi ia tidak bertemu tetapi ia cinta sahabatnya karena Allah Ta’ala.
Dari ke 7 macam persahabatan di atas, 1 – 6 akan sirna di Akhirat, yang tersisa hanya ikatan persahabatan yang ke 7, yaitu persahabatan yang dilakukan karena Allah (QS 49:10),
“Teman-teman akrab pada hari itu (Qiyamat) menjadi musuh bagi yang lain, kecuali persahabatan karena Ketaqwaan” (QS 43:67).
Selalu saling mengingatkanlah dalam kebaikan dan kesabaran. (muslimahzone.c
[12/20/2015, 17:08] Zahrah Al Jannah: Aku juga sayaaaaangg bgt sm kalian. Di akhirat, klo kalian gak nemu ak di surga cari ak di neraka yah 😄😄😄
[12/20/2015, 17:13] Ufairoh Nurulhayah: Aku juga sayaaaaangg bgt sm kalian. Di akhirat, klo kalian gak nemu ak di surga cari ak di neraka yah 😄😄😄
"Kalau kalian nggak nemu aku di surga, cari aku di neraka yah..."
saya pernah dengar katanya memang teman yang sholih bisa menyelamatkan. Sumber lebih validnya mesti dicari lagi, sih :"
foto tanpa niat fotoo sebenernya, disuruh-suruh aja sama anak-anak pas lagi koosng (padahal antri sebelumnya dan sesudahnya rame)
Akan Ada yang Mencintai Kesederhanaanmu
"Ah, kok pada cantik-cantik sih bajunya. Kayaknya bajuku paling jelek sendiri deh," X, berkata pagi ini. Kala seasrama sedang berkemas hendak pergi ke acara pernikahan pembina asrama.
"Aku juga ini baju dari jaman SMA kok X," aku sambil menyetrika berbicara. Jaman sekarang ini, jadi perempuan susah sekali (ya kalau menyusahkan dirinya sih). Sebagaimana kodratnya yang ingin dilihat cantik, menghadiri undangan akan menjadi persoalan yang sulit kalau merasa nggak punya baju yang pantas (atau disebut baju cantik-tentu dengan kadar masing-masing)
"Tapi ini pada cantik-cantik banget, kayaknya aku paling jelek bajunya." Lagi, mengulang kalimat yang sama.
Saya diam, berpikir sebentar.
"Akan ada yang mencintai kesederhanaanmu, X." Saya berkata demikian karena saya tahu X sebenarnya ingin menyegerakan menikah #eh.
"Haha iya ya (mbak) Fit," katanya. Ia pun berlalu. <- mbak saya dalam kurungkan untuk menyamarkan ini angkatan berapa yang ngomong hehe ^^v
Terus tiba-tiba saya ngomong, "Haha, gue ngomong apa barusan --", ahaha."
Y, temen saya yang baru aja ngaca dan mendengar ketawa, "Hahaha Fit, Fit kamu bijak banget barusan."
Saya juga tertawa, tidak menyadari kalimat barusan yang meluncur begitu saja.
-----
Saya ingin mengulang kalimat ini : jadi perempuan di jaman sekarang ini susah sekali. Ketika semua tren-tren baru bermunculan dan keinginan hati ingin sesuai perkembangan zaman. Ketika perempuan mau terlihat berbeda di acara-acara penting dan berkesan. Pembicaraan soal baju, gaun, kerudung, kosmetik, maskara, lipstik, melintasi obrolan teman-teman saya akhir-akhir ini. Alhamdulillah kalau masih memperhatikan batasan-batasan syar'i. Sayang, karena di dunia ini masih ada yang mengorbankan batasan-batasan.
Saya bersyukur pengaruh bagaimana Ummi saya mendatangi acara-bahkan pernikahan-lebih dominan daripada perkembangan tren mode dan fashion. Terima kasih Allah, Terima kasih Ummi :)
Akan Ada yang Mencintai Kesederhanaanmu, tenang saja.
*haha, padahal mah belakangan ini saya agak nggak tenang karena sesuatu :P
"Aku juga ini baju dari jaman SMA kok X," aku sambil menyetrika berbicara. Jaman sekarang ini, jadi perempuan susah sekali (ya kalau menyusahkan dirinya sih). Sebagaimana kodratnya yang ingin dilihat cantik, menghadiri undangan akan menjadi persoalan yang sulit kalau merasa nggak punya baju yang pantas (atau disebut baju cantik-tentu dengan kadar masing-masing)
"Tapi ini pada cantik-cantik banget, kayaknya aku paling jelek bajunya." Lagi, mengulang kalimat yang sama.
Saya diam, berpikir sebentar.
"Akan ada yang mencintai kesederhanaanmu, X." Saya berkata demikian karena saya tahu X sebenarnya ingin menyegerakan menikah #eh.
"Haha iya ya (mbak) Fit," katanya. Ia pun berlalu. <- mbak saya dalam kurungkan untuk menyamarkan ini angkatan berapa yang ngomong hehe ^^v
Terus tiba-tiba saya ngomong, "Haha, gue ngomong apa barusan --", ahaha."
Y, temen saya yang baru aja ngaca dan mendengar ketawa, "Hahaha Fit, Fit kamu bijak banget barusan."
Saya juga tertawa, tidak menyadari kalimat barusan yang meluncur begitu saja.
-----
Saya ingin mengulang kalimat ini : jadi perempuan di jaman sekarang ini susah sekali. Ketika semua tren-tren baru bermunculan dan keinginan hati ingin sesuai perkembangan zaman. Ketika perempuan mau terlihat berbeda di acara-acara penting dan berkesan. Pembicaraan soal baju, gaun, kerudung, kosmetik, maskara, lipstik, melintasi obrolan teman-teman saya akhir-akhir ini. Alhamdulillah kalau masih memperhatikan batasan-batasan syar'i. Sayang, karena di dunia ini masih ada yang mengorbankan batasan-batasan.
Saya bersyukur pengaruh bagaimana Ummi saya mendatangi acara-bahkan pernikahan-lebih dominan daripada perkembangan tren mode dan fashion. Terima kasih Allah, Terima kasih Ummi :)
Akan Ada yang Mencintai Kesederhanaanmu, tenang saja.
*haha, padahal mah belakangan ini saya agak nggak tenang karena sesuatu :P
Sabtu, 19 Desember 2015
/tango-dan-surat-dari-devi/
dapet sesuatu dari Devi Lukita Sari. Something you found on your wardrobe/bed/pillow is something so surprise and so sweet. Saya sangat suka menemukan kejutan-kejutan kecil di atas pojok-pojok ruang saya di asrama. Sebagaimana mangga dari Jaden, buku dari Zayun, oat dan sari kacang hijau dari Nikari, dan masih banyak yang beelum sempat saya ceritakan.
to be honest, Devi adalah salah satu teman saya yang paling mudah memaknai suatu kejadian. Kalian bisa lihat di tumblrnya. Dia adalah tipikal perasa yang mudah menuai hikmah. Yang ngena kalo ngingetin orang masalah kedekatan sama Allah. Yang peka sama hal-hal kecil yan diceritakan orang lain dan bisa menuangkan itu ke blognya. Tipikal penyabar dan baik hati yang kalau kalian inget gimana Devi, rasanya malu banget sama kualitas ibadah pribadi #hiks.
*ps: kalo semenyenenangkan Nusa, saya kira kami sama-sama dekat karena saling menyenangkan dalam artian : kami sama-sama aneh dan menerima sisi aneh kita masing-masing. ahaha. everyone is special. just become you and i love yourself, the real you :)
ayuk kak Dev kita makan bareng :9
*p.s (lagi) : saya kenal Devi by name dari 2013 di FLP. Real ketemu 2014 awal kalo ga salah di GMIF. Dan sekarang kami seatap di Rumah Kepemimpinan Yogyakarta :")
Tidak Semua Hal Harus Kita Penuhi
Barangkali, tidak semua hal harus kita penuhi. Selama tidak merugikan orang lain.
Detik ini, saya memutar arah kembali. Saya tidak mau ikut melebur dengan ruwetnya jalan khas Sabtu siang. Saya memutar arah, setelah berspekulasi bahwa saya tidak mau menahan perasaan ruwet yang malah kian ruwet jika berhadapan dengan jalanan Sabtu siang.
Saya kemudian memutar arah, dan memilih duduk diam sejenak di teras.
Seperti yang Mbak Lian bilang. Kenapa orang tua melarang anaknya lari-lari karena takut mereka jatuh? Bukankah itu akan membuat mereka mengerti tentang perasaan sakit?
liefs. tulisan ini memang dibiarkan begini.
Detik ini, saya memutar arah kembali. Saya tidak mau ikut melebur dengan ruwetnya jalan khas Sabtu siang. Saya memutar arah, setelah berspekulasi bahwa saya tidak mau menahan perasaan ruwet yang malah kian ruwet jika berhadapan dengan jalanan Sabtu siang.
Saya kemudian memutar arah, dan memilih duduk diam sejenak di teras.
Seperti yang Mbak Lian bilang. Kenapa orang tua melarang anaknya lari-lari karena takut mereka jatuh? Bukankah itu akan membuat mereka mengerti tentang perasaan sakit?
liefs. tulisan ini memang dibiarkan begini.
Senin, 07 Desember 2015
Ayah-Sebuah Novel Andrea Hirata
Saya baru saja menuntaskan Novel Ayah karya Andrea Hirata di lobby kampus *sengaja banget pasang foto dengan background tangga kampus. Meskipun rasanya agak sedih untuk tidak bilang hina kalo inget tadi habis bimbingan dan membaca novel membuat saya merasa jadi tidak fokus mengejar janji masa depan *halah. Tapi saya ingin sekali menghighlight kalimat ini :
Kalau mau bercerita sedikit, sampai tengah-tengah saya bingung kenapa novel ini diberi judul Ayah. Tapi sampai akhir, saya merasa menyesal tidak datang ke toko buku Toga Mas saat Andrea Hirata meluncurkan buku ini. Untuk mendengar keseluruhan apa yang hendak ia paparkan di launching buku (atau bedah buku) hari itu.
Saya tidak berniat meresensi buku dalam tulisan ini. Tapi kutipan tadi menggerakkan saya untuk menulis postingan ini. Bahwa berkah untuk mengabdi pada orang tua tidak diberikan oleh Tuhan untuk semua orang. Barangkali kita adalah salah satu yang Tuhan berikan kesempatan untuk itu. Tidak semua orang berkesempatan untuk mengenali orang tuanya sejak lahir. Tidak semua orang ada pada hubungan yang baik dengan orang tuanya. Tidak semua orang (dengan berbagai alasan baik yang serius maupun yang dibuat-buat) punya waktu untuk sejenak singgah dan bercengkerama dengan ayah-bundanya.
