Pages

Kamis, 06 Februari 2014

[Resensi#5] Chocoblood; Saat Cokelat Senilai Darah, Akankah Kebahagiaan Hanya Bernilai Rupiah?

gambar dari sini
Judul Buku          : Chocoblood; Saat Cokelat Senilai Darah
Penulis                 : Adam Endraprianto
ISBN                   : 978-602-242-074-3
Penerbit              : DAR! Mizan (PT Mizan Pustaka)
Ketebalan           : 168 halaman
Ukuran                 : 19,5 cm

Kekacauan terjadi di kota Bogor. Sekelompok organisasi mengincar dan menyerang Fitri. Kehidupan tenang Fitri dan tunangannya, Indra 3 hari menjelang pernikahannya pun tiba-tiba menjadi serba menegangkan. Hal ini bermula sejak peluru mengenai bahu Fitri sehingga membuatnya dilarikan ke rumah sakit. Setelah masuk ke rumah sakit, penyerangan tak berhenti dilakukan. Fitri tetap diincar oleh organisasi tersebut. Bahkan walaupun klien yang meminta dilakukannya pembunuhan terhadap Fitri sudah tertangkap polisi karena teribat dalam kasus pembunuhan yang terjadi di rumah sakit yang sama dengan rumah sakit tempat Fitri dirawat, anehnya organisasi bayaran ini tetap akan melakukan rencana pembunuhan terhadap Fitri. Alasannya? Hanya ‘chief’ yang tahu. Pimpinan organisasi ini tidak mau memberitahukan alasannya pada siapapun.

Tak dinyana, beberapa anggota organisasi berniat mengkhianati organisasi dan memilih menyelamatkan nyawa Fitri. Sang ‘chief’ yang mengetahui hal ini pun segera bertindak cepat. Ia menantang Gin, salah seorang anggota yang berkhianat, untuk mengalahkannya. Polisi yang mengetahui kasus ini pun segera menyelidiki. Alhasil, kejar-kejaran antara polisi, ‘chief’ dan pengikutnya yang masih setia padanya, serta Gin selalu dipenuhi dengan baku tembak. Apa yang sebenarnya dikejar oleh ‘chief’ alias pimpinan organisasi ini dari Fitri sehingga ia mati-matian mengincarnya? Benarkah alasannya hanya demi resep cokelat mendiang Ibu Fitri dahulu?
***
Membaca novel thriller karya Adam ini akan membuat kita begitu sering membayangkan suasana teror layaknya di film-film thriller Hollywood. Tak jarang dapat ditemui adegan baku tembak maupun kejar-kejaran antara mobil polisi dan penjahat dalam bukunya. Dalam usia yang cukup belia (usia Adam saat ini sekitar 15 tahun), penulis dapat membuat cerita dengan tokoh utama orang dewasa disertai latar teror yang ada dalam suasana kecemasan dan ketegangan.

Alur pada novel ini sudah cukup rapi. Hanya saja untuk ukuran novel thriller, cerita yang Adam susun masih kurang detail. Padahal dalam novel thriller, detail akan menciptakan suasana tegang yang akan membuat pembaca turut serta masuk ke dalam cerita. Kurangnya detail ini juga membuat tulisan jadi terkesan buru-buru. Hal ini akan menyebabkan pembaca merasa terengah-engah ketika membacanya, karena dalam pengejaran penjahat, tokoh utama nyaris tak ada istirahatnya. Sekalipun keadaannya memang begitu, penjabaran cerita yang lebih detail akan membuat pembaca merasakan segala tindakan cepat tokoh berada pada ritme yang cukup lambat sehingga pembaca dapat menikmati alur cerita dan memberikan efek lebih terbawa suasana.

Dalam novel ini, penulis dapat menutup cerita dengan pesan yang amat manis. Pesan inilah yang merupakan inti besar dari cerita dan dapat di ambil hikmahnya oleh para pembaca. Pesan ini juga menunjukkan bahwa cerita thriller tidak selalu berisi tentang teror, kejahatan, adegan baku tembak, serta pengejaran pelaku kejahatan, tapi juga dapat memuat pesan di dalamnya.

Buku ini cocok untuk di baca oleh remaja seusia pengarangnya atau kisaran usia SMP-SMA. Melalui novel ini diharapkan para pembaca dapat mengambil pelajaran yang telah disisipkan oleh penulis dan dapat mengaplikasikannya di kehidupan nyata. Salut untuk Adam sebagai penulis yang dapat menyelesaikan novel ini sebagai karya perdananya^^!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar