Bahwa kadang, rasanya tidak ada yang lebih sulit dari berpura-pura, tidak menjadi diri sendiri.
Bahwa, tidak ada yang bisa dibohongi dari diri sendiri.
Bahwa, tidak ada yang lebih menyenangkan daripada nyaman dengan diri sendiri. *Oke ini hiperbola. Yang paling menyenangkan bagi muslim tentu diridhai Allah
Bahwa, tidak ada hasil yang baik dari pembuktian. Tidak pernah ada. Tidak pernah ada. Pikir baik-baik, Fitri. Kamu sudah tahu itu sebelumnya.
Bahwa, kadang lebih baik dimarahi dan disinisin daripada harus menjelma. Biar orang berpikir apa, terserah.
Bahwa, aku letih berpura-pura.
Bahwa, aku capek. Fisik, pikiran. Dan berusaha tidak mengeluh.
Bahwa, aku menangis di sela-sela pembukaan
Bahwa, aku tidak suka acara ramai-ramai.
Bahwa, aku lapar dan ingin segera makan. 4.30-20.45 :)))
Bahwa, aku pengen mendekat ke Allah.
Bahwa, aku rindu banyak hal.
Pages
▼
Senin, 29 April 2019
Minggu, 28 April 2019
Fatih: Jika Lucunya Hilang
Kalo Fatih lagi masang muka, atau ekspresi, atau ngomong kata-kata gemes. Aku suka terlalu gemass sampe bilang, "Dek, kalau Fatih sudah besar nanti lucunya hilaaaang." Dengan mode ngga rela gitu.
.
Tapi Jumat kemarin dia bilang gini, "Nggak hilang kok Mbak, kan Fatih belajar dari Cak Lontong." Nadanya agak pelan tu di Cak Lontong, sampe aku harus nanya lagi, "Apa dek?" karena ndak dengar.
.
Kukira kan ya becanda aja dia ngomong gitu. Namun sehabis makan dia nyamperin aku, ngeliatin kalo lagi main TTS Cak Lontong beneran dong dia di HP Ummi --" Jadi kata-kata dia tu seserius ituuu. Lalu ngajak banyak bicara dan bertanya meanwhile aku lagi menatap layar laptop. Lalu menjadi sadar bahwa ketia dia ajak bicara, nanya-nanya itu emang mesti diladenin sepenuh hati, cinta, jiwa, raga.
Jangan sambat aja pas dia asik main game sendiri, heuheu.
.
Tapi Jumat kemarin dia bilang gini, "Nggak hilang kok Mbak, kan Fatih belajar dari Cak Lontong." Nadanya agak pelan tu di Cak Lontong, sampe aku harus nanya lagi, "Apa dek?" karena ndak dengar.
.
Kukira kan ya becanda aja dia ngomong gitu. Namun sehabis makan dia nyamperin aku, ngeliatin kalo lagi main TTS Cak Lontong beneran dong dia di HP Ummi --" Jadi kata-kata dia tu seserius ituuu. Lalu ngajak banyak bicara dan bertanya meanwhile aku lagi menatap layar laptop. Lalu menjadi sadar bahwa ketia dia ajak bicara, nanya-nanya itu emang mesti diladenin sepenuh hati, cinta, jiwa, raga.
Jangan sambat aja pas dia asik main game sendiri, heuheu.
jumat yang tanpa fahri karena abis un
dia masih aja besoknya jadi panitia lomba pramuka,
nginep sekolah pula
#sisakemaain
#sisakemaain
Ditemenin Motokopi
"Mbak Fitri mau Ummi temenin fotokopi?" Ummi bertanya bada isya. Aku terperanjat.
"Ummi kenapa mau nemenin aku?" tanyaku. Dasar ya, aku malah menjawabnya dengan tanya ckckck.
"Biar Mbak Fitri semangat." Kata Ummi, huhu aku haru. Yha kan masa motokopi aja ditemenin. Tapi Ummi so suddenly mau nemenin aku.
.
Kayaknya aku mulai kebanyakan ngeluh. Kondisi badan yang gak nyaman, misalnya. Terus Ummi tadi bilang, "Iya lah Mbak, kamu akhir-akhir ini pulang malam." -padahal sesungguhnya dear netizen, aku selama Fahri UN tu Senin sampe Kamis niatnya sampe rumah sebelum maghrib heu, bahkan kalo bisa jam 4 cau dari Badr.
Lalu aku bilang, "Mi, aku tadi jadinya survey naik motor ke Kebun Raya."
Ummi kaget, "Ya pantes lah Mbak, badanmu jadi ga enak, pegel-pegel."
..
Atau aku ngeluh lagi, "Mi, kok aku kayaknya hidupnya gak teratur." "Mi, aku bingung." "Mi aku nggak tau aku kenapa." "Mi perasaanku nggak enak." "Mi ini gimana dong huhu." "Mi kok aku gini-gini aja ya."
Sampai juga kalimat
"Besok selesaaaai bismillah insya Allah." Meski aku malas sekali merespon beberapa chat hari ini. Meski harusnya peran-peran ini bisa dimaksimalkan. Meski aku ngerasa ini bukan better version. Bukan 100% yang bisa dilakukan :"(
Ya begitulah cerita singkat ini. Banyak keluhan itu nggak saling berhubungan sebenarnya, tapi kalo dari Ummi sih satu, jangan ngomong gitu, pakai kalimat positif.
.
Intinya sih aku terharu Ummi nawarin nemenin motokopi doang.
Dan, emang kayaknya butuh merenung dan kontemplasi, demi kehidupan yang lebih baik. Demi diri yang lebih baik.
aku, yang masih buang-buang waktu tapi mau berubah, mau belajar biar lebih baik
biar bisa nerapin, istirahatnya di surga aja.
mohon doanya ya temaaan
(pake nada Rarra ngomong jangan lupa subscribe ya temaaan!")
"Ummi kenapa mau nemenin aku?" tanyaku. Dasar ya, aku malah menjawabnya dengan tanya ckckck.
"Biar Mbak Fitri semangat." Kata Ummi, huhu aku haru. Yha kan masa motokopi aja ditemenin. Tapi Ummi so suddenly mau nemenin aku.
.
Kayaknya aku mulai kebanyakan ngeluh. Kondisi badan yang gak nyaman, misalnya. Terus Ummi tadi bilang, "Iya lah Mbak, kamu akhir-akhir ini pulang malam." -padahal sesungguhnya dear netizen, aku selama Fahri UN tu Senin sampe Kamis niatnya sampe rumah sebelum maghrib heu, bahkan kalo bisa jam 4 cau dari Badr.
Lalu aku bilang, "Mi, aku tadi jadinya survey naik motor ke Kebun Raya."
Ummi kaget, "Ya pantes lah Mbak, badanmu jadi ga enak, pegel-pegel."
..
Atau aku ngeluh lagi, "Mi, kok aku kayaknya hidupnya gak teratur." "Mi, aku bingung." "Mi aku nggak tau aku kenapa." "Mi perasaanku nggak enak." "Mi ini gimana dong huhu." "Mi kok aku gini-gini aja ya."
Sampai juga kalimat
"Besok selesaaaai bismillah insya Allah." Meski aku malas sekali merespon beberapa chat hari ini. Meski harusnya peran-peran ini bisa dimaksimalkan. Meski aku ngerasa ini bukan better version. Bukan 100% yang bisa dilakukan :"(
Ya begitulah cerita singkat ini. Banyak keluhan itu nggak saling berhubungan sebenarnya, tapi kalo dari Ummi sih satu, jangan ngomong gitu, pakai kalimat positif.
.
Intinya sih aku terharu Ummi nawarin nemenin motokopi doang.
Dan, emang kayaknya butuh merenung dan kontemplasi, demi kehidupan yang lebih baik. Demi diri yang lebih baik.
aku, yang masih buang-buang waktu tapi mau berubah, mau belajar biar lebih baik
biar bisa nerapin, istirahatnya di surga aja.
mohon doanya ya temaaan
(pake nada Rarra ngomong jangan lupa subscribe ya temaaan!")
Jumat, 26 April 2019
Lesson Learn 24-26 April 2019
1. Hubungan manusia ke manusia itu cerminan hubungan manusia sama Allah
-kata-kata my fav girls yang saat ini tidak menemani di ruangan. Jadi ingat ingin menulis obrolan sama mereka tentang dekat dengan Alquran belum jadi-jadi.2. Belajar ndak menyerah dan berjuang lebih keras
setelah segala lelah sepagian (u can guess from last post that i draft), sorenya aku dapat email kalau naskah yang aku ikutin seleksi belum rezekinya lagi :") Jadi emang judul April ini semacam bulan penolakan //gaboleh ngomong gitu nanti jadi doa *kata bedah buku magnet rezekinya kak big//, sampai tanggal 23 kemarin aja ya semogaaaaa. Ada naskah bardbook yang tahun ini aku kirim lagi ke penerbit lain setelah 2017 belum rezeki~yang ditolak waktu hari buku anak 2 april kemarin. ada naskah cerpen kartiniku yang aku mentorin lagi ke mas teguh dan itu idenya udah dikirim dari 2017 sebagai rubrik opini umum gitu, lalu 2018 aku kirim as cerpen juga cuman mungkin terlalu mepet ngirimnya, tahun ini aku sampakan lagi pada peraduan. tapi namanya belum rezeki ya gimana yaa. mungkin aku kelewat pede dan salah juga ga nyoba kirim ke media cetak lain (untuk yang mau kasi feedback boleh kasi email nanti kukirim insya Allah). lalu terakhir yang kemarin ditolak 23 april, waktu hari buku. naskahnya dulu sempat diapresiasi waktu pelatihan soal 3 paragraf pertama di Bandung Februari lalu, meski tetap ada masukan juga. kemarin aku kerjakan masukannya namun memang belum rezeki :")) Hanya lucu aja, semua momen penolakan naskahnya pas hari buku anak, hari di mana diperingati karena Kartini menulis, dan hari buku. Masya Allah, bagus sekali untuk dikenang.
Tapi ada teman pelatihanku yang lolos. Namanya Mas Dwi, dulu peserta pelatihan Si Bintang juga di Jogja November lalu. Positifnya jadi ada obrolan di grup itu lagi. Mas Dwi dulu juga bantu aku kasih masukan ke naskah boardbook yang aku kirim. Aku masih ingat wajah beliau yang runyam waktu mikir revisi berjenjang selama workshop. Namun memang pengalaman beliau sudah lebih banyak. Mas Dwi ini kalo aku liat mirip ayahnya temenku hihi. Aku minta belajar dari naskah mentah beliau tapi rupanya pihak pelatihan yang sekarang melarang ngeshare naskah mentahnya.
Lalu juga membuka obrolan soal peserta yang lulus Gerakan Literasi Nasional. Daeng Gegge yang lolos GLN juga dulu sempat kasih testimoni susah banget ya bikin naskah buku anak tuh. Waktu pelatihan di Jogja, Daeng sebagai salah satu petinggi di FLP yang udah nulis buku buat umum, pertama kali nulis buku anak di pelatihan ini dan mengungkapkan kesulitannya. Jadi ya sama-sama. Tapi Daeng meski belum punya portofolio, nekat bikin aja buku anak indie sendiri, ngusahsin nyetak sendiri dan urus ISBN, sama ya cantumin aja buku hasil pelatihan FLP di portofolionya walau belum jadi. Lalu Daeng lolos dooong peserta GLN yang kemarin seleksinya emang mengharuskan punya portofolio buku dulu :") Malah tempat beliau nyetak buku, juga ikut seleksi, lalu tidak lolos. Memang ya rezeki Allah itu ndak bisa ditebak, tapi selalu ada, dalam bentuk yang tepat untuk setiap hambanya :")
Aku ga kut seleksi GLN karena ga ada portofolio dan waktu itu udah japri panitia buat nanya, tapi ternyata gaes, masih ada jalan menuju Roma ya. Itu lihat Daeng Gegge juga ndak nyerah gitu aja, cobain aja tetep kirim berkas, usahain apa yang bisa diusahain. Emang kalo ga nyoba ya kemungkinan kalah langsung 100%, kalo nyoba kan seenggaknya punya modal awal menang alias lolos seleksi 50% :") Aku terharu sih sama perjuangan suhu-suhu dan senior-seniorku di grup ini.
Lalu soal seleksi satunya juga aku belajar. Ini kegagalanku yang keempat. Tapi ya setiap orang punya jatah gagalnya masing-masing menuju sukses. Aku japrian sama Kak Marissa dan Kak Marissa cerita tentag kata-kata Dinda, teman kami juga. Dia pernah bilang ke Kak Marissa tentang kegagalan Kak Mar, dibilang, "baru 8 kan Mar, yaudah coba lagi aja...."
Kata Kak Mar, mungkin rezeki kit nanti di percobaan ke 10, atau ke 12. Kalo berhenti sekarang gak ketemu, hahaha. Walau capek. Gapapa, niatnya karena senang kan?"
Kak Marissa pernah tanya aku beberapa kali kayaknya, tapi senang kan Fit ngelakuinnya?
Momen ini jug membuat aku dapat suntikan semangat dari orang-orang yang percaya gitu sama keinginanku. Huhu aku terharu dapet japrian. dapet virtual hug juga dari arum.
Kemarinnya juga habis baca tulisannya Masgun tentang mengejar mimpi. Lalu hari ini pas dapet pengumuman ini juga sempat bahas mimpi dan levelnya. Aku pun pernah ada pada pikiran, apakah ini bener yang aku pengen? Apakah aku betulan ingin menulis cerita anak? Bagaimana kalau nanti berubah? Bagaimana jika aku tiba-tba merasa nggak mau lagi mengejar impian ini? Bagaimana kalau ternyata hal itu mengecewakan orang, bahkan orang terdekat yang mendukungku? Atau bagaimana jika setelah terwujud, euforia membuatku berhenti? Atau bagaimana jika aku mentok kalau udah terwujud, kayak bingung habis ini apa ya?
Padahal mah ya jangan mikir gitu atuh Fit. Ayo menanam dan menumbuhkan pikiran baik dan positif biar hidupnya penuh energi positif. Kayaknya emang butuh banget ni aku pikiran-pikiran positif, perasaan-perasaan posiitif, dan motivasi positif.
Ohiya, ini dak terlau penting sih (kayak tulisan ini penting aja woi), kemarin waktu rasanya lagi sedih tu, denger lagu yang isinya ungkapan sayang ayah ke anak Kayak jadi oase aja dari kegersangan lagu yang kalo isinya perasaan antar lawan jenis seringnya. manis ya. terus di videoklipnya ada buku summerhill school yang dijadiin panduan dan referensi temenku dalam mendidik bahkan dia taruh di proposal nikahnya 2017 lalu. jadi penasaran sama isi bukunya (padahal umi lagi nyuruh baca macem-macem ehe). terus reflek sama lagu hatiku sedihnya film musikal sherina. emang yang reflek-reflek susah diboongin ya tentang isi hati dan perasaan. ckckck.
Kepikir mau cerita tentang tidak lolos ini tapi ternyata sarannya sebaiknya ga usah.
3. Momen Kecil yang Membahagiakan
Salah satu hal menyenangkan kalo lagi ngerasa down adalah dihubungin orang-orang. Pernah suatu ketika di tahun lalu perasaanku lagi ga enak banget, temen KKNku tiba-tiba weh nelpon. Aku langsung ke balkon dan aku kayaknya pas itu sampe nangis bentar gara-gara seneng banget disapa orang lama ngga ketemu dan ngga bertukar kabar di tengah segala perasaan lelah.
Lalu kemarin Selasa juga gitu. Tiba-tiba saja Ayah Umak KKN ku nelpon dari Madinah :") video call bahkan di perjalanan ke stasiun. Terus ada beberapa japri, ada diskusi kecil, ada inspirasi besar, ada perasaan senang membagi duniaku ke orang lain. Senang sekali rasanya dikelilingi teman-teman yang baik dan supportif. Senang sekali disapa, dijapri bahkan sesederhana, Fit kalu mau ngerjain di mushala nggakpapa, meski temenku ini nebaknya aku cukup down dengan hal satu, namun waktu itu aku lebih sedih lagi karena ditolak :"). Tapi yaudah, everything shall pass. And what doesn't kill you make you stronger.
4. Fokus
Rabu waktu aku pulang, aku kepleset di tangga. Sudah berdiri dari posisi semi jatuh dan melangkah lagi, aku kepleset lagi. Membuat panik kaka-kaka yang melihat saja....
Pulangnya di perjalanan hampir nyerempet atau kesrempet orang (entah mana yang hampir nyerempet mana yang diserempet)). Pagi kemarin hampir nabrak orang. Aku jadi bertanya-tanya kenapa ya aku? Susah fokus apa aku akhir-akhir ini?Tapi emang fokus lagi menjadi tantangan sih kalau aku coba merenungi beberapa tindakanku hari-hari belakangan. entah mengapa
5. Merenung
Aku butuh kontemplasi ni kayaknya. Butuh banyak ngobrol sama Allah.
Itu isi kepalaku di perjalanan pulang saat hampir sampai rumah, Selasa atau Rabu lalu. Belum done tapi huhuhu.
