Rabu, 16 Januari 2019

Bergantung (1)

Dan apabila kamu ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilang semua yang (biasa) kamu seru, kecuali Dia. Tetapi ketika Dia menyelamatkan kamu ke daratan, kamu berpaling (dari-Nya). Dan manusia memang selalu ingkar (tidak bersyukur).-Al Isra 67

Dalam ya maknanya.

Ayat ini membuatku ingat cerita Ima.

Ima pernah bilang dalam retrospective dan meet up. Soal manusia dan ketergantungannya. Waktu bayi, sejak jadi bakal bayi di kandungan sampai lahir, kita seratus persen tergantung dengan Allah. Nggak tau gimana caranya dapet makan, gimana caranya kotorannya dibersikan, gimana caranya menyampaikan rasa sakit dan meredakannya, gimana caranya terpenuhi kebutuhannya.

Lalu waktu beranjak, manusia mendewasa. Pelan-pelan.
Pelan-pelan anak tahu bahwa nangis bisa jadi senjata. Atau jadi tahu kalau mau dapat nilai baik berarti perlu belajar keras. Kalau mau diberi uang, maka menulis, atau berpuasa, atau mijetin orang tua, atau melakukan hal-hal lain yang tanpa sadar jadi bergantung padanya.

Besar dikit, tau kalau mau nilai bagus perlu belajar keras. Maka, aku ingat sekali, dulu waktu tsanawiyah, aku sempat meliat adik-adik kelas yang belajar di sela-sela shalat tarawih di masjid. Atau juga memilih membaca catatan ketika tausiyah atau dzikir pagi bakda subuh berlangsung. Perlahan, kebergantungan diletakkan pada hal-hal dunia. Dan mulai kendor kebergantungan pada Allah.

Besar lagi, bekerja, menghidupi keluarga, mencari rezeki. Lalu kebergantungan pada selainNya makin membesar (naudzubillah). Takut dipecat, takut meninggalkan pekerjaan yang jelas mengandung riba, takut Allah gak mencukupi rezeki, takut besok dak bisa makan, takut gak lulus, takut gak tepat jodohnya, taut dengan ketidakpastian masa depan. Semakin besar, semakin banyak variabel dunia yang jadi bergantung padanya....

Baca ayat tadi itu kerasa malu. Kayak kenapa ya, ingat dan berpasrah sama Allah kadang masih pilih-pilih. Saat tertekan, saat ada masalah, saat gelisah, saat gundah, saat resah, saat galau. Waktu lagi hepi banget bawaanya bisa jadi memanjatkan syukurnya masih kurang, memberinya masih kurang....
Dan luar biasanya Allah Maha Baik untuk selalu memaafkan, selalu mau mendengar, selalu mau menerima hambaNya. Bagaimanapun hambaNya belum cukup memenuhi hak Allah dengan baik.
.
Semoga Allah ampuni dan iringi unuk bsa berjuang sellau mensyukuri nikmatNya yang tertuang dalam laku. Aamiin.

Tilawah Hari Ini Chapter Ruang Tebi
16 Januari 2019

Tidak ada komentar:

Posting Komentar