Judul Buku : Sebelum Aku Menjadi Istrimu
Penulis : Deasylawati Prasetyaningtyas
ISBN : 602-8277-71-6
Penerbit : Indiva
Ketebalan : 224 halaman
Ukuran : 20 cm
Harga Buku : Rp 21.000
Memasuki usia remako alias remaja kolot mungkin akan sering digoda dengan pertanyaan semacam, “Kapan nikah?” dari orang-orang di sekitar. Aduh, jangankan menikah, siap aja beluuuuum. Hei, kalau begitu, kapan siapnya?
Nah! Buku ini akan membantu menjawab pertanyaan itu. Sesuai judulnya, ‘Sebelum Aku Menjadi Istrimu’, buku ini akan membantu para perempuan mempersiapkan diri menjadi seorang istri, bahkan menjadi seorang ibu. Agar kaum perempuan yang belum menikah tidak hanya hobi ngomongin nikah, tapi justru mempersiapkannya. Yup, karena menikah bukan hanya untuk dibicarakan, tapi untuk dipersiapkan.
Buku ini membantu perempuan mempersiapkan diri sebelum saat pernikahan tiba. Membuat pembacanya kaya akan ilmu pranikah, dari mulai menyadarkan pentingnya menjadi wanita shalihah, menyiapkan diri menjadi pribadi yang baik, menjelaskan tentang ilmu-ilmu yang harus diketahui seputar menikah—mulai dari definisi sampai dengan tujuan pernikahan yang seharusnya dimiliki oleh pernikahan setiap muslim. Tidak hanya itu, buku ini juga memberi ilmu tentang manajemen keuangan serta tips dan trik mengelolanya, cara memahami psikologi pasangan, juga tentang kehidupan berkeluarga lainnya.
Melalui buku ini, pembaca akan memahami bagaimana rasanya hamil, melahirkan, menyusui, bahkan sampai bagaimana mendidik anak agar menjadi generasi penerus yang berkualitas. Masing-masing dikupas secara detail seperti penjelasan tentang gejala-gejala yang timbul ketika hamil agar para calon ibu muda tidak kaget karena baru pertama kali mengalaminya. Juga dibahas makanan-makanan apa saja yang sebaiknya dimakan ketika sedang mengandung, tahapan melahirkan, bahkan sampai bagaimana cara menyendawakan bayi serta pengaruh laktasi bagi bayi. Ilmu-ilmu ini akan sangat berguna agar para wanita tidak kaget ketika hamil untuk yang pertama kalinya.
Tidak hanya seputar buah hati, ada juga bahasan lain yang mungkin jarang diperhatikan namun ternyata penting untuk diketahui oleh para calon istri sekaligus calon ibu. Buku ini akan mengajak para pembacanya untuk melakukan persiapan sebelum menikah. Dari persiapan mental sampai jasmani, bahkan ternyata ada juga yang namanya senam pranikah! Ada juga tentang ilmu gizi agar pembacanya dapat mengetahui kandungan dan gizi yang baik untuk nanti disajikan di tengah-tengah keluarga.
Buku ini juga dilengkapi latihan-latihan penunjang serta tips dan trik dalam kehidupan berumah tangga, mulai dari bagaimana agar rumah tetap sejuk meskipun tidak ada AC, penataan pernak-pernik hiasan dinding, memasak sayuran, memilah dan menyimpan daging dan seafood, sampai tips dan trik dalam mengasuh anak, salah satunya seperti tips mengatasi anak yang susah makan.
Resep-resep sederhana, pengetahuan tentang jahit-menjahit, serta beragam aneka tusuk jahit menjahit juga menambah daya tarik tersendiri bagi buku ini. Dengan demikian, kandungan mana dari buku ini yang akan membuat perempuan tidak tertarik untuk membacanya? Setelah cakupan pembahasan yang begitu luas, di akhir buku penulis akan mengingatkan lagi pada pembaca tentang meluruskan niat agar niat melakukan pernikahan adalah semata-mata meraih Ridha Allah, sehingga segala prosesnya sesulit apapun akan terasa ringan dan ikhlas dijalankan.
Mungkin para perempuan sering menganggap kehidupan berumah tangga adalah kehidupan yang akan berjalan dengan baik seiring berjalannya waktu. Namun, mempersiapkannya akan membuat segala sesuatunya berjalan dengan lebih baik. Tentu saja untuk mempersiapkannya perempuan harus mencari ilmu tentang kehidupan berumah tangga. Salah satunya, bisa melalui buku ini :)
Buku ini dikemas dengan bahasa sehari-hari yang akan membuat pembaca merasa seperti berbincang-bincang dengan seorang ahli yang friendly. Sekalipun dilengkapi dengan kutipan ayat, hadits, maupun kutipan-kutipan dari buku referensi ataupun hasil penelitian para ahli untuk memperkuat teori-teori yang dipaparkan penulis, tidak membuat buku ini terasa menjemukan karena penulis dengan pandai menyampaikannya dengan bahasa yang mudah dipahami. Bahasa yang ringan mudah dipahami akan membuat buku ini semakin menarik karena jarang sekali buku yang membahas seputar pernikahan dibahas dengan bahasa yang menyenangkan untuk dibaca.
Sebelum Aku Menjadi Istrimu adalah buku yang sangat diwajibkan bagi setiap perempuan, terutama perempuan yang belum menikah agar dapat mempersiapkan pernikahan dengan lebih matang dan lebih siap lagi, baik dari segi niat maupun teknisnya. Ingat, pernikahan adalah ibadah dengan jangka waktu yang sangat lama jika dibandingkan dengan ibadah-ibadah lainnya. Meskipun begitu, buku ini juga baik dibaca oleh para perempuan yang sudah menikah jika ingin mendapatkan wawasan yang lebih luas lagi seputar dunia pernikahan dan berkeluarga. Cocok juga jika ingin dihadiahkan pada sahabat tercinta.
Kekurangan dari buku ini hanya terletak pada kurangnya halaman pada buku sehingga pembahasannya masih kurang mendetail. Namun secara garis besar buku ini sudah dapat menjadi buku pintar persiapan menjelang nikah yang dapat membuat wawasan pembacanya semakin luas seputar persiapan menjelang pernikahan. Selamat membaca, selamat mempersiapkan diri menjelang pernikahan :)
Pages
▼
Selasa, 31 Desember 2013
Kamis, 26 Desember 2013
Makanan dan Buku : Sebuah Cerita Akhwat Gerimis
-semacam kerandoman anak-anak hari ini. Dan entah kenapa saya terlibat di dalamnya :P
perhatikan lagi lebih jeli fotonya, ini bukan hanya foto masakan saja !
haha, senang punya teman hati seperti kalian,
*boleh berasumsi tentang foto apa ini, juga kegiatan apa. Yang jelas, asumsi tanpa peng-iya-an dari saya nggak terbukti benar ya :P
Alhamdulillah, terima kasih Allah. Kapan-kapan boleh kumpul-kumpul lagi, tapi setelah UAS aja ya, biar tenang hehe :D
*pengen deh kayak gini bareng temen-temen Ilkom...
nb : masalah kerandoman saya itu tidak berkaitan apapun dengan bukunya ya .
A Cup of Tarapuccino : Secangkir Cinta, Rindu, dan Harapan
Penulis : Riawani Elyta & Rika Y. Sari
ISBN : 978-602-8277-88-4
Penerbit : Indiva
Ketebalan : 304 halaman
Ukuran : 19 cm
Harga Buku : 27.000
Setiap orang memiliki masa lalunya masing-masing. Begitu juga Tara dan Hazel. Takdir mempertemukan mereka di kedai roti terkenal Batam, Bread Time. Hazel, seorang pelanggan setia Bread Time yang misterius, entah kenapa membuat perhatian Tara terusik. Tara merasa ada suatu perasaan aneh yang mulai menguasai hatinya setiap melihat pemuda itu. Tanpa sadar, Tara mulai hafal ciri-ciri pemuda jangkung itu, dari tempat duduk favoritnya, pesanan kesukaannya, hingga alas kaki yang selalu digunakan pemuda itu ketika singgah ke kedai rotinya. Tara mulai jatuh cinta.
Hazel adalah pemuda berwajah indo yang misterius. Pelanggan setia Bread Time yang selalu datang pada jam yang sama, mengisi tempat yang sama, serta memesan minuman yang sama setiap harinya, Cinnamon Cappuccino. Ia memiliki sedikit kenangan masa lalu tentang sesosok maya yang hampir saja mengisi cangkir hatinya dengan cinta, rindu, juga harapan. Sayangnya takdir memaksanya untuk hanya bisa mengingat sosok itu sebatas buah peach.
Raffi, partner kerja yang juga merupakan sepupu Tara, menangkap perubahan diri Tara yang mulai menaruh perhatian pada Hazel. Lama kelamaan ia gusar akan hal itu, dan secara tidak sadar ia mempertanyakan keanehan dirinya sendiri. Mungkinkah dia cemburu? Belakangan, Hazel diterima sebagai graphic designer Bread Time. Bertugas mendesain majalah bulanan kedai roti terkenal itu. Membuat Raffi tanpa sadar kian melirik Hazel sebelah mata, karena cemas ia akan menyita perhatian Tara.
Adalah Diaz, seorang pemuda yang harus menanggung hutang ayah tiri serta menjadi tulang punggung keluarga tiri yang ia sayangi. Usahanya dalam melunasi hutang membuatnya terpaksa melakukan berbagai cara sekalipun ia tahu hukum negara melarang pekerjaan yang dia lakukan. Terlibat dalam perdagangan ilegal. Pikirannya dipenuhi oleh kegalauan akan ingatan masa lalu, kenangan masa kecilnya di balik jeruji besi, juga rasa tanggung jawabnya terhadap adik tiri dan kesembuhan ibu tirinya.
Bread Time, kedai roti yang dibangun bersama oleh Tara dan Raffi termasuk usaha kedai roti baru yang mulai terkenal dengan inovasi-inovasi dua pemiliknya, Tara dan Raffi. Tapi siapa sangka, keanehan-keanehan yang terjadi belakangan ini adalah teror yang memang mengincar kedai roti terkenal itu? Siapakah yang mengincar Bread Time? Lalu mengapa Bread Time diteror?
Membaca kisah ini akan membuat kita senantiasa menebak-nebak, dan tak sabar kapan segala teka-teki akan menemukan jawabannya. Kapan para tokoh utama bertemu pada satu titik yang menghubungkan mereka semua? Siapa sosok berkulit peach yang hadir di masa lalu Hazel namun belum sempat ditemuinya? Semua akan terjawab begitu kita melahap novel ini sampai habis. Pembaca tidak akan menyangka bahwa semua potongan-potongan cerita dapat menyambung menjadi satu.
Cerita ini cocok dibaca oleh baik oleh remaja maupun kalangan dewasa. Pembaca tidak hanya disuguhi kisah fiksi, namun juga ilmu bisnis kuliner syar’i yang memperhatikan komposisi bahan, sistem pelayanan, serta kejujuran perusahaan. Juga berbagai inovasi untuk mengembangkan bisnis. Dari buku ini pembaca juga dapat melihat sisi lain kehidupan yang keras dan perjuangan menyambung kehidupan atas nama kasih sayang. Sehingga pembaca juga dapat mengambil kearifan hidup yang diajarkan di dalamnya.
Don’t judge a book by it’s cover. Kalimat itu cocok untuk buku ini, karena memang gambar covernya kurang merepresentasikan isi ceritanya. Namun jangan khawatir, tulisan pada cover belakang sudah cukup membuat penasaran akan cerita pada novel A Cup of Tarapuccino ini. Novel dengan konflik tak terduga yang diceritakan dengan mengalir oleh dua pengarangnya.
Sekalipun berisi tentang kisah tentang cinta, rindu, dan harapan, yang seringkali diangkat juga pada novel-novel lainnya, alur novel ini tidak mudah ditebak. Di dalamnya pembaca dapat menemukan kisah cinta yang tidak biasa, rindu akan kekuatan menghalau bujukan iblis sekalipun ibadah sudah dilaksanakan dengan baik, juga harapan akan hidup yang lebih baik yang harus diperjuangkan seteguh mungkin. Novel yang sarat makna dan pengetahuan yang akan dinikmati siapa saja yang membacanya.
Minggu, 22 Desember 2013
Tapi Hujan .
"Biar aku saja yang ke sana"
"Tapi ini hujan, Fit."
"Udah nggak papa. Sepertinya...aku butuh hujan sepanjang perjalanan ke sana. Biar saja sedikit basah."
sudah kubilang berkali-kali. Kadang aku memang butuh hujan untuk membuatku sedikit lega.
"Beneran Fit nggak papa?"
"Nggak papa."
kemudian senyum, senyum menyembunyikan perasaan yang sungguh sangat berkecamuk di pikiran akhir-akhir ini.
ah blog..saya kangen banget sama kamu. begitu banyak cerita yang berjejalan di kepala. sudah dulu ya blog, aku harus segera pergi. :")
doakan saja segala benang kusut akhir-akhir ini segera terurai. biar nggak bikin pusing. Ah iya, nasihat Kak Rima siang tadi, "Sertakan Alah dalam mengambil keputusan ya Dek."
Ya Allah bantu kami, ya.
"Tapi ini hujan, Fit."
"Udah nggak papa. Sepertinya...aku butuh hujan sepanjang perjalanan ke sana. Biar saja sedikit basah."
sudah kubilang berkali-kali. Kadang aku memang butuh hujan untuk membuatku sedikit lega.
"Beneran Fit nggak papa?"
"Nggak papa."
kemudian senyum, senyum menyembunyikan perasaan yang sungguh sangat berkecamuk di pikiran akhir-akhir ini.
ah blog..saya kangen banget sama kamu. begitu banyak cerita yang berjejalan di kepala. sudah dulu ya blog, aku harus segera pergi. :")
doakan saja segala benang kusut akhir-akhir ini segera terurai. biar nggak bikin pusing. Ah iya, nasihat Kak Rima siang tadi, "Sertakan Alah dalam mengambil keputusan ya Dek."
Ya Allah bantu kami, ya.
Jumat, 13 Desember 2013
Senin, 25 November 2013
Minggu, 24 November 2013
Karena Terkadang, Bertemu Hanya Menggandakan Rindu
Aku terbangun dan kamar sudah gelap. Itu artinya aku baru bangun dari tidur tidak sadar ketika langit mulai menggulita. Menyadari hal itu membuatku sadar bahwa saya bertemu kembali dengan perasaan itu : perasaan sendiri dan udara yang semakin sesak terasa. Aku benci perasaan ini.
Aku sudah tahu sebelumnya. Tapi aku nekat untuk melanggarnya. Sudah tahu bahwa bertemu hanya akan menggandakan rindu. Bahwa kalian memang berharga dan aku seakan tak rela melepasnya. Tapi waktu berjalan, dan aku harus menghadapinya.
Maryam bilang, rindu yang tak terucap hasilnya menyesakkan. Aku tidak bisa untuk bilang tidak. Karena memang begitulah adanya. Masa lalu adalah sesuatu yang paling jauh dari kita. Aku tidak bisa menyesap hangatnya lagi, bukan? Tapi untuk beralih pikiran rasanya sulit, sulit sekali akhir-akhir ini. Sekali lagi, aku benci pikiran dan perasaan ini.
Aku sadar, seminggu terakhir ada pola hidup yang berubah. Ada monolog-monolog yang kembali menghujani isi kepala, lebih dari sebatas monolog yang biasanya hanya terucap ketika aku pulang malam dan sendirian di jalan. Kata favorit yang kuketikkan di laptop. Juga ke-riweuh-an sepanjang satu minggu terakhir. Minggu terbolak-balik yang pernah ada : Jogja-Jakarta-Serpong-Jakarta-Jogja, dan Jogja-Bandung-Jogja dalam satu minggu. Lelah fisik dan ternyata juga...lelah hati :". Harapan tentang pembatas jalan. Rasa bosan pada tugas dan jadi mengutamakan hal-hal yang tidak utama. Persiapan makrab IAIC Joglosemar, perang hati yang akhirnya sedikit kuceritakan pada teman. Hal-hal di luar kebiasaan.
Kepada hujan, kepada jarak, kepada angin, kepada laju kereta, kepada bulan, kepada malam, dan terutama kepada doa. Kutitipkan rindu untuk mereka semua. Mereka-mereka yang aku sayang, mereka-mereka yang aku buatkan harapan agar semuanya baik-baik saja --dan tentunya harapan yang tidak bisa aku tulis di sini :"). Sekali lagi, itu yang selalu aku takutkan, aku takut bila bertemu hanya menggandakan rindu. Tapi lebih dari itu, rasa sayang pada kalian selalu ada di atas rasa takut itu. Kepada beberapa hal mungkin ada pengecualian. Tapi di atas apapun, aku sungguhan sayang kalian semua. Seperti perbincangan dengan Riri siang tadi, juga tentang tumblr-nya yang sangat menggambarkan perasaan kami. Hai kalian semua, semoga selalu baik-baik saja, ya :) Semoga Allah selalu melindungi dan merahmati setiap jejak langkah yang sudah dan akan kalian lalui. Meski tidak bilang, bukan berarti tidak sayang kan? Tidak bilang bukan tidak perhatian kan?
-random banget ya, kalo ketemu Pyan dan dia bilang blog elu galau banget, baru aku iya-in. Kalo pas roadshow kemarin dia bilang gitu..aku masih ga terima :P. Huffft, padahal udah janji nggak mau nge-random lagi ._.
Aku sudah tahu sebelumnya. Tapi aku nekat untuk melanggarnya. Sudah tahu bahwa bertemu hanya akan menggandakan rindu. Bahwa kalian memang berharga dan aku seakan tak rela melepasnya. Tapi waktu berjalan, dan aku harus menghadapinya.
Maryam bilang, rindu yang tak terucap hasilnya menyesakkan. Aku tidak bisa untuk bilang tidak. Karena memang begitulah adanya. Masa lalu adalah sesuatu yang paling jauh dari kita. Aku tidak bisa menyesap hangatnya lagi, bukan? Tapi untuk beralih pikiran rasanya sulit, sulit sekali akhir-akhir ini. Sekali lagi, aku benci pikiran dan perasaan ini.
Aku sadar, seminggu terakhir ada pola hidup yang berubah. Ada monolog-monolog yang kembali menghujani isi kepala, lebih dari sebatas monolog yang biasanya hanya terucap ketika aku pulang malam dan sendirian di jalan. Kata favorit yang kuketikkan di laptop. Juga ke-riweuh-an sepanjang satu minggu terakhir. Minggu terbolak-balik yang pernah ada : Jogja-Jakarta-Serpong-Jakarta-Jogja, dan Jogja-Bandung-Jogja dalam satu minggu. Lelah fisik dan ternyata juga...lelah hati :". Harapan tentang pembatas jalan. Rasa bosan pada tugas dan jadi mengutamakan hal-hal yang tidak utama. Persiapan makrab IAIC Joglosemar, perang hati yang akhirnya sedikit kuceritakan pada teman. Hal-hal di luar kebiasaan.
Kepada hujan, kepada jarak, kepada angin, kepada laju kereta, kepada bulan, kepada malam, dan terutama kepada doa. Kutitipkan rindu untuk mereka semua. Mereka-mereka yang aku sayang, mereka-mereka yang aku buatkan harapan agar semuanya baik-baik saja --dan tentunya harapan yang tidak bisa aku tulis di sini :"). Sekali lagi, itu yang selalu aku takutkan, aku takut bila bertemu hanya menggandakan rindu. Tapi lebih dari itu, rasa sayang pada kalian selalu ada di atas rasa takut itu. Kepada beberapa hal mungkin ada pengecualian. Tapi di atas apapun, aku sungguhan sayang kalian semua. Seperti perbincangan dengan Riri siang tadi, juga tentang tumblr-nya yang sangat menggambarkan perasaan kami. Hai kalian semua, semoga selalu baik-baik saja, ya :) Semoga Allah selalu melindungi dan merahmati setiap jejak langkah yang sudah dan akan kalian lalui. Meski tidak bilang, bukan berarti tidak sayang kan? Tidak bilang bukan tidak perhatian kan?
-random banget ya, kalo ketemu Pyan dan dia bilang blog elu galau banget, baru aku iya-in. Kalo pas roadshow kemarin dia bilang gitu..aku masih ga terima :P. Huffft, padahal udah janji nggak mau nge-random lagi ._.
Rabu, 20 November 2013
Kereta, Presentasi, dan Bandung
Alhamdulillah...
hey, bahkan saya nggak pernah ngebayangin ini sebelumnya : naik kereta ekonomi, buka laptop, konek internet, dan...masih ngedit presentasi. Bandung : insya Allah dalam enam jam lagi. Ya Allah, maka nikmatMu yang manakan yang pantas kami dustakan? Bandung adalah doa untuk 10 November yang Allah tidak kabulkan 20 Oktober kemarin. Dan mungkin ini kesempatan yang Allah kabulkan atas doa Uzi, adik kosan yang pengen banget ke Bandung dan Allah mengabulkannya juga dengan meminta saya mengikutinya.
Terima kasih ya Allah.. :) cerita selanjutnya nanti, ya. Mohon doanya agar sukses dan lancar pada presentasi besok. Aamiin.
#dan sedari sore, sebuah awalan cerita fiksi berkelebat di kepala saya. Tentang Bandung, juga jarak dan kereta. Ada yang mau menyumbang isi kisah atau endingnya ? :)
Senin, 18 November 2013
Roadshow IAIC 2013
Saya percaya, lewat menulis saya bisa memberi kabar, dan sekaligus menyambung tali silaturahmi, semoga. Dan kalau saya nggak dateng roadshow puuuun, pasti pengen banget tau cerita-ceritanya. Btw, saya bingung kasih judul apa. Yang netral-netral aja lah ya judulnya :P. Oke, cerita dari awal aja ya :)
Mulai dari rencana berangkat anak Jogja. Karena rombongan jadi mesti pake rapat dan kumpul di GSP. Nyocok-nyocokin jadwal. Bahkan sampe ada temen yang ngerelain naik pesawat demi IC. Saya sendiri akhirnya masuk kloter dua bareng Tyani (dan bareng Nida yang sok sembunyi-sembunyi berangkatnya biar surprise sama anak-anak lain) karena Jumatnya saya kuliah sampai pukul 6 sore. Roadshow itu sebenarnya....saya sendiri kalau aja bukan demi IC sepertinya nggak dateng. Bukan karena ada acara kampus bukan. Yah...some reasonlah :". Tapi ya...karena IC saya harus ngalahin alasan itu untuk datang :)
"Rumah adalah tempat hati kita berada, dan begitulah IC :") Dan alhamdulillah meski udah jadi alumni, tetep kuat rasa sayangnya ke IC" via @ssssseeeettt
Dan segala perjuangan berangkat itu bener-bener macem-macem. Mulai dari cerita Foranza yang ketinggalan kereta, perjuangan ke stasiun saya dan Tyani (yang ternyata meski berangkat ga bareng tapi kisahnya hampir sama) dan lain-lain. Bahkan saya sendiri udah ngebayangin pas belum juga berangkat ke stasiun tentang gimana kalau saya ketinggalan kereta dan harus pulang ke kosan dengan tangan kosong dan rasa sedih nenteng bawaan yang harusnya dibawa pas ke IC :"
Kami sampai di Jatinegara subuh-subuh, dan rombongan kloter satu udah sampai. Subuhan kemudian lanjut naik commuter. Nah cerita sedikit lah ya. Jadi buat sampai ke Stasiun Rawa Buntu kami harus dua kali naik commuter dari Jatinegara. Transit di Tanah Abang.
Bayangkan betapa ramainya kami waktu naik commuter. Padahal saat itu jam lima. Orang-orang masih pada ngantuk sementara Aam sama Roma nggak berhentui-berhanti ngelawak dan yang lainnya nggak berhenti ketawa (oke ini lebay, padahal juga ada yang bingung mereka ngelawak apa, piss Rom, Am ^^v). Betapa mengganggu penumpang lain di kereta kita ini
Nah waktu nunggu di Stasiun Tanah Abang, cewek-ceweknya pada ngegerombol sendiri. Pokoknya jauhlah dari cowoknya. Terus Diso cerita-cerita sama Dhila dan Kak Silvi Nozo. Dan akhirnya berujung pada masalah nikah.
Diso : "Iya nih kak, Nozo kapan nih? Kak Silvi kapan? Udah dilangkahin sama Axivic."
Kak Silvi : "Iya nih ya, Axivic udah, kalian Gycen juga akan kan, udah mau pecah telor kan?"
setelah itu, keadaan bisa ditebak sendiri lah ya. Yang pasti semua jadi heboh.
Diso : "Hah iya kak? Siapa" ~ya gimana nggak kaget, masa temen sendiri yang punya "rencana" tapi yang update duluan bukan temen angkatannya --"
Akhirnya melebarlah forum mereka bertiga jadi forum anak-anak cewek.
Intinya kami akhirnya tahu dari Kak Silvi kalau teman kami Izzah yang akan jadi tokoh "pecah telor" itu. "Pantes aja Kak, kira-kira Senin apa Selasa Arum sms. 'Fit tanya dong, emang Izzah beneran dilamar ya?' dan dari smsan sama Arum itu katanya yang ngelamar emang anak IC angkatan atas. Tapi emang karena saya nggak tahu apa-apa ya cuma bisa bilang nggak tau padahal mah penasaran kok bisa ada kabar kayak gini."
Akhirnya di commuter Tanah Abang-Rawa Buntu Kak Silvi cerita nama calon dan angkatannya. Ketemu pas gathering IAIC Jakarta (belakangan kami tahu bahwa bukan gathering tapi makrab). Dan berbagai kehebohan lainnya sampe, "Wah Kak kok ramenya malah duluan di Nozo sih?" "Oooh aku tahu rame di Nozo soalnya belum ada yang pecah telor yaa, makanya rame" dan Kak Silvi bilang "Iya,, emang gitu kayaknya..."
Sampelah kami di IC. Di IC lagi krida. Sekarang formasinya beda kayak jamanku masih di IC (kayak udah lama banget aja --"). Barisan cewek sekarang deket GSG dan yang cowok deket RKB. Oke itu nggak terlalu penting. Kami salam-salam sama guru yang ketemu terus taroh barang di wisma. Selanjutnya saya bertiga bareng Diso sama Pipeh muter-muter IC karena belum dapet kamar di wisma.
Seperti biasa-kata pipeh- kalo dateng dari jauh pasti nyampenya duluan. Meski ternyata Iman dkk dari Bandung malah udah sampe dari semalem dan nginep di masjid. Dan karena nyampe duluan, akhirnya tiap orang yang dateng (karena datengnya sedikit demi sedikit) langsung diceritain kabar terkini itu dengan detil. Dasar ya anak cewek, udah mah heboh, cerita kayak gini nggak abis-abis kalo diceritain. Nggak capek-capek diceritain berapa kali juga. Bisa dibayangin ekspresi anak-anak? Duh, ini mah bahkan di commuter tadi juga kita rasanya nggak percaya tentang kabar yang secepat ini. Sampe berkali-kali bilang udah nggak usah dibahas lagi, dan berkali-kali dilanggar karena ceplosan atau apa aja salah satu dari kita yang nanya atau ngasih pendapat atau apapun lah itu.
