Pages

Selasa, 12 Februari 2019

Central Park dan Anak-anak

Saya sampai di tempat pemberhentian Taman Anggrek pukul 9 lebih sekian belas menit. Tujuan saya central park. Sebuah frase tempat yang pertama saya tahu daru novel terbitan Noura berjudul Petang Panjang d Central Park; yang ketika itu saya tahu adalah nama taman di Amerika. Tidak tahu kalau ini (juga) nama mal di Indonesia. Seperti yang saya bilang sebelumnya di postingan blog lalu lalu. Saya jarang banget tertarik lihat-lihat mal. Kalau kata Abi, lihat mal tuh untuk nambah wawasan aja. Hahaha.

Saya jalan saja mengikuti dua orang di depan saya, yang setelah lama saya ikuti, saya bingung kenapa mereka ke basement lewat pintu kecil,. Lalu saya jadi tahu. Mereka karyawan mal ini dan tentu saja bukan masuk lewat pintu utama karena mal pun belum buka.

Saya berjalan sampai arah mushala dan ternyata mushala pun belum buka. Kehidupan mal baru mulai pukul sepuluh. Lampu-lampu masih gelap.

Saya duduk di kursi-kursi dekat toilet yang lampu depannya pun masih remang-remang. Membuka dashboard blog. Membuka blog kak marissa. Kembali, saya berkaca-kaca, menangis.

Saya merasakan cinta dan ketulusan besar di sana. Saya menangis. Membayangkan betapa besar cinta dan ketulusan yang disampaikan oleh anak-anak. Bukan sekadar cinta dan ketulusan kak marissa yang sampai pada saya. Tidak hanya itu.

Lima belas menit menjelang pukul 10. Saya memutuskan berjalan-jalan. Ada gramedia big sale di tengah-tengah yang sudah dibuka sebagian terpalnya. Saya mendekati rak buku impor anak. Ah tapi kalau lihat-lihat nanti khawatir ditegur. Karena saya adalah pengunjung yang datang bukan di waktu yang tepat. Mal belum buka.

Saya berjalan. Tiba-tiba saja saya mendengar suara celoteh riang anak-anak yang ramai. Dari arah atas. Saya ke selasar samping karena saya searah dengan alur jalan anak-anak itu sehingga tidak bisa melihat mereka. Saya menatap mereka yang berjalan beriringan. Duh, saya mulai baper lagi. Saya menyusul ke atas, menaiki eskalator yang mesinnya juga belum berjalan. Eskalator rasa tangga manual.

Ramai sekali anak-anak itu. Datang dengan riang gembira. Berceloteh. Saya baru tahu Jakarta Aquarium itu di sini. Rupanya perjalanan dalam basement saya yang panjang tidak mengantarkan saya ke central park, tapi juga neo soho di sebelahnya (buta arah lah lewat basement tu, di atas aja saya bingung....). Satu anak ada di paling belakang. Agaknya bisa dibilang tertinggal rombongan. Perempuan. Rambutnya keluar-keluar kerudungnya. Walau jauh, ia loncat-loncat. Riang. Gembira. Tak peduli soal dia datang lebih belakang. Toh ia akan sampai juga.

Lagi-lagi entah kenapa, saya kembali menangis melihat anak-anak itu. Tadi saat duduk saya begitu bingung kenapa saya mudah sekali menangis beberapa hari belakangan. Dulu waktu saya lagi banyak nangis, Kak Marissa baca pola saya menangis. Sekarang, saya kembali bertanya-tanya, pola apa sih yang bikin saya mudah sekali haru atau nangis kecil-kecil gini?


Eskalator bergerak. Menjelang pukul 10 dan mal akan beroperasi sebagaimana adanya.
.
ditulis di tempat tadi, baru dirapikan sekarang.
.
.
.
belakangan saya bertanya pada diri sendiri,
bisa nggak ya apply seleksi 3 paragraf ini 
bisa nggak ya jadi penulis bacaan anak
bisa ngga ya kasih kebermanfaatan yang luas buat anak-anak
bisa nggak ya menjalani dan percaya itu semua bisa di tengah-tengah segala kehectican pekerjaan akhir-akhir ini (saya selalu berpikir untuk menjadi penulis itu bisa sambil kerja yang non penulis)
.
saya nggak mau ragu sama diri sendiri :"
jadi inget juga, kalau ngga bisa jaga perpus tuh suka sedih, kasihan sama anak-anak....
(tadi bilang ini juga sama kak marissa abis baca postingannya setelah yang tadi kubaca)

.
ah fit, kamu banyak pr yang belum selesai malah curhat di sini,
bukannya diselesein....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar