Pages

Jumat, 31 Maret 2017

SXI Hari 6 : Kemampuan untuk Mendengarkan

-Ini cuma sedikit insight yang saya dapat dari sesi pembuka hari sih-

Hari keenam adalah hari Rabu rasa Senin yang fenomenal. Iya, soalnya Selasanya libur nyepi dan Rabunya jadi rasa Senin. Sebagaimana Senin kemarin yang setelah terjeda dua hari ditanya kabar, hari ini juga ditanya kabar sama Kak Wahyu selaku mentor kami. Ditanya kabar tuh semacam diminta cerita apa saja yang mau dieritain Rata-rata pada cerita kemarin ngapain sih.

Bagi saya sendiri, ada perasaan sulit bercerita awalnya waktu ditanya kabar dan suruh cerita apapun. Jedanya cuman sehari dan Senin kemarin saya udah cerita apa yang saya ddapatkan sepekan sebelumnya jadinya kayak bingung mau cerita apa lagi dan akhirnya saya cerita apa yang saya alami di rumah (doang) Selasanya.Ini mau dirapel sama tulisan hari 2 SXI (lah kok rapelnya malah mundur wkwk).

Di akhir sesi, Kak Wahyu bilang, sesi saling sharing kabar itu bukan cuma biar deket. Nah lho, saya yang selama ini mikir ini adalah sesi ya emang buat biar saling tau, saling kenal, dan bisa mempererat persaudaraan di antara kami gitu kan, jadi penasaran. Kalo nggak buat ini, buat apa dong?

"Jadi sesi kabar-kabar ini tuh bukan cuma buat pengakraban, biar deket, bukan. Tapi juga sesi untuk latihan mendengarkan. Listening itu skill, butuh dilatih." -mungkin redaksi kalimatnya ngga persis-persis amat.

Ya Allah! Rasanya kaget banget pas Kak Wahyu bilang gitu. Iya ya kenapa nggak pernah ngeh dan kepikiran kalo sesi sharing atau khususnya sesi kabar-kabar itu adalah momen untuk belajar mendengar. Kemana aja saya selama ini?

Betapa seringnya momen kayak gini kita sambi sama yang lain. Sama main gadget, sambil ngobrol, sambil makan, sambil leptopan. Sambil main gadget aja bisa diturunin lagi tuh jadi sambil chat, sambil skroling sosmed, sambil main game, bahkan sambil sekedar yaudah main-main aja ngescroll menu-menu di HP ke kanan kiri.

Padahal momen gini udah nggak asing lagi sebenarnya. Momen FM asrama misalnya, atau pas kumpul-kumpul lagi sama temen habis liburan, atau yaudah pas sengaja ketemu temen lama gitu. Heu, jadi sedih, ya belum menangkap skill lain yang harusnya bisa dilatih dari momen ini.

Yaudah, nggakpapa telat daripada ngga sadar sama sekali. Mari berlatih untuk bisa menyediakan diri mendengarkan orang lain :)

@badr, 29 Maret 2017

Kamis, 30 Maret 2017

SXI Hari 5 : Visioning and Ideation

Hari ini dapat materi soal visi an ide startup dari Kak Jay. You may know Kak Jay as tokoh yang cukup dikenal sebagai salah satu pendiri Badr dan sekarang CEO igrow, salah satu starup yang sudah terseleksi ikutan 500 DemoDay dan ikut acara Google Launchpad juga di US. Materinya menarik karena menambah wawasan sekali. Soal gambaran awal dan general soal startup lyfe. Tapi yang paling pengen saya highlight di sini sebenarnya adalah quote yang membekas sekali;

Jadi ceritanya ada orang yang konsul ke Steve Blank soal dia lagi bingung antara dua hal : membangun startup atau menjalani bisnisnya gitu, apalagi semacam mau didanain sama orang terus jawaban si Steve Blank adalah :
"pilihan menjadi founder startup bukan diambil oleh orang yang masih punya pilihan. Karena ini adalah pilihan jangka panjang."

I wouldn't say that i want to be a startup founder now. Kutipan ini mengingatkan saya terhadap teman-teman saya di dunia kampusyang sedang membangun startup di tengah berbagai aktivitas dan keinginan seperti S2, bekerja, dan lain sebagainya, bahkan salah satu temen SXI saya uga merasakan hal yang sama. Sebelumnya waktu Kak Jay cerita soal kenapa sih orang mau jadi founder startup? Ada banyak alasan yang bisa jadi diungkapkan sama orang, bisa jam kerja fleksibel, bisa alasan sekalian wirausaha dan jadi bos (padahal kalo jadi bos sebenernya bos adalah si user-lebih serem lagi), dan lain sebagainya. Tapi alasan menjadi founder startup yang paling baik adalah karena dia benar-benar ingin melakukannya. That's it. Alasan yang sederhana, nggak neko-neko dan banyak mau, serta yaudah dari hati aja.

