Pages

Kamis, 24 Januari 2019

[Repost] Tentang Pernikahan


Kalau kau berpikir bahwa menikah akan menyelesaikan semua masalah yang kau miliki saat ini, kamu salah besar. Kau bahkan akan menambah daftar jumlah masalah yang kamu punya dalam hidup.
Kalau kau berpikir bahwa menikah akan membuatmu terbebas dari perintah ayah dan ibu, kamu salah besar. Karena ibumu tetap tidak akan tinggal diam ketika melihat anaknya terlihat hidup susah. Ketika kamu merasa cukup pun, mungkin masih akan selalu kurang di matanya.
Kalau kau berpikir bahwa menikah akan melepaskanmu dari rentetan pertanyaan orang lain seputar kehidupan, kamu salah besar. Mereka tidak akan pernah berhenti dan akan selalu bertanya dan terus menanyakan apa yang tidak mereka ketahui.
Tidak perlu terlalu terburu-buru.
Tetapi juga jangan terlalu menuntut kesempurnaan.
Sampai kapanpun tidak akan pernah kau temui sebuah sempurna, bahkan menikah dengan yang kau anggap sempurna pun akan tetap kamu temui celah kekurangannya.
Tetapi bila telah kau niatkan bahwa menikah adalah sebuah ibadah yang akan menyempurnakan separuh agamamu, maka kau akan mengerti. Bahwasanya separuh agama itu memang berat, namun harus dilakukan dengan penuh keikhlasan dan kesabaran. Bahkan sholat 5 waktu saja terkadang sulit untuk ditegakkan secara khusyu’ dan tepat waktu, padahal ia tidak disebutkan sebagai separuh yang lainnya.
Menikah adalah ibadah seumur hidup. Kau tidak akan pernah tau saat yang tepat itu kapan, tetapi Allah yang akan memberi sinyal dan semesta yang akan menunjukkan kepadamu. Tenang saja.
Jangan pula kau anggap orang yang menikah itu adalah sebuah hal yang gampang, hanya perkara ijab dan qobul. Tetapi, makna dibalik itulah yang sesungguhnya sangat berat. Tak selamanya yang menikah lebih cepat darimu itu tak mengalami pergumulan hebat dihatinya, mungkin tak mudah baginya untuk sampai dikeputusannya saat ini, maka jangan pernah kau anggap itu mudah.
Latihlah dirimu untuk siap menerima. Karena mungkin ia, yang akan mendampingimu, sifatnya tidak akan persis seperti bayanganmu. Latihlah dirimu untuk berbesar hati. Karena mungkin kesalahan kecilnya sebenarnya membuatmu kecewa. Latihlah dirimu selalu menjadi yang paling sabar. Karena mungkin ia akan egois dan tak mau dikalahkan. Latihlah dirimu menjadi seseorang yang kuat. Karena mungkin ia akan butuh pundak untuk bersandar dan pelukan hangat untuk meredamkan emosinya.
Setiap pilihan itu memiliki konsekuensi, dan seharusnya kamu telah mempersiapkan menghadapi semua itu.
Tak ada yang salah untuk memilih cepat atau lambat. Tetapi memang, setiap pilihan itu ada pengorbanannya.
Yang terpenting adalah memahami bahwa menikah bukan hanya karena atas dasar cinta dan mencari kebahagiaan, tetapi berdasarkan iman dan mencari keberkahan.
“Barakah adalah keajaiban. Keajaiban yang hanya terjadi pada orang beriman. Jadi, yang dicinta di sisi Allah tak selalu mereka yang senantiasa tertawa dan gembira, tersenyum dan terbahak semata karena nikmat, kemudahan hidup, kekayaan, dan kelimpahan. Sebagaimana bukan berarti dibenci Allah jika senantiasa merasakan kesempitan, kelemahan, kekurangan, dan kefakiran. Di dalam sebuah pernikahan, barakah menjawab, barakah menjelaskan, menenangkan, dan menyemangati. Bahwa apapun kondisinya, kemuliaan di sisi Allah bisa diraih. Apapun keadaannya, pernikahan adalah keindhan dan keagungan, kenikmatan dan kemuliaan, kehangatan dan ketinggian. Jika dan hanya bila kita senantiasa membawanya kepada makna barakah.”
-Ust. Salim A. Fillah, dalam buku “Baarakallahu Laka, Bahagianya Merayakan Cinta”
Selamat berjuang yang masih bertanya-tanya akan kedatangan dan selamat meluaskan sabar bagi yang telah menemukan.
Dalam ruang kotak berpetak, diiringi deras hujan dan angin badai, 24 Januari 2019.
Dari aku, yang baru saja memulai.
shafiranoorlatifah quote aksara wordsntms selfreminder life muhasabahdirisalimafillah tulisan pernikahan menikahbarakah hijrah ustadsalim bahagia cinta

Sumber dari sini.

Terus kemarin aku baca ini dan, aku suka.

Cerita saya nemu blog Mbak Fira lumayan panjang. Dari 2014 kalau tidak salah. Jadi ceritanya, kapan-kapan saja, ya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar