Pages

Selasa, 29 Januari 2019

Sumber Ketenangan

"Ala bidzikrillahi tatmainnal qulub"
Kalau ingat Allah kita akan tenang.
.
Waktu Mas Yuwono menyampaikan itu,  aku langsung teringat soal hubungan kalimat ini dengan kalimat Kak Big kemarin.

Kak Big kemarin bilang soal libatkan Allah dalam setiap aktivitas kita. Tau apa relasinya?

Libatkan Allah dalam setiap aktivitas kita.  Kelak setelahnya, kalau sudah melibatkan Allah, maka kita akan tenang.

Jadi, sudah tau dari mana ketidaktenangan itu berasal, my dear?

fitri kepada fitri




Senin, 28 Januari 2019

Tentang Beberapa Hal

Tidak semua yang terlihat baik-baik saja sejatinya baik-baik saja. We never know what happen in every person and what she/he struggling for.

Aku tahu persis wajah lelah di gadis itu. Mata yang memaksakan untuk terjaga. Tanggung jawab yang tiada habisnya. Tanggungan amanah. Juga telinga yang dicari banyak orang.

Aku tahu wajah gadis lainnya yang sebisa mungkin dipasang ceria. Padahal hal-hal belakangan sangat membebani pikiran. Kadang ia menatap langit, hujan, pepohonan, atau benda apapun untuk mengalihkan pikiran-pikirannya.  Tuhan siapkan rencana apa, ia belum bisa membaca.

Aku menebak ekspresi kecewa di gadis itu.  Tapi aku selalu percaya bahwa kuatnya melawan keinginan-keinginan akan pengakuan. Dan ia selalu tulus dalam melangitkan doa, turut berbahagia, dan berupaya sekeras yang ia bisa. Aku saksi perjuangannya. Dan itu pun baru yang aku tahu. Masih banyak yang belum ku indra. Aku sangat tahu, dua tahun tidak pernah membuatnya keluar dari predikat lebih dari layak untuk menyandang apa yang memang menjadi going extra miles nya

Aku tahu sekarang soal menunggu. Kalau kamu bisa membayangkan rasanya seorang anak yang menunggu balasan surat dari ibunya,  ia kira ibunya belum mengirimkan, padahal sudah namun belum jua sampai, maka siapa yang lebih layak disebut sabar? Ibunya yang sudah sejak lama mengirim dan menurut perhitungannya seharusnya sudah sampai (dan bahkan menurut hitungannya ia sudah mendapat balasan dari si anak), atau si anak yang berpikir kenapa ibunya belum juga kirim surat balasan?
Entahlah, aku juga jadi tahu soal hubungan keluarga ternyata kadang-kadang pelik.  Tapi bagaimanapun,  keluarga adalah orang yang tidak pernah menyerah untuk mengusahakan yang terbaik, kan? 

Orang-orang kadang berupaya keras menyembunyikan apa yang dirasakan.  Lelah,  sudah mau menyerah, kesal, ingin protes, tidak nyaman, sakit, sulit, overload. Memaksa diri kadang baik, sebagai mastato'tum. Ihsanu amal. Namun perhatikanlah satu hal: kadang mudah sekali baik atau berupaya maksimal untuk orang,  kecuali satu:  diri sendiri. 
Hargai dan sayangi ia. Penuhi apa yang dibutuhkan. Wahai diri, jujurlah.

-padahal beberapa hari belakangan ingin menahan diri menulis.


Kunci

Libatkan Allah dalam setiap aktivitas kita.
.
Kuncinya hanya itu.

-Kak Big
Citra Alam Riverside
Bogor, 28 Januari 2019
Halo dunia :)
Kuatkan langkah dan mendewasalah, dear myself :)

Sabtu, 26 Januari 2019

Jangan berkecil hati, Nak :')


#masihlanjutan
Setelah ngobrolin sama zaki :"
You also can do it, my dear
-fitri kepada fitri

Kamis, 24 Januari 2019

[Repost] Tentang Pernikahan


Kalau kau berpikir bahwa menikah akan menyelesaikan semua masalah yang kau miliki saat ini, kamu salah besar. Kau bahkan akan menambah daftar jumlah masalah yang kamu punya dalam hidup.
Kalau kau berpikir bahwa menikah akan membuatmu terbebas dari perintah ayah dan ibu, kamu salah besar. Karena ibumu tetap tidak akan tinggal diam ketika melihat anaknya terlihat hidup susah. Ketika kamu merasa cukup pun, mungkin masih akan selalu kurang di matanya.
Kalau kau berpikir bahwa menikah akan melepaskanmu dari rentetan pertanyaan orang lain seputar kehidupan, kamu salah besar. Mereka tidak akan pernah berhenti dan akan selalu bertanya dan terus menanyakan apa yang tidak mereka ketahui.
Tidak perlu terlalu terburu-buru.
Tetapi juga jangan terlalu menuntut kesempurnaan.
Sampai kapanpun tidak akan pernah kau temui sebuah sempurna, bahkan menikah dengan yang kau anggap sempurna pun akan tetap kamu temui celah kekurangannya.
Tetapi bila telah kau niatkan bahwa menikah adalah sebuah ibadah yang akan menyempurnakan separuh agamamu, maka kau akan mengerti. Bahwasanya separuh agama itu memang berat, namun harus dilakukan dengan penuh keikhlasan dan kesabaran. Bahkan sholat 5 waktu saja terkadang sulit untuk ditegakkan secara khusyu’ dan tepat waktu, padahal ia tidak disebutkan sebagai separuh yang lainnya.
Menikah adalah ibadah seumur hidup. Kau tidak akan pernah tau saat yang tepat itu kapan, tetapi Allah yang akan memberi sinyal dan semesta yang akan menunjukkan kepadamu. Tenang saja.
Jangan pula kau anggap orang yang menikah itu adalah sebuah hal yang gampang, hanya perkara ijab dan qobul. Tetapi, makna dibalik itulah yang sesungguhnya sangat berat. Tak selamanya yang menikah lebih cepat darimu itu tak mengalami pergumulan hebat dihatinya, mungkin tak mudah baginya untuk sampai dikeputusannya saat ini, maka jangan pernah kau anggap itu mudah.
Latihlah dirimu untuk siap menerima. Karena mungkin ia, yang akan mendampingimu, sifatnya tidak akan persis seperti bayanganmu. Latihlah dirimu untuk berbesar hati. Karena mungkin kesalahan kecilnya sebenarnya membuatmu kecewa. Latihlah dirimu selalu menjadi yang paling sabar. Karena mungkin ia akan egois dan tak mau dikalahkan. Latihlah dirimu menjadi seseorang yang kuat. Karena mungkin ia akan butuh pundak untuk bersandar dan pelukan hangat untuk meredamkan emosinya.
Setiap pilihan itu memiliki konsekuensi, dan seharusnya kamu telah mempersiapkan menghadapi semua itu.
Tak ada yang salah untuk memilih cepat atau lambat. Tetapi memang, setiap pilihan itu ada pengorbanannya.
Yang terpenting adalah memahami bahwa menikah bukan hanya karena atas dasar cinta dan mencari kebahagiaan, tetapi berdasarkan iman dan mencari keberkahan.
“Barakah adalah keajaiban. Keajaiban yang hanya terjadi pada orang beriman. Jadi, yang dicinta di sisi Allah tak selalu mereka yang senantiasa tertawa dan gembira, tersenyum dan terbahak semata karena nikmat, kemudahan hidup, kekayaan, dan kelimpahan. Sebagaimana bukan berarti dibenci Allah jika senantiasa merasakan kesempitan, kelemahan, kekurangan, dan kefakiran. Di dalam sebuah pernikahan, barakah menjawab, barakah menjelaskan, menenangkan, dan menyemangati. Bahwa apapun kondisinya, kemuliaan di sisi Allah bisa diraih. Apapun keadaannya, pernikahan adalah keindhan dan keagungan, kenikmatan dan kemuliaan, kehangatan dan ketinggian. Jika dan hanya bila kita senantiasa membawanya kepada makna barakah.”
-Ust. Salim A. Fillah, dalam buku “Baarakallahu Laka, Bahagianya Merayakan Cinta”
Selamat berjuang yang masih bertanya-tanya akan kedatangan dan selamat meluaskan sabar bagi yang telah menemukan.
Dalam ruang kotak berpetak, diiringi deras hujan dan angin badai, 24 Januari 2019.
Dari aku, yang baru saja memulai.
shafiranoorlatifah quote aksara wordsntms selfreminder life muhasabahdirisalimafillah tulisan pernikahan menikahbarakah hijrah ustadsalim bahagia cinta

Sumber dari sini.

Terus kemarin aku baca ini dan, aku suka.

Cerita saya nemu blog Mbak Fira lumayan panjang. Dari 2014 kalau tidak salah. Jadi ceritanya, kapan-kapan saja, ya.

Rabu, 23 Januari 2019

Dekat dengan Quran (1)

Alquran isinya kebenaran
Kepala kita isinya prasangka
Aku perlu dekat-dekat sama Quran. Biar diisi banyak-banyak sama kebenaran

-Ima, tadi di mushola

Minta Maaf

kemarin gambar banyak bintang selama planning-review

nggak tau, tiba-tiba di perjalanan berangkat tadi aku merasa bersalah khawatir orang nggak nyaman baca tulisan-tulisan di blog ini. 
jadi aku semacam mau...minta maaf kalau ada isi blog ini yang seolah-olah terasa membuat tidak nyaman, seolah menyudutkan, atau membuat berprasangka. sesungguhnya semoga hanya upayaku merilis hal-hal yang aku rasakan, yang keinget, yang pengen diceritain, tapi semoga tidak bawa pengaruh buruk ke siapapun yang baca....semoga nggak ada yang merasa nggak nyaman sih. dan semoga juga nggak membuat orang jadi ngerasa gimana tentang dirnya maupun tentangku.
kalaupun ada, aku mohon maaf  ya. semoga tidak mengubah apapun, kecuali hal-hal yang lebih baik....

mungkin perlu pamit sejenak (?)

Selasa, 22 Januari 2019

Kemarin aku tiba-tiba cemas sama sesuatu. Lalu takut dan khawator jadi satu.

Jadi sepanjang perjalanan selain memikirkan soal case contoh yang dibilang temanku, aku hanya menguatkan diriku soal konsep takdir, ikhlas, pasrah, dan apa yang sudah menjadi ketetapan tidak akan pernah tertukar....
.
Lalu jadi ingat bahasan qadha qadar yang sampai saat ini pun perlu direfresh lagi....
Hari ini badanku rasanya ndak enak. Sampe pas di tengah rapat izin berdiri segala.
Tapi ternyata sore aku makin menyadari bahwa bukan hanya fisik yang tidak nyaman. Nadung sampai tanya aku kenapa. Aku bingung, kenapa dia ngeh dan mengcapture. Aku hanya jawab; nggak tahu. Sampai akhirnya aku bilang; aku malu sama diri sendiri. Lalu aku tarik nafas. Aku kembali bilang. Mestinya jangan gitu ya. Terima dulu diri ini. Its okay being not okay. Terima. Bersyukur.
Oh ya tadi juga kepikir soal, "seseorang melekat pada keluarganya."
Di jalan pulang kepalaku kembali dipenuhi pikiran yang belum usai...lalu ingat lagi, aku masih punya utang sama hannan.

Bolak Balik

Bagaimana jika aku seperti anak kecil
yang menunggu majalah favoritnya diantar oleh loper koran
atau yang menunggu janji pergi jalan-jalan pekan depan
atau yang tak sabaran menanti kedatangan ayah di pagar
bolak-balik mengecek
mondar-mandir tanpa capai

yang sebenarnya tahu,
waktunya bukan saat ini
bisa dicek nanti-nanti
bisa ditunggu
tapi aku cek lagi dan lagi
bosan pun tetap saja dilakukan

hei nak, lelah bukan.
sudahlah berhenti

*
tadi umi nanya, mbak foto profilnya itu apa kok lucu
hihi iya kan mi gemay kaan
fafa juga bilang smpe ditunjukin ke adek-adek
kaget juga bisa juga umi bilang foto profilnya lucu haha
oiya tadi berkali-kali ditanya dan konfirmasi, kenapa sih punya kakak gini amat ehehe
tapi kalo ga bareng kangen kan deek :p
*
awal-awal januari maryam ngechat, bilang Fitri januari nulisnya kok udah banyak aja
ya Allah ini kayaknya udah jadi pesakitan random banget yang kupos-pos belakangan inih
*
ohiya tadi liat video ini dipos sama follower baru tumblrku yang isinya hanya autorepost-autorepost blog ini dan kalaupun reblog langsung dari tumblrpun super jarang. Lumayan haru :")
*
tadi sepanjang perjalanan keinget contoh yang temanku kasih kemarin hmm. takjub juga  kalo mengingat contoh yang dia kasih kok asa pas soal jangan sampai menumpuk masalah dari awal walau kecil (ini bikin mikir banget sih). dan lucu juga pertemanan tanpa ketemu kita ini bisa berujung sampai titik berbalas email sampe 28 email in total (walau kadang singkat isinya sekalimat dah kayak chat doang). walau sempat kepending lama dan aku masi utang cerita ey.
*
sepekan belakangan aku meng-unpin dua orang dari watsap~ satu dipin karena kewajiban periodik, satunya karena penasaran. tapi baiklah, sudahlah, nanti balik lagi ke tulisan-tulisan di atas. hidup harus terus berjalan. semoga senantiasa diisi kebaikan. dan hal bermanfaat.

-di kantor nanti review (udah nanti aja, tadi mau nulis besok)
tadi yang satu lagi mau daftar csr google berhubungn sama ai
yang satu lagi banyak dapet laporan bug terus kusedih heu :'
kantor mau outing pekan depan
dan yey, pr ku meski belum sempurna selesai!
kukirim ke mbak uti
kemarin pas baca lagi panduan naskah kaget,
soalnya inen ramli usianya 32 ramli 9
.
lah berarti waktu ngelahirin ramli umurnya seumur aku dong -_-

.
bismillah untuk semua
semoga yang sedang banyak pikiran, Allah bukakan jalan

Senin, 21 Januari 2019

HRD

"Fitri kenapa nggak jadi HRD aja?" tanya Abidah di sela-sela suapan gado-gado pesona.
Aku terkejut.
"Tinggal ngejar urus-urus administrattif, pajak bpjs, penggajian."
Aku tertawa. Mengiang-ngiang apa ya dari akunya sehingga Abidah bertanya kenapa aku nggak jadi HRD. Lalu aku ingat quote yang pernah Bu Devi beri ke aku. Yang katanya orang-orang, itu personal sekali tentang pribadi tiap orang yang diberi.
.
hmm atau cerita tadi pemicu awalnya, bid(?)

-tadi ditulis di ruang yawme yang berisi dikadik smk.
sepi sekali.

Minggu, 20 Januari 2019

Halo Kak

Kak, perilaku Ibu akhir-akhir ini aneh dan-well, sejujurnya, menyebalkan. Meskipun sedang sendirian. Ibu jadi bingung sama diri sendiri.
Apa Ibu perlu menarik diri dan menjadi diam? Apa Ibu mampu jika tiba-tiba hemat bicara? Apa Ibu tahan kalau ditanya orang Ibu kenapa Ibu jadi diam dan hemat bicara? Apa nanti kalau demikian Ibu malah membawa ambience negatif? Apa Ibu perlu pergi dari koneksi internet sehingag tidak banyak membuang waktu di dalamnya? Apa Ibu perlu membuang toksik-toksik di dunia maya yang kadang Ibu cari sendiri? Ibu jadi kesal... :(
Ah Kak, untuk beberapa hal, Ibu tidak mau berubah. Tapi Ibu pernah bilang soal jangan berubah, yang lalu Ibu jeda sejenak dengan tarikan nafas panjang, kecuali jadi lebih baik.
Apa Ibu mampu berubah jadi lebih baik?
Oh iya, Ibu juga baru-baru ini tahu beberapa hal. Di satu sisi, Ibu merasa lebih baik ketika Ibu tahu beberapa hal terlambat. Meski mungkin ada orang yang mengira Ibu tahu sudah sedari lama. Tapi ya sudah, biar saja. Persangkaan orang tidak bisa Ibu kendalikan. Kelak, mungkin juga persangkaanmu. Tapi janji ya, kita banyak komunikasi, ya. Biar kita terhubung, jauh maupun dekat :')
.
Kak, tadi Ibu senang baca cerita anak dan ibunya. Semoga kisah kita nanti juga menyenangkan, ya. Ibu punya banyak cerita yang mau dibagi. Tapi Ibu lelah. Dan Ibu punya kewajiban yang belum juga selesai.
Semoga PR Ibu lekas selesai, ya.
.
Ah, jadi ingat, dulu panggilan Kak di sini buat siapa, hahaha.