Yang lucu adalah ekspresi dari Bella waktu tahu kenalnya bermula saat gathering IAIC (pas itu kita belum tahu kalo yang bener makrab, apa di IAIC Jakarta makrab sama gathering itu sama, ya? Soalnya kalo di Jogja keduanya berbeda).
Bella : "Gathering IAIC kapan ya?" -mikir bentar- "Oh iya waktu itu. Yaah aku nggak dateng, pantes aja aku nggak tau."
Anak-anak : "Wah coba kamu dateng Bel, jangan-jangan malah nggak sama Izzah, malah sama Bella" -ini guyonan aja loh ya :P, tahu sendiri kan betapa kocaknya kalo udah ngobrol sama Bella-
Bella : "Wah iya, aduuuh aku jadi nyesel kenapa nggak dateng. Iya tuh bisa jadi..."
Diso : "Makanya mulai saat ini diseringin adain makrab sama gathering, kali aja..."
Anak-anak : "Wah, itu bisa jadi kampenyenya calon ketua IAIC region tuh"
terus Bella masih aja kepikiran sampe kita udah bolak-balik gedung A-wisma.
Anak-anak : "Masih nggak percaya nggak sih, kalo temen kita udah ada yang mau nikah..."
Anak-anak : "Iya, iya."
Bella : "Iya aku masih kepikiran nih, kenapa waktu itu aku nggak dateng..."~dengan tampang nyeselnya yang terlihat lucu bagi kami :P
Anak-anak : "Bella, masih aja ya...hahahahaha"
Anak anak sepakat. Berita Izzah emang bikin heboh, tapi ya satu dua masih bilang nyangka aja sih kalo bakal Izzah mah. Tapi kalo beneran yang pecah telor itu Bella, siapa yang nyangka?-kata perbincangan kami loh, bukan pendapat pribadi ^^v
Cerita ke roadshownya lagi -aduh maaf ya kebanyakan teks, belum ngopi foto dari anak-anak siiiih
@RoadshowIAIC adaah bentuk bakti, bentuk sayang, bentuk cinta pada IC :)
Jadi Magnivic di bagi ke 5 kelompok dan di arahin ke 5 kelas. IPS dua kelas dan IPAnya tiga. Saya sendiri kebagian ke Klaster Teknik gegara ya kan kalo ilkom sebelas dua belas lah sama prodinya Arum (sotoy). Intinya kalo jurusan saya Ilmu Komputer dan Elektronika dari FMIPA digabungin sama JTETI dari teknik hasilnya ya bakal jadi kayak STEI. Bareng deh.
Klaster teknik seperti bisa ditebak ceweknya sedikit. Dan ramenyaaa luar biasa. Dari Kodil sama Iis yang ceplas-ceploas. Kurni yang kayak punya SOP sendiri terhadap isi omongannya tentang Tekim-dan berhasil dihafal sama Moza sampe dia sendiri bingung apa yang harus dia omongin lagi.
Kodil : "Coba gue pengen denger dari kalian kalo menurut kalian teknik itu belajar apa?"
Iis : "Mmmm, gue pengen denger dari itu tuh, Rizqiana Sidqi yang nyanyi pas kita wisuda" -sambil nunjuk anaknya
-kelas rame karena Iis nunjuk cewek-
Kodil : "Oooh, jadi ini yang lo omongin di kamar Is?" -kelas heboh, terus akhirnya Sidqi berdiri jawab pertanyaan kodil.
Terus lanjutnya ada juga anak Magnivic cowok yang ditunjuk kan. Terus dia berdiri dan langsung ngomong pendapatnya tentang teknik itu belajar apa.
Kodil : "Eh, stop-stop. Lo belum ngenalin diri. Sebut dulu dong namanya siapa."
Anak Itu : "Eh, nggak kak, nanti kalau saya sebut nama takutnya diomongin di kamar Kakak"
-________________________- Bisa ditebak, ketawalah semua yang ada di kelas
Di kelas ketiga yang masuk ke klaster teknik. Saya dipanggil keluar sama Tyani dan Naylah. Heboh banget kirain ada apa. Saya ditarik ke depan kelas Kimia (yang kayak lobi gede di lantai dua itu loh). Terus dibilangin, "Kalau mau tahu calonnya Izzah yang di depan Klaster Teknik, pakai baju biru, lagi menghadap sana." Dan ternyata nggak saya doang, namanya juga berita terkini teman sendiri (apasih--"), ternyata yang lain juga kayak udah tau gitu. Entah siapa yang memelopori. Bahkan Diso nanya ke Nida nggak sengaja nunjuk orangnya dan tiba-tiba malah Izzah muncul di belakangnya. Hohoho, ya gimana sih kayak ngerasa bersalah aja jadinya nunjuk orangnya pas ada Izzahnya.
Presentasi selesai. Sore berlalu dengan sparing. Maghrib. Eval. Isya. Terus ada acara yang kayak jaman kita The Empire itu. Pokoknya yang lomba parade angkatan, freestyle, dll itulah. Saya cuman sempet ngeliat Parade angkatannya Astonic. Ada nyembur-nyembur apinya terus jadi inget parade angkatan sendiri pas kita kelas dua dulu. Yaampun IC, cepat sekali ya ternyata waktu berlalu :" Usai ngeliat paradenya Astonic, saya sama Maryam balik ke wisma.
Di wisma anak-anak udah diantara penasaran, nggak sabar, cemas (halah, apasih --") nungguin Izzah kapan bilangnya ya? Soalnya mungkin anak-anak ngerasa (atau entah ada yang bilang) kalau Izzah bakal ngomong ke kita -gycen cewek lah paling engga- tentang rencana 3 Januari itu (Oh iya belum bilang hari H nya tanggal 3 Januari). Tapi ditunggu sampe malem belum dateng juga Izzahnya. Akhirnya anak-anak perlahan terlelap. Saya sendiri menghabiskan waktu dengan ngerjain tugas Praktikum ASD II yang entah kenapa dikerjain dari masih di Jogja juga belum kelar-kelar T^T. Padahal ini tugas perbaikan mid gegara nilainya banyak yang kecil ._. . Dan yang nugas juga nggak saya sendiri, yah namanya juga mahasiswa yang dikejar deadline ._. Nadia AV, saudara seprodi meski beda univ juga ngoding. Bella, Cipay juga nugas. Tapi bahkan sampe saya tidur setengah satu apa jam satu, gitu Izzah belum muncul juga di kamar wisma. Malam itu, sebelum tidur, rasanya banyak sekali yang saya pikirkan, muncul di kepala gitu aja satu-satu. Bukan hanya tentang Izzah aja. Tentang hari ini, tentang kesempatan ketemu temen-temen yang begitu berharga padahal hari itu juga (kan udah tanggal 17 orang udah jam 1 malem) nanti malamnya saya udah di kereta ke Jogja, dan ya...tentang hal yang bersangkutan dengan pribadi saya sendiri. Banyaklah :"
Esoknya selepas Shubuh, Allah mengabulkan rasa penasaran kami semua. Jadi kondisinya kami udah pada Shalat Subuh dan Cipay sama Dhila udah pergi karena travel mereka travel jam 5. Otomatis karena rasa penasaran ini terbayar selepas Shubuh (dan mereka udah cao dari IC), makanya Cipay sampe ngetwit sedih karena ketinggalan Superstorynya Izzah.
"Kalian mau ke Lamongan nggak tanggal tiga Januari nanti?" -Izzah, yang pasti sulit merangkai kata-kata #sokyakin
Wah, anak-anak langsung tertuju pada Izzah. Diso udah memalingkan muka dan bicara tanpa suara ke anak-anak. "Izzah cerita-Izzah cerita."
Sekalipun udah tahu meski bukan dari Izzahnya sendiri kami ceritanya sok-sok nggak tahu gitu *gaya banget ya B)*. "Emang kenapa Izzah, ada apa?"
"Iya jadi..." -suara Izzah pelan gitu- "Insya Allah keluarga Gycen akan bertambah satu lagi" (berasa ngasih tips buat temen yang juga nanti mau nikah tentang gimana cara menyampaikan yang baik dan halus ke anak-anak Gycen). Kamar 11 wisma (kamar yang kami pakai) heboh. Diso keluar manggilin Pipeh yang sebenernya lagi ngomongin plan kepulangan ke Jogja siag nanti sama anak cowok buat segera ke kamar dengerin ceritanya Izzah.
Kita yang di kamar serta merta menggali -atau bahasa saya sama arum data mining :P- cerita dari Izzah. "Cerita dong Zah dari awal, masak tiba-tiba gini." Dan akhirnya Izzah pun cerita dari awal ketemu sama Kakaknya itu, cerita dari pihak Izzahnya sendiri sampai pihak orang tua, cerita banyak hal yang ternyata nggak mudah sampai proses pernikahan ini akan berlangsung (untuk ceritanya, biar Izzah saja ya. Saya rasa saya nggak punya hak untuk menceritakan segala proses yang Izzah ceritakan pada kami di blog ini).
Beberapa sampai ngerasa nggak kuat denger ceritanya. Mungkin karena merasa masih kecil dan belum menyangka pernikahan sampai juga pada Izzah yang notebene seumuran dengan kami semua. Beberapa terharu, memeluk Izzah bahkan sampai ada juga yang nangis. Rasanya masih nggak percaya :":" Panitia Gycen Cup harus segera mempercepat persiapannya :)
Yaaah selanjutnya dilanjutkan dengan kepo-kepo. Terus nganterin anak-anak yang pulang pagi ke depan, foto-foto. Balik ke wisma rapi-rapi. Terus kepo-kepo lagi. Izzaaaah :") Rencana Allah tentang hal ini cepat sekali sampai di pundakmu, Zah :)
Selanjutnya pulang (ah jangan-jangan sampe sini orang berhenti bacanya gegara cerita Izzahnya udahan :P). Pergi dari IC jam sembilan. Ternyata udah banyak juga yang pulang, ya :". Dan kisah Izzah masiiiiih aja dibahas. Di commuter dibahas. Di kereta ke Jogja dibahas. Bahkan sampe ngeledekin anak Foranza juga (kan berangkat-pulangnya juga bareng Foranza). Hayo Foranza siapa yang nyusul hayooo~
Sampe Jogja pun masih dibahas.. Dasar anak-anak Gycen. Bener juga sih kata anak-anak. Ini mah sampe hari H nya juga bakal masih dibahas sama anak-anak. Jadi inget pas pamitan sama Izzah kemarin saya bilang, "Izzah sampai ketemu satu bulan lebih lagi ya..." "Empat puluh tujuh hari lagi...kata Izzah". Kami semua yang denger kaget, bahkan Izzah udah contdown !
Saya yakin sore selama kami di kereta, TL twitter rame, grup WA rame (gegara penduduk kursi kereta belakang saya-masih anak IC- heboh sendiri baca WA-nya), obrolan kami saja di kereta nggak habis-habis. Ya seperti sebelumnya itu, sudah beralih ke topik lain, tetap saja entah mengapa kembali ke topik itu juga.
Selamat Izzah, semoga kami bisa hadir di hari bahagiamu ya. Anak UGM rata-rata ujian tanggal segitu. Padahal rata-rata padapengen dateng yang di lamongan, yang bener-bener hari Hnya, kalo bisa datang hari akad. Kalau berkaca sama tahun lalu sih, tahun lalu UASnya mulai tanggal 2 Januari. Semoga nanti pas tanggal 3 UAS kami belum mulai ya, atau kalau udah mulai kami semua nggak ada jadwal tanggal segitu. Barakallahu lakumaa :)
Selasa, 12 November 2013
Kutipan : Haru BIru Hati Fatimah
Kita pasti akan bertemu dengan jodoh kita. Tinggal kita memilih jalan mana yang akan kelak kita lalui. Engkau Ali, aku jatuh hati padamu sedari dulu. Namun sebelum itu aku telah mencintai Allah lebih dari apapun. Aku percaya, bahwa apa yang Allah rencanakan untukku adalah yang terbaik. Aku Fatimah, memang jatuh hati padamu, berkali-kali, namun izinkan aku untuk selalu mengheningkannya. Hingga kelak, biarlah Allah yang menyampaikannya kepada hati yang tepat. Entah engkau, entah siapa.
-Haru Biru Hati Fatimah
via http://akhwatodongsolihah.blogspot.com/2013/02/tentang-mengheningkan-cinta.html#more
Minggu, 03 November 2013
Banyak Sisi
Beberapa kali, saya merasa seperti berada di tengah-tengah. Saya tahu pendapat A tentang B, juga pendapat B tentang A. Ini bukan hanya orang, tapi A dan B adalah sesuatu yang lebih general lagi. Ya, seperti suatu kelompok atau bahkan organisasi. Atau bisa jadi pars pro toto, satu mewakili semuanya.
Setiap orang bisa punya persepsi masing-masing. Bisa juga menjudge pihak lain. Waktu Sosiologi dulu kami belajar tentang labelling theory. Kadang hal ini seperti mendoktrin-begitu yang saya rasakan di kampus kami. Jangan dulu mikir yang enggak-enggak atau malah mikir kejauhan. Kalau ketemu saja, ya, akan saya ceritakan, hehe :D
Hal seperti ini membuat saya berpikir bahwa kita memang harus berpikiran luas. Tidak bisa merasa baik sendiri atau sudah sempurna sendiri. Berpikir bagaimana orang bisa menerima, tidak serta merta mencemooh. Sebenarnya, mungkin dua-duanya perlu merubah diri, sih. Melihat dan dilihat. Tidak nyaman sekali tahu satu pihak membicarakan dan memojokkan yang lain sementara kita masih punya bagian dari yang dibicarakan itu.
Juga tentang pendirian, di kampus terasa banget tiap organisasi semacam punya idealisme sendiri, yang mengakar dan semacam susah banet buat digoyahkan. Bahkan buat diselipi sedikit pemahaman yang sebenarnya penting. Masih sulit sekali mau memikirkan hal di luar idealismenya.
Ilkom, ayo dong di fakultas sendiri :" :" :",
ah, tapi Allah pasti tidak pernah ngasih tempat yang salah, kan? :")
Setiap orang bisa punya persepsi masing-masing. Bisa juga menjudge pihak lain. Waktu Sosiologi dulu kami belajar tentang labelling theory. Kadang hal ini seperti mendoktrin-begitu yang saya rasakan di kampus kami. Jangan dulu mikir yang enggak-enggak atau malah mikir kejauhan. Kalau ketemu saja, ya, akan saya ceritakan, hehe :D
Hal seperti ini membuat saya berpikir bahwa kita memang harus berpikiran luas. Tidak bisa merasa baik sendiri atau sudah sempurna sendiri. Berpikir bagaimana orang bisa menerima, tidak serta merta mencemooh. Sebenarnya, mungkin dua-duanya perlu merubah diri, sih. Melihat dan dilihat. Tidak nyaman sekali tahu satu pihak membicarakan dan memojokkan yang lain sementara kita masih punya bagian dari yang dibicarakan itu.
Juga tentang pendirian, di kampus terasa banget tiap organisasi semacam punya idealisme sendiri, yang mengakar dan semacam susah banet buat digoyahkan. Bahkan buat diselipi sedikit pemahaman yang sebenarnya penting. Masih sulit sekali mau memikirkan hal di luar idealismenya.
Ilkom, ayo dong di fakultas sendiri :" :" :",
ah, tapi Allah pasti tidak pernah ngasih tempat yang salah, kan? :")
Selasa, 29 Oktober 2013
Syukur yang Terlambat
Jadi himpunan mahasiswa prodi saya di kampus lagi ngadain acara lomba buat anak-anak. Karena prodi kami ilkom (cieh~) jadi lombanya ya berhubungan sama teknologi. Lomba gambar pakai aplikasi Tux Paint, intinya gitu. Karena inti postingan ini bukan promosi lombanya (atau malah promosi buat menarik hati para sponsor) makanya silakan cek disini buat kepo lebih lanjut.
Intinya, acara ini membuat kami para panitia harus ngadain roadshow ke SD-SD dan jemput bola alias jebol, bahasa kerennya buat nyebar undangan ke SD-SD se-Yogya.
Jemput bola kayak gini bukan acara pertama buat saya. Sebelumnya pernah juga publikasi acara-acara buat perguruan tinggi dan karena waktu itu saya KSK, saya jadi ngerasa ya Allah, banyak banget ya manusia di bumi ini. Banyak banget anak kuliahan kayak saya, yang masih mengenyam kuliah, yang jadi tumpuan perubahan bangsa ini kelak. Saat itu karena list-list univnya panjang dan banyak banget saya bener-bener ngerasa begitu.
Sama dengan saat ini. Diselingi UTS yang mendera dan kewajiban jemput bola. Kloter saya (berempat) dapet jatah 19 SD. Dan saya dapat jatah 1 SD buat roadshow, dan 1 SD lain buat ngasih surat permohonan roadshow. Kali pertama kunjungan saya ke SD adalah waktu datengin SD buat ngasih surat permohonan roadshow.
Kesan pertama setiap masuk ke sebuah SD itu (sebelumnya pernah pas peringatan acara hari bumi, kampus ke SD buat sosialisasi lingkungan gitulah) selalu perasaan nyess gimana gitu (susah dijelasin pokoknya) ngeliat para anak-anak SD. Kayaknya ada perasaan kayak ngeliat para generasi penerus bangsa ini. Hei, mereka para anak SD itu masih kecil. Jangankan sadar tentang generasi penerus bangsa, bahkan mereka mikir SMP SMA aja belum lho. Paling baru cita-cita anak SD yang distribusinya masih tidak uniform #aduh, efek kuliah.
Hari ini adalah hari yang paling menginspirasi tulisan ini. Sebenernya nggak gimana-gimana banget sih. Jadi tadi saya jemput bola ke 6 SD. Ada SD yang khusus Islam dan ada yang enggak. As you guess bahwa di Jogja itu banyak bangetttt SD Muhammadiyahnya. Jadi ya itu SD Islam yang saya datengin buat diundang, Muhammadiyah semua.
Jadi sekolah pertama yang kami kunjungin itu yang bukan Muhammadiyah. Saya agak kaget juga pas ketemu gurunya sementara rok yang dipakai ibu guru itu di atas lutut (FYI, di Jogja anak SMA aja nggak ada yang roknya pendek, semuanya panjang mau dia pakai kerudung atau nggak). Beberapa guru yang saya temui juga nggak pakai kerudung. Kemudian entah mengapa saya langsung tersirat banget pikiran tentang rasa syukur dulu saya masuk ke SD Islam.
Selanjutnya saya sampai ke Muhammadiyah (satu dari empat Muhammadiyah yang kami kunjungi). Pas nyampe sana pas banget murid-muridnya lagi belajar (mungkin semacam) seni gitu di aula. Jadi ada guru yang main keyboard dan murid-muridnya pada nyanyi. Nyanyinya apa? Lagu tentang syukur, tentang Allah, pokoknya islami gitu lagunya. Aaaah seneng banget rasanya pas banget gitu datengnya, hehe.
Terus saya ngeliat papan tentang jam maksimal sampai sekolah. Dan ada tulisannya : Aku malu terlambat. Di papan itu tulisannya kepala sekolah maksimal datang jam 06.15, dan itu paling pagi di antara jam kedatangan maksimal guru dan murid. Subhanallah...
Saya sampai di sekolah selanjutnya saat jam istirahat. Lagi jam istirahat. Anak-anaknya lagi pada makan bekal. Ada perasaan...apa ya namanya...susah jelasinnya, semacam...kayak pengen banget deket sama anak-anak itu semua gitu deh. Hehe :)
Intinya sih ngebandingin sekolah pertama sama sekolah selanjutnya tadi. Betapa saya bersyukur dulu sempat masuk sekolah dasar Islam, yang lingkungannya islami. Dari kecil setidaknya saya dibiasakan melihat orang-orang yang berbusana rapi dan tertutup. Pelajaran agama yang baik dan lebih lengkap daripada sekolah dasar umum lainnya. Dan guru-guru yang mengajarkan doa serta adab-adab yang remeh tetapi penting.
Saya tahu, tidak semua lingkungan baik menjamin muridnya juga baik. Tapi saya paham, di situ setidaknya ada peran penanaman nilai-nilai yang baik. Kepekaan anak-anak mungkin tidak terlalu terlihat. Tapi mereka melihat dan merasa, bahkan mengambil pelajaran dan kesimpulan tanpa kita sadari.
Ada dua yang bisa diperhatikan antara pertanyaan seorang anak berkerudung yang hanya ia satu-satunya yang berkerudung di antara teman-teman satu sekolahnya lebih dari sepuluh tahun lalu, saat pemakaian kerudung mungkin belum semarak sekarang. Yang satu bilang, "Ummi, kenapa yang lainnya tidak pakai kerudung?" dan anak yang lain bilang "Ummi, mengapa hanya aku yang pakai kerudung?" Beda makna lho keduanya.
Saya bersyukur dulu pernah sekolah di lingkungan yang baik. punya contoh-contoh ibu guru yang baik dalam mengamalkan nilai-nilai Islam. Masa kecil adalah masa di mana anak-anak suka sekali mencontoh. Saya dulu mana pernah sadar tentang atmosfer SD Islam yang sangat kondusif sehingga mensyukurinya. Tahunya cuma sekolah, udah. Padahal dulu saya masuk SD Islam karena nggak diterima di SD Negeri gara-gara umur (Tau SD Islam itu juga belakangan sih). Coba kalau dulu diterima di SD Negeri, saya nggak akan mengalami 6 tahun yang sekarang tengah saya rasakan sekali nikmatnya ini :"
Tidak ada yang menjamin kita akan jadi baik gara-gara apa. Toh, hidup tidak hanya dibalik pagar SD, bukan? Tapi hari ini saya sangat merasakan kebermanfaatan 6 tahun yang dulu itu. Guru-guru saya bukan guru yang roknya di atas lutut seperti yang saya lihat tadi. Karena guru itu bisa jadi role model juga, lho. Dan masa anak-anak adalah masa dimana karakter juga dibentuk. Dan seperti yang saya bilang di awal...mereka adalah...para penerus bangsa ini juga :) *ah saya jadi ingat postingan Kak Suci yang ini.
Alhamdulillah, terima kasih ya Allah :)
Intinya, acara ini membuat kami para panitia harus ngadain roadshow ke SD-SD dan jemput bola alias jebol, bahasa kerennya buat nyebar undangan ke SD-SD se-Yogya.
Jemput bola kayak gini bukan acara pertama buat saya. Sebelumnya pernah juga publikasi acara-acara buat perguruan tinggi dan karena waktu itu saya KSK, saya jadi ngerasa ya Allah, banyak banget ya manusia di bumi ini. Banyak banget anak kuliahan kayak saya, yang masih mengenyam kuliah, yang jadi tumpuan perubahan bangsa ini kelak. Saat itu karena list-list univnya panjang dan banyak banget saya bener-bener ngerasa begitu.
Sama dengan saat ini. Diselingi UTS yang mendera dan kewajiban jemput bola. Kloter saya (berempat) dapet jatah 19 SD. Dan saya dapat jatah 1 SD buat roadshow, dan 1 SD lain buat ngasih surat permohonan roadshow. Kali pertama kunjungan saya ke SD adalah waktu datengin SD buat ngasih surat permohonan roadshow.
Kesan pertama setiap masuk ke sebuah SD itu (sebelumnya pernah pas peringatan acara hari bumi, kampus ke SD buat sosialisasi lingkungan gitulah) selalu perasaan nyess gimana gitu (susah dijelasin pokoknya) ngeliat para anak-anak SD. Kayaknya ada perasaan kayak ngeliat para generasi penerus bangsa ini. Hei, mereka para anak SD itu masih kecil. Jangankan sadar tentang generasi penerus bangsa, bahkan mereka mikir SMP SMA aja belum lho. Paling baru cita-cita anak SD yang distribusinya masih tidak uniform #aduh, efek kuliah.
Hari ini adalah hari yang paling menginspirasi tulisan ini. Sebenernya nggak gimana-gimana banget sih. Jadi tadi saya jemput bola ke 6 SD. Ada SD yang khusus Islam dan ada yang enggak. As you guess bahwa di Jogja itu banyak bangetttt SD Muhammadiyahnya. Jadi ya itu SD Islam yang saya datengin buat diundang, Muhammadiyah semua.
Jadi sekolah pertama yang kami kunjungin itu yang bukan Muhammadiyah. Saya agak kaget juga pas ketemu gurunya sementara rok yang dipakai ibu guru itu di atas lutut (FYI, di Jogja anak SMA aja nggak ada yang roknya pendek, semuanya panjang mau dia pakai kerudung atau nggak). Beberapa guru yang saya temui juga nggak pakai kerudung. Kemudian entah mengapa saya langsung tersirat banget pikiran tentang rasa syukur dulu saya masuk ke SD Islam.
Selanjutnya saya sampai ke Muhammadiyah (satu dari empat Muhammadiyah yang kami kunjungi). Pas nyampe sana pas banget murid-muridnya lagi belajar (mungkin semacam) seni gitu di aula. Jadi ada guru yang main keyboard dan murid-muridnya pada nyanyi. Nyanyinya apa? Lagu tentang syukur, tentang Allah, pokoknya islami gitu lagunya. Aaaah seneng banget rasanya pas banget gitu datengnya, hehe.
Terus saya ngeliat papan tentang jam maksimal sampai sekolah. Dan ada tulisannya : Aku malu terlambat. Di papan itu tulisannya kepala sekolah maksimal datang jam 06.15, dan itu paling pagi di antara jam kedatangan maksimal guru dan murid. Subhanallah...
Saya sampai di sekolah selanjutnya saat jam istirahat. Lagi jam istirahat. Anak-anaknya lagi pada makan bekal. Ada perasaan...apa ya namanya...susah jelasinnya, semacam...kayak pengen banget deket sama anak-anak itu semua gitu deh. Hehe :)
Intinya sih ngebandingin sekolah pertama sama sekolah selanjutnya tadi. Betapa saya bersyukur dulu sempat masuk sekolah dasar Islam, yang lingkungannya islami. Dari kecil setidaknya saya dibiasakan melihat orang-orang yang berbusana rapi dan tertutup. Pelajaran agama yang baik dan lebih lengkap daripada sekolah dasar umum lainnya. Dan guru-guru yang mengajarkan doa serta adab-adab yang remeh tetapi penting.
Saya tahu, tidak semua lingkungan baik menjamin muridnya juga baik. Tapi saya paham, di situ setidaknya ada peran penanaman nilai-nilai yang baik. Kepekaan anak-anak mungkin tidak terlalu terlihat. Tapi mereka melihat dan merasa, bahkan mengambil pelajaran dan kesimpulan tanpa kita sadari.
Ada dua yang bisa diperhatikan antara pertanyaan seorang anak berkerudung yang hanya ia satu-satunya yang berkerudung di antara teman-teman satu sekolahnya lebih dari sepuluh tahun lalu, saat pemakaian kerudung mungkin belum semarak sekarang. Yang satu bilang, "Ummi, kenapa yang lainnya tidak pakai kerudung?" dan anak yang lain bilang "Ummi, mengapa hanya aku yang pakai kerudung?" Beda makna lho keduanya.
