Pages

Selasa, 05 April 2016

Belajar dari Perjalanan ke Bhumi Naraya Farm


Ada yang menarik sore ini. Yes, ini tentang skripsi. Tapi bukan skripsi saya sih -__-. Sore tadi, alih-alih saya ngga jadi rapat PH, Ammah (baca : Mbak) Tika yang mau ambil data fisik alias fenotipnya kambing meminta saya menemaninya ambil data di peternakan (abis ditanyain sama temen yang dimintatolongin buat gendong kambing (buat dapet berat badannya) : nanti sama siapa?--nggak enak dong kalo cuma sendiri sementara temennya ini laki-laki). Jadilah saya nemenin Ammah Tika dan ternyata temennya Ammah juga bawa temen. 

Awal-awal berangkat sebenarnya nggak kepikiran gitu sih kalo bakal ada agenda yang mengisi, abis kan ekspektasi awalnya sore ini selo gitu. Sempet kaget juga karena perjalanan ke sana katanya hampir setengah jam. Tapi akhirnya waktu berjalan tidak terasa. Kami ke daerah Turgo yang mana itu nanjak banget jalannya dan telinga saya bahkan sampe kerasa perbedaan tekanan udara (kayak kalo naik pesawat gitu lho~).

Setelah sampai, satu kesan pertama : ini peternakan bau kambing banget-____- Tapi saya ngga bisa nyalahin juga sih, namanya juga peternakan kambing, hehe. Awalnya males gitu jalan masuk-masuk, eh tapi setelah masuk ke kandang besar gitu kok malah jadi tertarik ya :". Lama-lama sayanya yang jadi norak :P

Kandang pertama yang kami kunjungi adalah kandang lima kalo nggak salah. Penomoran kandnag ini isinya dua deretan bilik-bilik buat kambingnya gitu. Banyak banget lah isinya satu kandang. Saya baru kali ini ke peternakan. Sembari beradaptasi dengan bau kambing, saya mengamati rupa kambing-kambing itu. Saya jadi tau kalau cara nimbang kambing (karena timbangan ternak yang dimiliki peternakan sedang rusak) adalah dengan digendong oleh orang (yang membantu Ammah Tika) kemudian nanti dikurangi berat orang tersebut. Kemudian nanti kambing ini juga dicari data panjang dan tinggi tubuhnya. Kalau saya amati, cukup rempong menangkap, menggendong, dan mengukur masing-masing kambing. Dalam satu bilik yang pertama kami kunjungi, 5 kambing itu lari-lari kecil gitu ngiterin bilik mereka untuk menghindar. Untuk tau usia kambing juga temennya Ammah liat gigi Kambing itu. Temen satunya lagi njagain pintu bilik biar kambingnya ngga keluar.

Karena saya penasaran, saya jalan-jalan lah di sepanjang jalan tengah kandang itu (padahal mah ya isinya kambing dan kambing, tiada yang lain). Ngamatin wajah si kambing, nyoba-nyoba ngedeketin wajah dan liat apa reaksinya, sok-sok mau hipnotis kambing dengan hanya mendirikan jari telunjuk dan arahkan ke kanan dan kiri (ini beneran saya lakuin dan kambingnya ternyata ngga ngaruh-__-)

Kambing-kambing di sini excited banget liat manusia kayak kita dateng dan ujuk-ujuk milih kambing buat dicek fisik kambingnya. Saking excitednya ada tuh yang ampe manjat bilik gitu. Ada juga yang mengembik-embik terus. Dan kata Ammah, kalau kita dateng pas jam makan mereka, embekannya lebih keras dan kompak. Sayang, kambingnya di sini nggak sadar kamera, jadi belum berhasil dapet foto bagus ala kambing gitu. Ya maklumlah ya mereka belum kenal smartphone.

Pas ke sini yang bikin saya excited juga adalah ini merupakan ranah yang belum pernah saya jamah sama sekali : peternakan. Peternakan ayam paling pernah liat di kartun aja. Tapi bahkan dari bentuk kandangnya yang kayak gitu saya takjub, hehe (kalo kata Tyani mah, Fitri diajak ke mana aja pasti heboh, haha--heboh means bahagia :P). Pokoknya kerjaan di sini mah nggumam ooh-ooh, begitu deh, tapi ngga terus-terusan juga sih. Sempet juga kepikiran, aplikasi apa ya yang bisa jadi peluang untuk menyelesaikan masalah di peternakan? Kan kalo ikan udah ada tuh eFishery sama kalo tumbuhan juga ada iGrow.