Sabtu, 19 Januari 2019

Random Things Today

Orang dewasa itu punya sisi bocah. Atau okelah kalau gak semua. Apa ya yaang membuat orang--orang yang terlihat sisi kebocahan atau kekanakannya mau menikah. Apa ya yang membut setiap orang dewasa, khususnya yang sifat bocahnya terlihat, ingin dan mau meninggalkan dunia bocahnya?

*

tadi baca tulisan ini terus sempet sih wonder gitu. aku pernah kepikir khawatir tidak bisa menggantikan nyamannya ibu gitu, hahaha malu euy nulisnya, dah kek mo akan nikah aja aku ini. tapi ya emang cari istri bukan buat mencari pengganti ibu kan. sebenarnya soal nggak berharap-nggak brharap ini tentu ada banyak sekali macamnya dan berlaku buat perempuan maupun laki-laki.

*

Hamdan akan kerja di Jakarta. Sebelumnya dia di Bangka kalau nggak salah. Nah grup Nasri Jabodetabek notifnya tumbenan ampe 104. Pas aku baca ternyata bahas kosan. Aku cukup kaget juga sih dengan bahasan dunia per-kos-an, harga kos, fasilitas, dan sudut pandang soal AC non-AC. Dulu di Jogja kosan jauh lebih murah dan karena di rumah juga ga ada AC, aku ga menjadikan ac sebagai parameter kalo cari tempat tinggal. tapi emang so true ac enak *yaiyalah. kata anak-anak jakarta panas, terus mereka bahas sewa-sewa, apartmene dan sebagainya. terus ada yang nglempar sudut padnang, kalo gaji 10juta kos 2,5an eman gak (eman means sayang di bahasa jawa)? Aku jadi manggut-mangut aja sih. Ho, gitu ya mikirnya. Nek aku rasanya tetep bakal tak irit-irit sih. Apalagi aku ni masih suka pake sudut pandang jogja, alias pake tolak ukur harga mirota kalo ke supermarket sini, wkwkwk.

*

Tadi pagi sama Teteh flashback soal akidah. Yang kalau paham soal akidah itu bener-bener harusnya beres semua urusan. Asal manusia, mau ke mana, dan hubungan antara keduanya. Diisi apa tuh masa hidupnya. Kalau udah beres pemahamannya, kata teteh, bakal beres semua urusan. Hidupnya jelas mau ke mana. Mengimani Allah secara sadar. Taatnya sama Allah menyeluruh.
Uh, menohok. Langsung inget dosa-dosa :"(

*

"Dek, kalau dia masih begitu, berarti apa, berarti apa yang kamu sampein itu nggak nyampe."
....

*

Jadikan sebagai kebutuhan, bukan sebagai beban.

*

Tadi jaga perpus. Sebenarnya aku pengenya cerita ini kalu sudah jalan banyak, udah sakses tea. Cuma keinget kata Mba Esti waktu itu, manusia itu pengenya berbagi, sharing, kalau udah 100%. Dia nggak sadar, kalau berbagi di tengah-tengah, bisa jadi mempercepatnya menjadi 100%. Tapi kayaknya soal jaga perpus ini postingan sendiri aja ya :P

*



Peran; Productive Worker atau Parent?

Konteks: bahas hasil riset disambungin sama customer journey yawme

Jadi hari ini isinya banyak presentasi, dari Tebi sampai Yawme.
Dan customer journey yawme yang kita omongin,salah duanya adalah profesional worker fan parent. Beberapa lainnya ada mahasiswa, pelajar, orang yang baru lulus kuliah, pekerja awal, working mom, dan fulltime mom. Kalau dibenchmark ke aplikasi TemanBumil, di app itu tuh nanya dulu role usernya apa, contohnya ibu atau ayah.  Nanti fitur-fiturnya akan menyesuaikan role si user. Nah kepikir bikin gini juga di Yawme. Kalau di Tebi mungkin lebih ke fitur sesuai jenis bisnisnya.

Terus tadi Kak Fahry nanya ke Kak Salingga, "Mas, kalau pake aplikasi, dengan kondisi multiperan seperti sekarang milih role sebagai productive worker atau sebagai parent?" *katakata mungkin sedikit berbeda. Dulu pas bagi-bagi bikin custimer journey, Kak Salingga dapetnya professional worker

Terus jawaban Kak Salingga, yang menjadi inti dari tulisan ini dan pengantarnya masyaAllah panjang banget, adalah,

"Parent sih kalo gue. Kalo udah jadi parent, produktif itu udah bukan kerja individu."

Terus Kak Salingga mensyen kegiatan-kegiatan keluarga gitu. Aku lagi agak ngak fokus pas itu, tapi yang aku tangkap beberapa diantara yang diucapkan adalah, ngafal bareng.

Lalu jadi ingat waktu Kak Fahry bahas customer journey dari sisi full time mom, kemensyen tuh habis subuh kalo bulan puasa ngaji bareng. Aku da kagum pas itu dengernya dan gak nyangka *piss. Aku teh masih pr abis subuh ga ngantuk kalo ngaji, heu. Bahkan pas doa. Ya, fitri juga masih berjuang kok.

Terus abis itu aku yang ditanya, padahal roleku kan masih satu ya, single worker. Kubilang pengen improve diri, bisa jadi lebih baik. Terus kak fahry kayak defense aku, kayak kaget aku bilang gitu. Heu, selalu khawatir kalau dinilai terlalu baik sama orang lain.

Eh ini kenapa jadi ke sini sih. Intinya mah aku kagum sama kata-kata Kak Salingga, sama kebiasaan bada subuhnya keluarga kak fahry. Bukan tiba-tiba mau nerapin ke keluarga kelak, ya (itu jelas mau sih). Mohon berkaca, dear fitri, bahwa di keluarga sekarang pun masih pr :)

Dah. Intinya pendek. Jadi lebar sekali nak.
Monmaap pemirsah.
Mestinya dipos semalem tapi aku ketiduran di tengah mengetik.
Sungguh pola hidup yang tidak sehat.

Jumat, 18 Januari 2019

Peluk yang pelik
Gegapkan yang gugup; tapi jangan gagap
Sempatkan meski sempit

Malah belum jadi pulang juga sampai detik ini.
Tadi langitnya bagus.

Rabu, 16 Januari 2019

Bergantung (2)

Waktu Itu Abidah cerita, "Fit, kalau aku mau punya anak lima, suami aku mau nggak ya, ngebiayain 5 anak? Sekolah, (disebut hal-ha pengeluaran selain sekolah, yang sekarang kusudah lupa apa saja itemnya)."
Aku, juga pengen punya anak lima, wkwkwk. Aku lupa waktu itu aku bilang apa, tapi sepertinya kurang lebih begini (setelah aku juga mengatakan ingin punya anak lima). "Kalau percaya sama rezekinya Allah, kalau persoalannya ngebiayain (bukan kesehatan atau faktor yang lain), mestinya sih nggak keberatan Bid."

Lalu kami tertawa bersama.

Aku lalu cerita tentang Rias. Jadi Rias ini adik kelas ketemu di FLP. Angkatan 2013 yang sudah meniqa tengah tahun kemarin (eh Rias anak purwokerto aku jadi inget Hannan). Waktu itu aku baca blognya di sini. Ceritanya adalah ketika ia dan suaminya ke dokter kandungan untuk USG calon bayi mereka. Lalu Rias ini merasa bersalah karena biayanya ternyata lumayan. Tapi suaminya menenangkan dia dengan bilang bahwa itu rezekinya si calon anak, bukan milik Rias atau suaminya.
.
Ini sederhana, tapi bener juga.

Aku juga jadi ingat, kemarin seorang teman posting biaya TK di Bintaro yang katanya didapet dari twitter, in total dua tahun biayanya perbandingan 4 TK semua di atas 40 juta. Terus dia bilang lagi, dia share itu di grup sma, ada yang bales; Takut ga bisa nyekolahin anak juga termasuk menghina Tuhan."

Satu setengah tahun lalu waktu aku cerita ke Faizah temenku Aliyah, waktu aku takut cemas dan khawatir, dia bilang, Fit, kayak nggak punya Allah aja....

Jadi kepikir sama hal-hal yang menggelayuti pikiran. Ada Allah Fit, tenang saja. Kalau kata Ima, melanjutkan postingan sebelumnya, berdoa ke Allah tuh minta dititipi dan ditemani. Titipin masalahnya ke Allah sama minta Allah temenin diri ini melewati masalahnya.

Atas semua hal, ada hal yang nggak bisa Allah lakukan. Ialah mengingkari janji. Allah nggak mungkin mengingkari janjiNya. Maka, kalau rezeki itu adalah janji Allah. Tugas manusia tinggal percaya, sambil menjemputnya dengan usaha-usaha terbaik dalam koridor syara'

Hasbunallah wa ni'mal wakil, ni'mal mawla wa ni'man nashir

*quote mirip-mirip pernah saya pos di sini

seri bergantung -3 antara tentang skripsi atau nyampur dikit sama obrolan film searching ya

[Reblog Tumblr] Tentang Jodoh

.... 
Di saat seperti ini, kita perlu menilik kembali. Siapa yang kita cari, seseorang yang sempurna, ataukah yang mampu sama-sama? 
Pada akhirnya, pencarianmu akan bermuara bukan kepada kesempurnaan melainkan penerimaan. Karena tak akan ada orang yang sempurna untuk dipilih, namun selalu ada orang yang layak untuk diterima. 
Jika sudah ada penerimaan, maka sisanya adalah keberanian.

-Taufik Aulia 
dari sini

Bergantung (1)

Dan apabila kamu ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilang semua yang (biasa) kamu seru, kecuali Dia. Tetapi ketika Dia menyelamatkan kamu ke daratan, kamu berpaling (dari-Nya). Dan manusia memang selalu ingkar (tidak bersyukur).-Al Isra 67

Dalam ya maknanya.

Ayat ini membuatku ingat cerita Ima.

Ima pernah bilang dalam retrospective dan meet up. Soal manusia dan ketergantungannya. Waktu bayi, sejak jadi bakal bayi di kandungan sampai lahir, kita seratus persen tergantung dengan Allah. Nggak tau gimana caranya dapet makan, gimana caranya kotorannya dibersikan, gimana caranya menyampaikan rasa sakit dan meredakannya, gimana caranya terpenuhi kebutuhannya.

Lalu waktu beranjak, manusia mendewasa. Pelan-pelan.
Pelan-pelan anak tahu bahwa nangis bisa jadi senjata. Atau jadi tahu kalau mau dapat nilai baik berarti perlu belajar keras. Kalau mau diberi uang, maka menulis, atau berpuasa, atau mijetin orang tua, atau melakukan hal-hal lain yang tanpa sadar jadi bergantung padanya.

Besar dikit, tau kalau mau nilai bagus perlu belajar keras. Maka, aku ingat sekali, dulu waktu tsanawiyah, aku sempat meliat adik-adik kelas yang belajar di sela-sela shalat tarawih di masjid. Atau juga memilih membaca catatan ketika tausiyah atau dzikir pagi bakda subuh berlangsung. Perlahan, kebergantungan diletakkan pada hal-hal dunia. Dan mulai kendor kebergantungan pada Allah.

Besar lagi, bekerja, menghidupi keluarga, mencari rezeki. Lalu kebergantungan pada selainNya makin membesar (naudzubillah). Takut dipecat, takut meninggalkan pekerjaan yang jelas mengandung riba, takut Allah gak mencukupi rezeki, takut besok dak bisa makan, takut gak lulus, takut gak tepat jodohnya, taut dengan ketidakpastian masa depan. Semakin besar, semakin banyak variabel dunia yang jadi bergantung padanya....

Baca ayat tadi itu kerasa malu. Kayak kenapa ya, ingat dan berpasrah sama Allah kadang masih pilih-pilih. Saat tertekan, saat ada masalah, saat gelisah, saat gundah, saat resah, saat galau. Waktu lagi hepi banget bawaanya bisa jadi memanjatkan syukurnya masih kurang, memberinya masih kurang....
Dan luar biasanya Allah Maha Baik untuk selalu memaafkan, selalu mau mendengar, selalu mau menerima hambaNya. Bagaimanapun hambaNya belum cukup memenuhi hak Allah dengan baik.
.
Semoga Allah ampuni dan iringi unuk bsa berjuang sellau mensyukuri nikmatNya yang tertuang dalam laku. Aamiin.

Tilawah Hari Ini Chapter Ruang Tebi
16 Januari 2019

Selasa, 15 Januari 2019

Outing feat Fatih

Jadi tuh udah niatan lama, kalau outing kantor ajak keluarga, mau ajak Fatih.
Cuman lupa kan kalau prefer weekday ya susah atuh ngajak Fatih. Pan dia sekolah.
Terus kemarin hari terakir konfirm keluarga. Pas aku bilang,
"Dek, 28-29 masuk ya sekolah?"
"Iya Mbak. Kan Senin Selasa."
"Yah, nggak bisa ikut jalan-jalan outing kantor dong?"
"Wah, kalau gitu semoga Jokowi ke stadion pakansari tiba-tiba terus sekolah diliburin!"
LOL. Fatih ngomong semangat banget. Jadi sekolah dia tu emang deket sama gor pakansari. Penaglaman sebelumnya wakatu AFF pulang dicepetin, pas PORDA Jawa Barat diliburin. Cuman kenapa respon refleknya tu ide kunjungan dadakan presiden itu loooh~
"Deeek. Kan batas terakhir konfirm hari iniii ><"

Senja

Senja Rabu itu pergi tanpa permisi
Tapi cukup diakhiri dengan sapa pamit hati-hati
selesai mari sudahi
kelak mari lihat bagaimana semesta menutup dengan rapi

Senja kala itu mempertemukan tanpa sengaja
di area perempatan yang tak pernah diduga sebelumnya
menerbitkan gegas tanya tak berkesudahan dan kesan cukup lama
rikuh kubilang sampai semesta beri jawab sampai lega

Senja di tempat ramai tanpa rencana lebih dahulu
dari aksi laku sampai tangis yang tergugu tanpa malu
pembicaraan terlontar tanpa sadar tidak ada yang tahu
semesta bisa saja membawa dan mencipta rencana baru

ada banyak senja yang tidak pernah tahu berujung apa
kadang mendung kadang hujan kadang cerah tanpa diminta
kadang terburu sampai lupa tak mendengar kata hati sendiri
padahal dari sanalah sumber energi yang membuat langkah jadi berani
dan tanggung jawab atas pilihan yang dibuat secara mandiri

hati bisa bilang
jangan terburu
wajar jika malu
jalani saja
kelak akan jumpa
jawaban terbaiknya
pasrahkan seluruhnya
minta bimbinganNya
mulai dengan berani
pertanyaan kelak datang bertubi
jawaban perlahan kan mengiringi
karena Ia tak pernah tinggalkan sendiri
titipkan dan minta ditemani

JawabanNya adalah jawaban terbaik
untuk menemani proses pendewasaan siapapun yang terlibat
yakini saja
tugasmu hanya itu, setelah berupaya dengan upaya terbaik
da kalau kata ustad kemarin mah,
apapun keriweuhannya, pahala
doanya pahala
cemasnya pahala
harapnya pahala
sabarnya pahala
syukurnya pahala
lamanya pahala
dak sesuai keinginan pun bisa jadi pahala
selama ada di koridor syariatnya,
ceunah

untuk segala senja, 
sebaik-baik manusia, yang mengambil pelajaran, kan?
.
monmaap bukan sedang kumaha kumaha
hanya connecting the dots beberapa hal aja
terus belajar nuangin ke kata-kata
hehe
Ingin duduk, tenang, sepi. Membuat rencana-rencana. Menata hidup. Mensyukuri apa yang dipunya. Memasrahkan apa yang meresahkan. Mendengarkan kata hati. Di kursi, belakang meja, menatap ruang kosong.
Di kantor bisa. Tapi sudah malam.
Segeralah pulang, Nak.
.
Dan lakukan saja. Ga usah nulis beginian. Bikin makin wacana.

Al Isra Hari Ini

Dan manusia (seringkali) berdoa untuk kejahatan sebagaimana (biasanya) dia berdoa untuk kebaikan Dan memang manusia bersifat tergesa-gesa.-Al Isra 11

Dan barangsiapa menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh, sedangkan dia beriman, maka mereka itulah orang yang usahanya dibalas dengan baik.
Kepada masing-masing (golongan), baik (golongan) ini (yang menginginkan dunia) maupun (golongan) itu (yang menginginkan akhirat), Kami berikan bantuan dari kemurahan Tuhanmu. Dan kemurahan Tuhanmu tidak dapat dihalangi.-Al Isra 19-20

Tuhanmu lebih mengetahui apa yang ada daam hatimu: jika kamu orang yang baik maka sungguh, Dia Maha Pengampun kepada orang yang bertobat-Al Isra 25


Tilawah Badr Chapter Ruang Tebi
15 Januari 2019

Senin, 14 Januari 2019

Matahari

Bagaimana jika kamu ciptakan sendiri mataharinya? 

Meski tidak tahu, apakah kelak hujan atau tetap cerah
Juga tak tahu jika hujan, apakah berujung pelangi atau badai.
Tapi kelak akan reda, kan?

-matahari, baru diberikan kemarin malam minggu
Katanya, kita itu matahari, punya cahaya masing-masing
.
Sinarnya ada, hangat

Ah ini...seperti mengenang masa lalu .



Minggu, 13 Januari 2019

Menolong Diri Sendiri

Sekuat apapun orang-orang mendukung mimpi saya, menolong saya, kalau saya tidak mau memperjuangkan mimpi itu, tidak akan terwujud.

Merupakan kata-kata lain dari
Kamu nggak akan bisa menolong orang lain kalau orang itu tidak mau menolong dirinya sendiri.

*paragraf pertama itu mau nulis kita. Tapi akhirnya diedit pakai sudut pandang orang pertama; saya.

Kadang-kadang, orang lain bisa sepengen itu, bisa lebih ingin impian diri ini terwujud. Sementara diri ini, sudah seberapa jauh usahanya?


Masih hujan sedari siang, 
padahal sudah di perjalanan
mungkin diminta berdoa

Dah dari Oktober, 
baru dipos .


Bandung

Yang pengen diceritain banyak. Tapi lagi excuse maunya pake laptop. Jadi mau random aja boleh dak?

Bandung .
Mengingatkanku pada banyak hal euy. Hahaha.
Pada final di unpad, dan membatinku di angkot.
Pada kondangan di pangalengan, dan perjalanan setelahnya.
Pada kunjungan himpunan.
Pada wisuda-wisuda yang didatangi.
Pada kosan di cisitu baru.
Pada interview online bekerja di perpustakaan.
Pada cilor depan borma.
Pada kisah-kisah yang saya amati tertahan.
Pada langit-langit kosan gang abah tamim.
Pada pesan sebelum keberangkatan menuju, saat langit bergemuruh hujan deras tiba-tiba.
Pada kunjungan dadakan ke kampus telkom di buah batu.
Pada teman-teman yang heboh bahas alat kosmetik (bahkan sampai membeli baru) sementara sampai sekarang saya nyaris tak pernah peduli, hahaha.
Pada gycen bandung yang sekarang sudah menipis.
Pada jalan berdua dengan anisah di teras cikapundung dan museum pendidikan upi.
Pada doa-doa panjang sebelum sampai di tanah priangan.
Pada ketinggalan kereta setelah gerimis di jembatan pasupati.
Pada masjid balaikota yang sangat ingin dikunjungi nadiyah.
Pada roti gempol dan perjalanan bersama arum.
Pada obrolan tentang ziggy z bersama prima.
Pada kue ape di perjalanan tengah gerimis.
Pada perjalanan ke museum pos bersama teman flp.
Pada obrolan panjang menuju senja yang saya merasa terintimidasi.
Pada makan malam-makan malam yang beragam sekaligus menjadi pengalaman pertama.
Pada salman dan teduhnya.
.
.
Orang-orang berubah. Bertumbuh.
Ingatan tidak :)

siang-sore hujan di Bandung


12 Pekan Terakhir

12 Pekan terakhir officially berakhir. Meskipun masih sisa besok. Tapi semalam sudah ditutup secara resmi.

12 Pekan yang jadi jalan saya ingin secara random dan spontan menya mpaikan pada teman bahwa dirinya berharga, karena sejak pelatihan pertama di 2017, setiap diri berharga adalah value yang diulang-ulang.

12 Pekan yang jadi jalan buat saya bilang "kejar dong" ke teman waktu dia ngomong lalu ditinggal lawan bicaranya. Kupikir, itu bisa berimpact banyak dan berlaku pada banyak hal.

12 Pekan yang jadi jalan buat saya bilang ke teman. Do whatever it takes. Lakukan saja apapun resikonya.

12 Pekan yang mengingatkan saya bahwa, saya tidak bisa mengubah orang lain. Bahkan jika saya ingin orang lain berubah, saya tidak punya kendali 100% atas dirinya. Caranya? Coba, apa dari sayanya yang dapat diubah, sehingga orang ternyata bisa berubah terhadap saya?

12 Pekan yang jadi jalan buat saya bilang lakuin terus, nanti tahu responnya. Lakuin terus, kalau gagal, coba lagi dengan cara lain. Waktu seorang berputra dua ingin memecahkan barrier dengan ayahnya. Karena saya berkaca dari cerita teman tentang memecah barrier dengan orang tuanya.

12 Pekan yang membuat saya ingin sekali bilang soal, kejar. Kejar apa yang memang kamu inginkan. Coba cara a tidak works, cari cara lain. Karena pada dasarnya bukan seberapa cepat atau lambat. Tapi seberapa jauh kamu untuk itu. Hasil hanya feedback. Dia bisa menunjukkan apakah yang dilakukan sudah efektif atau belum. Apa yang belum dilakukan untuk mendapatkan yang diinginkan, maka lalukan. Kejar. Kejar kalau kamu tahu kamu lakukan dengan segenap hati dan tujuan baik. Coba segala cara. Melaju lebih jauh. Dan ini bukan soal menyalahkan atau being victim. Ada hal-hal yang dapat dilakukan tanpa menunggu kepastian dari orang lain. Perjuangkan apa yang bisa diperjuangkan dari sisi setiap orang.

12 Pekan yang mengajarkan saya bahwa rapat tepat waktu itu mungkin. Janjian jam 14, selain pagi diingatkan, 14 kurang 10 telpon sampai mana yang belum datang. Cek koneksi juga 10 menit sebelum untuk yang hadir online. Kalau dalam kehidupan sehari-hari it doesn't happen, ya antara kamu gak benar-benar menginginkannya, atau emang kamu pasang standar rendah, bahkan untuk hal penting buat dirimu.

12 Pekan untuk memasang standar tinggi, dengan segala dramanya, bisa ditempuh. Apalagi kalau bareng-bareng :)

12 Pekan tentang berusaha dan belajar sampai titik akhir.
.
.
.
Hari ini :")


*terbuka untuk diskusi yaa :D
diskusi lho, bukan nanya saya abis ngapain :p

Lembang, 13 Januari 2018
01.00
Semoga bisa menuangkan dan yang paling penting menerapkan dalam kehidupan seharihari

Sabtu, 12 Januari 2019

Pesan-pesan yang (Tanpa Sengaja) Kudengar

Kalau kamu cari bahagia ya kamu nggak akan nemuin
Kalau yang kamu cari ibadah
Ya jawabannya sabar atau syukur
Di sabar ada ibadah
Di syukur ada ibadah
Susah kamu bisa sabar
Senang kamu bisa syukur

Yang bikin bahagia itu diri sendiri
Bukan orang lain
Karena kalau orang lain nanti akan menuntut

Yang jelas, kamu yakin kalau keluarga kamu sekarang adalah yang terbaik,
kalau kamu nggak yakin, berantakan keluarga

Mau mempertahankan keyakinan itu atau engga. Itu aja.
Semua yg terjadi itu yang terbaik
Kalau kamu yakin, kamu nggak akan ngeluh satupun

Allah tuh lebih cinta kita daripada diri sendiri
Pasti ada pelajaran dari yang semua Allah kasih

-Kang Farih
Hasil ikut-ikutan dengar
RSHS, 12 Januari 2019




Jumat, 11 Januari 2019

Keluarga dan Mimpi

Denger lagu one million dreams di radio.
"Bagus itu filmnya."
"Iya, gue nyesel ga nonton di bioskop."
"Yang aku suka itu tentang keluarga," kataku.
"Keluarga dan mimpi," kata temanku.
Lalu aku tercenung.
***
Halo masa depan, keluarga dan mimpi bersama seperti apa yang kelak akan kujalani dan kuhidupi?