-itu btw ada kak jay nya di sebelah kanan

Sama mungkin kayak berbagai pilihan dalam hidup, ada pilihan-pilihan yang menuntut kita untuk menjadi apa yang paling kita inginkan, yang harus mengorbankan hal-hal lain yang juga kita inginkan. Tapi, mungkin kayak kata evaluasi-evaluasi RK (dulu PPSDMS) sebelumnya, kalau kayak gitu itu berarti belum benar-benar mau, atau berarti masih keinginan-keinginan saja, belum jadi mimpi.

Kenapa Kak Jay menyebutkan itu, karena mengembangkan startup adalah pilihan yang memakan banyak waktu. Bahkan waktu 10 tahun pun masih menjadi parameter yang sedang-sedang saja, dan 5 tahun masih mencari bentuk. Tidak semua startup bisa sukses denga pertumbuhan eksponensial. Ada faktor-faktor yang kadang tidak bisa terlihat di awal selain kesiapan produk itu sendiri, bisa kesiapan pasar, ekosistem, kondisi masyarakat, momentum yang pas, misalnya. Pengetahuan startup founder terhadap teknis si aplikasi (sebagai bentuk launch startup) bukan harga mati dari produk itu sendiri. Misalnya sekarang, toko-toko online bisa marak karena masyarakat sudah mulai percaya untuk berbelanja online. Jika pada ekosistem ini ada suatu toko online sebagai pendatang baru, kalau bukan karena dana funding yang cukup besar, dia nggak akan bisa survive.

Kalau biasanya startup sering dikaitkan dengan usia anak muda, sebenarnya usia tua pada founder startup pun memiliki kekhasan tersendiri. Orang-orang yang sudah berusia meiliki unfair advantage pengalaman dan jaringan. Orang-orang muda punya kekurangan dari sisi domain expert itu. Ide yang biasa saja dapat ditonjolkan dari sisi eksekusi yang memiliki faktor pembeda, dan hal itu kadang merupakan hal kecil seperti orang dengan pengalaan tertentu yang di-hire, UX, hal yang didapat selama perjalanan eksekusi, dan lain sebagainya. Hal-hal yang muncul selama pengembangan produk tidak akan didapat hanya lewat tampilan muka (interface) sehingga hal-hal internal itu tidak akan mudah ditiru oleh pihak yang misalnya memiliki ide yang sama atau bahkan menduplikasi ide startupnya. Privilege anak muda (seperti anak-anak kampus) biasanya ada dua : ide gila dan tim. Untuk urusan tim ini emang sebaiknya yang sudah pernah mengerjakan sesuatu bersama, nggak bisa orang yang tiba-tiba kenal disuruh ngerjain sesuatu. I guess ini ada kaitannya sih sama kalimat di hari pertama bahwa ide itu sebenarnya receh dan yang sangat perlu dijaga adalah tim.

Teknologi merupakan lokomotif perubahan Kalau kita tidak bisa menysuaikan, maka sulit untuk berkembang. Pas banget materi ini disampaikan ketika di Depok-Bogor lagi rame banget soal demo angkot gegara transportasi online. Tapi emang sih ya, Taksi BurungBiru pun sekarang gabung sama MobilPergi. Bahkan valuasi perusahaan OjekPergi sekarang 17T, lebih tingggi daripada PesawatGI yang punya valuasi senilai 12T padahal sudah puluhan tahun berdiri. Dan di OjekPergi si perusahaan nggak puunya motor maupun driver padahal, nggak kayak pesawat yang sampe sepesawat-pesawatya dia punya. Sama kayak Fujifilm yang dulu kalah pamor sama kamera Kodak. Tapi sekarang Fujifilm masih bisa survive dengan mengembangkan produk kosmetik (iya sih jauh haluannya, tapi dia masih  bisa survive!

Kurang penutup yang pas, tapi kesimpulan dari sesi ini yang paling ngena sih soal startup sebagai pilihan. Semoga bermanfaat :)


diambil dari catatan sesi shortcourse di Badr, 
24 Maret 2017




Siapa yang Buta

Maka tidak pernahkah mereka berjalan di bumi, sehingga hati (akal) mereka dapat memahami, telinga mereka dapat mendengar? Sebenarnya bukan mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada. (QS. Al Hajj : 46)


@badr, kemarin siang
29 Maret 2017
lama nggak ngepos terjemah lagi;
dan bagi saya faakta ini menyiratkan banyak hal :"

Kamis, 23 Maret 2017

SXI Hari 4 : Mentor dan Cita-cita

Seri Shortcourse X Internship ini rasanya pengen saya bikin dari hari pertama, tapi  kemarin nunggak. Semoga ga lama-lama nunggaknya.

Hari ini gajadi sesi kelas. Dan sebenernya nggakpapa kalo nggak masuk. Tapi saya baru tau pas baru sampe, hahaha. gapapalah ada Kak Shanin sebagai temen di sana. (sebenernya kalo tau Rabu Kamis boleh gak masuk saya pengen ke Jogja heu).

Sebagaimana hari kemain, tugas hari ini masih cari sebanyak-banyaknya ide, dibikin madlibs dan poin-poin lainnya buat mendetailkan ide itu. Kadang suka lucu isi idenya. Tapi bukan itu sih yang pengen gue bahas disini. *terus kena efek ngomong gue-elo lagi.

Allah kayak ngeset hari ini bersinggungan sama cita-cita. Tadi pagi Faizah, temen SMA saya nelfon dan kita sempet ngomongin what after this-hal paling hits buat diomongin, walau agak-agak bosen dan semacam bingung ini endingnya apa yaaaa. Faizah bilang apa yang dia pengenin, saya juga.

Dan tadi di Badr, gue tercengang denger percakapan antara Kak Ridho sama Kak Wahyu.
"Maaf ya Kak, lama belajarnya."
"Ih nggak papa saya juga seneng ngajarin orang." Hening bentar. "Saya tuh sebenernya pengen jadi guru."

Skip. Pembicaraan ini gak berlanjut lama dan banyak. Tapi saya jadi semacam menyimpulkan bahwa bener apa yang dulu pernah dibilang Nabil (yang juga pagi tadi saya bahas sama Faizah), bahwa setiap kita mungkin punya semacam keinginan terpendam di hati kecil. Kayak ya kita pengen lah ke luar negeri, caranya gimana? ya banyak. Dikemas dengan mulai hal-hal berbau exchange dan kuliah lanjut sampai sekedar pelesir.

Hal kedua yang saya dapat hari ini adalah soal menulis dengan dokumentasi yang rapi. Bukan dokumentasi dalam arti yang sering dipake kalo lagi nyobain framework baru di kodingan loh. Mentor kami secara gak langsung mengajarkan itu, sambil mengajarkan soal sifat semangat untuk terus belajar dan mengupgrade diri. Heu, semakin jiper.

Selanjutnya satu-satunya catatan selama di Badr tadi adalah soal bagaimana aplikasi itu bisa membuat usernya ketagihan. Semacam misal IG yang kita bosen dikit refleknya skroling IG. Kayak-kayak gitu, katanya ada teorinya di buku yang judulnya Hooked. Saya jadi tertarik karena ini bahas behaviour manusia. Kak Wahyu sempet nyebut istilah behaviour engineering.

Oh ada juga ding, bahas aplikasi yang memudahkan transfer tanpa biaya. Kita bahas aplikasi ini dapet duit dari mana. Dan seperti kita bahas whatsapp dua hari lalu, aplikasi gratis yang gak masang iklan akan menggunakan data kita sebagai hal yang kita bayarkan pada mereka. Who knows apakah pola transaksi nanti bisa ditafsirkan menjadi sesuatu sama data scientist mereka. Oh ya, tadi ditunjukin juga website https://mixpanel.com/ yang bisa digunakan untuk membaca apa yang dilakukan user. Dari web ini kita bisa mantau project kita, si user melakukan kegiatan apa pukul berapa sehingga polanya nanti kita bisa pelajari. "Kadang tugas developer tuh bukan membuat yang baru, tapi menerjemahkan apa yang sudah ada."

btw, hari ini agak terasa 'kosong' setelah ada telpon siang tadi
Cibinong, 23 Maret 2017 21.16

Selasa, 21 Maret 2017

Tahu Bulat

Aku : "Dek, kenapa tahu bulat?"
Fatih : "Soalnya kalau tahu kotak, Mbak Fitri juga bakal nanya, kan?"

Apa yang Terjadi Belakangan? ft. Jogja yang Sekarang Perlu Diusahakan

Hidup berjalan, tulisan saya tidak. Lama-lama 'suka menulis' yang saya gadang-gadang jadi hambar.