Saya bersyukur dulu pernah sekolah di lingkungan yang baik. punya contoh-contoh ibu guru yang baik dalam mengamalkan nilai-nilai Islam. Masa kecil adalah masa di mana anak-anak suka sekali mencontoh. Saya dulu mana pernah sadar tentang atmosfer SD Islam yang sangat kondusif sehingga mensyukurinya. Tahunya cuma sekolah, udah. Padahal dulu saya masuk SD Islam karena nggak diterima di SD Negeri gara-gara umur (Tau SD Islam itu juga belakangan sih). Coba kalau dulu diterima di SD Negeri, saya nggak akan mengalami 6 tahun yang sekarang tengah saya rasakan sekali nikmatnya ini :"
Tidak ada yang menjamin kita akan jadi baik gara-gara apa. Toh, hidup tidak hanya dibalik pagar SD, bukan? Tapi hari ini saya sangat merasakan kebermanfaatan 6 tahun yang dulu itu. Guru-guru saya bukan guru yang roknya di atas lutut seperti yang saya lihat tadi. Karena guru itu bisa jadi role model juga, lho. Dan masa anak-anak adalah masa dimana karakter juga dibentuk. Dan seperti yang saya bilang di awal...mereka adalah...para penerus bangsa ini juga :) *ah saya jadi ingat postingan Kak Suci yang ini.
Alhamdulillah, terima kasih ya Allah :)
Sabtu, 26 Oktober 2013
Membalas Kejahatan dengan Kebaikan
"The golden rule of design : Don't do to others what others have done to you. Remember the things you don't like in software interfaces you use. Then make sure you don't do the same things to users of interfaces you design and develop." --Tracy Leonard (1996)
--dikutip dari Chapter 5 : The Golden Rules of User Interfaces Design, The Elements of User Interfaces Design (c) John Wiley & Sons, 1997; Theo Mandel, Ph.D. [materi kuliah Interaksi Manusia Komputer pertemuan terakhir sebelum UTS]
Hei, bukankah ini sama dengan apa yang agama kita ajarkan?
Tentang kejahatan yang dibalas dengan kebaikan.
Lihatlah Rasulullah betapa banyaknya beliau dulu disakiti secara lahir maupun batin oleh para Kafir Quraisy. Sementara betapa mulianya perlakuan beliau kepada mereka.
Karena membalas tidak akan memberi kebaikan apapun, malah mempersulit masalah yang ada.
Urusan membalas,,,biar Allah saja :)
Karena Belajar dan Tidak Belajar, Tidak Pernah Sama
catatan kecil setelah mendengar temen ngomong gini. |
Tentang ADA I (Analisis Desain Algoritma I, beberapa kampus menyebut matakuliah ini DAA), sejujurnya saya sempat mikir hal yang sama : belajar nggak belajar sama aja, entah saya yang belum paham juga apa gimana, tapi rata-rata emang belum bisa nangkep apa yang dosen kami ajarkan di matakuliah ini. Nggak paham kalau nanti dapat soal bagaimana kami harus menjawab, bahkan hanya tahu kami setengah semester ini belajar apa, bukan paham-setidaknya belum. Apalagi malam sebelumnya saya demam sampai 39 derajat-Betapa tidak menyenangkannya kombinasi sakit, di kosan, serta ujian ADA esok hari :( Tapi kemudian setelah -entah kenapa- 35 menit sebelum ujian tiba-tiba saya tersentak hal tersebut (yang saya tulis di atas), saya reflek mencari kertas untuk menulisnya, dan terpilihlah halaman cover dalam binder itu, bahkan saya merasa jleb banget waktu pikiran itu terlintas. Dan otomatis...alhamdulillah bisa menyemangati :) Percayalah, usaha kita punya nilai sendiri di mata Allah, selama kita ikhlas :") |
Minggu, 20 Oktober 2013
Tentang 10 November
Halo ! Jadi saya ngepost foto ini bukan karena saya lolos seleksi sebagai lima besar yang beruntung. Pengumuman ini termasuk pengumuman yang saya tunggu-tunggu BANGETTTT sejak 30 September kemarin. Pengumuman yang menentukan keadaan saya buat 10 November besok. Yang jelas, saya pengen hadir di acara yang bisa dihadiri kelima orang beruntung itu.
Tapi, mungkin memang bukan rezeki saya. Atau kabar baiknya, ini rezeki yang Allah berikan pada saya dengan caraNya. Allah tahu mana yang terbaik, bukan? Mungkin memang saya yang kurang persiapan, kurang bahan materi, kurang banyak hal lah. Tapi overall, ikut lomba ini setidaknya membuat saya membuat satu karya. Tidak dirugikan, insya Allah :")
Semangat menulis, semangat berbagi dan menebar kebaikan :) !
Ohya, bacaan keren hari ini : http://azaleav.wordpress.com/2013/10/20/tentang-mimpi-no-20/
Mohon bantuan doanya juga ya, saya pengen bisa jadi seorang penulis :) , yang bisa berbagi rahmat ke seluruh alam pokoknya *inget Teh Karin, ceritanya bahkan belum saya post* aamiin
Terimakasih buat semua yang mau baca dan ikut mendoakan ^^
Sabtu, 19 Oktober 2013
Terima Kasih Allah :)
Terima kasih Allah, terima kasih atas kadiv PHP dan telepon durasi 45 menit padahal jam udah jam setengah sebelasan gini :D . Juga tambahan atas kabar menyenangkan dari seberang sana. Setidaknya semua baik-baik saja dan semua berpacu untuk terus mengembangkan diri, bukan ?
Untuk besok, saya tunggu kabar baiknya juga, ya Allah. Aamiin. Aamiin. Aamiin :)
Untuk besok, saya tunggu kabar baiknya juga, ya Allah. Aamiin. Aamiin. Aamiin :)
Terlalu Banyak Ironi
Tiba-tiba banyak yang mencecar isi kepala saya. Tentang acara, prinsip, serta tujuannya. Tentang cara dan untuk apa. Tentang banyak hal. Tentang betapa tidak enaknya mendengarkan -secara tidak sengaja karena saya emmang ada di tempat itu- omongan ghibah bahkan sindiran pada teman yang sebenarnya ada di tempat.
Dan ujung-ujungnya adalah, betapa susahnya menyatukan hati-hati orang berbagai karakter ini .
Betapa susahnya ketika orang-orang tidak menjaga komunikasi, kurang konfirmasi.
Betapa susahnya ketika orang-orang sulit untuk mengendalikan dirinya dari suudzan.
Betapa sulitnya jika seseorang tidak bisa menahan dirinya untuk tidak menyindir atau berghibah.
Betapa sulitnya ketika seseorang tidak memahami alasan-alasan yang berlandaskan atas nama agama.
Betapa sulitnya semua hal dilalui tanpa hati yang saling mengerti dan memahami. Tidak hanya main satu pihak saja.
Barusan saya merasakannya, makanya terlahirlah tulisan ini. mana ada orang yang betah jika pertemuan yang dihadiri malah jadi bumerang bagi diri sendiri. Nggak datang diomongin, datang malah disindir. Saya nggak habis pikir, jika demikian, siapa yang akan betah, kawan-kawan?
Saya mungkin memang salah karena cuma bisa diam dan membantu teman saya -yang dipojokkan itu-sedikit-sedikit. Telinga saya panas denger sindira-sindiran kayak gitu. Kalau memang salah, bicarakanlah baik-baik, jangan lewat sindiran. berbicaralah dengan hati, karena toh kalian perempuan dan saya yakin sebenarnya itu tidak menjadi masalah. Saya nggak suka kalau malah ada gap seperti ini. Tidak nyaman, bukan.
Milikilah perasaan yang menyeluruh dan universal. Bukan seenaknya sendiri, seenaknya diri sendiri yang menjalani. Sehingga tidak peduli pada yang lain. Ada banyak ironi yang terjadi pada dunia kita, bukan? Seperti rasa peduli pada anak panti namun tidak peka pada teman sendiri. Semangat menjalani kewajiban yang dibuat ada tanpa aksi nyata pada kewajiban yang sudah ada dari dulu kala. Banyak sekali ironi di dunia ini. Yang secara sadar atau tidak kita jalani sehari-hari.
Saya berusaha memahami kedua pihak teman yang -saya rasa- seperti memiliki gap di antara keduanya. Mungkin saya nggak paham masalah inti yang menyebabkan keduanya terpisah jarak sampai saat ini. Bisa dibayangkan ketika yang satu sudah berusaha memahami, yang lain seolah tak mau tahu. Kemudian ketika ia dalam kondisi tidak bisa memahami -karena memang suatu alasan tertentu- yang lain mengungkit-ungkit, membesar-besarkan, membicarakan. Sinis depan semua orang. Betapa pahitnya.
Milikilah pemahaman yang luas, dan etika bergaul yang baik. Kalau dipikir-pikir, aturan agama sudah lebih dari lengkap untuk mengatur semuanya. Aaaah, betapa sedikit sekali dari kami yang menyadari aturan-aturan agama itu. Kalaupun ada masih sedikit sekali penerapannya. Masih berpikir ini hanya kewajiban, belum berpikir bahwa keseluruhannya adalah kesempurnaan kehidupan.
#random, disela ke-hectican orang-orang hectic.
Allah memang akan membantu kita kalau kita mau membela orang lain. Perkaranya adalah, apa kita mau untuk sekadar memenuhi permintaannya ?
Dan ujung-ujungnya adalah, betapa susahnya menyatukan hati-hati orang berbagai karakter ini .
Betapa susahnya ketika orang-orang tidak menjaga komunikasi, kurang konfirmasi.
Betapa susahnya ketika orang-orang sulit untuk mengendalikan dirinya dari suudzan.
Betapa sulitnya jika seseorang tidak bisa menahan dirinya untuk tidak menyindir atau berghibah.
Betapa sulitnya ketika seseorang tidak memahami alasan-alasan yang berlandaskan atas nama agama.
Betapa sulitnya semua hal dilalui tanpa hati yang saling mengerti dan memahami. Tidak hanya main satu pihak saja.
Barusan saya merasakannya, makanya terlahirlah tulisan ini. mana ada orang yang betah jika pertemuan yang dihadiri malah jadi bumerang bagi diri sendiri. Nggak datang diomongin, datang malah disindir. Saya nggak habis pikir, jika demikian, siapa yang akan betah, kawan-kawan?
Saya mungkin memang salah karena cuma bisa diam dan membantu teman saya -yang dipojokkan itu-sedikit-sedikit. Telinga saya panas denger sindira-sindiran kayak gitu. Kalau memang salah, bicarakanlah baik-baik, jangan lewat sindiran. berbicaralah dengan hati, karena toh kalian perempuan dan saya yakin sebenarnya itu tidak menjadi masalah. Saya nggak suka kalau malah ada gap seperti ini. Tidak nyaman, bukan.
Milikilah perasaan yang menyeluruh dan universal. Bukan seenaknya sendiri, seenaknya diri sendiri yang menjalani. Sehingga tidak peduli pada yang lain. Ada banyak ironi yang terjadi pada dunia kita, bukan? Seperti rasa peduli pada anak panti namun tidak peka pada teman sendiri. Semangat menjalani kewajiban yang dibuat ada tanpa aksi nyata pada kewajiban yang sudah ada dari dulu kala. Banyak sekali ironi di dunia ini. Yang secara sadar atau tidak kita jalani sehari-hari.
Saya berusaha memahami kedua pihak teman yang -saya rasa- seperti memiliki gap di antara keduanya. Mungkin saya nggak paham masalah inti yang menyebabkan keduanya terpisah jarak sampai saat ini. Bisa dibayangkan ketika yang satu sudah berusaha memahami, yang lain seolah tak mau tahu. Kemudian ketika ia dalam kondisi tidak bisa memahami -karena memang suatu alasan tertentu- yang lain mengungkit-ungkit, membesar-besarkan, membicarakan. Sinis depan semua orang. Betapa pahitnya.
Milikilah pemahaman yang luas, dan etika bergaul yang baik. Kalau dipikir-pikir, aturan agama sudah lebih dari lengkap untuk mengatur semuanya. Aaaah, betapa sedikit sekali dari kami yang menyadari aturan-aturan agama itu. Kalaupun ada masih sedikit sekali penerapannya. Masih berpikir ini hanya kewajiban, belum berpikir bahwa keseluruhannya adalah kesempurnaan kehidupan.
#random, disela ke-hectican orang-orang hectic.
Allah memang akan membantu kita kalau kita mau membela orang lain. Perkaranya adalah, apa kita mau untuk sekadar memenuhi permintaannya ?
di 78C, ditengah panas Jogja yang makin panas karena obrolan orang-orang
renungan untuk diri sendiri juga
semoga hiayah Allah masih layak sampai pada kita semua, Aamiin
Kamis, 17 Oktober 2013
Tujuan Hidup
Ada yang harus ditanyakan pada diri sendiri. Dan ini besar, cakupannya luas, menyeluruh, universal.
Apa tujuan kita hidup di dunia ini?
Jangan-jangan kita terlalu sombong untuk sekadar menyadarinya;
Tujuan sesungguhnya, bukan semena-mena aku ingin begini dan aku ingin begitu.
Senin, 14 Oktober 2013
Malam Ini, Semua Orang Melewatinya dengan Cara Masing-masing.
Malam ini, semua orang melewatinya dengan cara masing-masing.
Lihat, Jogja sepi di hari Senin. Parkiran vokasi sepi. Bahkan Milan tutup. Transjog sepi, sekalipun sore-sore. A, B, C yang entah sudah pulang dari hari apa. Hanya dua orang dikosan sepanjang siang. Lihat.
Sudah keenam atau ketujuh nggak di rumah pas Idul Adha, saya sampe lupa ini yang keberapa. Tidak apa .
Malam ini, semua orang melewatinya dengan cara masing-masing.
Sebagian bertakbiran di masjid, sebagian berkeliling. Ah, mau nggak mau saya jadi ingat lomba takbiran pas masih jaman-jaman di IC, jadi kangennnnn pake banget :"). Sebagian bertakbiran di tanah suci. Mungkin untuk bener-bener membangkitkan lagi rasa ingin dan harapan buat haji itu, nonton berita emang salah satu cara yang pas buat itu semua. Ngeliat gambar secara riil, juga jamaah haji yang thawaf ngelilingi ka'bah. Ah, betapa...siapa yang tidak mau?
Malam ini, semua orang melewatinya dengan cara masing-masing.
Betapa seorang Ayah tetap berjuang agar bisa pulang meskipun shift malamnya yang menyebalkan tidak bisa ditolak. Betapa seorang kakak tetap menyebrangi lautan demi janji pada adiknya. Betapa bis malam pun rela dinaiki demi keluarga. Betapa antri tiket dua jam tetap tak ada harganya dibanding hari raya bersama keluarga.
Malam ini, semua orang melewatinya dengan cara masing-masing.
Lihat, Jogja sepi di hari Senin. Parkiran vokasi sepi. Bahkan Milan tutup. Transjog sepi, sekalipun sore-sore. A, B, C yang entah sudah pulang dari hari apa. Hanya dua orang dikosan sepanjang siang. Lihat.
Sudah keenam atau ketujuh nggak di rumah pas Idul Adha, saya sampe lupa ini yang keberapa. Tidak apa .
Malam ini, semua orang melewatinya dengan cara masing-masing.
Sebagian bertakbiran di masjid, sebagian berkeliling. Ah, mau nggak mau saya jadi ingat lomba takbiran pas masih jaman-jaman di IC, jadi kangennnnn pake banget :"). Sebagian bertakbiran di tanah suci. Mungkin untuk bener-bener membangkitkan lagi rasa ingin dan harapan buat haji itu, nonton berita emang salah satu cara yang pas buat itu semua. Ngeliat gambar secara riil, juga jamaah haji yang thawaf ngelilingi ka'bah. Ah, betapa...siapa yang tidak mau?
Malam ini, semua orang melewatinya dengan cara masing-masing.
Betapa seorang Ayah tetap berjuang agar bisa pulang meskipun shift malamnya yang menyebalkan tidak bisa ditolak. Betapa seorang kakak tetap menyebrangi lautan demi janji pada adiknya. Betapa bis malam pun rela dinaiki demi keluarga. Betapa antri tiket dua jam tetap tak ada harganya dibanding hari raya bersama keluarga.
Malam ini, semua orang melewatinya dengan cara masing-masing.
Pengamen terminal tetap mengamen seperti biasa. Tak peduli penumpangnya tengah bersiap hendak buka puasa. Seseorang terbawa ingatan pada masa lalunya. Merogoh receh hanya untuk berterima kasih telah membangkitkan ingatan-ingatan itu. Lalu membisikkan doa kecil. Pelan saja, ia tahu Yang Kuasa tak pernah tak mendengar.
Sebelahnya lelah pulang bekerja. Masih saja bekerja di hari kejepit seperti ini, gerutu kecil dalam hati. Tapi toh, hari sudah berlalu. Biarlah, setidaknya besok hari raya dan ia tak perlu masuk kerja. Sebelahnya lagi, mahasiswa yang terlihat lelah sekali matanya. Sepertinya ia punya berurusan dengan bertumpuk tugas yang harus dikerjakan dengan komputer. Lihat, sepanjang perjalanan ia melepas kacamatanya, berusaha tidur namun apa daya, tak bisa. Bis ini penuh. Semua orang ingin kembali, pulang, ke pelukan hangat dan nyaman keluarga.
Malam ini, semua orang melewatinya dengan cara masing-masing.
Sebenarnya, setiap malam juga begitu. Bukankah tiap orang melewati tiap detiknya dengan cara masing-masing? Tapi idul adha jelas membuat semua perasaan dan pilihan terhadap dengan apa waktu akan dihabiskan menjadi berbeda. Setidaknya, sedikit berbeda.
Selamat Idul Adha,
setidaknya saya kangen idul Adha bareng keluarga; rumah maupun Gycen :)
banget .
Kamis, 10 Oktober 2013
Perkara Paling Sweet :)
Nggak ngerti kenapa adek kelas (S)MAN pada ngashare ginian, terus dalam suatu chat saya juga disuruh ngeshare. Dan karena nggak mau menstrim *dan takut dikiralagi galau padahal engga* , di share disini aja lah. Bagus kontennya soalnya :)
-diambil dari sini
hayoloh, jangan jadi galau #eaaaaa :P
“Tidaklah berdoa seorang muslim terhadap saudaranya secara ghaib (tanpa diketahui oleh saudaranya itu) melainkan akan berkatalah para malaikat, engkau juga beroleh yang seumpama dengannya.” (HR. Muslim)
Yuk, doain banyak orang. Jangan cuma 'dianya' aja #eh#eh#eh. *peace ^^v*
-diambil dari sini
Tahu Diri (Lagi)
Masih ingat postingan saya tentang Tahu Diri? Kemarin saya buka Blognya Kak Himsa, tentang tahu diri juga.
Ah, Kak Himsa ngerti banget tentang definisi tahu diri yang ini. Aku tahu apa yang didefinisikan disini. Tahu banget :" Mungkin ya...karena pernah ngerasain juga;
Ah, Kak Himsa ngerti banget tentang definisi tahu diri yang ini. Aku tahu apa yang didefinisikan disini. Tahu banget :" Mungkin ya...karena pernah ngerasain juga;
Kepada Meyna
Meyna diam. Ia bingung, aku tahu. Ia gamang. Ia tak biasa menghadapi situasi seperti ini. Perasaan bersalahnya atas salaman yang tadi itu. Bukan muhrim, ia tahu. Tapi tetap menggugu.
Mey, ada banyak yang rasa-rasanya belum kau tahu. Segala topeng yang kau lihat selama ini dari warna biru yang mereka banggakan. Entah apakah ini hanya masalah persepsi. Kalau kau bilang masalah restu, ini berbeda. Aku yakin jika orang tuamu tahu pun mereka tidak akan pernah mendukung. Mana mau mereka anak gadis kesayangannya ada di tengah lingkungan tidak baik-yang kau kira baik-.
Percayalah Mey, percayalah padaku. Dengarkan kata dua orang itu. Dan maaf, lagi-lagi aku belum bisa menyampaikannya dengan baik padamu.
-H2; Ruang T2.01, kelas ADA yang entah kenapa belum masuk sampai sekarang.
Mey, ada banyak yang rasa-rasanya belum kau tahu. Segala topeng yang kau lihat selama ini dari warna biru yang mereka banggakan. Entah apakah ini hanya masalah persepsi. Kalau kau bilang masalah restu, ini berbeda. Aku yakin jika orang tuamu tahu pun mereka tidak akan pernah mendukung. Mana mau mereka anak gadis kesayangannya ada di tengah lingkungan tidak baik-yang kau kira baik-.
Percayalah Mey, percayalah padaku. Dengarkan kata dua orang itu. Dan maaf, lagi-lagi aku belum bisa menyampaikannya dengan baik padamu.
-H2; Ruang T2.01, kelas ADA yang entah kenapa belum masuk sampai sekarang.
Kamis, 03 Oktober 2013
#SoRandomLalala~*ditengahyangpadatmerayapbelakanganini*
Kamu tahu nggak sih blog? Saya kangen . Kangeeennn. Pake Banget :") .
SuperMotivasi : Mbak Birrul Qodriyyah
Uwoooo, lama banget rasanya nggak nyapa blog ini,,,,dan cuma ngiler pengen bacain satu-satu semua update-an yang muncul di dashboard blog #efekterlalubanyaksiteyangdifollow; abis mereka bagus bangus siiih *gamaukalah, hehe.
Yap, jadi sekarang saya mau cerita tentang . . .super motivasi yang saya dapat di minggu pertama kuliah kemaren. Capek-capeknya ngga usah diceritain lah ya, apalagi bolos kuliahnya --a.
------------------------------------------------------------------------------------------------------
Oke,, jadi motivasi pertama didapat dari Mbak Birrul Qodriyyah. Siapa mbak Birrul ini ? Jengjeng....Mbak Birrul ini mapres alias mahasiswa berprestasi UGM (tingkat univ, bukan sekadar fakultas lagi) 2012. Sip, basa-basina kelamaan, langsung aja ya...
Kali ini Mbak Birrul ngisi acaranya kemuslimahan. Ini agenda rutin dua minggu sekali(biar selang-seling sama acara kerajinan tangan akhwat gitu setiap minggunya) yang dilaksanain khusus buat muslimah dari pukul 11 sampai nyaris sekitar jam 1 siang. Ya,, kajian jumatan buat akhwatlah istilahnya, hehe.
Judul slide Mbak Birrul itu padet banget; Muslimah Mandiri, Prestatif, Organisatoris. Beliau bahkan mengakuinya sendiri. Ya kalau nggak diakui saya juga nggak mengira seberat itu sih kontennya, hehe... Katanya, harusnya kalau ngisi acara masing-masing poin itu dibahas jadi satu bahasan utama, nggak sekali ketemu langsung tiga poin gini. Tapi nggak papa, Mbak Birrul yang semangat ini akan membahas semuanya *ciaaat
Pertama, Mbak Birrul ngomongin tentang mandiri. Beliau cerita bahwa beliau bukan berasal dari keluarga mampu. Bahkan nggak puny/minta uang jajan karena sadar bahwa orang tuanya juga susah payah mencari uang. Nah suatu ketika Mbak Birrul pengen sekali punya komputer dan di tengah gelisahnya itu cerita sama orangtuanya. Orangtuanya cuma nyuruh beliau buat nabung. Tinggallah Mbak Birrul yang kebingungan karena bagaimana bisa nabung? Orang uang saku aja nggak punya...
Akhirnya Mbak Birrul memutar otak dan menemukan jawaban bahwa ia bisa menabung lewat hadiah lomba. Ahirnya Mbak Birrul (ini cerita waktu SMA ya...) ikut-ikut lomba dan alhamdulillah Allah ngasih rezeki menang. Selang waktu kemudian, Mbak Birrul berhasil mengumpulkan uang. Namun setelah berpikir ulang, Mbak Birrul nggak jadi beli komputer karena Mbak Birrul pengen kuliah. Katanya, saat itu kalo orang mau kuliah minimal harus punya uang lima juta.
Alhamdulillah, Mbak Birrul diterima kuliah dengan beasiswa bahkan sampai lulus. Subhanallah sekali ya :) . Akhirnya uangnya tadi itu dibelikan motor yang dikendarainya sampai saat ini. Motornya itu ia beri nama Mosi alias Motor Prestasi. Rumah Mbak Birrul kalo nggak salah di Bantul. Jadi ya lumayan jauh juga kalau sampe UGM.
Mbak Birrul bilang, ada banyak cara untuk mandiri secara finansial. Bisa lewat beasiswa, part time work, dan juga lomba. Mbak Birrul ini dapet dari tiga-tiganya lho, subhanallah banget ya>.<. Mbak Birrul bilang gini, "Kalau ada mahasiswa kuliah di UGM dan tidak dapat beasiswa, maka saya meragukan dia mahasiswa". Kenapa Mbak Birrul bilang gitu? Soalnya beasiswa di kampus itu banyak banget. Mau buat orang kurang mampu sampai yang mampu(misal beasiswa prestasi yang nggak mandang tingkat finansial keluarga) itu ada. Tinggal kita mau atau tidak.
"Apa kerja part time itu mengganggu? Saya kan kuliah, terus kerja juga, memangnya sempat Mbak?" Mbak Birrul menirukan pertanyaan yang mungkin sering membenak dalam hati mahasiswa. Kata Mbak Birrul gini,"Biar sejalan, bekerjalah sesuai dengan cita-cita; sama dengan tujuan kuliah. Misal saya ingin jadi dosen, ya saya kerja yang sesuai dengan cita-cita saya (kayak jadi asdos, asprak, bimbel, dll itulah). Bekerja cerdas bisa mengalahkan bekerja keras. Saya butuhnya cuma semangat!"
Kemudian yang masalah lomba, Mbak Birrul bilang ikut lomba itu bisa meningkatkan passion. Kalau gagal ya coba lagi. Gagal itu biasa, tapi membuat jadi bisa. Kalau nggak mau bergerak yasudah berhenti; karena konsep utamanya adalah : mau bergerak.
Nah, bagaimana kalau kita belum bisa mengenali potensi diri? Padahal ini penting lho sebelum melecutkan diri sendiri. Kita bisa mengenalinya lewat orang lain. Inget nggak kalo pelajaran BK suka ada kertas yang diisi teman untuk menilai kelebihan dan kekurangan? Nah bisa dengan metode itu. Atau dengan ikut lomba. Berkali-kali lomba, berkali-kali kalah, maka akan tahu bagaimana potensi diri kita. Kembangkan passion untuk bermanfaat bagi orang lain. Manajemen diri tidak akan tercapai dengan baik jika belum mengenali diri sendiri.
Kalau sudah punya kelebihan, maka tunjukkan! Kalau tidak, maka tidak ada orang yang tahu. Mbak Birrul mencontohkan dari hal-hal yang kecil. Misalnya saat di kelas mencari celah yang bisa dijadikan bahan pertanyaan pada dosen. Ini suatu hal kecil yang gratis yang bisa dijadikan bahan untuk melatih diri secara mentalitas dan kualitas. Kenapa mentalitas? Karena nggak gampang untuk berani bertanya di tengah-tengah kelas. Dan kenapa kualitas? Karena agar pertanyaan kita tidak ditertawakan oleh orang lain, maka tentunya pertanyaan yang diajukan harus berbobot. Super sekali :) !