Maka berbahagialah kita, yang masih punya kesempatan untuk itu. Berbahagialah jika masih ada kedua orang tua. Berbahagialah jika masih ada satu orang tua. Berbahagialah jika masih ada orang yang merawatmu sedari kecil, meski kau pun tak tahu siapa orang tuamu. Berbahagialah jika kamu masih punya keluarga. Karena masih ada orang-orang yang mungkin nasibnya tidak seberuntung kita.
Kita boleh jadi mendefinisikan dengan persepsi massing-masing soal berbakti atau mengabdi pada orang tua. Saya boleh jadi sangat baper dengan frase ini karena rasanya sudah lama sekali saya tidak menyentuh home; bukan house karena keterpaparan ini. Ah, atau barangkali saya saja yang terlalu membuat-buat alasan.
Pulanglah, nak.
Hei, tapi saya belum ingin menyelesaikan tulisan ini sampai sana. Saya ingin berterimakasih pada Pak Cik *untuk tidak bilang Boi atau Bung* Andrea Hirata. Lama sekali rasanya tidak baca novel tebal dan meski ngga segitunya, saya cukup ketagihan baca buku ini dan terbuai dengan majas-majas penulisan Melayu yang khas. Selain kekaguman saya terhadap Laskar Pelangi yang sudah diterjemahkan entah sampai beraapa bahasa *bangga sekali rasanya melihat cover-ccover buku itu berjajar rapi dicetak di kertass-kertas ini. Pak Cik, tunggu aku di Museum Kata Belitong. Kelak, saya akan ke sana :") Aamiin.
"Dari Amiru aku belajar bahwa tak semua orang mendapat berkah untuk mengabdi kepada orangtua."
Kalau mau bercerita sedikit, sampai tengah-tengah saya bingung kenapa novel ini diberi judul Ayah. Tapi sampai akhir, saya merasa menyesal tidak datang ke toko buku Toga Mas saat Andrea Hirata meluncurkan buku ini. Untuk mendengar keseluruhan apa yang hendak ia paparkan di launching buku (atau bedah buku) hari itu.
Saya tidak berniat meresensi buku dalam tulisan ini. Tapi kutipan tadi menggerakkan saya untuk menulis postingan ini. Bahwa berkah untuk mengabdi pada orang tua tidak diberikan oleh Tuhan untuk semua orang. Barangkali kita adalah salah satu yang Tuhan berikan kesempatan untuk itu. Tidak semua orang berkesempatan untuk mengenali orang tuanya sejak lahir. Tidak semua orang ada pada hubungan yang baik dengan orang tuanya. Tidak semua orang (dengan berbagai alasan baik yang serius maupun yang dibuat-buat) punya waktu untuk sejenak singgah dan bercengkerama dengan ayah-bundanya.
Maka berbahagialah kita, yang masih punya kesempatan untuk itu. Berbahagialah jika masih ada kedua orang tua. Berbahagialah jika masih ada satu orang tua. Berbahagialah jika masih ada orang yang merawatmu sedari kecil, meski kau pun tak tahu siapa orang tuamu. Berbahagialah jika kamu masih punya keluarga. Karena masih ada orang-orang yang mungkin nasibnya tidak seberuntung kita.
Kita boleh jadi mendefinisikan dengan persepsi massing-masing soal berbakti atau mengabdi pada orang tua. Saya boleh jadi sangat baper dengan frase ini karena rasanya sudah lama sekali saya tidak menyentuh home; bukan house karena keterpaparan ini. Ah, atau barangkali saya saja yang terlalu membuat-buat alasan.
Pulanglah, nak.
Hei, tapi saya belum ingin menyelesaikan tulisan ini sampai sana. Saya ingin berterimakasih pada Pak Cik *untuk tidak bilang Boi atau Bung* Andrea Hirata. Lama sekali rasanya tidak baca novel tebal dan meski ngga segitunya, saya cukup ketagihan baca buku ini dan terbuai dengan majas-majas penulisan Melayu yang khas. Selain kekaguman saya terhadap Laskar Pelangi yang sudah diterjemahkan entah sampai beraapa bahasa *bangga sekali rasanya melihat cover-ccover buku itu berjajar rapi dicetak di kertass-kertas ini. Pak Cik, tunggu aku di Museum Kata Belitong. Kelak, saya akan ke sana :") Aamiin.
Sabtu, 05 Desember 2015
Hujan dan Doa
Mentari,
pagi sesiang ini hujan. Petrichornya tak mampu kuendus dari lantai empat tenpatku duduk di pinggir jendela. Kala aku melongokkan kepala ke jendela, yang ada aku hanya disambut bau debu bingkai jendela.
Hujannya menyejukkan, karena aku menikmati hawa luar jadi lebih sejuk. Sejatinya tidak begitu berdampak padaku karena ruangan besar ini berAC. Tapi aku jadi lebih berani untuk membuka jendela.
Dalam hujan, aku memikirkan kesukaanku pada situasi hujan--karena aku tidak sedang terburu. Aku senang memandangi hujan karena aku berada dalam ruangan yang menghindarkan aku dari basah karenamu. Aku ingat tempo hari ketika aku sedang mengurus kertas-kertas. Malas sekali rasanya lepas pakai mantel dan buka tutup ritsleting tas. Ah, orang-orang yang ada di luar sana barangkali sedikit menggerutu karena adamu sedikit mengganggu.
Ketika menulis awal tulisan ini, aku tetiba tersadar bahwa hujan adalah bonus yang tiba-tiba Allah hadirkan untuk memanjat doa. Maka aku beringsut, mengangkat jemari dari tuts-tuts keyboard dan menggumam doa. Dua doa yang belakangan tercipta, satu doa beberapa tahun belakangan yang akhir-akhir ini aku mulai lalai mengucapannya.
Lalu aku tersenyum.
di sana hujan juga kah?
hujannya mulai reda. semoga tidak hanya aku yang mengaaminkan doanya.
pagi sesiang ini hujan. Petrichornya tak mampu kuendus dari lantai empat tenpatku duduk di pinggir jendela. Kala aku melongokkan kepala ke jendela, yang ada aku hanya disambut bau debu bingkai jendela.
Hujannya menyejukkan, karena aku menikmati hawa luar jadi lebih sejuk. Sejatinya tidak begitu berdampak padaku karena ruangan besar ini berAC. Tapi aku jadi lebih berani untuk membuka jendela.
Dalam hujan, aku memikirkan kesukaanku pada situasi hujan--karena aku tidak sedang terburu. Aku senang memandangi hujan karena aku berada dalam ruangan yang menghindarkan aku dari basah karenamu. Aku ingat tempo hari ketika aku sedang mengurus kertas-kertas. Malas sekali rasanya lepas pakai mantel dan buka tutup ritsleting tas. Ah, orang-orang yang ada di luar sana barangkali sedikit menggerutu karena adamu sedikit mengganggu.
Ketika menulis awal tulisan ini, aku tetiba tersadar bahwa hujan adalah bonus yang tiba-tiba Allah hadirkan untuk memanjat doa. Maka aku beringsut, mengangkat jemari dari tuts-tuts keyboard dan menggumam doa. Dua doa yang belakangan tercipta, satu doa beberapa tahun belakangan yang akhir-akhir ini aku mulai lalai mengucapannya.
Lalu aku tersenyum.
di sana hujan juga kah?
hujannya mulai reda. semoga tidak hanya aku yang mengaaminkan doanya.
Rabu, 02 Desember 2015
Gembok dan Kunci
membaca ending tulisan Al Fath yang dia posting di notes facebook bikin saya pengen nulis agak galau. Tapi tidak sekarang, hihihi. Semoga segala gembok segera menemukan kuncinya. Semoga setiap kita selalu mendewasa setiap harinya. Semoga setiap doa terkabul dengan perasaan bahagia yang menyisa di setiap jiwa.
inget pertanyaan Nda kemarin di telepon :")
karena waktu memang tidak pernah berjalan mundur :")
inget pertanyaan Nda kemarin di telepon :")
karena waktu memang tidak pernah berjalan mundur :")
Selasa, 01 Desember 2015
Kebangkitan Sebuah Negara
Kebangkitan sebuah negara itu karena dua hal : kebijaksanaan orang tuanya dan semangat para pemudanya.
-Dea Tantyo, penulis buku LEIDEN!
kalau kalian merhatiin tanggal, tentu kalian akan ngeh kalau postingan tiap awal bulan yang bau-bau quote gitu pastilah karena saya sedang mengejar Tugas Bulanan #hemh.
Desember
Barangkali kita termasuk pada orang-orang yang terlalu terlena pada waktu sehingga gemar sekali bilang tau-tau. Tau-tau sudah semester tujuh. Tau-tau sudah Desember.
Saya hendak menulis postingan semacam ini di awal November kemarin. Tapi pada akhirnya nggak jadi. Dan sekarang, tau-tau sudah Desember. Sudah mau pemira, sudah mau UAS, sudah mau semester delapan yang artinay it means pada akhirnya saya akan ambil skripsi beneran.
Sudah mau liburan, it means, sebentar lagi pun akan ada evaluasi semester *sesiap apa Fit kamu sekarang?
ayok Fit, bebenah! lebih terencana lagi dan....
ayo ndang nerjain tugas bulanan. Karena 1-23.59 akan tiba sebentar lagi :3
Semangaaat \^^/
Selamat Datang Desember :)
ayo kita berkawan :3
Saya hendak menulis postingan semacam ini di awal November kemarin. Tapi pada akhirnya nggak jadi. Dan sekarang, tau-tau sudah Desember. Sudah mau pemira, sudah mau UAS, sudah mau semester delapan yang artinay it means pada akhirnya saya akan ambil skripsi beneran.
Sudah mau liburan, it means, sebentar lagi pun akan ada evaluasi semester *sesiap apa Fit kamu sekarang?
ayok Fit, bebenah! lebih terencana lagi dan....
ayo ndang nerjain tugas bulanan. Karena 1-23.59 akan tiba sebentar lagi :3
Semangaaat \^^/
Selamat Datang Desember :)
ayo kita berkawan :3
Selasa, 24 November 2015
#Selamat6TahunGycen
#Selamat6TahunGycen
semoga semakin antiwacana dan bermanfaat buat sekitar
sebenernya ada foto anak-anak yang disiapin dalam rangka milad Gycen 6 September kemarin
tapi belum jadi dipos
nanti saya pengen pos deh, minta izin dulu sama Tyani, hehe :3
-6 September 2015-
Senin, 23 November 2015
[Repost]Menulis Sebagai Passion
hiks. lupa nemu di mana. kayaknya di wa flp jaman antah berantah *padahal punya wa juga baru kapan, wkwk
/GDRTR/
/GDRTR/
GRA.DI.A.TOR
saya lupa waktu itu dapet file ini dari mana, kalau nggak salah akun twitter entah siapa.