Kehidupan menjadi semakin sulit rasanya setelah sidang selesai. Tipikal kesulitan yang berbeda sama skripsi meski sama-sama sulit. Soal identifikasi diri yang tak kunjung selesai dan masih menuai pertanyaan.

Saya menyelesaikan urusan akademik dan semmpat pulang sebelum wisuda. Kemudian wisuda di pertengahan Februari. Lalu sempat ke Bandung di penghujung Februari. Satu bulan dengan secuil pengamatan soal keseharian di Jakarta-Bogor-Jogja-Bandung pengen saya  tulliskan di tuliasn tersendiri. Semoga gak berujung niatan belaka.

Saya mulai gelisah dan hidup dengan kebimbangan. Hahaha *nertawain diri sendiri. Ngobrol sama orang, nyobain apply apa, kepo-kepo akun tertentu, bikin akun di laman tertentu, baca-baca buku, sampai punya tema spesifik buat nyari topik buku tertentu waktu togamas diskon 30%. Di Jogja juga sempat gabung kelas dongeng dan a little bit menolak tawaran nyoba ngajar bocil di perpus kota Jogja yang menyenangkan dan ingin saya coba. Oiya ada juga yang coba bantu solve sesuatu tapi kayaknya belum ngebantu-bantu banget. But that thing makes me learn enough sih :")

Beberapa hal membuat saya pergi lintas kota, semacem pengen pulang atau acara FLP (wkwkwk, mikirnya tes kerja ye :P?). Namun salah satu hal yang saya syukuri adalah. Teman saya menikah beberapa hari sebelum saya tetiba harus ke Jakarta. Alhamdulillah masih sempat datang :') Eh sebenernya itu fase-fase gak mesti pergi-pergi sih. Itu masuknya fase kenalan sama diri sendiri jadi emang officially di Jogja ngurus FLP aja.

Saya apply sih emang beberapa hal. Sejak sidang, saya masih punya jatah kontrakan sampai akhir april dan sepanjang menunggu wisuda saya pikir ngapain ya saya. Ada project KKN yang belum kelar. Tapi sayanya masih belum meluangkan waktu. Pas itu teh rasanya asa harus dikerjain tapi masih belum mendekat nyeriusin ke sana. Ada hal yang harus diedit, yang harus diseriusin, yang harus dirapiin. Tapi fase-fase paska kampus yang belum ketauan arahnya diambah niat saya yang masih belum serius membuat perasaan up and down. Sharing bareng Nikari dan Tyani juga cukup menguatkan saya kalaau mau balik rumah abis Ramadhan aja soalnya Raadhan di Jogja itu....sesuatu banget :"

Singkat cerita, ada program magang yang saya coba dafar di Jogja. Salah satu motivasinya pas itu buat belajar, cari pengalaman, dan kenapa Jogja? Ya biar ngabisin jatah Jogjanya aja. Dulu ada perasaan pengen pulang cepet-cepet. Pas udah di limit waktu tertentu rasanya gimanaaa gitu. Suatu senin, saya dapat kabar alau lolos seleksi magang tersebut, untuk tanda tangan kontrak di hari Rabu. Itu masa saya mulai cari tempat bernaung lain yang bisa bayar bulanan sampe program maang selesai atau bolehlah kalau sampai Ramadhan kelar.

Di hari yang sama saya dapat info shortcourse x internship di Badr buat batch 2. Lokasinya di Depok. Saat itu saya mikir ih kepengen ya daftar program ini. Dulu pas batch 1 masih Januari, Masih urus-urus revisi, yudisium, dan lain sebagainya. Dan finally nggak jadi daftar. Tapi karena saya baru keterima program magang di Jogja ini akhirnya saya berpikir, yaudahlah nanti-nanti dulu aja Badrnya :'. Ikut yang batch selanjutnya eski entah kapan juga.

Hari Rabu tiba. Saya datang ke kantor tempat saya diterima magang dan at that time, saya baru tahu kalau program ini cuma buat KTP DIY karena program magang ini disponsori sama departemen tenaga kerja DIY. Apalah saya satu-satunya yang tidak ber-KTP DIY. Surat kontrak yang sudah di depaan mata cuma saya baca-baca aja dan akhirnya kata mas yang meengurusi kami, nanti saya dikabari lagi, setelah sebelumnya dikasih gambaran kalau saya akan garap bidang apa.

Berkecamuklah pikiran saya kala itu. Which is hari tersebut adalah hari yang sama dengan deadline shortcourse X internship di Badr. Tapi saya khawatir kalau daftar dan keterima terus nanti tiba-tiba dikabarin sama GI (tempat magang di Jogja), gimana, takut dibilang nggak komit atau gimana. Siang itu saya ditanya abi soal kontraknya dan setelah saya cerita (termasuk soal program Badr), abi nyaranin buat nyoba semuanya.