"Saya itu badannya kecil. Setidaknya kalau saya bertanya saya jadi terlihat lebih tinggi daripada teman-teman saya. Mengapa demikian? Soalnya teman-teman saya duduk, sementara saya yang bertanya berdiri. Otomatis saya jadi terlihat lebih tinggi dan ini membangkitkan percaya diri saya."
Oh iya tentang prestasi aku jadi inget kata-katanya begini, "Dari awal kuliah kita harus pasang target IP kita berapa. Mungkin banyak orang yang bilang IP nggak penting. Yang penting punya soft skill. Itu benar memang. Tapi kalau kita mau apply beasiswa, syaratnya ada minimum IP. Mau ngelamar kerja juga butuh IP. Lha terus apa-apa butuh IP. Jadi ya mau dibilang nggak penting sekalipun, bagaimanapun juga IP itu ya tetap penting..."
"Sukses itu dimulai dari langkah pertama. Tanpa langkah pertama tidak akan ada langkah kedua dan seterusnya. Sukses itu konsisten.Kita harus punya range & prestasi yang jelas. Pilih organisasi yang mana yang bagus Pilihlah sesuai dengan cita-cita kita(aduh jleb banget) . Jika kita melakukannya dengan tepat, maka kita tidak akan merasa lelah karena ini adalah ikhtiar untuk mencapai apa yang kita cita-citakan."
Mbak Birrul sendiri menyarankan kita untuk melakukan trik lama namun manjur. Apa triknya? Tulis mimpi-mimpi, cita-cita kita. Kemudian tempel di dinding kamar. Tambah lagi tulis di post it dan tempel di laptop. Atau bisa juga tulis di sticky notes. Tulis di cover buku tulis. Tulis di cover binder. Biar kita ingat.
Tulis target-target dengan jelas. Mbak Birrul sendiri punya track hidup yang jelas. Setiap tahunnya ia punya suatu goal besar seperti ini :
Tahun pertama tahun organisasi, tahun kedua prestasi, tahun ketiga skripsi, tahun keempat luar negeri. Sekarang beliau sedang proses menyelesaikan skripsinya. Doakan yuuuk :) !
Kemudian setelah kita tulis target-target itu, maka selanjutnya kita harus berpikir positif dan husnuzon pada Allah. Dilengkapi kerja keras dong ya pastinya. Mbak Birrul pernah stress? Pernah. Down? Pernah juga. Manusiawi kok. Mbak Birrul sendiri kalau lagi stress biasanya nulis. Nulis bisa mencurahkan stress, katanya. Nanti setelah itu Mbak Birrul langsung nulis taget-target dan rencana lagi. Biar semangatnya kepompa terus. Aduuuuh, kalau kalian denger, ketemu, dan dengerin materinya langsung dari Mbak Birrul, kalian akan tercengang-cengang liat Mbak Birrul yang super enerjik! Mbak Birrul sendiri cerita kalau kadang yang ditulisnya itu gini : "Mau ngalahin si X(nama orang)". Jadi ya rincinya itu bener-bener sampe ke nama orang aja disebut. Ckckck... "Kita punya target besar capaian kita selama hidup. Kemudian setiap tahunnya juga kita punya rencana besar yang ingin dicapai pada tahun itu. Pikirkan cara-cara mencapainya. Kalau bisa tulis juga!"
Nah kalau masih stress, cari orang yang bisa memotivasi. Lebih pas lagi kalau orang yang kita ajak bicara atau curhat itu orang yang lebih stress dari kita namun dia bisa bangkit. Maka itulah pentingnya komunitas baik yang bisa mengingatkan kita. Ayo lingkari diri kita dengan komunitas yang baik^^.
Mungkin kesempatan cuma datang sekali. Dan kemudian kita menyesalinya jika ia terlewat atau kita kalah di perjuangan mendapatkannya. Betul kesempatan hanya ada sekali. Tapi masih ada yang lainnya. Ingat : ada yang lainnya. Mbak Birrul juga kadang-kadang gugup. Tapi Mbak Birrul tawakkal. Beliau cerita suatu ketika waktu lagi ikut lomba dan udah tinggal beberapa menit lah istilahnya sebelum lomba mulai. Orang-orang pada belajar, sibuk. Nah beliau bilang, kalau lagi gugup dan semua berambisi untuk menang, kadang orang lupa dengan siapa yang membuat peluang menang itu. Ingat itu, Mbak Birrul cuma diem, zikir, ngucap la haula sama doa Nabi Musa. Oh iya jadi inget, Mbak Birrul nyaranin kita punya bacaan rutin.Misal baca QS Al Mulk tiap pagi atau abis Maghrib(lupa), tapi saya jadi inget rutinitas temen-temen pas kelas XII yang rajin banget baca al ma'tsurat. Secara medis, punya bacaan rutin itu akan mengurangi kepikunan, lho :)
Hidup itu hanya sekali. Maka hidup harus direncanakan. Semua orang juga punya tujuan sama, yakni ke surga. Masalahnya adalah bagaimana kita mencapainya? Shalat tiap hari, ibadah rajin, belum tentu Allah ridha dengan amalan kita, bukan? Buat strategi yang jelas dan kuat pondasinya. Laksanakan! Raih ridha Allah!
--Inspirasi dan Motivasi dari Mbak Birrul Qodriyyah, Ilmu Keperawatan UGM 2010
kalo mau buka blognya bisa klik disini
*kalau ngeliat muslimah yang berprestasi keren kayak gini itu rasanya.... :")
--tunggu edisi SuperMotivasi selanjutnya ya :)! *padahal jarak kejadian nyatanya ngga ada 24 jam --a;
maaf ya kalau susunan tulisannya nggak rapi, alurnya aak aneh dan nggak jelas. Tapi semoga yang baca semua bisa dapet intinya, manfaatnya, dan semangatnya, bahkan syukur-syukur disampaikan juga ke orang lain. Semangat berbagi dan menebar kebaikan :) !
Yap, jadi sekarang saya mau cerita tentang . . .super motivasi yang saya dapat di minggu pertama kuliah kemaren. Capek-capeknya ngga usah diceritain lah ya, apalagi bolos kuliahnya --a.
------------------------------------------------------------------------------------------------------
Oke,, jadi motivasi pertama didapat dari Mbak Birrul Qodriyyah. Siapa mbak Birrul ini ? Jengjeng....Mbak Birrul ini mapres alias mahasiswa berprestasi UGM (tingkat univ, bukan sekadar fakultas lagi) 2012. Sip, basa-basina kelamaan, langsung aja ya...
Kali ini Mbak Birrul ngisi acaranya kemuslimahan. Ini agenda rutin dua minggu sekali(biar selang-seling sama acara kerajinan tangan akhwat gitu setiap minggunya) yang dilaksanain khusus buat muslimah dari pukul 11 sampai nyaris sekitar jam 1 siang. Ya,, kajian jumatan buat akhwatlah istilahnya, hehe.
Judul slide Mbak Birrul itu padet banget; Muslimah Mandiri, Prestatif, Organisatoris. Beliau bahkan mengakuinya sendiri. Ya kalau nggak diakui saya juga nggak mengira seberat itu sih kontennya, hehe... Katanya, harusnya kalau ngisi acara masing-masing poin itu dibahas jadi satu bahasan utama, nggak sekali ketemu langsung tiga poin gini. Tapi nggak papa, Mbak Birrul yang semangat ini akan membahas semuanya *ciaaat
Pertama, Mbak Birrul ngomongin tentang mandiri. Beliau cerita bahwa beliau bukan berasal dari keluarga mampu. Bahkan nggak puny/minta uang jajan karena sadar bahwa orang tuanya juga susah payah mencari uang. Nah suatu ketika Mbak Birrul pengen sekali punya komputer dan di tengah gelisahnya itu cerita sama orangtuanya. Orangtuanya cuma nyuruh beliau buat nabung. Tinggallah Mbak Birrul yang kebingungan karena bagaimana bisa nabung? Orang uang saku aja nggak punya...
Akhirnya Mbak Birrul memutar otak dan menemukan jawaban bahwa ia bisa menabung lewat hadiah lomba. Ahirnya Mbak Birrul (ini cerita waktu SMA ya...) ikut-ikut lomba dan alhamdulillah Allah ngasih rezeki menang. Selang waktu kemudian, Mbak Birrul berhasil mengumpulkan uang. Namun setelah berpikir ulang, Mbak Birrul nggak jadi beli komputer karena Mbak Birrul pengen kuliah. Katanya, saat itu kalo orang mau kuliah minimal harus punya uang lima juta.
Alhamdulillah, Mbak Birrul diterima kuliah dengan beasiswa bahkan sampai lulus. Subhanallah sekali ya :) . Akhirnya uangnya tadi itu dibelikan motor yang dikendarainya sampai saat ini. Motornya itu ia beri nama Mosi alias Motor Prestasi. Rumah Mbak Birrul kalo nggak salah di Bantul. Jadi ya lumayan jauh juga kalau sampe UGM.
Mbak Birrul bilang, ada banyak cara untuk mandiri secara finansial. Bisa lewat beasiswa, part time work, dan juga lomba. Mbak Birrul ini dapet dari tiga-tiganya lho, subhanallah banget ya>.<. Mbak Birrul bilang gini, "Kalau ada mahasiswa kuliah di UGM dan tidak dapat beasiswa, maka saya meragukan dia mahasiswa". Kenapa Mbak Birrul bilang gitu? Soalnya beasiswa di kampus itu banyak banget. Mau buat orang kurang mampu sampai yang mampu(misal beasiswa prestasi yang nggak mandang tingkat finansial keluarga) itu ada. Tinggal kita mau atau tidak.
"Apa kerja part time itu mengganggu? Saya kan kuliah, terus kerja juga, memangnya sempat Mbak?" Mbak Birrul menirukan pertanyaan yang mungkin sering membenak dalam hati mahasiswa. Kata Mbak Birrul gini,"Biar sejalan, bekerjalah sesuai dengan cita-cita; sama dengan tujuan kuliah. Misal saya ingin jadi dosen, ya saya kerja yang sesuai dengan cita-cita saya (kayak jadi asdos, asprak, bimbel, dll itulah). Bekerja cerdas bisa mengalahkan bekerja keras. Saya butuhnya cuma semangat!"
Kemudian yang masalah lomba, Mbak Birrul bilang ikut lomba itu bisa meningkatkan passion. Kalau gagal ya coba lagi. Gagal itu biasa, tapi membuat jadi bisa. Kalau nggak mau bergerak yasudah berhenti; karena konsep utamanya adalah : mau bergerak.
Nah, bagaimana kalau kita belum bisa mengenali potensi diri? Padahal ini penting lho sebelum melecutkan diri sendiri. Kita bisa mengenalinya lewat orang lain. Inget nggak kalo pelajaran BK suka ada kertas yang diisi teman untuk menilai kelebihan dan kekurangan? Nah bisa dengan metode itu. Atau dengan ikut lomba. Berkali-kali lomba, berkali-kali kalah, maka akan tahu bagaimana potensi diri kita. Kembangkan passion untuk bermanfaat bagi orang lain. Manajemen diri tidak akan tercapai dengan baik jika belum mengenali diri sendiri.
Kalau sudah punya kelebihan, maka tunjukkan! Kalau tidak, maka tidak ada orang yang tahu. Mbak Birrul mencontohkan dari hal-hal yang kecil. Misalnya saat di kelas mencari celah yang bisa dijadikan bahan pertanyaan pada dosen. Ini suatu hal kecil yang gratis yang bisa dijadikan bahan untuk melatih diri secara mentalitas dan kualitas. Kenapa mentalitas? Karena nggak gampang untuk berani bertanya di tengah-tengah kelas. Dan kenapa kualitas? Karena agar pertanyaan kita tidak ditertawakan oleh orang lain, maka tentunya pertanyaan yang diajukan harus berbobot. Super sekali :) !
"Saya itu badannya kecil. Setidaknya kalau saya bertanya saya jadi terlihat lebih tinggi daripada teman-teman saya. Mengapa demikian? Soalnya teman-teman saya duduk, sementara saya yang bertanya berdiri. Otomatis saya jadi terlihat lebih tinggi dan ini membangkitkan percaya diri saya."
Oh iya tentang prestasi aku jadi inget kata-katanya begini, "Dari awal kuliah kita harus pasang target IP kita berapa. Mungkin banyak orang yang bilang IP nggak penting. Yang penting punya soft skill. Itu benar memang. Tapi kalau kita mau apply beasiswa, syaratnya ada minimum IP. Mau ngelamar kerja juga butuh IP. Lha terus apa-apa butuh IP. Jadi ya mau dibilang nggak penting sekalipun, bagaimanapun juga IP itu ya tetap penting..."
"Sukses itu dimulai dari langkah pertama. Tanpa langkah pertama tidak akan ada langkah kedua dan seterusnya. Sukses itu konsisten.Kita harus punya range & prestasi yang jelas. Pilih organisasi yang mana yang bagus Pilihlah sesuai dengan cita-cita kita
Mbak Birrul sendiri menyarankan kita untuk melakukan trik lama namun manjur. Apa triknya? Tulis mimpi-mimpi, cita-cita kita. Kemudian tempel di dinding kamar. Tambah lagi tulis di post it dan tempel di laptop. Atau bisa juga tulis di sticky notes. Tulis di cover buku tulis. Tulis di cover binder. Biar kita ingat.
Tulis target-target dengan jelas. Mbak Birrul sendiri punya track hidup yang jelas. Setiap tahunnya ia punya suatu goal besar seperti ini :
Tahun pertama tahun organisasi, tahun kedua prestasi, tahun ketiga skripsi, tahun keempat luar negeri. Sekarang beliau sedang proses menyelesaikan skripsinya. Doakan yuuuk :) !