#1
foto paling atas kayaknya pas yel-yel mau UN *pergantian kepsek sangat ngefek ke tradisi menjelang UN kami kala itu.
#2
foto ruang kelas Bahasa Inggris (karena sistem kelas kami yang moving class sesuai mapel-baru dicoba pas kelas XI). artis beruntung foto itu adalah anak XII NS 5.
#3
foto jalan menuju sekolah habis apel pagi. entah ada hal apa yang membuat kami mengambil rute jalan haram yakni lewat gedung F aka asrama putra kelas XII.
haha, udah lama ya ini berlalu--3 tahunan lebih :')
Sabtu, 21 November 2015
Mentafakuri Soal Ketuhanan
Tugas kita sebagai makhluk yang berIslam sejak lahir adalah mentafakuri soal ketuhanan.
Hidup kita akan jadi besar kalau bersama Allah. Kalau kita sudah punya keyakinan sama Allah semuanya mudah. Kalau kita nggak sama Allah, sesuatu yang kecil jadi besar. Maka selalu libatkan Allah dalam segala urusan kita.
Perjuangan kita harus diukur bukan dengan usia ideologis, tapi dengan hitungan generasi.
Daya tahan peradaban hadir ketika kita punya kedekatan dengan Allah.
Masih bohong kalau kita belum berjihad di jalan Allah dengan menjadi SDM yang terbaik.
Ah Allaaaaah :""""""
-lupa catetan kajian apa. Kayaknya LnL sama Bang Bachtiar
Jumat, 20 November 2015
Rumah dan Separuh Usia
Kajian malam ini membuat saya excited sekali. Pematerinya Eko Prasetyo, ketua Social Movement Institute. Bukan soal lembaga dan soal siapa beliau *meski itu mungkin juga matter karena pengalaman dan bacaan beliau tentu yang menjadikan materi Kajian Islam Progresifnya sangat menarik. Meski mungkin saya akna cari tahu, tai hari ini, semua itu belum perlu diketahui. At last, saya udah berniat, kalau ada kajian beliau di lokasi lain, saya mau dateng, heheu :3
Kajian hari ini soal dakwah kampus, tapi realita yang diceritakan banyak berimpact ke hal lain. Soal Islam dari masa lalu ke kini. Soal jihadis yang belajar bikin bom, soal parenting #eh, ilmuwan Islam, buku-buku kontemporer, sampe intinya adalah bagaimana seharusnya gerakan dakwah di kampus tidak melulu berkutat soal ritual agama. *mungkin satu-dua akan saya share di sini
Di atas itu semua, kemana-mananya cerita Mas Eko membuat saya kangen rumah dan ingin dengar banyak cerita dari ayah. Saya jadi pengen pulang dan lama di rumah untuk quality time dan mendiskusikan banyak hal. Meski seems gaya-gayaan karena biasanya jarang banget ada hal macem beginian. Tapi rasanya jadi pengen aja.
Baik, ini saya mau menarik garis agak jauh dari perbincangan sebelumnya. Kaalau dihitung-hitung, ini adalah tahun ke-sepuluh saya bukan lagi anak rumahan sejak saya sekolah asrama di bangku SMP Tahun ke sepuluh : it means itu hampir SEPARUH USIA SAYA--disamping selama ini saya jadi anak rumah cuman masa bocil. Hal ini membuat saya berpikir panjang dan bikin baper pengen menghabiskan waktu agak banyaak di rumah. Bukan soal manja, tapi soal bagaimana saya ingin memiliki banyak interaksi dengan orang rumah, terutama orang tua.
Time flies, sebagaimana banyaknya mal tumbuh di Cibinong, mungkin sebanyak itu pula kesempatan yang terganti dengan pendidikan yang dipercaya ayah ibu saya untuk menumbuhkembangkan saya. Saya jadi teringat ceita Ummi yang setelah sumpah dokter dan teman-temannya melamar kerja bahkan sampai Jakarta, tapi Ummi mikir soal waktu yang ingin beliau habiskan bersama Mbah di Magelang. Ummi pun pulang, mengajar TPA.
Saya kalau ditanya habis kuliah mau ngapain, sejujurnya masih bingung. Bahkan saya masih bingung dan takut soal lulus kapan *hiks*. Tapi saya jadi berpikir soal ada di rumah barang sejenak. Mengambil nafas panjang bersama kelurga. Entah kelak saya akan berkiprah di mana. Kalau kata Nabil sih, "Aku pernah ngitung tau, usia kita sama keluarga kita sekarang dan keluarga kita kelak tuh bakal banyakan sama keluarga kita nanti." #yahjadisedihkan.
Sudah ya, postingan ini segini dulu.
:")
Kajian hari ini soal dakwah kampus, tapi realita yang diceritakan banyak berimpact ke hal lain. Soal Islam dari masa lalu ke kini. Soal jihadis yang belajar bikin bom, soal parenting #eh, ilmuwan Islam, buku-buku kontemporer, sampe intinya adalah bagaimana seharusnya gerakan dakwah di kampus tidak melulu berkutat soal ritual agama. *mungkin satu-dua akan saya share di sini
Di atas itu semua, kemana-mananya cerita Mas Eko membuat saya kangen rumah dan ingin dengar banyak cerita dari ayah. Saya jadi pengen pulang dan lama di rumah untuk quality time dan mendiskusikan banyak hal. Meski seems gaya-gayaan karena biasanya jarang banget ada hal macem beginian. Tapi rasanya jadi pengen aja.
Baik, ini saya mau menarik garis agak jauh dari perbincangan sebelumnya. Kaalau dihitung-hitung, ini adalah tahun ke-sepuluh saya bukan lagi anak rumahan sejak saya sekolah asrama di bangku SMP Tahun ke sepuluh : it means itu hampir SEPARUH USIA SAYA--disamping selama ini saya jadi anak rumah cuman masa bocil. Hal ini membuat saya berpikir panjang dan bikin baper pengen menghabiskan waktu agak banyaak di rumah. Bukan soal manja, tapi soal bagaimana saya ingin memiliki banyak interaksi dengan orang rumah, terutama orang tua.
Time flies, sebagaimana banyaknya mal tumbuh di Cibinong, mungkin sebanyak itu pula kesempatan yang terganti dengan pendidikan yang dipercaya ayah ibu saya untuk menumbuhkembangkan saya. Saya jadi teringat ceita Ummi yang setelah sumpah dokter dan teman-temannya melamar kerja bahkan sampai Jakarta, tapi Ummi mikir soal waktu yang ingin beliau habiskan bersama Mbah di Magelang. Ummi pun pulang, mengajar TPA.
Saya kalau ditanya habis kuliah mau ngapain, sejujurnya masih bingung. Bahkan saya masih bingung dan takut soal lulus kapan *hiks*. Tapi saya jadi berpikir soal ada di rumah barang sejenak. Mengambil nafas panjang bersama kelurga. Entah kelak saya akan berkiprah di mana. Kalau kata Nabil sih, "Aku pernah ngitung tau, usia kita sama keluarga kita sekarang dan keluarga kita kelak tuh bakal banyakan sama keluarga kita nanti." #yahjadisedihkan.
Sudah ya, postingan ini segini dulu.
:")
Rabu, 18 November 2015
untuk Mentari
Mentari,
dunia kita telah berubah banyak kini. Orang-orang lebih nyaman bicara di dunia tanpa tatap muka : melalui media. Bisa media sosial, media cetak, media online. Semua orang bergerak pada akhirnya dengan persepsi. Karena bicara lebih banyak dianggap basa basi. Padahal kita sering bukan, memerlukan klarifikasi? Agar tak salah mengerti.
Mentari,
aku tidak tahu apa yang terjadi pada dunia di masa kamu dewasa kelak. Bahkan kalau Allah menakdirkan usiaku panjang, aku tidak pernah tahu bagaimana perkembangan masa dua puluh-empat puluh tahun lagi. Semoga semua kondisi membaik dan kehidupan akan berjalan damai sebagaimana yang kita dambakan.
Mentari,
ada kala di mana aku ingin mengabaikan segala kondisi yang meresahkan hati. Barangkali aku belum pandai mengontrol emosi dan terlalu takut akan hal-hal yang belum terjadi. barangkali aku terlalu takut pada ketidaktahuan, persepsi orang, dan apa yang orang kesankan padaku. Padahal hidup adalah pilihan dan setiap kita punya hak soal itu.
Mentari,
esok lusa tidak pernah bisa kita bayangkan akan seperti apa. Pun dengan segala macam interaksi yang mungkin ada dan dicipta. Kalau hari ini kita masih suka melihat beranda teman untuk tahu apa yang sedang ia pikirkan, untuk menebak tadi itu dia kenapa sih dengan kita, dan lain sebagainya. Aku jadi berpikir dunia seperti itu malah jadi penuh prasangka. Atau sebaliknya, kalau itu baik untuk kita, dunia kita jadi penuh keingintahuan--yang tidak perlu. Dunia kita jadi penuh informasi yang tidak semuanya penting--yang mau tidak mau memenuhi memori : baik memori kepala maupun hp. Aku tidak pernah bisa membayangkan ke mana sampah informasi itu pada akhirnya berlabuh. Dan belum pernah meneliti, banyak mana antara informasi yang sia-sia atau yang manfaat.
Mentari,
pada masa depan yang belum pasti, aku harus jujur bahwa aku takut. Tapi katanya, kita memang selalu takut pada apa-apa yang belum kita tahu. Jadi untuk menghilangkannya, yang kita perlukan hanya ketahuan--atau bisa dibilang persiapan untuk tahu. Apakah begitu? kalau begitu, persiapan yang bagaimana yang harus aku lakukan? Persiapan seperti apa yang harus aku pilih? Kalau itu tidak nyaman buatku, apa aku harus tetap melakukannya.
Mentari,
terima kasih telah mendengar kalimat-kalimatku sedari tadi. Mungkin jawaban itu belum ada detik ini. Tapi aku terus menanti.
Sampai jumpa kelak, Mentari :')
dunia kita telah berubah banyak kini. Orang-orang lebih nyaman bicara di dunia tanpa tatap muka : melalui media. Bisa media sosial, media cetak, media online. Semua orang bergerak pada akhirnya dengan persepsi. Karena bicara lebih banyak dianggap basa basi. Padahal kita sering bukan, memerlukan klarifikasi? Agar tak salah mengerti.