Hari itu saya baru bisa ngelengkapin fornya pas malem. Itu malem jam 9nan gitu dan pas ngisi nggak banyak ekspektasi karena tau batch sebelumnya yang apply 960an orang dan cuma diambil 6 :". Ngisi checkbox keahlian cuman 1, ngisi ekspektasi juga rasanya jawabannya kurang keren, tapi yaudahlah.

Hari senin pekan kemarin, saya ada urusan soal tanya-tanya suatu tes. Hari itu juga saya dikabarin kalau saya ada suatu tes di Jakarta untuk Jumat. Singkat cerita (sebenernya ada cerita lain di Selasa soal jadwal yang tiba-tiba terarrange gitu sih) hari Selasa dapat kabar lolos berkas programnya Badr dn saaat itu saya nggak nyangka banget. Interview di Rabu siang via video call dan telepon, Rabu malem pulang Rumah. Nyampe rumah Kamis dan Jumat ke Jakarta. Subhanallah, dapet pelajaran berharga soal bagaimana rasanya komuter arah Jakarta di jam-jam rush hour :'

Jumat malam itu juga ada pengumuman saya lolos program Badr. Cukup surpise di mana saya saat itu mulanya tidak banyak berekspektasi. Soal waktu dan kesempatan, emang hak Allah banget ya. Kabar itu membei arti banyak hal. Berarti saya akan meneruskan kepulangan ini selama beberapa pekan ke depan. Bahkan juga pada artian bahwa ada banyak hal yang saya tinggal di Jogja. Semacam Jogja yang tetiba menjadi hal yang harus saya upayakan *tiket pas long wiken dah habis semua :"(

Ada semacam perasaan aneh pergi tanpa pamit. Ya sebenernya saya juga nggak tahu kalau bakal pergi sebentar eh tapinya jadi agak lama. Ada hal-hal yang saya tinggal di Jogja, bahkan termasuk amanah hingga Mei di FLP yang sekarang hanya bisa saya bantu dari jauh. Kelas dongeng yang pengen ambil bagian banyak di dalamnya. Kenalan sama orang baru yang belum maksimal. Qtime dengan anak kontrakan (diskusi woy bukan ngobrol). Qtime diskusi berfaedah dengan anak Gycjog. Barang masih di Jogja banyak banget karena belum pindahan samsek (pulang ini aja gabawa daily things). Nggak bisa dateng sidang Maret *ya Allah sedih banget ini temen-temen sebimbingan ada tiga T.T. Nggak jadi pinjem komik Conan-nya Farah yang punya dari nomer 1 sampai the latest. Dan juga ngak bawa buku-buku yang saya bilang beli di Togamas pas diskonan itu. Urusan-urusan di rumah kontrakan bahkan jemuran yang baru saya jemur sebelum pulang karena mikir gak bakal lama pulangnya. Hadiah buat orang-orang yang belum saya kasih. Dan lain sebagainya.

Ada semacam hal yang mengganjal. Soal pergi tanpa pamit. I dont know which one best antara kabar pergi yang tiba-tiba sehingga kita tidak bersedih sebelumnya (akan menumpuk di akhir sih mungkin abis tau gitu) atau memang pergi yang dikasih intro dan briefing dulu. Tapi bagaimanapun, kejelasan akan menjelma jadi kelegaan sih. Tapi saya ngeh satu hal bahwa kita harus siap dengan rencana-rencana Allah dalam hidup yang kadang kayak lonjakan dan ledakan. Di Badr, niat saya untuk belajar dan dapet pengalaman. Apa yang ingin saya capai selepas program Badr ini i still dont know. It's still a mystery. Sekarang niatan saya mau mulai nyoba nulis banyak lagi. Gitu aja sih dulu. Mohon doanya biar bisa belajar sebanyak-banyaknya dan ngasih manfaat juga buat Badr. Sekian.


mulai ditulis di Badr, diselesaikan di rumah

Senin, 06 Maret 2017

Jarak

Semoga jarak yang ada diantara kita tak sia-sia. Semoga jauhnya kita di dunia adalah jalan untuk bersatu abadi di surgaNya.

-dikutip dari tumblr bulek hana. dah lama gak baca. tulisannya tentang orang tua kok. Tapi kalo dipikir-pikir yang kalimat pertama maknanya luas #eh


heu, dah lama gak nulis. kangen. kangen mulu.