6. Belajar
Memang ya, Allah ga akan ngebiarin hambaNya ga diuji walau sedikit saja. Sedih ujian, senang juga ujain. Jadi emang lagi kerasa, saat membulatkan tekad, mau jadi lebih baik di suatu hal. Langsung Allah kasih aku ujiannya. Lalu aku gagal melewatinya :"""""
Lalu Allah kasih aku lagi ujian yang mirip karena aku ndak berhasil melewatinya.
Sungguh pas banget ujiannya sama apa yang sudah aku niatkan. Padahal waktu ga diniatin, ga ada tuh ujian kek gitu. Masya Allah ya :""""
Jadi kepikir, memang kalau mau menghindari atau lulus dari suatu ujian. Bisa jadi yang bisa diusahakan di skup kecil adalah menjauhi triggernya :")
7. Menjadi Orang Tua
Kemarin diskusi soal beberapa prinsip sama teman, tentang value yang diajarkan orang tua yang kok kayakanya kacamata manusia kita masih sulit ya nerapin itu di kehidupan sehari-hari. Lalu aku jadi kepikir, masya Allah, susah banget ya jadi orang tua. Bagaimana anak mau nurut tapi bukan karena takut, karena tau kalau itu memang perintang untuk menaati Allah. Soalnya kalo karena takut gitu nanti anak cari aman deh, yaudah gapapa kalo ga ketahuan, hihihi.
Tapi kata Ummi emang, jangan dipikir takutnya. Mirip semangat dari Kak Big waktu bedah buku magnet rezeki nih, ubah pikirannya jadi bisa. Insya Allah Allah mampukan.
8. Menjadi Orang Tua part 2
Tadi pagi lihat igstori kak Asti tentang GTM (Gerakan tutup mulutnya Hafshah). Terus ada beberapa poin soal minta ke Allah supaya anaknya mau makan. Tertulis, mungkin ini sebuah permintaan receh ke Allah, tapi kalau ga minta sama Allah terus sama siapa lagi?
Lihat juga wastory Suci tentang cerita keahiran anaknya (cepat sekali ci hampir setahun berlalu sejak kamu menikah :")). Yang masya Allah dimudahkan sekali Mulai dari afirmasi positif, dukungan keluarga, dan pengharapan ke Allah, usaha dan doa. Terharu :"). Luar biasa ya orang tua tuh. Tapi lebih luar biasa lagi orang tua yang sepenuh hati doa, ikhtiar, dan tawakal ke Allahnya kerja bareng-bareng. Semoga Allah kuatkan dan mampukan.
9. Doa yang Panjang
Tadi aku lihat seorang Kakak, yang baru saja usia menikahnya 11 harian. Doanya lama usai zuhur. Aku tersenyum haru bahkan sampe berkaca-kaca. Peran baru, amanah baru, keluarga baru. Aih, banyak sekali tentu pinta yang perlu dilangitkan, soal kesakinahan keluarga, soal kekuatan menjalani peran dan amanah baru, soal menjadi sebaik-baik istri untuk suaminya, soal kekompakan keluarga. Karena kalau ngga minta ke Allah, ke siapa lagi dong ya? :") Pantas saja ya doa ibu makin panjang Makin banyak anaknya juga mungkin akan bertambah panjang :"")
Ya itu tebakan dan kesoktauan aku aja sih. Tapi rasanya manis :")
10. Apa yang Disenangi
Aku pernah punya rasa penolakan dalam diri mengerjakan sesuatu yang aku tahu itu bukan pengejaranku jangka panjang Tidak ada dalam rencana-rencana atau keinginan.
Tapi kemudian tersadar aja kemarin, ah ternyata aku masih egois ya, menghindar karena itu. Padahal kan masih relate sama pekerjaan. Dan pekerjaan juga amanah. Dan akhirnya hal tersebut pun kuusahakan jua :")
Satu dua aku kadang sampai juga pada pertanyaan, apa sudah menjalani apa yang diinginkan? Walau ya aku senang dan sayang kok dengan pekerjaan sekarang Tapi kadang-kadang ada aja tu muncul momen begitu. Hehe, emang manusiaaa manusia. Bingung ya? Maksudku, kadang aku nanya, kenapa ngerjain ini itu tapi ga bisa ngebela-belain buat nulis. Kenapa willingnessku menambah skill di bidang kerjaan ngga semenggugah dan seinisiatif buat ikut dan daftar-daftar di bidang menulis. Duh apa aku mesti diwork on lagi kayak waktu itu. Nggak mau tapi adang rindu. Rindu semangatnya :") Ckckck, manusia. Hayo Fit, ga bisa apa emang ga agendain? ga bisa apa emang ga meluangkan waktu? ga bisa apa ga mau?
11. Fahri UN, Fatih Sakit
Fahri ujian nasional. Sebenarnya niatan aku dari pekan lalu, aku pengen pulang sore terus sepanjang Fahri UN. Tapi ternyata itu tidak kuusahakan maksimal. Aku masih menjadi budak bukan tuan pekerjaan dan ndak memprioritaskan huhuhu.
Apa ya, ada perasaan pengen nunjukin dukunganku ke Fahri. Kemarin-kemarin pun selama Fahri UN, kalau aku kalah oleh lelah, aku bahkan tidur duluan daripada dia. Meskipun hanya erbaring dan melihat langit-langit. Ngobrol sendiri maupun sama Allah. Jadilah mulai hari keberapa kemarin itu, pokoknya pagi harus salim, harus ngasih semangat, gitu kataku ke diri sendiri. Suka malu kalau dia belajar, atau pas liat aku pagi-pagi, akunya malah sibuk sama HP. Itu di aku perasaannya kayak, ini gue lagi berusaha, si kakak kok kayaknya enak banget ya. Kan kalo lagi berjuang enaknya dapet temen berjuang bareng-bareng ya :"), jadi aku tu niat awalnya pengen jadi temen berjuang dia... Dulu aku UN SMP SMA selalu sama temen-temen asrama. Jadi kerasa semua orang berjuang gitu. Aku senang juga dia pakai rumus yang kurangkumin dari bukunya :")
Memang being elder sister rasanya suka ngga mudah.