Rabu, 09 Januari 2019

Zaki (dan Buku Anak, dan Obrolan Kami)


ki: zaki lagi desain buat katalog me.hijab. ka: zaki lagi muter ulang dummy video buku  (aku udah liat kedua kali)

Hari ini melihat Zaki memutar video dummy buku keduanya.  

Rasanya tuh ya, haruuuuu banget aku lihatnya. Apalagi Zaki, ya :")
Senang sekali sempat dilibatkan dalam proses editing naskah buku Zaki ini. Ikut baca kalimatnya, bantu edit dikit-dikit walaupun endingnya tim mereka bahas lagi, cari penganti kata yang lebih mudah diucapkan anak-anak. Memilih kata-kata yang ujungnya rima untuk di beberapa tempat, kasih  inputan soal ilustrasinya. Juga waktu diskusi halaman-halaman buku anak, materi yang kudapat di pelatihan nulis buku anak, bahas buku-bukunya litara, konsep emosi dan teks yang tidak menceritakan gambar di buku  anak, field testing, ilustrasi tersembunyi, konsep aliran buku anak yang berbeda, dan lain sebagainya.

Seneng dan takjub banget kalau lihat Zaki buat ilustrasi. Asa kayaknya gampang dan lancaaaar gitu. Rasanya sangat ingin punya keahlian seperti itu. Zaki tuh sampe diledekin dev tim (untuk tidak menyebut aku Abid dan Mas Salingga) "Lebih cepet bikin daripada googling" waktu dia males nyari aset ikon instagram buat di konten desainnya dan memilih bikin sendiri. Tapi, kembali ke tadi, beneran seneng banget kalau liat dia ilustrasi tuh. Apalagi kalau lihat dan tau cita-citanya soal buku anak. Aku rasanya menciut, kayak balon yang udah ditiup gede terus dilepas, heu. Eh tapi gaboleh pesimis dan merasa rendah diri ya, kan ada Allah...

Kalau lagi cerita-cerita soal mimpi dan buku anak sama Zaki rasanya semangat banget. Kadang jadi malu kayak kita bahas dunia kita padahal mah lagi banyak orang yang serius kerja. Tapi begitulah mungkin senangnya. Meskipun ilmunya masih sedikit dan lagi otw belajar praktek, Zaki ini udah melangkah lebih jauh, mengambil keputusan-keputusan besar, mengambil jam terbang yang sangat tinggi, dan kerasa murni niatan-niatannya. Suka sedih kalau kebayang nanti nggak seruang lagi sama Zaki karena doi mau ke Bandung. Tapi kehidupan berjalan, dan setiap orang bisa memilih :")

Bukunya Zaki ini pakai sensor cahaya. Kalau dibuka dan kena cahaya nanti suaranya keluar. Keren, ya :") Belum ada di Indonesia buku macam ini. Soundbok sebelumnya setau aku juga di Indonesia baru satu, yang isinya lagu tradisional. Dear Zaki, semoga ndak bosen yaa kita cerita-cerita dan berbagi apa yang diketahui. Kapan-kapan main ke pameran buku anak dan seminar bareng yaaa. Oh iya satu yang aku excited awal kenal Zaki itu dulu pas tahu dia lolos seleksi pelatihan RtR dan Litara. Aku ikut seleksi tiga kali belum rezekiii :")

Oh iya, hal berkesan lainnya sama Zaki adalah, pertama ketemu Zaki di ruang Tebi bawah. Zaki janjian sama Kak Fahri dan itu hari pertamanya di Badr. Aku datang dan menyapa. Kayaknya waktu itu sederhana, tapi Zaki sempat bilang kesan ke aku sebagai orang yang (ter)ramah waktu KS. aku terharu dan merasa diseret ke masa-masa aliyah jadinya. Semoga bisa menjaganya ke semua orang ya Zak, terus semoga aku juga ndak malu-malu.

Makasih banyak ya Zaki,
love you to the moon and back <3 p="">

semoga tulisan ini ngga sekedar omong doang buat diriku
diseriusin ya fit .

pertama mau bikin buat Ima tapi malah Zaki duluan 
(dari september itikaf di mui loh padahal!!!*gaya hime)
ohyaa kulagi kangen reramean di ruang tebi tapi apadaya koordinasi dan settingan server yang tidak aku mengerti mengharuskan aku ada di sana karena aku akan banyak tanya dan minta di-set ini itu.
bismillah, untuk banyak hal. semoga prasangka baik meliputi kita semua.

Banyak hal tiba-tiba hari ini. Jadi panik dan ndak fokus.
.
.
Masih jadi hal buruk yang dipelihara.
Hush hush pergiiii~

Sisa Kemarin 080119

Senin malam sesampai rumah rasanya lelah sekali. Lalu niat tidur yang sekejap jadi lama, bangun makan sedikit dan isya, kembali terlelap, bangun dan makan lagi. Lalu terjaga sampai setengah dua.

Senin malam letih sekali secara fisik. Juga pusing yang belum tuntas sedari Ahad. Selasa pagi alhamdulillah segar. Siangnya, tiba-tiba aku kepikiran sesuatu yang hmmmm aku kok jadi bertanya-tanya menebak-nebak dan berasumsi. Kalau dulu aku suka berbisik sama diri ini, hari-hari berubah. Perasaan/Yang dirasakan tidak. Lah, hahaha. Entah nyambung atau enggak. Tapi ya sekarang-sekarang ini yang menjadi pikiran masih menjadi pikiran  

Jangankan hari ini dan besok, pagi dan sore isi kepala bisa begitu berbeda, yang diputuskan bisa jadi urung, yang tadinya final bisa jadi ragu, yang ragu bisa jadi malah yakin. Hal-hal bisa diputuskan, tapi tak lama bisa kembali ditarik. Hati manusia bisa semudah itu berubah. Dan kalau di Al Anfal ayat 24, Ima dulu pernah cerita dan aku masih ingat waktu Ima cerita, Allah membatasi antara manusia dengan hatinya. Selembut itu Allah bolak-balikkan hati. Aku jadi penasaran, apa benar-benar semua yang dirasa hati itu dari Allah? Atau kalau kesal yang (kayaknya) terasa di hati, apakah itu juga dari Allah? Atau sesungguhnya kesal itu respon ya bukan perasaan kayak sayang. Hmm....
Oh ya, apakah juga hal yang bisa tiba-tiba berkebalikan itu juga dari Allah? Seperti yakin dan ragu mungkin? Atau...bagaimana kalau yakin dan ragunya justru temtang berislam?

Awalnya aku khawatir sekali, dan ya belum bisa klarifikasi atau mungkin juga...memang tak perlu. Lalu aku ingat, hari-hari yang telah berlalu, bukankah aku sudah pernah belajar tentang hal ini? Mengapa khawatir kalau Allah tahu yang terbaik? Mengapa khawatir selama masih mengusahakan? Mengapa ciut ketika tau bahwa diri ini punya Allah, Allah bersama hambaNya yang mau berusaha, dan apapun hasilnya kelak, adalah perwujudan kasih sayang Allah pada diri ini, karena Ialah yang begitu mengetahui perihal hambanya. Person to person. Satu satu. One by one.

Ehe, tertohok. Kemarin kalimatnya sudah kecamuk sekali di kepala. Diendapkan semalaman ternyata bisa lebih tertata. 

Selamat pagi, semoga hari ini hati bisa lebih lapang dan lebih banyak syukurnya :)

Kemarin rapat tebi, hari ini rapat yawme. Abidah ngisi di astra ke bandung. Semalam alhamdulillah makan bareng dan main game sekeluarga. Bukan game sih lebih ke nulis harapan tiap orang gitu. Semoga bisa terwujud. Fatih seperti biasa banyak sekali geraknya. Semoga hari ini ada kabar bahagia dari Nanda dan Krisna yang ke RSHS. Fitri jangan malas packing yaaa.

Senin, 07 Januari 2019

Belum Pernah Kecewa

Dia (Zakaria) berkata, “Ya Tuhanku, sungguh tulangku telah lemah dan kepalaku telah dipenuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada-Mu, ya Tuhanku."
-Maryam : 4

Minggu, 06 Januari 2019

Hari Ini

Hari ini tidur jam dua pagi
Setelah semalam tepar setelah isya

Hari ini sebelum tidur aku kembali meminta
Pada yang maha kuasa
Agar kelak diberi titik terang untuk segala
Yang membuat gundah gulana

Hari ini mimpi
Soal rencana teman, tertulis tanggalnya
Entahlah petunjuk atau bukan
Tapi aku gegas gelisah stelah terjaga
Mencari, mana yang tadi aku baca?
Apakah itu tanda?
Aku kembali bertanya

Hari ini rupanya lelah sekali
Semua terburu, tidak sempat sarapan,
nyaris merelakan makan siang
Tapi oh, tentu perut ini nanti tak tahan

Hari ini membuat acara
Semoga tidak sekadar seremonial belaka
Ada janji keberlanjutan di sana

Hari ini reflek gemetar dan terharu
Tahu cerita soal sesap besama keluarga

Hari ini sudah mengetik
Lalu kuhapus untuk belajar tahu diri

Hari ini ke Jakarta
Rutinitas terakhir dari segenap perjalanan panjang
Mengantuk di kereta
Dilanjut naik bus kota
Semoga nanti pulang lancar sesuai rencana

Hari ini rasanya aneh masuk mal
Memang tidak biasa sih
Semoga kelak tidak menjadikan mal destinasi jalan-jalan keluarga
Kalau hanya sekedar cuci mata

Hari ini setidaknya di mal gembira lihat buku anak
Tapi sesuai tebakan, harganya kurang bersahabat
Ah nak, esok lusa semoga ada jalannya
Buat kamu, buat ibu

-tidak tahu akan kulanjutkan atau tidak. Masih ada sekian jam sampai berganti hari

Fatih Kepedean Nggak Sih Mbak?

Jadi hal random abis magrib tadi (sebelum teparnya saya abis isya) adalah saya gaya salam Nussa ke Fatih (yang tangannya dua di depan alis itu loh, haha). Terus dia ikut-ikutan dengan lebih lengkap konversesyennya.
Lalu kubilang, nanti Fatih rekaman yuk dek. Fatih ngomong kayak Nussa gitu, terus nanti direkam.
Unexpectedly dia menjawab,
"Mbak Fatih kepedean nggak sih Mbak? Jadi waktu Fatih pertama kali dengar official trailernya Nussa, Fatih kira itu suara Fatih terus Mbak Fitri gabungin sama animasi."

Oh, oke, hahaha.

"Iya dek, iya kamu kepedean," kata Fafa sambil ketawa.
Terus Fatih omongin konversesyen official trailernya dari...."Yak, Pas."

dah malem fit, revisimu lho belum mbok sentuh
bonus ini aja, mohon feedbacknya ya!
*bukan link ini pr-nya

Home

Kemarin pagi masak nasi begitu semangat, karena tahu orang rumah pulang, dan yeay masak nasi untuk orang banyak bisa semenyenangkan ini, hahaha. kalau masak nasi buat sendiri di rice cooker ukuran keluarga tuh banyak khawatirnya. Abis gak ya, atau gimana kalau aku malas makan? Dan gimana-gimana lainnya.

Lalu aku pulang dan sampai area rumah saat masjid bubaran maghrib. Aku menanti-nanti papasan sama dikadik sehingga mereka membonceng dan kami pulang bersama. Tapi tidak nemu.

Saya masuk rumah, tidak lama kemudian. Fatih pulang dari masjid dan masuk dari pintu rumah belakang. Dia melihat saya dari kejauhan, lalu berlari, meluk. Saya terharu, walau kalau ditanya, kangen Mbak Fitri yaaa dia suka tegas jawab, enggak. Hei dek, kangenmu itu loh keliatan dalam laku, dah gaperlu lagi aku kata-kata wkwkwk (boong deng, perempuan kan suka diakui :P)

Home is not a building. It is people. 

Lalu ingatan saya terseret pada masa-masa saya tetiba keinget sama quotes ini, ingatnya pas itu lagi di depan tumpukan cucian piring, di wastafel dapur. Entah quote ini apa triggernya kala itu. Lupa juga euy dah dipos dimari atau belum. (omo ini paragraf napa ga penting bgt wkwk)

Kalau kamu mau menjadikan rumahmu kelak sebagai tempat pulang, jadikan dulu rumah saat ini sebagai tempat pulang.

Aku pernah bertemu orang, yang belakangan saat menyiapkan pernikahan, ia sadar, menikahnya karena pelarian, karena ada kenangan masa kecil dan kesan tidak involve d rumah. Padahal itu kenangan masa kecil banget, sesederhana usia lima merasa tidak dilibatkan dalam pemberitahuan agenda keluarga saat wiken. Begitu ngaruhnya dalam diri dia karena dia merasa, kenapa gue ga dilibatkan dalam acara weekend keluarga, tapi abang dikasih tahu? Walaupun kala itu Mbak Ane bilang, kalau anak kecil dikasih tau mau kemana, biasanya dia ga sabar, maunya berangkat hari itu juga. aku gak paham bagaimana itu bisa membangun mindset batasnya dengan keluarga, tapi itulah. Mungkin banyak hal lain yang aku tidak tahu.

Kadang kita meminta janji-janji masa depan, tanpa berupaya memperbaiki apa yang dimiliki saat ini.
Padahal mungkin ini modalnya. Bahan bakarnya. Amunisinya.

Keluarga adalah lingkaran terkecil, terdekat, terintim, termenerima apapun kondisi di dalamnya sebobrok apapun isinya. Kalau kata Lilo (dari Nikari ini quotenya buat BPH iCare, da aku mah belum nonton Lilo and Stich), Ohana means family, family means nobody gets left behind or forgotten.
Jalan tiga bulan ke belakang saya berusaha lebih untuk bisa terbuka, bisa menemani tidur adik, berusaha untuk ada, bisa melibatkan mereka dalam cerita anak yang saya buat, berusaha meningkatkan komunikasi dan menanyakan kabar. Aih, jangan ditanya sulitnya. Saya pernah menangis tanpa sadar sebab utamanya nyaris dalam...mungkin...dua pekan. Meski ga berturut-turut, tapi  it's like kind a masa tercengeng saya seumur hidup. Baru kali itu bisa nangis depan umi abi kayak gitu. Dan selain segala cerita yang bisa saya ceritakan kala itu, bersamaan juga dengan kehadiran perasaan-perasaan gagal. Gagal jadi kakak yang baik, bahkan buat one in one person tiap adik. Gagal terlibat, gagal menjadi anak yang baik, gagal gak bikin repot. Tapi mereka bilang soal wajar, soal itu tugas umi dan abi, soal umi jadi lebih tahu. Ah, saya pun belajar. Banyak, semestinya.

Berhenti menyalahkan keadaan. Soal apa-apa yag sudah jadi qadha Allah. Responnya yang bisa diubah. Diri sendiri yang bisa diubah. Apa diri ini bsia mengontrol respon orang lain? Tanggapan orang lain? Sikap orang lain? Tentu saja tidak. Hanya diri sendiri yang bisa diri sendiri ubah perilakunya, sikapnya, strateginya, upaya-upayanya. Kalau ternyata tidak works, ganti strategi lain. Kalau bahasan kami setelah nonton searching, perbanyak komunikasi, hasilnya apa terserah nanti, ketimbang membiarkan dinding yang telah lama terbangun perlahan antara diri dan orang tua, atau bisa jadi dengan orang penting yang  kita terlalu segan untuk memulai percakapan dengannya. Karena biarpun sulit, keluarga ingin tahu kabar satu sama lainnya. Ingin mendoakan satu sama lain. Ingin yang terlihat baik-baik saja memang karena baik-baik saja.
Bukan membangun barrier, dinding, yang perlahan terbangun sejak kecil dan dewasa sulit sekali dihancurkan. Pun ketika dinding besar ini baru disadari saat besar, well, lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali. Masih ada waktu memperbaiki (trims obrolannya!)
Dan oh tentu saja sayang, tidak gampang untuk itu semua. Paragrafku sebelumnya sudah menjelaskan. Dan aku masih perlu terus berjuang juga untuk itu. Hubungan itu dinamis, bukan?