Di perjalanan mau pulang, saya ngobrol sama Ammah Tika yang memang anak Peternakan (dan dulu pernah jadi ketua BEM Peternakan *lha terus(?)).

"Am, kandang sebanyak ini misah-misahin isinya berdasarkan apa Am?"
"Macem-macem Kak (Ammah kadang manggil saya pake Kak). Ada yang karena umur, jenis, dan lain-lain (sayanya lupa-_-)."
"Yah, kenapa dipisahin Am? Biar produktif gitu kah?"
"Iya jahat ya manusia, misahin anak dari induknya. Bisa biar anaknya nggak nyusu terus."
"Lha emang kenapa Am kalo nyusu juga?"
"Kan kalo gitu nanti susunya nggak bisa diperah manusia dong Kak? Nggak bisa buat produksi dong."
"Ooooh," saya baru paham. "Terus anak kambingnya minum apa Am?"
"Bisa minum dari dot..."
"Dot Am?" saya kaget.
"Iya bisa dari dot, bisa dari induknya langsung."
"Kalau dari dot diisi apa Am?"
"Bisa susu sapi, bisa susu kambing. Susu sapi itu lebih murah lho Kak daripada susu kambing. Bisa juga nyusu sama induknya tapi misalnya cuma 2-3 bulan, sementara induk kambing bisa produksi susu sampai 6 bulan. Tergantung metode yang dipilih peternaknya sih Kak. Jahat ya manusia...."

Kemudian di perjalanan kami melanjutkan percakapan kembali. Ammah Tika menunjuk beberapa peternakan yang juga ada di sana. kata Ammah daerah Turgo ini kenapa banyak peternakan karena udaranya juga cukup bagus. Ammah juga cerita tentang salah satu Bapak pemilik peternakan yang ada di sekitar situ. Bapak ini dulunya kerja di Jakarta, dan tiap bulan menghabiskan minimal 2-4 juta untuk biaya berobat. Menjelang pensiun, ada pelatihan-pelatihan agar kelak orang-orang yang pensiun dapat mandiri atau ada alternatif usaha/kegiatan lain. Akhirnya Bapak ini tertarik pada peternakan. Dan jadilah ia juga memiliki peternakan di daerah Turgo ini dan selama ngurus peternakan Bapaknya belum pernah sakit lagi.

Di daerah ini, Mbak Tika juga cerita kalau ibu-ibunya tidak ditemukan di rumah saat pagi-pagi hari karena semuanya akan saling membantu untuk melakukan pengolahan susu kambing demi pemberdayaan koperasi masing-masing. Sementara bapak-bapaknya akan mencari rerumputan untuk pakan kambingnya.


1. kambing yang excited sampe manjaat-manjat biliknya liat kita pada ngapain | 2. kambing mengintip Am Tik mau nulis apa di sana | 3. Lorong satu kandang | 4. Tampak luar Bhumi Naraya Farm | 5. ada kambing mengintip dari belakang, penasaran Am Tik mau apa sih dateng ke kandangna, ungkin dia mikir begitu :"

Ketika saya di sana, saya sempet keinget kata-kata Rilut yang pengen berkembun aja habis lulus. Saya jadi mikir aja sih, ini juga usaha memaksimalkan sumber daya yang dipunya ya.Saya sempet juga tanya Ammah Tika soal banyak ga sarjana peternakan yang punya peternakan kayak gini. Ammah  Tika jawab sekarang mulai banyak. Saya tanya lagi, emang kalo dulu gimana Am? Dijawab, kalau dulu pada kerja di bank...."

Pulangnya saya juga dapat info baru terkait susu kambing. Kenapa susu kambing lebih mahal dari susu sapi? Karena ada kepercayaan bahwa susu kambing itu bisa buat obat. Sebenarnya, kalau dari yang saya tangkap, jadi globular susu kambing itu lebih kecil dari globular susu sapi. Globular itu semacam wujud bulatan lemak yang akan menghasilkan energi. Nah selain energi kan lemak juga otomatis akan menghasilkan panas. Globular yang bentuknya lebih kecil akan relatif lebih mudah diserap tubuh, maka juga lebih cepat bertransformasi jadi energi. Sehingga ketika globular lemak susu kambing menghasilkan panas, jalur pernafasan orang asma yang menyempit akan berangsur-angsur melebar (sama kayak kita pakai minyak kayu putih pas sakit perut, kan pembuluh darahnya juga melebar). Makanya orang asma dipercaya bagus minum susu kambing dan jadilah orang menganggap susu kambing sebagai obat dan berefek pada harganya yang jadi lebih mahal.

Susu kambing juga bagus buat anak-anak yang alergi sama susu sapi (saya pernah denger nih kondisi anak-anak yang alergi susu sapi). Ternyata kenapa muncul alergi? Karena globularnya itu besar sehingga sulit diserap tubuh. Dan pada akhirnya, tubuh menganggap bahwa globular ini adalah benda asing yang akan merusak tubuh. Makanya banyak kita dengar kisah anak alergi susu sapi karena secara fisik pun memang kondisinya globular susu sapi leih besar sehingga pada tuuh tertentu mereka perlu usaha lebih keras untuk mencerna zat tersebut.

Perjalanan kali ini seru. Dapat ilmu dan pengalaman baru. Membuka wawasan dari sisi lain. Bikin pengen dapet pengalaman perjalanan lain ke bidang pertanian, misalnya ke Bumi Langit Institut. Semoga masih Allah kasih waktu :)

14 komentar:

  1. ._. tulisanmu yang ini lucu fit, serius

    BalasHapus
    Balasan
    1. tapi aku ngga paham yan, korelasi lucu dan emot semacam itu. tapi alhamdulillah dibilangnya lucu, bukan garing -_-

      semoga bisa diambil manfaatnya juga yo :v

      Hapus
    2. emotnya gitu soalnya jarang-jarang aja tulisanmu selucu yang ini, aku sampe ngerasa ._. ini fitri yang nulis? haha

      Hapus
    3. oalaah, semoga bisa bikin tulisan gini lagi deh ya saya :v

      Hapus
  2. cieee akhirnya nulis panjang lagi :P

    BalasHapus
    Balasan
    1. minta doanya kak, semoga saya mengindahkan skripsi saya yang cemburu ><

      Hapus
  3. wkwk aku ketawa Fit baca ceritamu tentang kambing-kambing itu :D hipnotis, excited, ngintip, dll

    btw ayo ke Bumi Langit Institute. Sejujurnya aku dpt PR eval dari bang Ichsan buat main kesana u.u #serius

    BalasHapus
    Balasan
    1. ayo Deeev aku beneran mau ke sanaa ><
      kalau bisa bareng nanti bareng yaa, tertarik pas temenku juga nyebutinmenu2 minumannya, terdengar alami banget :")

      Hapus
  4. Fiit kok seru banget e sore2, jadi inget kkn juga keliling kandang kambing trs kalo natep kambing jawa itu ekspresinya gak nguatin xD
    eh turgo itu mana ya fit?

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya i na seruu haha. karena jarang kali ya. Kalo sering barangkali bosen juga hehe. kemarin di kknku yang punya hewan ternak paling punya pribadi gitu nggak ampe kandang gede yang isinya banyakan.

      Turgo semacam jakal ke atas terus, atau lewat palagan juga bisa. kalo lewat jakal atas terus biasanya kita belok kanan yang ada lampu merahnya (kalo mau makrab2 gitu), kalo ini belok kiri dikit terus ke utara lagi

      Hapus
  5. baru tahu fit kalau susu kambing bisa jadi pilihan buat anak alergi protein susu sapi. keren.

    BalasHapus
    Balasan
    1. ini Akbar ya? iya Bar, aku juga baru tau dari hasil ngobrol sama anak peternakan. semakin banyak ngobrol kayanya bakal lebih banyak dapet wawasan yang amazing lagi :D

      Hapus