Fatih sakit. Tapi tadi pagi ngomongnya sudah banyak. Sudah bisa melucu. Sudah bisa ngasih soal ke aku tentang faktorial (padahal aku baru tau faktorial juga SMA). Kadang ngerasa bersalah kalau Fatih lagi banyak cerita akunya lagi balesin pesan jadi ga fokus sama dia. Dia di rumah libur UN. Tapi karena sakit ya ndak banyak aktivitas memang. Lucu tadi pagi tiba-tiba minta makan, tapi mintanya Indom**, katanya, alasannya kan lagi sakit. Hahaha, bisa ae emang anak ini. Atau salim tapi arahnya minta ke kompresnya, katanya biar keteken lagi kompresannya.
Pulang hari ini aku sembari pesan makanan. Tadinya mau kubeli tapi kalo aku mampir jatuhnya aku same rumahnya lebih lama. Niatnya beli mensyukuri Fahri yang sudah selesai UN. Fahri senang, alhamdulillah. Meski di akhir setelah Makasih ya Mbak, dia bilang, Fahri jadi takut kalau nilainya nggak sesuai harapan (memang ya rejection doesn't kill you, expectation does, ckckck). Tapi aku bilang ndak apa-apa. Kan sudah berusaha, sekarang waktunya berdoa. Aku senang sih dia terlihat hepi sekali waktu makan. Walaupun katanya maunya burger hihihi.
Pernah suatu waktu Fahri nih curhat sama aku. Dia merasa nggak diapresiasi sama Umi Abi. Aku tahu, bukan Umi ga apresiasi sih, tapi memang dia ni keliatannya minim banget belajarnya. Banyak main rubiknya. Pinjem HP Umi buat main game. dsb dll. Tapi dia sampe nunjukin akun ig sesuatu aku lupa yang isinya video sepasang orang tua dengan 2 anaknya. Yang satu nilainya bagussss banget yang satu jelek. Tapi si ibunya tau anak yang nilainya jelek ini usahanya keras, belajar sampe begadang, dsb. Terus waktu suasana ga enak di meja makan karena bahas nilai, ibunya alihkan pembicaraan dan nyendokin lauk yang enak gitu kalau ga salah ke anak yang nilainya jelek. Penghargaan atas usaha kerasnya.
Aku minta link video itu ke Fahri terus aku forward ke Umi. Aku bilang apa yang dia rasain. Aku pun menyadari sih, beda banget dia mau UN sama dulu aku mau UN Ya mungkin karena aku sekolah asrama juga ya jadinya kerasa banget, lha wong semuanya UN kan iklimnya iklim belajar. Dia nih kemarin waktu masa-masa TO, UASBN, dan pemantaan materi, ngga ada feel-feel UNnya sama sekali aku tu ngerasanya. Jadi aku paham, sudut pandang Umi kalau ngasih nasehat, kalo gemes, karena dia ngga keliatan belajarnya. Terus udah gitu alesan dia, kan udah belajar di sekolah. Ya kan kurang maaaas kalo hanya di sekolah aja. Lalu juga dengan hasil TO yang agak sedih kan Umi makin gemes ya. Memang ujian cem ujian nasional ini yang disiapkan dua sih, mental aanak dan mental orang tua. Karena kadang ada, yang anaknya biasa aja lalu orang tuanya yag panik, atau bahkan menekan. Ummi sebenarnya nggak ada sih kalo sampe menekan yang gimana gitu. Pengennya sih anaknya sadar, mau belajar dan meningktkan intensitasnya. Juga meningkatkan intensitas mendekat ke Allahnya. Kalau diingat-ingat aku pun dulu kayaknya Umi ajarin buat tahajud waktu menjelang UN SD deh. Ya mungkin telat juga, tapi ndak papa dari pada tidak sama sekali hehe.
Ya gitu sih, hanya sedikit makanan yang dibeli tapi dia senang alhamdulillah :")
Sudah malam, ikan bobo (ala-ala iklan taun berapa ya? hehe)
Eh tau ga funfact kalau ikan bobo ga merem loh. Karena dia ga punya kelopak mata.
Semoga jadi lebih baik setelah menuliskan hal-hal ini. Semoga menjadi pelajaran yang tertuang dalam laku.
Rumah, 1.59
tadi aku udah tepar duluan.
Senin, 22 April 2019
Halo langit, aku mau pamit.
Hari ini rasanya lelah sekali. Tidak cuma fisik tapi juga hati.
Tapi tadi Kak Big cerita soal kuasa Allah. Yang terbersit hanya, masalah utang yang besar-besar saja bisa kelar sekejap mata. Apalagi masalah 'remeh temeh' gini doang, ya.
Semoga Allah kuatkan, selalu. Titipi dan minta temani, ya Allah.
.
Besok aku ke Jakarta, UAT Baznas. Bikin dokumen lagi kayak waktu masih di PA. Lalu barusan ada janji liatin sampel Yawme Kids. Akhirnya nemu jam setengah 7 jam 7an.
Semoga besok semuanya lancar :')
Badr, 20.00
Jumat, 19 April 2019
Yang Didengar di Perjalanan
Ini awal mula pingin ceritanya sudah lama, tahun lalu.
Waktu itu di ruangan bahas tentang lagu. Tau sendiri kan di Indonesia lagu yang populer ya lagu tentang perasaan dan terutama antara lawan jenis gitu. Lalu satu-satunya orang yang sudah menikah di antara kami bilang. Katanya dulu waktu belum menikah beliau semacam 'apa sih' sama lagu-lagu macam ini. Kayak nonsense gitu aku nangkepnya.