Kemudian setelah kita tulis target-target itu, maka selanjutnya kita harus berpikir positif dan husnuzon pada Allah. Dilengkapi kerja keras dong ya pastinya. Mbak Birrul pernah stress? Pernah. Down? Pernah juga. Manusiawi kok. Mbak Birrul sendiri kalau lagi stress biasanya nulis. Nulis bisa mencurahkan stress, katanya. Nanti setelah itu Mbak Birrul langsung nulis taget-target dan rencana lagi. Biar semangatnya kepompa terus. Aduuuuh, kalau kalian denger, ketemu, dan dengerin materinya langsung dari Mbak Birrul, kalian akan tercengang-cengang liat Mbak Birrul yang super enerjik! Mbak Birrul sendiri cerita kalau kadang yang ditulisnya itu gini : "Mau ngalahin si X(nama orang)". Jadi ya rincinya itu bener-bener sampe ke nama orang aja disebut. Ckckck... "Kita punya target besar capaian kita selama hidup. Kemudian setiap tahunnya juga kita punya rencana besar yang ingin dicapai pada tahun itu. Pikirkan cara-cara mencapainya. Kalau bisa tulis juga!"
Nah kalau masih stress, cari orang yang bisa memotivasi. Lebih pas lagi kalau orang yang kita ajak bicara atau curhat itu orang yang lebih stress dari kita namun dia bisa bangkit. Maka itulah pentingnya komunitas baik yang bisa mengingatkan kita. Ayo lingkari diri kita dengan komunitas yang baik^^.
Mungkin kesempatan cuma datang sekali. Dan kemudian kita menyesalinya jika ia terlewat atau kita kalah di perjuangan mendapatkannya. Betul kesempatan hanya ada sekali. Tapi masih ada yang lainnya. Ingat : ada yang lainnya. Mbak Birrul juga kadang-kadang gugup. Tapi Mbak Birrul tawakkal. Beliau cerita suatu ketika waktu lagi ikut lomba dan udah tinggal beberapa menit lah istilahnya sebelum lomba mulai. Orang-orang pada belajar, sibuk. Nah beliau bilang, kalau lagi gugup dan semua berambisi untuk menang, kadang orang lupa dengan siapa yang membuat peluang menang itu. Ingat itu, Mbak Birrul cuma diem, zikir, ngucap la haula sama doa Nabi Musa. Oh iya jadi inget, Mbak Birrul nyaranin kita punya bacaan rutin.Misal baca QS Al Mulk tiap pagi atau abis Maghrib(lupa), tapi saya jadi inget rutinitas temen-temen pas kelas XII yang rajin banget baca al ma'tsurat. Secara medis, punya bacaan rutin itu akan mengurangi kepikunan, lho :)
Hidup itu hanya sekali. Maka hidup harus direncanakan. Semua orang juga punya tujuan sama, yakni ke surga. Masalahnya adalah bagaimana kita mencapainya? Shalat tiap hari, ibadah rajin, belum tentu Allah ridha dengan amalan kita, bukan? Buat strategi yang jelas dan kuat pondasinya. Laksanakan! Raih ridha Allah!
--Inspirasi dan Motivasi dari Mbak Birrul Qodriyyah, Ilmu Keperawatan UGM 2010
kalo mau buka blognya bisa klik disini
*kalau ngeliat muslimah yang berprestasi keren kayak gini itu rasanya.... :")
--tunggu edisi SuperMotivasi selanjutnya ya :)! *padahal jarak kejadian nyatanya ngga ada 24 jam --a;
maaf ya kalau susunan tulisannya nggak rapi, alurnya aak aneh dan nggak jelas. Tapi semoga yang baca semua bisa dapet intinya, manfaatnya, dan semangatnya, bahkan syukur-syukur disampaikan juga ke orang lain. Semangat berbagi dan menebar kebaikan :) !
Minggu, 29 September 2013
Mother -by Seamo
"Hi Mother, Haikei, genki ni shitemasuka?
Saikin renraku shinakute gomen
Boku wa nantoka yattemasu..."
Hi Mother, Dear Mother, how are you doing?
Sorry I haven’t called recently, I’m getting by
okay
Hi
mam, Ibuku sayang.., Apa yang sedang kamu lakukan?
Maaf,
akhir-akhir ini aku tidak
menghubungimu..
Aku
ingin beri tahu, kalau kini aku baik-baik saja…”
Chiisana karada ni chiisana te Shiraga mo majiri Marukunatte
Shikashi boku ni wa Nani yori mo ookikute Dare yori mo tsuyokute
Sasaete kureta kono ai Dakara kodomo ni mo tsutaetai
Your body is small and so are your hands
White hairs are mixed in and you’ve grown more
genial
But to me you’re still bigger than anything,
stronger than anyone
I want to tell my kids about this love that
supported me
Tubuhmu
kecil dan begitu juga tanganmu
rambut
putih dicampur hitam yang sudah tumbuh lebih lama
Tapi
bagiku kau masih lebih besar dari apa pun, lebih kuat dari siapapun
Aku
ingin bilang kepada anak-anak ku tentang
cinta ini “cinta yang mendukung ku”
Chikaku ni iru to iradatsu kuse ni Tooku ni iru to sabishiku kanji
Anata wa sonna sonzai Donna mondai mo Mi wo kezutte kaiketsu suru
Soshite Boku no shitteru dare yori mo Ichi-ban gamandzuyoku TAFU desu
Itsumo massaki ni ki ni suru Jibun janaku boku no karada de
Even though I grow impatient when I’m near you
When you’re far away from me I grow lonely
That’s who you are to me, you can cut through
any problem and solve it
And you have the most patience and toughness of
anyone I know
You would always be concerned over my
well-being before your own
Meskipun
aku tumbuh dengan tidak sabar ketika aku
dekat mu…
Ketika
engkau jauh dari ku, aku merasa kesepian
Itu
yang engkau lakukan untuk ku,
Engkau
dapat menyelesaikan masalah dengan
menyelesaikannya
Dan
engkau pemilik kesabaran yang luar biasa dan engkau adalah orang tertangguh
yang aku kenal
Engkau
akan selalu prihatin terhadap kesejahteraan ku sebelum dirimu sendiri
Suiji sentaku Souji ni ikuji Amatta jikan sara ni shigoto shi
Ichi-ban hikui basho ni aru mono shika Motomenakattano Anata yo
Atarimae sugi wakaranakatta Hitori de kurashi hajimete wakatta
Anata no sugosa Taihensa Sore wo omoeba Kyou mo boku ganbareru sa
Chiisana karada ni chiisana te Shiraga mo majiri Marukunatte
Shikashi boku ni wa Nani yori mo ookikute Dare yori mo tsuyokute
Sasaete kureta kono ai Dakara kodomo ni mo tsutaetai
Cooking, doing the laundry, cleaning, raising a
child
You even worked during your free time
You would only require things from the lowest
places
I didn’t understand even though it was so
obvious
It wasn’t until I started living by myself that
I understood
Whenever I think of how much you’ve
accomplished
And how hard it must have been, I feel like I
can try my best today
Memasak,
mencuci pakaian, membersihkan, membesarkan anak
Engkau
bahkan bekerja selama waktu senggang
Engkau
hanya akan membutuhkan hal-hal dari tempat terendah
Aku
tidak mengerti meskipun saat itu begitu jelas
Barulah
aku mulai hidup seorang diri dan kini aku mengerti
Setiap
kali aku memikirkan berapa banyak yang telah engkau capai
Dan
betapa sulitnya pasti, aku merasa seperti aku bisa mencoba melakukan sesuatu yg
terbaik hari ini
"Ashita asa shichi-ji ni okoshite" to itte
Anata jikan doori ni okoshite kurete
Shikashi Rifujin na boku wa
Neboke nagara ni iu kotoba wa "Urusee!"
Konna kurikaeshi no RUUTIN Iyana kao hitotsu sezu ni
Anata Mainichi okoshite kureta
Donna mezamashi yori atatakaku seikaku datta
I’d say, “Wake me up at seven a.m.”
And you would wake me up right on time
But I would be unfair to you
And say the words “shut up” while I was still
half-asleep
This was the daily routine
You never made one tired face
And woke me up every day
Warmer and more accurately than any alarm clock
Aku
akan mengatakan, "Bangunkan aku jam 07:00"
Dan
engkau akan membangunkan aku tepat pada waktunya
Dan
aku akan bersikap tidak adil kepada mu…
Dan
mengucapkan “tutup mulut”, ketika aku masih setengah tertidur
Ini rutin
setiap hari
Tapi,
Engkau tidak pernah melihatkan wajah lelahmu di hadapanku
Dan
itulah yang membuat ku terbangun setiap hari
Lebih
hangat dan lebih akurat daripada jam alarm
Sore de mo aru hi Gakkou wo ZURUyasumi "Ikitakunai" to ii
Futon kara ichido mo denu boku mae ni Kao wo ryoute de ooikakushi
Oogoe agete naita Boku mo kanashikute naita
Sono toki boku wa "Nante baka na koto wo shitan da" to jibun
semeta
But then one day I skipped school and said, “I
don’t wanna go”
I wouldn’t leave my futon and you stood in
front of me
Hid your face with both hands and cried loudly
I also felt sad and cried
At that time I blamed myself wondering, “How
could I be so stupid?”
Tapi
kemudian suatu hari aku bolos sekolah dan berkata, "Aku tidak mau
pergi"
Aku
tidak akan meninggalkan kasur ku dan engkau berdiri di depanku
Engkau
pergi untuk menyembunyikan wajahmu dan menutup wajahmu dengan kedua tanganmu
dan engkau menangis keras
Akupun
merasa sangat sedih dan menangis
Pada
waktu itu aku sangat menyesal dan aku bertanya-tanya , "Bagaimana mungkin
aku bisa begitu bodoh?"
Chiisana karada ni chiisana te Shiraga mo majiri Marukunatte
Shikashi boku ni wa Nani yori mo ookikute Dare yori mo tsuyokute
Sasaete kureta kono ai Kanshashitemasu
My Mother...
Your body is small and so are your hands
White hairs are mixed in and you’ve grown more
genial
But to me you’re still bigger than anything,
stronger than anyone
I give you thanks for this love that supported
me, my mother
Tubuh
kecil dan begitu juga tangan mu
rambut
putih dicampur hitam dan engkau sudah tumbuh lebih lama
Tapi
bagiku kau masih lebih besar dari apa pun, lebih kuat dari siapa pun
Aku
ucapkan terima kasih untuk cintamu selama ini “cinta yang mendukung ku,”
ibu ku….
Kodomo ni sakidattareru hodo Tsurai koto nante Kono yo ni nai no dakara
Tatta ichi-byou de mo Anata yori nagaku ikiru koto Kore dake wa mamoru
Kore dake wa...
I know there’s nothing more painful in the
world
Than a parent burying their child
So I’ll make sure it never happens
Even if I only live one second longer than you
I’ll make sure of it…
Aku tau tidak ada lebih menyakitkan di
dunia
Dari orang tua yang mengubur anak mereka
Jadi aku akan memastikan itu tidak pernah
akan terjadi
Bahkan jika aku hanya tinggal satu detik
lebih lama dari mu
Aku akan memastikan itu ...
Your body is small and so are your hands
White hairs are mixed in and you’ve grown more
genial
But to me you’re still bigger than anything,
stronger than anyone
I give you thanks for this love that supported
me, my mother
Anata no kodomo de yokatta Anata ga boku no haha de yokatta
Itsu made mo kawaranai Zutto zutto kawaranai
Boku wa anata no ikiutsushi dakara...
I’m glad I’m your child
I’m glad you’re my mother
And that won’t ever change
It won’t ever change for all time
Because I am the very image of you…
Aku
senang karena aku adalah anak mu
Aku
senang karena kau adalah ibuku
yang
tak akan pernah berubah
Dan
Itu tidak akan pernah berubah untuk
selamanya
Karena
aku adalah sesuatu yg sangat berharga bagi mu ...
Chiisana karada ni chiisana te Shiraga mo majiri Marukunatte
Shikashi boku ni wa Nani yori mo ookikute Dare yori mo tsuyokute
Sasaete kureta kono ai Dakara kodomo ni mo tsutaetai
Tubuh
mu kecil dan begitu juga tangan mu
rambut
putih dicampur hitam dan engkau sudah tumbuh lebih lama
Tapi
bagiku kau masih lebih besar dari apa pun, lebih kuat dari siapa pun
Aku
ingin bilang kpd anak-anak ku tentang
cinta ini “cinta yang mendukung ku”
"Zutto boku no haha de ite Zutto genki de ite
Anata ni wa mada shigoto ga aru kara Boku no oyakoukou uketoru shigoto
ga..."
Be my mother forever
Be well forever
You still have one more job left to do
And that’s to accept your son’s love and
respect for you
"Jadilah
ibu ku untuk selamanya
Engkau
masih memiliki satu pekerjaan yang tersisa untuk melakukannya
Dan
itu adalah untuk menerima cinta dan
penghormatan dr anak mu..."
Uuuuu udah lama nggak ngeblog lagi u.u...
Jadi awalnya saya lagi searching tentang ibunda Imam Syafi'i sama Imam Malik, terus buka web ini, dan...kemudian saya interesting banget sama lagunya. Download video yang bawah (soalya yang atas kayaknya udah nggak ada gitu) dan ternyata itu video yang sama kayak training entah kapan (lupa beneran), dan...saya jadi searching lagunya :").
Tentang ibu, liriknya bagus. lagunya semangat gitu. Mohon maaf kalau ada kesalahan penulisan --pengkopian-- lirik sih lebih tepatnya.