Aku jadi ingat temanku yang mau belajar tahsin karena alasannya dulu ayahku nggak ngajarin aku ngaji. Dia juga bilang sih aku pengen perbaiki bacaan karena ngga lancar ngajinya, bisa jadi ayah yang baik buat anak-anak. Aku nggak mau anakku punya pengalaman yang sama, kecewa nggak diajarin ngaji sama ayahnya sendiri. Tau apa tanggapan temanku yang lain? Dia larang temenku belajar ngaji kalau cuma hanya karena itu. Hey boy, katanya, kalau lu cuma mau balas dendam sama masa lalu, nggak usah. Buat nyari apa itu semua? Pengakuan? Kalau kamu bisa lebih baik dari ayahmu?
Aku lupa detil percakapannya dan ingin aku tanya lagi. Tapi kala itu aku melihat benang yang tipis antara tulus ingin belajar dengan balas dendam akan masa lalu. Aku jujur tidak tahu batasnya. Temanku bilang nggak ada ujung baiknya dari alasan-alasan balas dendam. Ah, aku sungguh masih sulit melihat perbedaannya. Di titik mana alasannya bukan balas dendam, tapi semata ingin kehidupan yang lebih baik. Aku ingin bertanya lagi tapi belum jadi. Tapi yang kutebak, mungkin kalau sudah mencapai titik pembalasan balas dendam, setelah itu lalu sudah, tidak berkembang jadi lebih baik lagi. Atau barangkali kalau gagal jadi menyalahkan keadaan atau kondisi yang dulunya sama. Entah. Tapi memang temanku juga menghighlight soal pengakuan. Dengan tegas dia tanya, Terus kalo lo lebih baik dari bokaplo dulu kenapa? Aku masih takjub ada di antara percakapan mereka.
Jawaban mendasar selalu penting dipertanyakan, dan dijawab.

Kembali ke quotes ini : Kalau kamu mau menjadikan rumahmu kelak sebagai tempat pulang, jadikan dulu rumah saat ini sebagai tempat pulang.

Kadang kita meminta janji-janji masa depan, tanpa berupaya memperbaiki apa yang dimiliki saat ini.
Padahal mungkin ini modalnya. Bahan bakarnya. Amunisinya.
Kita mungkin bisa menumbuhkan cinta di tempat lain. Tapi tanpa cinta dari mana kita berasal, barangkali energinya tidak akan cukup kuat untuk menjaga cinta yang kita bangun. Hari ini, ego masa remaja menumbuhkan diri menjadi sosok yang fokus pada diri sendiri. Karena yang ingin dibangun adalah masa depan, lupa mengisi energi orang-orang di belakang. Support system terbaik, yang saat ini lebih berhak atas diri kita ketimbang masa depan yang belum tahu di mana Allah tambatkan. Saat ini.


aih, ini harusnya hasil refleksi setelah minggu depan
sambung refleksi nonton searching yang belum jadi kuceritain
tapi pelajaran juga sih buat diri ini
semoga bisa jadi support system yang baik untuk keluarga
kini, dan kelak
dah h-7, bismillah

ni kenapa mau ngepost quote doang bumbunya jadi banyak yak
kalau ada yang baik semoga bisa diambil
kalau ada yang buruk, kasih tau saya ya



Amal (2)

Hari ini bertanya pada Amal, tentang apa yang paling bikin dia pengen nikah. Ini, pertanyaanku hmmm, setahun belakangan mungkin, kurasa lebih. Sampai detik ini.
Lalu Amal bilang, biar ibadah makin kenceng, lalu ngejar mimpi lebih cepet. Kemudian dia tambahkan, ga ada di dia konsep LDM di kami, makanya bisa controlling. Setelahnya, aku tanya apa saja mimpi besarnya. Lalu ia menjawab cukup panjang. Terlepas dari aku tahu (uhuk) masnya dan wondering ini bagaimana keduanya bisa bersama awalnya sampai saat ini, dan sesuai satu sama lain (karena ada banyak hal yang aku pertanyakan wkwkwk), Amal dan jawabannya serta sedikit yang aku tahu tentangnya membuatku respect pada Amal. Kalo soal hubungan mereka, semoga segera halal, dah itu aja aku gmz mal pls.

I often ask same question to other people. Kadang pertanyaannya bukan pengen, tapi yakin. Atau alasan yang memutuskan iya untuk menikah.

oh iya, ga terlalu nyambung dan ngga seluruhnya menggambarkan aku. cuma ngetrigger pengen bikin tulisaan bernada serupa (tapi isinya jauh beda juga si kalo sudutpandangu), tapi mungkin bisa dibaca tulisan yang baru saja mendarat di dashboard blog ini, silakan klik di sini
.
it's just remind me about kind of feeling that i've ever had. oh, sungguh bukan judulnya. tolong. mari duduk dan menyesap teh bersama kalau mau tahu detilnya hahaha, dunia media sosial ini terlalu banyak menerbitkan citra. sehingga yang lagi kenapa-napa disangka baik-baik saja.
selamat malam.

Fahri (yang Beranjak Besar)

Lihat-lihat rapot dikadik.

Ummi : Fahri wajahnya udah beda banget ya... (lihat foto di halaman bioata rapot itu, lho.. Jelas saja, adik saya 1 SMP akan berbeda dengan saat kelas tiga. masa pubernya membuatnya melalui perbedaan wajah dan tubuh, tentu saja)

Aku : Gimana Mi rasanya punya anak laki-laki sudah besar?

Ummi : Umi itu yang seneng...mau jadi imam...mau ngingetin ummi

Aku : Emang diingetin apa mi?

Ummi : Kalo Ummi makan berdiri, kalau rambutnya kelihatan, (satu lagi aku lupa). Berarti kan pandangannya sama, arahnya sama.

:")

Sabtu, 05 Januari 2019

Amal

Namanya Amal. Anaknya ceria sekali. Ramai. Suka sekali bicara. Menghadirkan keriangan dan kegembiraan.
Katanya, "Mba, aku kalo ga ngomong pusing."
Lalu aku teringat beberapa teman yang ekstrovert. Sepertinya beberapa pernah bilang hal serupa.
Gemesin dia nih. Sehat-sehat ya Amal! Lancar segala urusan termasuk sama masnya. Ditunggu ukhtinya dan undangannyaa, jangan kelamaan ya :")

Jumat, 04 Januari 2019

Tenaaaaang .

Kamu lagi mikir apa fit?-orang 1

Fitri nih kayaknya lagi nggak fokus akhir-akhir ini-orang 2
.
.
.
......

Lalu tubuh bereaksi bersin-bersin dan flu menjelang ashar. Tiba-tibaaaa sekali .

Dan waktu di tebi sore-sore kak ridho sebelum menyampaikan hal-hal tentang aplikasi pun brief dulu, fit ane mau nyampein sesuatu, tapi jangan jadi pikiran ya.

Wait wait, kataku dalam hati, pertama, kenapa kak ridho sampe seconcern ini sama aku gak kepikiran. Kedua, aku langsung kebayang, pulang di perjalanan nanti, motor aman kan ya?
.



Selasa, 01 Januari 2019

Sepi

Sepi. Di kantor pun sepi.
Kadang sepi buat tenang, kadang juga gelisah.
Kadang sepi dicari, kadang sepi ingin dihilangkan.
Kadang sepi jadi rindu, kadang sepi jadi malas bertemu.
Kadang sepi menjadi khidmat, kadang malah dibuat celah.
Semoga segala sepi bisa terkonversi
menjadi sesuatu yang lebih berarti
di mata ilahi .

:)

Sudah Berganti Masa, Mungkin Banyak Hal Tetap Sama

Aku terjaga. Pukul dua lebih sekian pada jam digital di depan sana. Alfamart sebelah kiri bilang ini raya bogor km dua tiga.
Sudah berganti tahun dan masa. Yang aku buka pertama kali masih sama, dashboard blog dan tulisan baru aneka rupa. Segera kubaca dan kucari tahu isinya.

Bonus postingan mba uki temanku di jogja


Agak unfaedah tulisan pertamaku ini, kurasa. Mungkin hikmah sedini ini akan sampai rumah adalah ibadah di malam yang sepertiga tanpa usaha menngabaikan alarm yang berbunyi tanpa bosan meminta.

Selamat pagi dunia.