Tapi abis nikah, beliau jadi suka nyari lagu yang pas, dibikin playlist dulu. Lalu diputar buat temen perjalanan kalau pergi bareng istrinya di mobil. Jadi emang udah mencari lagu yang bisa jadi ungkapan hati ke istri gitu dan menyampaiakn perasaan sayangnya ke istri, semacam itu hehe.
Terus kita yang jomblo-jomblo ini heboh gitu. Lebay deng. Intinya jadi komen, wah so sweet ya Kakak. Kepikiran ya ke sana. dsb. dsb. Aku pun begitu mendengar ceritanya, manis sekali ya.
Lain waktu aku pergi naik mobil omku dari Yogya ke Magelang. Mobilnya memutar radio. Sekali waktu ada lagu juga. Beberapa kali naik mobil beliau, ritme dan polanya memang memutar radio, yang memutar lagu di siaran radionya. Kalau ada lagu yang tahu, om (atau tanteku juga, ya) akan mengikuti nadanya lirih. Hehe malu kali ya ada ponakannya.
Lain waktu, berangkat outing. Kami berangkat pagi-pagi sekali, bahkan subuh di jalan dan sudah masuk Jakarta. Kelompokku naik mobil seorang Kakak yang memutar kajian Ustadz Abdus Somad sepanjang perjalanan.
Lain waktu lagi, lebaran tahun lalu kalau tidak salah. Aku naik mobil di Magelang. Begitu mobil dinyalakan, langsung terdengar murottal (nampaknya langsung nyala karena radionya juga ikut mati waktu mesin mobil dimatikan sebelumnya). Aku langsung mengingat kenangan cerita pertama yang kakaknya bikin playlist lagu buat istrinya itu. Aku nggak bicara benar salah ya, semacam preferensi aja apa yang didengar di perjalanan. Dan mungkin juga semua yang aku ceritakan di sini saling menyeling tentang apa yang diputar di perjalanan. Sekali waktu puter radio update kabar jalan, kali lain putar lagu, kali lainnya putar murottal, kali lain putar kajian, mungkin saja kan?
Tapi aku belajar satu hal sih.
Bahwa apa yang diputar di perjalanan, bisa jadi mencerminkan apa yang menjadi penting atau apa yang mau dituju, atau apa yang menjadi value dari suatu keluarga.
Sekali lagi, aku ga bisara soal benar salah yaaa. Kan ini preferensi aja.
Memutar lagu yang sampe seniat itu dibikin playlist tentu menjadi salah satu ungkapan sayang, apalagi ini udah buat yang halal yaaa. Jadi niatannya membahagiakan pasangan :") Dan tentu saja itu berpahala, kan?
Pun ketika aku masuk mobil yang udah memutar murottal. Itu kayak, definisi sayang mereka udah sama-sama dengerin murottal dan menguatkan hafalan bareng. Dan itu cukup buat menghibur sepanjang jalan. Haru aja aku dengernya pas itu. Kayak seolah-olah ngeh, ini tabungan cara ke surga kita.
Semoga apa-apa yang kita dengar menjadi jalan agar bisa dekat ke Allah, dekat dengan ridhaNya, dekat dengan surgaNya. Aamiin.
Waktu itu di ruangan bahas tentang lagu. Tau sendiri kan di Indonesia lagu yang populer ya lagu tentang perasaan dan terutama antara lawan jenis gitu. Lalu satu-satunya orang yang sudah menikah di antara kami bilang. Katanya dulu waktu belum menikah beliau semacam 'apa sih' sama lagu-lagu macam ini. Kayak nonsense gitu aku nangkepnya.
Tapi abis nikah, beliau jadi suka nyari lagu yang pas, dibikin playlist dulu. Lalu diputar buat temen perjalanan kalau pergi bareng istrinya di mobil. Jadi emang udah mencari lagu yang bisa jadi ungkapan hati ke istri gitu dan menyampaiakn perasaan sayangnya ke istri, semacam itu hehe.
Terus kita yang jomblo-jomblo ini heboh gitu. Lebay deng. Intinya jadi komen, wah so sweet ya Kakak. Kepikiran ya ke sana. dsb. dsb. Aku pun begitu mendengar ceritanya, manis sekali ya.
Lain waktu aku pergi naik mobil omku dari Yogya ke Magelang. Mobilnya memutar radio. Sekali waktu ada lagu juga. Beberapa kali naik mobil beliau, ritme dan polanya memang memutar radio, yang memutar lagu di siaran radionya. Kalau ada lagu yang tahu, om (atau tanteku juga, ya) akan mengikuti nadanya lirih. Hehe malu kali ya ada ponakannya.
Lain waktu, berangkat outing. Kami berangkat pagi-pagi sekali, bahkan subuh di jalan dan sudah masuk Jakarta. Kelompokku naik mobil seorang Kakak yang memutar kajian Ustadz Abdus Somad sepanjang perjalanan.
Lain waktu lagi, lebaran tahun lalu kalau tidak salah. Aku naik mobil di Magelang. Begitu mobil dinyalakan, langsung terdengar murottal (nampaknya langsung nyala karena radionya juga ikut mati waktu mesin mobil dimatikan sebelumnya). Aku langsung mengingat kenangan cerita pertama yang kakaknya bikin playlist lagu buat istrinya itu. Aku nggak bicara benar salah ya, semacam preferensi aja apa yang didengar di perjalanan. Dan mungkin juga semua yang aku ceritakan di sini saling menyeling tentang apa yang diputar di perjalanan. Sekali waktu puter radio update kabar jalan, kali lain putar lagu, kali lainnya putar murottal, kali lain putar kajian, mungkin saja kan?
Tapi aku belajar satu hal sih.