Mentari,
aku tidak tahu apa yang terjadi pada dunia di masa kamu dewasa kelak. Bahkan kalau Allah menakdirkan usiaku panjang, aku tidak pernah tahu bagaimana perkembangan masa dua puluh-empat puluh tahun lagi. Semoga semua kondisi membaik dan kehidupan akan berjalan damai sebagaimana yang kita dambakan.
Mentari,
ada kala di mana aku ingin mengabaikan segala kondisi yang meresahkan hati. Barangkali aku belum pandai mengontrol emosi dan terlalu takut akan hal-hal yang belum terjadi. barangkali aku terlalu takut pada ketidaktahuan, persepsi orang, dan apa yang orang kesankan padaku. Padahal hidup adalah pilihan dan setiap kita punya hak soal itu.
Mentari,
esok lusa tidak pernah bisa kita bayangkan akan seperti apa. Pun dengan segala macam interaksi yang mungkin ada dan dicipta. Kalau hari ini kita masih suka melihat beranda teman untuk tahu apa yang sedang ia pikirkan, untuk menebak tadi itu dia kenapa sih dengan kita, dan lain sebagainya. Aku jadi berpikir dunia seperti itu malah jadi penuh prasangka. Atau sebaliknya, kalau itu baik untuk kita, dunia kita jadi penuh keingintahuan--yang tidak perlu. Dunia kita jadi penuh informasi yang tidak semuanya penting--yang mau tidak mau memenuhi memori : baik memori kepala maupun hp. Aku tidak pernah bisa membayangkan ke mana sampah informasi itu pada akhirnya berlabuh. Dan belum pernah meneliti, banyak mana antara informasi yang sia-sia atau yang manfaat.
Mentari,
pada masa depan yang belum pasti, aku harus jujur bahwa aku takut. Tapi katanya, kita memang selalu takut pada apa-apa yang belum kita tahu. Jadi untuk menghilangkannya, yang kita perlukan hanya ketahuan--atau bisa dibilang persiapan untuk tahu. Apakah begitu? kalau begitu, persiapan yang bagaimana yang harus aku lakukan? Persiapan seperti apa yang harus aku pilih? Kalau itu tidak nyaman buatku, apa aku harus tetap melakukannya.
Mentari,
terima kasih telah mendengar kalimat-kalimatku sedari tadi. Mungkin jawaban itu belum ada detik ini. Tapi aku terus menanti.
Sampai jumpa kelak, Mentari :')
18 November 2015 21.04
Tulisan sekali duduk atas segala yang memenuhi rongga kepala
atas segala perasaan yang belum usai dan lega .
keyword : ceritasiang, keluarsore :""
Mahasiswa Baru, Sarjana Baru, Harapan Baru
Suatu hari di belakang, saya pernah berpikir begini.
Ada sepuluh ribu mahasiswa baru UGM ssetiap tahunnya. Itu berarti
ada 10.000 janji kebaikan baru untuk Indonesia setiap tahunnya setidaknya, dari
UGM saja. Baru dari UGM.
Kemudian kala itu saya pernah bertanya pada teman saya mahasiswa
Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran. “Berapa jumlah mahasiswa baru pendidikan
dokter setiap tahunnya?”
Teman saya menjawab, hampir dua-ratusan lah.
Saya membatin, berarti setiap tahunnya, minimal negeri ini
punya nyaris dua ratus calon dokter baru dari UGM. Baru dari UGM. Saya tidak
bisa membayangkan betapa sebenarnya negeri ini kaya akan banyak calon dokter
baru yang siap membantu masyarakat dalam masalah kesehatannya. Banyak sekali,
lho, pasti calon dokter di Indonesia.
Hari ini, ketika hari wisuda UGM gelombang ketiga. Saya mengingat
perckapan saya kemarin dengan seorang kakak tingkat yang akan diwisuda hari
ini.
“Berapa jumlah wisudawan besok, Mbak?”
Kakak itu menjawab. “Seribu-sembilan-ratus.” Saya ternganga.
“S1 doang?”—maksud saya tentu saja tidak termasuk S2 dan S3?
Saya melupakan ada D3 kala itu.
“Iya S1 aja Fit. Nggak sama D3.”
Saya kaget karena tadi kalimat saya menanyakan S1 saja
adalah include D3—yang tidak terpikirkan itu.
Saya membatin, ada seribu-sembilan-ratus sarjana hari ini. Seribu
sembilan ratus intelektual yang menjadi harapan baru bagi Indonesia. Seribu-sembilan-ratus
tangan yang seharusnya siap membawa bangsa ini ke arah yang lebih baik lagi.
Ah, berapa banyak sarjana yang sudah lulus sejauh ini? Berapa
banyak yang bisa membawa kebaikan bagi bangsa ini?
#selftalk #liatcermin
Rabu, 11 November 2015
Tulisan yang Selesai
Berbulan-bulan yang lalu, teman sekaligus bos iCare saya dulu pernah japri nanya. "Fit, lo kalo nulis blog ad atarget nggak siapa yang baca?"
Zaman itu saya jawab begini kira-kira. Saya nggak narget siapapun. Cukup berbagi cerita dan kalau dibaca sama temen-temen pun udah seneng rasanta entah kenapa. Dan tetiba ingat Riri karena Riri suka tiba-tiba japri komen tentang blog. Kadang sebagian juga, seperti yang pernah saya baca dari blog lain baahwa menulis itu menerapi diri. Jdi ya...kadang-kadang nggak jelas juga nulisnya.
Saat ini saya punya jawabannya.
di blog, saya ngga narget siapa yang baca-meski kadang-kadang iya juga sih, haha.
lebih dari itu, lewat blog, saya belajar menulis suatu tulisan yang selesai.
ya, suatu tulisan yang selesai :')
Zaman itu saya jawab begini kira-kira. Saya nggak narget siapapun. Cukup berbagi cerita dan kalau dibaca sama temen-temen pun udah seneng rasanta entah kenapa. Dan tetiba ingat Riri karena Riri suka tiba-tiba japri komen tentang blog. Kadang sebagian juga, seperti yang pernah saya baca dari blog lain baahwa menulis itu menerapi diri. Jdi ya...kadang-kadang nggak jelas juga nulisnya.
Saat ini saya punya jawabannya.
di blog, saya ngga narget siapa yang baca-meski kadang-kadang iya juga sih, haha.
lebih dari itu, lewat blog, saya belajar menulis suatu tulisan yang selesai.
ya, suatu tulisan yang selesai :')
Selasa, 10 November 2015
Tentang Skripsi
Malam, masih di Milan. It was sooooo long time ago. Sejak saya tidak lagi di himpunan dan di kelompok studi prodi, saya kayaknya ngga pernah lagi pulang malam dari milan. Kalau dari yang lain sih kadang sering juga, hheu.
Sore-sampai malam ini saya ikutan seminar TA. Semacam sosialisasi TA gitu, yang ngisi dosen dan alumni. Acara himpunan. Isinya lebih kurang isi TA, batesan skripsi kalo dibanding tesis sama disertasi, tips trik, alur sampe sidang, dsb, dll. Yang mungkin sebenernya lebih guna dan ngefek ke anak semester 5 *tapi ilmu bisa dipungut darimana aja toh? ;)
Sebenernya salah satu alesan ikut ini adalah saya pengen ketemu sama temen-temen ilkom12 aja yang udah lama ngga ketemu karena perbedaan jadwal yang udah beda banget sejak semester tujuh. Lama ngga ketemu euy. Bahkan, saya sampe ngancel agenda lain.
Sejak entah lupa semester berapa, sejak saya tahu posisi saya di mana di prodi ini, saya tidak menjadi orang yang ngoyo mau lulus kapan. Bukan berarti saya mau leyeh-leyeh pasrah bodo amat lulus kapan. Sudah hilang semangat ketigasetengahan saya layaknya semangat ideal maba unyu yang baru masuk dunia kampus. Tapi lebih ke saya ingin menikmati tiap detiknya *menghela nafas panjang.
Saya tahu, di sepanjang sejarah saya kuliah ini, ada banyak pemberhentian yang ingin mendewasakan kita. Saya kadang tidak tahu dan sulit menebak apa yang Allah sembunyikan di balik seluruh jalan hidup saya. Ilmu Komputer salah satunya. Ada banyak proses yang saya jalani selama saya mampir di Jogja ini. Bukan seberapa banyak lomba yang saya ikutin, bukan seberapa penting materi kuliah ini ngefek sama diri saya. Karena kalau kalian kenal saya, this three years not about that. Saya justru banyak dibesarkan oleh hal lain yang mungkin ada sebagai efek domino dari ilmu komputer ugm.
Saya tahu, berjuang masuk sini sulit *kalau saya mengenang masa snmptn dulu. saya ditolak undangan, masih aja ngoyo mau masuk jurusan yang sama. saya nyaris ngga terpengaruh sama saran jurusan saya di angket rekomendasi psikologi dari serangkaian asesmen jaman sekolah dulu. sekarang, saya mengerti kenapa psikolog dulu menyimpulkan begitu.
Tenang, saya sudah di sini sekarang. seperti yang sering kalian dengar. apa yang dimulai, harus diselesaikan. Dan skripsi yang baik adalah skripsi yang selesai. Saya akan belajar berjalan pelan-pelan dan berusaha memalingkan kepala dari hal-hal yang suka mencuri perhatian *halah*. Semester ini saya belum mengambil skripsi, even many of my friends does. Saya mau belajar bergerak, pelan-pelan. Dan saya butuh doa serta dukungan dari kalian semua. Saya ngga pernah tahu Allah bakal ngabulin doa sebelah mana, Bahkan seluruh nilai di transkrip itu, entah bagaimana, saya yakini sebagai efek dari doa ibu. Karena kalau berkaca dari semester-semester yang sudah saya lalui, saya merasa jauh dari pantas....
Ah teman-teman, saling menyemangati ya :')
Salam sayang <3
-Fitri Hasanah Amhar
ditulis dengan sebegitu mengalir hanya berawal dari pengen cerita aja soal ngga mau ngoyo serta lagi di milan dan ikut seminar TA, tanpa tahu endingnya bakal ke mana
Sore-sampai malam ini saya ikutan seminar TA. Semacam sosialisasi TA gitu, yang ngisi dosen dan alumni. Acara himpunan. Isinya lebih kurang isi TA, batesan skripsi kalo dibanding tesis sama disertasi, tips trik, alur sampe sidang, dsb, dll. Yang mungkin sebenernya lebih guna dan ngefek ke anak semester 5 *tapi ilmu bisa dipungut darimana aja toh? ;)
Sebenernya salah satu alesan ikut ini adalah saya pengen ketemu sama temen-temen ilkom12 aja yang udah lama ngga ketemu karena perbedaan jadwal yang udah beda banget sejak semester tujuh. Lama ngga ketemu euy. Bahkan, saya sampe ngancel agenda lain.
