Judul Buku : Tetap Saja Kusebut (Dia) Cinta
Penulis : Tasaro G. K.
ISBN : 978-602-9225-88-4
Penerbit : Qanita (PT Mizan Pustaka)
Ketebalan : 264 halaman
Harga Buku : 52.000
Cover Buku :
gambar dari sini |
tampak atas, diambil dari sini |
Adalah Arumdhati, yang memiliki
pertanyaan besar dalam hidupnya akan perasaan Angaraka terhadap dirinya. Ia
selalu terkenang-kenang pada kenangan masa kecilnya dengan Angaraka. Sampai
akhirnya ia harus pergi sekolah ke Yogyakarta, meninggalkan daerah asalnya
untuk sekian lama. Dan sekian lama terpisah, pertanyaan itu belum juga
terjawab. Meninggalkan kerinduan yang besar dalam diri Arumdhati.
Satu-satunya penyambung rasa
rindu yang kian memuncak pada Angaraka adalah mengirimi Ibu Angaraka hadiah
setiap lebaran akan datang. Kebiasaan yang telah berjalan selama 10 tahun. Bagi
Arumdhati, 10 tahun berlalu, 10 hadiah telah dikirimkan, maka telah ada 10
kebahagiaan, begitu harapannya. Baginya hadiah-hadiah itu adalah pengganti
kerinduan, pengganti rasa cintanya yang teramat besar pada Angaraka, yang
terakhir ia dengar dari Ibu Angaraka bahwa pemuda itu telah mendapatkan
gadisnya di perantauannya sana. Kalimat yang benar-benar membuat Arumdhati
enggan berkunjung ke rumahnya lagi.
Kali ini, hadiah yang telah Arumdhati incar untuk dibeli ia minta simpankan pada Ibu penjual di Pasar Beringharjo karena uangnya belum cukup. Hadiah spesial untuk ibu dari laki-laki yang amat dicintainya. Hingga ketika pada akhirnya Arumdhati tidak bisa memperoleh hadiah yang sudah diincar dan membuatnya berpikir sekian lama. Kemudian ia yakin bahwa ini merupakan pertanda ia harus mengunjungi kediaman Ibu Angaraka. Sesulit apapun ia melarang dirinya untuk mendatangi kediaman Angaraka dan sepedih apapun rasa rindu itu ditahan-tahan, Arumdhati yakin, kali ini ia harus datang ke rumah Ibu Angaraka.
Arumdhati tak pernah tahu, kenyataan yang sebenarnya terjadi di kediaman Ibu Angaraka. Akankah perasaan Arumwangi terjawab?
***
Sekilas, orang akan terkecoh bahwa buku ini merupakan novel. Tidak ada resensi apapun di cover belakang. Meskipun begitu, cover belakang memuat suatu kutipan ‘Mau kubilang lantang…atau kupendam dalam diam, tetap saja kusebut (dia) cinta.’ yang tetap akan membuat penasaran para calon pembaca.
Buku ini baik untuk dibaca pada siapapun yang ingin mengetahui cinta dari berbagai sisi. Karena kumpulan buku ini berisi tentang cerpen-cerpen tentang aneka macam cinta. Tidak hanya cinta versi sempit yang biasanya hanya tentang perempuan dan laki-laki yang jatuh cinta, namun juga masalah cinta kepada Tuhan, kepada ibu, kepada bangsa, kepada sesama jenis, kepada harta benda, bahkan cinta yang disangkutpautkan dengan sifat psikopat. Lewat perspektifnya Tasaro menjelaskan aneka macam cinta itu dengan pemilihan diksi yang baik, meskipun beberapa bagian akan sulit dipahami oleh pembaca yang tidak terbiasa dengan diksi yang dibilang ‘tinggi’. Cerita-cerita di dalamnya tidak hanya kaya akan diksi, namun juga kaya akan pesan yang hendak disampaikan sang penulis bagi para pembacanya, termasuk kutipan-kutipan yang dapat membuat pembaca merenungkannya kembali.
Buku ini dikemas secara menarik.
Disajikan full colour dan setiap
cerita memiliki warna khas masing-masing sebagai border yang mempigurai
masing-masing halaman cerita. Juga terdapat lukisan di setiap akhir cerita yang
tentu maksudnya adalah penggambaran dari cerita sebelumnya. Keunikan suatu buku
yang jarang sekali ada pada buku lainnya. Namun kelebihan ini mau tak mau juga berdampak
pada harganya yang menjadi lebih mahal pada buku sejenis dengan tebal yang sama
lainnya.