Bahwa apa yang diputar di perjalanan, bisa jadi mencerminkan apa yang menjadi penting atau apa yang mau dituju, atau apa yang menjadi value dari suatu keluarga.
Sekali lagi, aku ga bisara soal benar salah yaaa. Kan ini preferensi aja.
Memutar lagu yang sampe seniat itu dibikin playlist tentu menjadi salah satu ungkapan sayang, apalagi ini udah buat yang halal yaaa. Jadi niatannya membahagiakan pasangan :") Dan tentu saja itu berpahala, kan?
Pun ketika aku masuk mobil yang udah memutar murottal. Itu kayak, definisi sayang mereka udah sama-sama dengerin murottal dan menguatkan hafalan bareng. Dan itu cukup buat menghibur sepanjang jalan. Haru aja aku dengernya pas itu. Kayak seolah-olah ngeh, ini tabungan cara ke surga kita.
Semoga apa-apa yang kita dengar menjadi jalan agar bisa dekat ke Allah, dekat dengan ridhaNya, dekat dengan surgaNya. Aamiin.
Yang Dilihat di Perjalanan
Waktu itu Kamis, ingat sekali 14 Maret 2019. Aku datang siang, menuntaskan beberapa hal dulu di rumah. Sampai di Badr mungkin sekitar jam 14 (and i also remember tentang kolam belakang dan mendesain kaos)
Waktu itu kalau tidak salah, temanku cerita. Dia biasanya keluar kosan itu jam 9an buat berangkat kantor sekalian sarapan. Lalu pagi itu, karena dia mau urus A5, dia pagi-pagi jam 7an keluar buat fotokopi. Katanya, saya melihat sesuatu yang gak biasa saya lihat. Say aihat orang-orang berangkat sekolah, saya melihat pagi. Begitu katanya, kira-kira.
Saya jadi nyambung. Saya juga cerita. Karena saya jarang berangkat siang banget, dan waktu itu saya berangkat sekitar jam 1 setengah 2 gtu dari rumah, saya ihat kehidupan siang. Anak-anak yang pulang sekolah, dan lain sebagainya. Lalu kita bertiga jadi menertawakan aja, hal-hal yang nggak biasa dilihat.
Saya jadi ingat, dulu saya juga pernah bilang ke temen. Coba deh kamu sekali-kali pulang kantor lebih cepat dari biasanya, nanti melihat hal yang nggak biasa kamu lihat. Waktu itu di hari sebelumnya napaknya saya juga pulang cepat. Saya melihat anak SD (yang masuk siang, sepertinya) pulang sekolah, saya berpapasan dengan wajah-wajah penjemput yang mencari-cari anaknya, juga wajah-wajah anak SD yang mencari penjemputnya. Wajah-wajah lega dan saling melempar dadah berpammitan. Satu dua menyeberang, pulang sendiri. Lalu saya juga lihat mobil tahanan lewat di depan SD itu. Saya sedih pas itu, lihat mobil tahanan lewatin SD dan mungkin cukup sering karena memang di situ ada arah ke rutan gitu.
Tapi waktu itu temen saya menggeleng, dia bilang jalan pulangnya ngga lewat hal-hal semacam itu. Baiklah.
Kamis itu juga, saya perlu ambil cetakan di margonda area detos. Saya ke sana habis buka puasa dan maghriban. Ingat waktu itu Pak Yatno nyiapin pisang dan singkong rebus yang cukup banyak. Saking banyaknya sampe nyisa banyak banget di kantor. Dua temen saya so lucky mendapatkan pisang turahan makan siang peserta shortcourse.
Waktu saya mau pulang, Kak Ardi nyuruh bungkus pisang dan singkong rebus itu. Saya menolak karena khawatir di rumah gak kemakan. Tapi Kak Ardi bilang, buat diagi-bagi Fit, ke orang yang gak kamu kenal yang ditemui di jalan. Tadinya saya ragu, kayak mikir, perasaan saya ngga pernah ketemu siapa-siapa di jalan. Beda sama Kak Ardi yang bilang sering melakukannya, karena bayangan saya waktu itu, Kak Ardi pulang lewat stasiun dan di stasiun banyak sekali orang yang mencari nafkah, mulai dari anak-anak kecil yang jualan tisu, pengemis, dan lain sebagainya. Tapi akhirnya, saya bawa aja. Satu bungkus.
Dan....saya pulang tapi kan ke percetakan dulu ya. Margonda. Suatu pola yang gak biasa saya tempuh mengingat arah pulang ke Bogor. Jadi saya melihat hal yang lain dari biasanya.
Margonda malam hari itu, rasanya miriiiiis sekali.
Entah berapa banyak orang-orang dengan hasil memulungnya, atau mengambil sampah plastik yang masih bsia dipakai, ada di pinggir-pinggir jalan Margonda. Ketika saya pergi dan pulang. Yang hanya berdua ibu dan anaknya, yang berempat; ayah ibu dan kedua anaknya. Atau mungkin juga yang sendiri. Banyak sekali jumlahnya. Saya sampai menyesal hanya bawa satu kresek waktu itu.
Ya Allah, rasanya sedih sekali. Semalam itu mereka sekeluarga baru pulang. Watu menyebut kata pulang, saya bahkan jadi ragu juga, apakah mereka betulan pulang atau tidak. Apakah mereka punya tempat berteduh? Atau ya sehari-hari bersama gerobaknya juga. Tinggal di sana, hidup di sana. Semoga mereka lekas Allah beri tempat dan penghidupan yang layak, ya.
Sepanjang perjalanan pulang, saya jadi mikir itu sih, yang jadi judul tulisan ini. Yang Dilihat di Perjalanan. Kalau temen saya Senin lalu bilang, orang lihat motor lewat di jalan aja, bisa beda apa yang dipikirinnya satu sama lain. Lalu saya jadi mikir aja, mungkin apa yang kita lihat selama perjalanan, berangkat atau pulang, dalam kantor atau di luar, itu yang membantu menjadikan diri kita saat ini. Meskipun ada juga kemungkinan terlalu biasa melihat sehingga tidak membuat hati menjadi peka.