Sejak entah lupa semester berapa, sejak saya tahu posisi saya di mana di prodi ini, saya tidak menjadi orang yang ngoyo mau lulus kapan. Bukan berarti saya mau leyeh-leyeh pasrah bodo amat lulus kapan. Sudah hilang semangat ketigasetengahan saya layaknya semangat ideal maba unyu yang baru masuk dunia kampus. Tapi lebih ke saya ingin menikmati tiap detiknya *menghela nafas panjang.
Saya tahu, di sepanjang sejarah saya kuliah ini, ada banyak pemberhentian yang ingin mendewasakan kita. Saya kadang tidak tahu dan sulit menebak apa yang Allah sembunyikan di balik seluruh jalan hidup saya. Ilmu Komputer salah satunya. Ada banyak proses yang saya jalani selama saya mampir di Jogja ini. Bukan seberapa banyak lomba yang saya ikutin, bukan seberapa penting materi kuliah ini ngefek sama diri saya. Karena kalau kalian kenal saya, this three years not about that. Saya justru banyak dibesarkan oleh hal lain yang mungkin ada sebagai efek domino dari ilmu komputer ugm.
Saya tahu, berjuang masuk sini sulit *kalau saya mengenang masa snmptn dulu. saya ditolak undangan, masih aja ngoyo mau masuk jurusan yang sama. saya nyaris ngga terpengaruh sama saran jurusan saya di angket rekomendasi psikologi dari serangkaian asesmen jaman sekolah dulu. sekarang, saya mengerti kenapa psikolog dulu menyimpulkan begitu.
Tenang, saya sudah di sini sekarang. seperti yang sering kalian dengar. apa yang dimulai, harus diselesaikan. Dan skripsi yang baik adalah skripsi yang selesai. Saya akan belajar berjalan pelan-pelan dan berusaha memalingkan kepala dari hal-hal yang suka mencuri perhatian *halah*. Semester ini saya belum mengambil skripsi, even many of my friends does. Saya mau belajar bergerak, pelan-pelan. Dan saya butuh doa serta dukungan dari kalian semua. Saya ngga pernah tahu Allah bakal ngabulin doa sebelah mana, Bahkan seluruh nilai di transkrip itu, entah bagaimana, saya yakini sebagai efek dari doa ibu. Karena kalau berkaca dari semester-semester yang sudah saya lalui, saya merasa jauh dari pantas....
Ah teman-teman, saling menyemangati ya :')
Salam sayang <3
-Fitri Hasanah Amhar
ditulis dengan sebegitu mengalir hanya berawal dari pengen cerita aja soal ngga mau ngoyo serta lagi di milan dan ikut seminar TA, tanpa tahu endingnya bakal ke mana
Senin, 26 Oktober 2015
Dunia
Kadang-kadang dunia terdengar berisik. Kadang-kadang senyap. Kadang-kadang dunia menakutkan. Lebih sering mengkhawatirkan. Padahal semua hanya soal asumsi diri sendiri atas apa yang terjadi.
Kenapa kita sering takut pada perbedaan? Padahal pengertian akan melawan segala ketidakpastian. Kenapa kita memilih untuk lebih sering meledek dan mencie-cie dengan tujuan ngece (bukan yang cie-cie ngejodohin plis) ketimbang kita diskusi dan berbicara tentang beda pendapat di antara kita meskipun kita sama-sama tahu diskusi itu akan memperkaya wawasan; bukan bertujuan mengarahkan.
sini. ngobrol. kita ngga boleh kurang ngobrol.
Kenapa kita sering takut pada perbedaan? Padahal pengertian akan melawan segala ketidakpastian. Kenapa kita memilih untuk lebih sering meledek dan mencie-cie dengan tujuan ngece (bukan yang cie-cie ngejodohin plis) ketimbang kita diskusi dan berbicara tentang beda pendapat di antara kita meskipun kita sama-sama tahu diskusi itu akan memperkaya wawasan; bukan bertujuan mengarahkan.
sini. ngobrol. kita ngga boleh kurang ngobrol.
Kamis, 22 Oktober 2015
Milna Bubur Bayi Organik; Bayi Senang Bunda Tenang
MPASI atau makanan pendamping asi merupakan makanan untuk bayi yang berfungsi melengkapi--ingat, bukan menggantikan, ya ;)--asi. MPASI merupakan makanan atau minuman selain asi yang mengandung nutrisi yang dibutuhkan bayi untuk mendukung tumbuh kembangnya agar optimal. MPASI ini diberikan usai bayi mengonsumsi asi eksklusif selama enam bulan.
Bicara tentang MPASI, tentu kita akan cepat terlintas soal bubur bayi. Namun, dengan begitu banyaknya produk bubur bayi yang ditawarkan di pasaran, Bunda harus selektif memilih bubur bayi terbaik bagi sang buah hati. Apalagi dengan kekhawatiran Bunda jika MPASI yang diberikan untuk Si Kecil berasal dari bahan makanan yang mengandung pestisida. Tentu Bunda tidak ingin masa emas tumbuh kembang buah hati tercintanya mengandung bahan kimia.
Tapi kini Bunda tidak perlu khawatir. Bubur bayi organik ikut hadir di antara begitu banyaknya makanan organik yang kini mulai merebak di pasaran. Bubur bayi organik bisa menjadi salah satu MPASI terbaik untuk buah hati. Bubur bayi organik merupakan bubur bayi yang bersal dari alam dan dibuat secara alami. Produksinya tidak melibatkan pestisida, pupuk kimia, penambahan hormon, antibiotik, atau vaksinasi, juga tidak pula menggunakan rekayasa genetika. Sehingga selain aman untuk tubuh, mengonsumsi makanan yang proses produksinya alami seperti ini juga membantu mendukung pelestarian alam.
Bubur bayi biasanya mulai dikonsumsi oleh bayi setelah asi eksklusif selama enam bulan. Dengan komposisi yang aman dan alami, bubur bayi organik mengandung gizi yang lebih tinggi serta lebih aman dikonsumsi. Bubur bayi organik menjanjikan kandungan yang lebih aman dan membuat Bunda tenang ketika memberikan MPASI bagi Si Kecil.
Milna sebagai salah satu brand produk makanan untuk bayi yang memperhatikan kualitas produk-produknya ikut berpartisipasi menyediakan bubur bayi organik agar Bunda tak lagi kesulitan mendapatkan MPASI berkualitas. Milna Bubur Bayi Organik merupakan pilihan utama Bunda untuk memperikan MPASI instan yang berkualitas bagi si buah hati. Terbuat dari bahan organik pilihan yang kandungan gizinya sudah dibuat dengan kadar sesuai Standar Nasional Indonesia untuk MPASI sehingga memiliki kandungan nutrisi yang lengkap bagi pertumbuhan sang buah hati. Milna Bubur Bayi Organik mengandung 95% bahan organik berkualitas yang telah tersertifikasi resmi sesuai dengan persyaratan BPOM. Sebagai makanan instan, Milna Bubur Bayi Organik tetap menjaga kualitas alaminya dengan memproses bahan-bahan organik tersebut secara alami dan higienis dan tanpa menggunakan bahan pengawet.
Bicara tentang MPASI, tentu kita akan cepat terlintas soal bubur bayi. Namun, dengan begitu banyaknya produk bubur bayi yang ditawarkan di pasaran, Bunda harus selektif memilih bubur bayi terbaik bagi sang buah hati. Apalagi dengan kekhawatiran Bunda jika MPASI yang diberikan untuk Si Kecil berasal dari bahan makanan yang mengandung pestisida. Tentu Bunda tidak ingin masa emas tumbuh kembang buah hati tercintanya mengandung bahan kimia.
Tapi kini Bunda tidak perlu khawatir. Bubur bayi organik ikut hadir di antara begitu banyaknya makanan organik yang kini mulai merebak di pasaran. Bubur bayi organik bisa menjadi salah satu MPASI terbaik untuk buah hati. Bubur bayi organik merupakan bubur bayi yang bersal dari alam dan dibuat secara alami. Produksinya tidak melibatkan pestisida, pupuk kimia, penambahan hormon, antibiotik, atau vaksinasi, juga tidak pula menggunakan rekayasa genetika. Sehingga selain aman untuk tubuh, mengonsumsi makanan yang proses produksinya alami seperti ini juga membantu mendukung pelestarian alam.
Bubur bayi biasanya mulai dikonsumsi oleh bayi setelah asi eksklusif selama enam bulan. Dengan komposisi yang aman dan alami, bubur bayi organik mengandung gizi yang lebih tinggi serta lebih aman dikonsumsi. Bubur bayi organik menjanjikan kandungan yang lebih aman dan membuat Bunda tenang ketika memberikan MPASI bagi Si Kecil.
Milna sebagai salah satu brand produk makanan untuk bayi yang memperhatikan kualitas produk-produknya ikut berpartisipasi menyediakan bubur bayi organik agar Bunda tak lagi kesulitan mendapatkan MPASI berkualitas. Milna Bubur Bayi Organik merupakan pilihan utama Bunda untuk memperikan MPASI instan yang berkualitas bagi si buah hati. Terbuat dari bahan organik pilihan yang kandungan gizinya sudah dibuat dengan kadar sesuai Standar Nasional Indonesia untuk MPASI sehingga memiliki kandungan nutrisi yang lengkap bagi pertumbuhan sang buah hati. Milna Bubur Bayi Organik mengandung 95% bahan organik berkualitas yang telah tersertifikasi resmi sesuai dengan persyaratan BPOM. Sebagai makanan instan, Milna Bubur Bayi Organik tetap menjaga kualitas alaminya dengan memproses bahan-bahan organik tersebut secara alami dan higienis dan tanpa menggunakan bahan pengawet.
Terdiri dari dua rasa yang akan membuat bayi senang karena rasanya yang cocok untuk lidah bayi. Dua rasa yang ditawarkan Milna Bubur Bayi Organik adalah rasa beras merah dan kacang hijau. Masing-masing varian rasa ini telah diproses sedemikian rupa oleh Milna agar terasa lezat dan tidak menimbulkan alergi pada bayi. Ketika Bunda pertama kali mencoba Milna Bubur Bayi Organik pada sang buah hati, sebaiknya dikenalkan dengan satu rasa terlebih dahulu agar Si Kecil dapat mengenal rasa dengan baik terlebih dahulu.
Dengan demikian, kini Bunda tidak perlu khawatir lagi dengan MPASI untuk buah hati karena Milna Bubur Bayi Organik dapat menjadi solusi tepat yang akan memenuhi nutrisi yang dibutuhkan Si Kecil. Saya mungkin memang belum menjadi Ibu. Tapi saya bisa merekomendasikan Milna Bubur Bayi Organik pada saudara-saudara maupun teman-teman saya di kampus yang sudah berkeluarga dan memiliki anak. Tentu saja slogan Milna sebagai 'Ahlinya Makanan Bayi' tidak main-main.
Milna Bubur Bayi Organik, solusi sehat bagi MPASI buah hati. Bayi senang, Bunda Tenang :)
Kamis, 08 Oktober 2015
Seberapa Berguna [Tentang Rafi]
Pagi ini saya mengembalikan tupperware ke rumah Bude di daerah Minomartani. Tidak langsung pulang, TV yang dinyalakan sejak sarapan masih menyiarkan tayangan. Sampai pada tayangan yang detik ini meminta saya menyelesaikan tulisan ini sekarang juga; menunda kepulangan saya.
Kompas TV hari ini menyiarkan berita soal Rafi, anak kelahiran 2013 (it means sekarang baru jalan 3 tahun) yang lahir tanpa usus dan anus, serta alat kelaminnya tidak sempurna. Kalau dilihat wajahnya, tidak tampak bahwa Rfi tidak seperti anak-anak lainnya *wajahnya aja lucu banget*. Ibundanya dengan sabar memasangkan kantung kolostomi sehari kurang lebih sampai tiga kali untuk menampung fesesnya. Satu bulan bisa dua sampai tiga kali bolakbalik ke rumah sakit. Dan baru-baru ini, dokter mengatakan ada alternatif untuk Rafi, sebuah operasi untuk memasang anus dan menyempurnakan alat kelamin Rafi. Sayangnya, selain biaya yang tidak sedikit, alat kelaminnya kelak akan jadi alat kelamin perempuan; tidak bisa operasi agar alat kelaminnya jadi alat kelamin laki-laki. Ibunda Rafi begitu khawatir sebenarnya soal kondisi Rafi. Bagaimana jika nanti kelak sampai besar ia harus memakai kantung kolostomi?
Pernah suatu kali, ibundanya bercerita, Rafi kelupaan bernafas. Perlu diingat bahwa pada usia anak-anak, mungkin nafas belum bisa dimaknai sebagai suatu yang dilakukan sebagai makhluk hidup. Tubuh Rafi mulai membiru, dokter meminta Ibu Rafi untuk memegang tangannya. Ibunya memegang tangan Rafi. Ia berdoa sekuat yang ia mampu. Saat itu, ia pun membatin bahwa ia belum siap kehilangan Rafi. Kemudian Rafi ditangani oleh NICU dan akhirnya Rafi bisa bernafas kembali.
Saya menangis mendengar cerita Ibu Rafi. Tidak terbayang bagaimana perjuangan hidupnya tiga tahun belakangan mengurusi anak seistimewa Rafi. Presenter TV tadi mengatakan, kalau kita punya anak seperti Rafi, pasti juga mengerahkan apapun untuk Rafi. Kejadian Rafi adalah kejadian langka di dunia. Kalau tadi saya tidak salah dengar, hanya satu dibanding satu juta. Dulu pernah terjadi juga di Bangladesh, tapi anaknya tidak bertahan hidup lama.
Ibunda Rafi tadi bilang kalau tadinya ia ingin menutupi apa yang terjadi pada Rafi. Tapi semakin dipikir, untuk apa juga menyembunyikan Rafi. Anaknya sehat (bahkan di studio TV pun tadi Rafi terlihat sangat lincah dan ngga bisa diem).
Ibu dan Ayah Rafi kemudian membuat kaos yang bertulisakan "Aku Akan Terus Berjuang". Tadinya hanya dibuat untuk menyemangati diri sendiri. tapi lama kelamaan akhirnya dijual juga via akun media sosial instagram @sayangrafi. Dijual dengan harga seratus ribu rupiah per kaos mungkin tidak membantu banyak utuk memenuhi biaya operasi Rafi. Tapi, yang juga sangat menyentuh bagi saya adalah, harapan Ibunda Rafi agar kaos itu dapat turut mengembangkan semangat orang lain. Ketika kaos itu dijual begitu banyak orang yang pesan, bahkan juga orang-orang yang berada dalam kondisi kesehatan tidak baik. TKI di Malaysia pun ada yang pesan.
Selain terharu karena perjuangan dan kesabaran kedua orang tua Rafi, saya terharu pada bagaimana Rafi, seorang anak yang lahir dengan kondisi istimewa dapat membuat orang lain turut bangkit semangat dengan mengenakan kaos yang dijual ayah bundanya yang desainnya hanya tulisan Aku Akan Terus Berjuang. Sesederhana itu, tapi entah mengapa efeknya luar biasa. Harapan Ibunda Rafi agar kaos itu menularkan semangat bagi saya terlihat seperti bagaimana agar kondisi Rafi bukan sekadar membuat orang prihatin, tapi bagaimana ia menggugah semanga orang lain.
Saya jadi berpikir, selama hidup, seberapa berguna saya ada di dunia. Seberapa besar efek positif yang saya berikan pada sekitar. Rafi masih anak-anak. Kondisinya tidak sesempurna kita. Tapi ia (tentu dengan peran orang tuanya yang begitu besar) mampu mendongkrak semangat orang lain. Ah..Rafi cepat sembuh ya Dek :')
instagramnya dapat dicek di sini : https://instagram.com/sayangrafi/
cerita tentang Rafi dapat dibaca lebih lengkap di sini : http://adasena.blogdetik.com/2015/01/11/akun-instagram-sayangrafi-sebarkan-semangat-terus-berjuang/
Kompas TV hari ini menyiarkan berita soal Rafi, anak kelahiran 2013 (it means sekarang baru jalan 3 tahun) yang lahir tanpa usus dan anus, serta alat kelaminnya tidak sempurna. Kalau dilihat wajahnya, tidak tampak bahwa Rfi tidak seperti anak-anak lainnya *wajahnya aja lucu banget*. Ibundanya dengan sabar memasangkan kantung kolostomi sehari kurang lebih sampai tiga kali untuk menampung fesesnya. Satu bulan bisa dua sampai tiga kali bolakbalik ke rumah sakit. Dan baru-baru ini, dokter mengatakan ada alternatif untuk Rafi, sebuah operasi untuk memasang anus dan menyempurnakan alat kelamin Rafi. Sayangnya, selain biaya yang tidak sedikit, alat kelaminnya kelak akan jadi alat kelamin perempuan; tidak bisa operasi agar alat kelaminnya jadi alat kelamin laki-laki. Ibunda Rafi begitu khawatir sebenarnya soal kondisi Rafi. Bagaimana jika nanti kelak sampai besar ia harus memakai kantung kolostomi?
Pernah suatu kali, ibundanya bercerita, Rafi kelupaan bernafas. Perlu diingat bahwa pada usia anak-anak, mungkin nafas belum bisa dimaknai sebagai suatu yang dilakukan sebagai makhluk hidup. Tubuh Rafi mulai membiru, dokter meminta Ibu Rafi untuk memegang tangannya. Ibunya memegang tangan Rafi. Ia berdoa sekuat yang ia mampu. Saat itu, ia pun membatin bahwa ia belum siap kehilangan Rafi. Kemudian Rafi ditangani oleh NICU dan akhirnya Rafi bisa bernafas kembali.
Saya menangis mendengar cerita Ibu Rafi. Tidak terbayang bagaimana perjuangan hidupnya tiga tahun belakangan mengurusi anak seistimewa Rafi. Presenter TV tadi mengatakan, kalau kita punya anak seperti Rafi, pasti juga mengerahkan apapun untuk Rafi. Kejadian Rafi adalah kejadian langka di dunia. Kalau tadi saya tidak salah dengar, hanya satu dibanding satu juta. Dulu pernah terjadi juga di Bangladesh, tapi anaknya tidak bertahan hidup lama.
Ibunda Rafi tadi bilang kalau tadinya ia ingin menutupi apa yang terjadi pada Rafi. Tapi semakin dipikir, untuk apa juga menyembunyikan Rafi. Anaknya sehat (bahkan di studio TV pun tadi Rafi terlihat sangat lincah dan ngga bisa diem).
Ibu dan Ayah Rafi kemudian membuat kaos yang bertulisakan "Aku Akan Terus Berjuang". Tadinya hanya dibuat untuk menyemangati diri sendiri. tapi lama kelamaan akhirnya dijual juga via akun media sosial instagram @sayangrafi. Dijual dengan harga seratus ribu rupiah per kaos mungkin tidak membantu banyak utuk memenuhi biaya operasi Rafi. Tapi, yang juga sangat menyentuh bagi saya adalah, harapan Ibunda Rafi agar kaos itu dapat turut mengembangkan semangat orang lain. Ketika kaos itu dijual begitu banyak orang yang pesan, bahkan juga orang-orang yang berada dalam kondisi kesehatan tidak baik. TKI di Malaysia pun ada yang pesan.
Selain terharu karena perjuangan dan kesabaran kedua orang tua Rafi, saya terharu pada bagaimana Rafi, seorang anak yang lahir dengan kondisi istimewa dapat membuat orang lain turut bangkit semangat dengan mengenakan kaos yang dijual ayah bundanya yang desainnya hanya tulisan Aku Akan Terus Berjuang. Sesederhana itu, tapi entah mengapa efeknya luar biasa. Harapan Ibunda Rafi agar kaos itu menularkan semangat bagi saya terlihat seperti bagaimana agar kondisi Rafi bukan sekadar membuat orang prihatin, tapi bagaimana ia menggugah semanga orang lain.
Saya jadi berpikir, selama hidup, seberapa berguna saya ada di dunia. Seberapa besar efek positif yang saya berikan pada sekitar. Rafi masih anak-anak. Kondisinya tidak sesempurna kita. Tapi ia (tentu dengan peran orang tuanya yang begitu besar) mampu mendongkrak semangat orang lain. Ah..Rafi cepat sembuh ya Dek :')
instagramnya dapat dicek di sini : https://instagram.com/sayangrafi/
cerita tentang Rafi dapat dibaca lebih lengkap di sini : http://adasena.blogdetik.com/2015/01/11/akun-instagram-sayangrafi-sebarkan-semangat-terus-berjuang/
Rabu, 07 Oktober 2015
Tim Sat Sunan Kudus (Ja'far Shadiq dan Sunan Kudus)
Berhubung suasana pindahan kamar dan pas kapan kemaren mindah file gambar yang bejibun karena autodownload WA, saya jadi pengen ngepos soal Ja'far Shadiq dan Sunan Kudus.
Semasa hidup berasrama, setiap kamar punya cerita sendiri-sendiri. Zaman saya SMP, nama kamar adalah nama shahabiyah. Zaman di IC, nama kamar kayak kamar di hotel. Kalo kamar pertama saya kamar 101 Z, berarti itu kamar di lantai satu, nomer satu, gedung Z. Zaman di RK-PPSDMS- tiap semester nama kamarnya ganti *huff pengen cerita soal kamar yang lain juga deh jadinya. Berhubung nemu gambar dan foto ini duluan di WA, saya ceritin ini dulu ya.
Tema pembinaan semester 2 di RK adalah Islam dan Kebudayaan. Dan yang baru dari semester ini adalahadanya tim sat (dalam bahasa Sansakerta artinya enam) yang terdiri dari enam orang (satu kamar putra dan satu kamar putri). Karena kamar putra adalah nama sunan Wali Songo dan kamar putri adalah nama aslinya, makanya tim sat ya yang namanya sepasang aja.
Kamar saya namanya Ja'far Shadiq. Nama Sunanya Sunan Kudus. idkw-i dont know why seru banget kerja bareng mereka. Apalagi ada ke-ambis-an jaden sama alfath. Luar biasa sih emang~.
Project#1 TimSat Sunan Kudus : Training Jurnalistik dengan Pak Sapto Waluyo (17-18 April 2015)
kenang-kenangan buat Pak Sapto
terus biar seru dan memotivasi kita bikin award-awardan juga.
buat yang dateng paling cepet
yah gimana ya ada yang paling cepet juga ada yang paling telat :/
yang so interest sekali
abis acara baru kepikiran kenapa namanya ngga 'terlelap' aja
yah intinya yang paling seru pas acara (bingung juga sebenernya nilainya)
ini nih yang paling epik dan aneh sebenernya, saking bingungnya kita bikin award cem ini. tapi Pak Sapto alhamdulillah menanggapinya dengan bijak dan memilih peserta yang khas versi beliau :")
ini kamingsun-kamingsunan. permen yang diedarin pas acara sekaligus yang jadi kalung medali
ini ujung medalinya *lah kan kita ngga punya modal dong kalo kasih medali emas dan perak. ini aja sisa acara taun semester lalu
kanan atas : Reza dengan mengalungi medalinya dan membawa piagam penghargaannya (akhirnya ngga sempet piagamnya kayak yang didesain jaden di atas)
kanan bawah : penyerahan kenang-kenangan
alhamdulillah, sempet masuk ke Tribun. Padahal mah sebenernya juga cuman acara internal aja sih *salah tuh PSDMSnya (padahal di badan artikel bener)
Project#2 TimSat Sunan Kudus : Leaders and Leadership (5S Implementation) dengan Bang Ahadiyat (29-30 Mei 2015)
5S merupakan budaya Jepang dalam kebersihan, ketetiban, dan keteraturan. Biar seru, entah siapa yang usul, kita bikin video. Dan karena yang di shoot adalah kamar, makanya kamar putra. Dan pas kita dapet kiriman mentah videonya, itu lucu banget wkwk. Dengan kaos Al Fath yang tulsiannya menantu idaman adalah anak UGM. Dan poin SEITON yang sebenernya artinya melabeli, malah diisi sama take sok-sok hantu (setan maksudnya--").
disebar dengan japrian WA sbb :
Watch "Teaser LnL (5S Implementation)" on YouTube - https://youtu.be/aedlUEkhFsE
"Kebersihan adalah tonggak dari kemajuan pribadi maupun organisasi.
Jepang sebagai salah satu negara maju telah membuktikannya. Dan dari negara itulah lahir konsep 5S yang menjadi kunci dari kesuksesan perusahan-perusahan Jepang.
Apa 5S itu?
✨SEIRI
Seiri itu kita memilah, mana barang yang berguna mana yang tidak. Barang yang sudah tidak berguna dibuang dan yang masih berguna kita simpan. Sehingga kamar kita nggak kepenuhan barang yang emang udah nggak berguna lagi.
✨SEITON
Yak, nggak SEITON kayak yang di video juga sih --a. Intinya sih Seiton itu menata barang agar mudah dicari. Misalnya kita ngasih label buat pembeda di map yang isinya sertifikat sama map yang isinya materi kuliah, biar cepet kalo mau nyari, atau kalo minta dicariin temen gara-gara mau minta tolong dibawain ke kampus pas ketinggalan bawa ke kampus.
✨SEISO
Setelah dipilah dan dilabeli, kita perlu menerapkan SEISO alias pembersihan agar nggak kotor. Disapu, dipel, dibersihkan dari debu, dan membersihkan sarang laba-laba yang ada di sudut-sudut kamar atau kamar mandi.
✨SEIKETSU
SEIKETSU bicara standar agar lingkungan tetap terjaga kebersihannya. Standar ini harus mudah dipahami dan diimplementasikan serta perlu pemeriksaan secara berkala. Contohnya kalau di kamar sih misalnya sekamar sama-sama sepakat tidak meninggalkan barang di lantai ketika mau berangkat kuliah atau sepakat langsung membuang sampah selesai makan di kamar. Bisa juga bikin jadwal piket untuk mengontrol kebersihan setiap hari.
✨SHITSUKE
Shitsuke maksudnya disiplin. Sama kayak kalau kita PBB kan mesti disiplin, nah sebelas-duabelas kayak gitu deh hehe. Jadi kita disiplin dan saling menghormati kesepakatan kamar, patuh sama jadwal piket yang telah disepakati, malu kalau melanggar jadwal atau kesepakatan, dan senang melakukan perbaikan.
Yak kurang lebih, 5 poin itu yang jadi budaya Jepang dan perlu kita contoh dalam keseharian. Satu hal, budaya 5S adalah budaya yang dibuat orang-orang Jepang yang mayoritas tidak percaya pada Allah. Nah kita sebagai muslim seharusnya bisa membuat konsep yang jauh lebih baik dengan landasan keimanan kita pada Allah.
Karena kebersihan sebagian dari iman, yuk sama-sama meningkatkan kebersihan, sebagai salah satu bentuk meningkatkan keimanan ;)
Semangat Pemimpin Muda^^!
-TimSat Sunan Kudus-
Credit :
Al Fath Bagus Panuntun El Nur Indonesia
Arief Rahman Hakim
Dodik Dermawan
Ditta Nisa Rofa
Fitri Hasanah Amhar
Zahratul Iftikar Jadna Masyhida
Inspired by Aulion at https://www.youtube.com/watch?v=CvL7CZspIp4
Thanks to:
Laptop Aqmal Nur Jihad
Dedicated to :
Leaders and Leadership with Ahadiyat, S. Sos.
29-30 May 2015
Rumah Kepemimpinan PPSDMS Regional 3 Yogyakarta
Bintang buat kamar terbersih versi putri dan putra
kenang-kenangan yang dibuat Bang Ahad adalah gambar pohon beserta rantingnya. Nah daunnya dari sidik jari kita semua seasrama (plus ER kalo ga salah). didalam daunya ditulis nama kita.
terus kita pake dc ala-ala *silakan tebak sendiri* terimakasih pada teman-teman kontingen Gemastik yang mau saya pinjami bajunya :"). Sayang fotonya abis kelar acara dan saya pagi itu cuma bisa dateng setengah acara karena ada agenda lain :""
3 Juni 2015, penghargaan Tim Sat. Sempet ngga nyangka dapat Tim Sat Terbaik, soalnya pas LnL persiapannya agak rempong *karena kita sok mau hemat tapi jadinya malah berantakan T^T. Alhamdulillah :")
Termasuk agenda syukuran, jadi niatnya mau jalan-jalan ke ArtJog gitu kan. Tapi ngga TimSat aja, ngajak yang lain juga. Cuman yang TimSat kita pake uang hadiah. nanti sisanya buat agenda selanjutnya. Nah terus...dari H-1 ArtJog saya demam. Jadilah ngga bisa ikut ke ArtJog. Dan dioleh-olehin ini :""
Project#3 TimSat Sunan Kudus : Kick Andy : Pengabdian Masyarakat (30 Juni 2015)
*sempet dikira ada Bang Bachtiar dateng *terus brb panik*
ini video yang diputer. inspiratif lah :")
terus habis itu kita yang setimsat cuman sisa berempat bacain puisi Karya Taufiq Issmail yang mengisahkan soal Kasim, mahasiswa IPB yang setelah KKN ngga pulang-pulang sampai hampir 15 tahun di Waimital. Sampai utusan rektor IPB menjemputnya agar Kassim merampungkan studinya.
Saya pertama tahu soal Kasim di suatu forum yang diisi oleh Mas Bayu, ketua Palapa zaman saya jadi maba. Kemarin pas search puisinya buat ditampilin, aaaah ngena banget. Bagaimana Kasim yang mengabdikan dirinya, turut membantu warga di sana, sampai-sampai membuat Taufiq Ismail malu ketika melihat bayangannya di sungai, terbalut baju rapi. Saat di mana Kasim mencetk harapan, saat yang sama di kota mungkin kita mencetak keluhan.
Baca puisinya deh. Search Puisi Taufiq Ismail untuk sahabatnya, Muhammad Kasim Arifin.
tadaaa ini foto kenang-kenangan yang dibagikan ke semua. Term Saudara Sampai Surga itu sebenernya term kalimat yang dalam ya maknanya. Bersaudara sampai surga itu artinya menjaga : agar kita bisa bersama-sama di dunia hingga di surga. Artinya harus saling ngejaga dan ngingetin agar satu sama lain tetap selalu berada di koridor yang Allah tentukan agar dapat meraih surgaNya.
itu yang saya pegang naskah puisinya Taauiq Ismail
sampe detik ini belum pernah foto TimSat fullteam. Ini Dodik sama Ditta udah berangkat ke lokasi KKNnya masing-masing.
Ala kulli haal, satu semester beserta anak kamar Ja'far Shadiq dan TimSat SunanKudus seru dan menyenangkan. Terima kasih telah memberi warna untuk satu semester ini :')
Semoga tidak terputus persaudaraannya yaa meski udah ga setimsat :')
Selasa, 06 Oktober 2015
Dakwah Itu Poros
Dakwah itu harus jadi poros. Sehingga apapun yang kamu lakukan, ada visi dakwahnya. Kamu pergi ikut acara pun, ada visi dakwahnya.
-Kak Ulin, pada suatu siang
Minggu, 04 Oktober 2015
Sabtu, 03 Oktober 2015
Hutang Syukur : Nikmat Sehat
Barangkali kita berhutang terlalu banyak syukur pada Tuhan atas segala nikmat sehat yang Ia beri.
Siang tadi saya ke rumah sakit. Menjenguk ibu seorang teman. Ketika menaiki lift dari lantai G, lift berhenti di lantai 1 dan masuklah seorang Bapak yang mendorong kursi roda : ssepertinya istrinya. Bapak itu diiringi oleh seorang gadis kecil yang mungkin baru kelas 2 SD. Langkah si Gadis waktu keluar lift terlihat riaang; walau saya menakar dalam hati seberapa sedih hati anak itu mengetahui ibunya sakit.
Saya memasuki ruang rawat inap ibu teman saya. Wajahnya membengkak, terlihat jauh lebih berisi dibanding ketika kami menjenguknya sekitaran dua minggu lalu di rumah sakit berbeda. Tensinya sempat mencapai angka 220. Suntik insulin sehari lima kali. Saya tidak bisa terbayang bagaimana teman saya begitu sabar menghadapi takdir yang Allah berikan padanya. Entah bagaimana.
Saya berpikir. Bagaimana kalau saya yang ada pada posisi itu. Bagaimana jika Ummi sakit dan saya harus bergantian dengan ayah menjaga, sementara kemudian ada adik-adik yang juga harus dijemput dari sekolah, sebagaimana teman saya itu.
Ah Allah, kalau semua orang diuji sesuai tingkat kesanggupannya, barangkali iman saya masih terlalu lemah untuk diuji dengan cobaan. Membayangkan kondisi itu saja rasanya jerih.
Allah, berilah kekuatan lahir dan batin, fisik dan non-fisik, materi dan non materi, kekayaan hati dan pikiran untuk teman saya dan keluarganya. Sembuhkanlah ibunya. Sesungguhnya Engkaulah sebaik-baik penyembuh....
Teman-teman, saya minta doanya ya untuk kesembuhan dan kesehatan ibu teman saya :""
Siang tadi saya ke rumah sakit. Menjenguk ibu seorang teman. Ketika menaiki lift dari lantai G, lift berhenti di lantai 1 dan masuklah seorang Bapak yang mendorong kursi roda : ssepertinya istrinya. Bapak itu diiringi oleh seorang gadis kecil yang mungkin baru kelas 2 SD. Langkah si Gadis waktu keluar lift terlihat riaang; walau saya menakar dalam hati seberapa sedih hati anak itu mengetahui ibunya sakit.
Saya memasuki ruang rawat inap ibu teman saya. Wajahnya membengkak, terlihat jauh lebih berisi dibanding ketika kami menjenguknya sekitaran dua minggu lalu di rumah sakit berbeda. Tensinya sempat mencapai angka 220. Suntik insulin sehari lima kali. Saya tidak bisa terbayang bagaimana teman saya begitu sabar menghadapi takdir yang Allah berikan padanya. Entah bagaimana.
Saya berpikir. Bagaimana kalau saya yang ada pada posisi itu. Bagaimana jika Ummi sakit dan saya harus bergantian dengan ayah menjaga, sementara kemudian ada adik-adik yang juga harus dijemput dari sekolah, sebagaimana teman saya itu.
Ah Allah, kalau semua orang diuji sesuai tingkat kesanggupannya, barangkali iman saya masih terlalu lemah untuk diuji dengan cobaan. Membayangkan kondisi itu saja rasanya jerih.
Allah, berilah kekuatan lahir dan batin, fisik dan non-fisik, materi dan non materi, kekayaan hati dan pikiran untuk teman saya dan keluarganya. Sembuhkanlah ibunya. Sesungguhnya Engkaulah sebaik-baik penyembuh....
Teman-teman, saya minta doanya ya untuk kesembuhan dan kesehatan ibu teman saya :""
Kamis, 01 Oktober 2015
[Quotes]Orang Jenius
Orang jenius akan dikalahkan dengan orang yang mencintai pekerjaannya.
-Kak "Lili" Alifah Syamsiyah,
Mahasiswi kelahiran 1993, ilkom UI 2009
yang bulan September 2015 ini baru aja balik dari Italia
setelah menempuh MASA S2nya
dalam ceritanya kepada kami
#sudah cinta kah Fit? *hemh
Amalan Ceminan Quran
Amalan seorang muslim seharusnya merupakan cerminan
Quran. Kalau tidak, orang akan mempertanyakan, di mana quran yang selama ini dipelajari, dihafal, dan dipahami?
Berpolitik adalah dakwah. Sayangnya biasanya
politik adalah penghasilan.
Kauliyah membuat manusia dapat menjadi manusia yang baik. Kauniyah membuat manusia dapat mengelola bumi dan seisinya
-ust. Musholli, pada suatu Kajian Islam Kontemporer
5 September 2015
#ngoprektugasbulanan
Rabu, 30 September 2015
(Rapat Terakhir) Tata Program
Rapat Tata Program terakhir, sedih aja rasanya. *ah harusnya rapat fullteam FLP tadi sore juga ada dokumentasinya*
Tata Program; amanat kabinet asrama sesemester ini. Rapat Tata Program rutin sekali setiap bulan. Bahas serius sampe bahasan ngaco. Makan-makan apapun yang dibawa Mas Adi. Bujuk-bujuk dikasih tau pasangan tim sat, kamar terbaru, dan apapun yang ceritnya masih disembunyiin ER, wkwk. Agak-agak konspirasi soalnya ga sengaja se-tim sat juga kita. Aaaaah, terima kasih Tata Program :') Selamat buat Al Fath atas amanahnya jadi kadiv Tata Program lagi gantiin Dodik. Semoga bahagia di semester selanjutnya :')
--at Kantor Rumah Kepemimpinan with Adi Suharyanto, Tri Kartika Sari, Juhainah Intan Maharani Ngithriyah, Al Fath Bagus Panuntun El Nur Indonesia, and Dodik Dermawan
terima kasih juga buat tim super Taprog Srikandi : Devi Lukita Sari, Tadzkia Nurshafira, Farah Uma Mauhibah, Safitri Setyowati. Mohon maaf atas segala ketidaknyamanannya ya :""
Baik
Dalam perjalanan singkat antara Stasiun Tugu sampai lampu
merah pertigaan, saya berpikir soal apa definisi baik. Baik dalam artian yang
dipahami secara serentak oleh orang-orang. Baik yang bagaimana yang dibilang
baik. Apa yang terpikir kalau kita menyebut seseorang ini baik. Apakah perilaku yang dilakukantanpa harus berpikir, ini adlah suatu kebaikan?
Saya berpikir di atas motor, sampai helm kawan yang saya antar ke Stasiun Tugu jatuh tepat ketika saya melajukan motor saat lampu hijau. Saya panik. Di tengah keramaian kendaraan melaju saat lampu hijau, helm-yang bukan helm saya jatuh luntang-luntung. saya menepi, tepat di bawah traffic light. di bibir antrian mobil dan motor yang tidak sabar agar lampu kembali merah.
Saya berjalan kaki hendak memungut helm itu di tengah keraguan untuk menyeberang jalan tapi hanya setengah jalan (arena mobil dan motor masih melaju untuk mencapai antrian kendaraan). Hingga sebelum saya sampai, seorang perempuan berkaus rapi dengan gitar di kalungkan di bahunya lebih dulu berani menerabas jalan (yang bukan diisi oleh mobil berhenti pada titik itu), mengambil helm, dan memberikannya pada saya.
Saya tertegun, hanya bisa bilang terima-kasih.
Saya menuju motor dibawah traffic light. Bukan posisi yang wajar apalagi dalam kondisi saya mau belok kanan sementara traffic light itu ada di sebelah kanan, dekat dengan orang-orang yang mau jalan lurus. Tak lama kemudian, mbak tadi menggenjreng gitarnya, bernyanyi. Ia adalah pengamen.
Sebelumnya saya mengeluh karena helm itu jatuh, di tengah rasa letih yang mendera badan.
Tapi detik itu, rasanya Allah habis meenjawab pertanyaan saya.
Saya berpikir di atas motor, sampai helm kawan yang saya antar ke Stasiun Tugu jatuh tepat ketika saya melajukan motor saat lampu hijau. Saya panik. Di tengah keramaian kendaraan melaju saat lampu hijau, helm-yang bukan helm saya jatuh luntang-luntung. saya menepi, tepat di bawah traffic light. di bibir antrian mobil dan motor yang tidak sabar agar lampu kembali merah.
Saya berjalan kaki hendak memungut helm itu di tengah keraguan untuk menyeberang jalan tapi hanya setengah jalan (arena mobil dan motor masih melaju untuk mencapai antrian kendaraan). Hingga sebelum saya sampai, seorang perempuan berkaus rapi dengan gitar di kalungkan di bahunya lebih dulu berani menerabas jalan (yang bukan diisi oleh mobil berhenti pada titik itu), mengambil helm, dan memberikannya pada saya.
Saya tertegun, hanya bisa bilang terima-kasih.
Saya menuju motor dibawah traffic light. Bukan posisi yang wajar apalagi dalam kondisi saya mau belok kanan sementara traffic light itu ada di sebelah kanan, dekat dengan orang-orang yang mau jalan lurus. Tak lama kemudian, mbak tadi menggenjreng gitarnya, bernyanyi. Ia adalah pengamen.
Sebelumnya saya mengeluh karena helm itu jatuh, di tengah rasa letih yang mendera badan.
Tapi detik itu, rasanya Allah habis meenjawab pertanyaan saya.
[Idul Adha @ Kemiriombo]
berkas persiapan acara idul adha di Dusun Kemiriombo, Kulon Progo. ngga tau kenapa dari Kamis minggu lalu pengen ngepos gambar ini, berkas yang kebawa bahkan sampai ke Bogor. persis seminggu lalu saya sama lilis nunggu berangkat di asrama Nakula. Ke lokasi nyampe ashar, kemudian disambut dengan celotehan anak-anak waktu Reza nanya, udah rajin sholat belum? dijawabnya : udah mas,,,(hening sejenak) dalam dua hari! kami tertawa, mereka tertawa.
anak-anak di kulon progo secara garis besar manut-manut. entah karena belum terlalu kenal dan sering main bareng banget cem bocil di kkn atau emang merekanya gitu. Farass yang banayk omong, Umi yang supel, dan adik-adik yang lain. Terima kashi sudah berpartisipasi di acara yang kami adakan. Semoga menjadi adik-adik yang sholeh ya :')
anak-anak di kulon progo secara garis besar manut-manut. entah karena belum terlalu kenal dan sering main bareng banget cem bocil di kkn atau emang merekanya gitu. Farass yang banayk omong, Umi yang supel, dan adik-adik yang lain. Terima kashi sudah berpartisipasi di acara yang kami adakan. Semoga menjadi adik-adik yang sholeh ya :')