Semoga kita termasuk menjadikan apa-apa yang dilihat sebagai tempat belajar dan menjadi priibadi yang lebih baik. Aamiin.
Waktu itu kalau tidak salah, temanku cerita. Dia biasanya keluar kosan itu jam 9an buat berangkat kantor sekalian sarapan. Lalu pagi itu, karena dia mau urus A5, dia pagi-pagi jam 7an keluar buat fotokopi. Katanya, saya melihat sesuatu yang gak biasa saya lihat. Say aihat orang-orang berangkat sekolah, saya melihat pagi. Begitu katanya, kira-kira.
Saya jadi nyambung. Saya juga cerita. Karena saya jarang berangkat siang banget, dan waktu itu saya berangkat sekitar jam 1 setengah 2 gtu dari rumah, saya ihat kehidupan siang. Anak-anak yang pulang sekolah, dan lain sebagainya. Lalu kita bertiga jadi menertawakan aja, hal-hal yang nggak biasa dilihat.
Saya jadi ingat, dulu saya juga pernah bilang ke temen. Coba deh kamu sekali-kali pulang kantor lebih cepat dari biasanya, nanti melihat hal yang nggak biasa kamu lihat. Waktu itu di hari sebelumnya napaknya saya juga pulang cepat. Saya melihat anak SD (yang masuk siang, sepertinya) pulang sekolah, saya berpapasan dengan wajah-wajah penjemput yang mencari-cari anaknya, juga wajah-wajah anak SD yang mencari penjemputnya. Wajah-wajah lega dan saling melempar dadah berpammitan. Satu dua menyeberang, pulang sendiri. Lalu saya juga lihat mobil tahanan lewat di depan SD itu. Saya sedih pas itu, lihat mobil tahanan lewatin SD dan mungkin cukup sering karena memang di situ ada arah ke rutan gitu.
Tapi waktu itu temen saya menggeleng, dia bilang jalan pulangnya ngga lewat hal-hal semacam itu. Baiklah.
Kamis itu juga, saya perlu ambil cetakan di margonda area detos. Saya ke sana habis buka puasa dan maghriban. Ingat waktu itu Pak Yatno nyiapin pisang dan singkong rebus yang cukup banyak. Saking banyaknya sampe nyisa banyak banget di kantor. Dua temen saya so lucky mendapatkan pisang turahan makan siang peserta shortcourse.
Waktu saya mau pulang, Kak Ardi nyuruh bungkus pisang dan singkong rebus itu. Saya menolak karena khawatir di rumah gak kemakan. Tapi Kak Ardi bilang, buat diagi-bagi Fit, ke orang yang gak kamu kenal yang ditemui di jalan. Tadinya saya ragu, kayak mikir, perasaan saya ngga pernah ketemu siapa-siapa di jalan. Beda sama Kak Ardi yang bilang sering melakukannya, karena bayangan saya waktu itu, Kak Ardi pulang lewat stasiun dan di stasiun banyak sekali orang yang mencari nafkah, mulai dari anak-anak kecil yang jualan tisu, pengemis, dan lain sebagainya. Tapi akhirnya, saya bawa aja. Satu bungkus.
Dan....saya pulang tapi kan ke percetakan dulu ya. Margonda. Suatu pola yang gak biasa saya tempuh mengingat arah pulang ke Bogor. Jadi saya melihat hal yang lain dari biasanya.
Margonda malam hari itu, rasanya miriiiiis sekali.
Entah berapa banyak orang-orang dengan hasil memulungnya, atau mengambil sampah plastik yang masih bsia dipakai, ada di pinggir-pinggir jalan Margonda. Ketika saya pergi dan pulang. Yang hanya berdua ibu dan anaknya, yang berempat; ayah ibu dan kedua anaknya. Atau mungkin juga yang sendiri. Banyak sekali jumlahnya. Saya sampai menyesal hanya bawa satu kresek waktu itu.
Ya Allah, rasanya sedih sekali. Semalam itu mereka sekeluarga baru pulang. Watu menyebut kata pulang, saya bahkan jadi ragu juga, apakah mereka betulan pulang atau tidak. Apakah mereka punya tempat berteduh? Atau ya sehari-hari bersama gerobaknya juga. Tinggal di sana, hidup di sana. Semoga mereka lekas Allah beri tempat dan penghidupan yang layak, ya.
Sepanjang perjalanan pulang, saya jadi mikir itu sih, yang jadi judul tulisan ini. Yang Dilihat di Perjalanan. Kalau temen saya Senin lalu bilang, orang lihat motor lewat di jalan aja, bisa beda apa yang dipikirinnya satu sama lain. Lalu saya jadi mikir aja, mungkin apa yang kita lihat selama perjalanan, berangkat atau pulang, dalam kantor atau di luar, itu yang membantu menjadikan diri kita saat ini. Meskipun ada juga kemungkinan terlalu biasa melihat sehingga tidak membuat hati menjadi peka.
Semoga kita termasuk menjadikan apa-apa yang dilihat sebagai tempat belajar dan menjadi priibadi yang lebih baik. Aamiin.
Tumbuh Bersama (dan Insight Menarik Lainnya dari Video Maudy-Najwa)
"Proses grow bareng-bareng itu sih yang bikin hubungan jadi kuat" - kata Najwa Shihab tentang dirinya yang nikah di usia 20.
*
selama sekolah, hampir aku gak pernah punya pengalaman ngerjain tugas diteemenin denger sesuatu. hari ini, setelah rabu kemarin ada pada percakapan,
"Mbak, katanya mau bantuin Fahri kan?" Fahri ngomong gitu sebelum berngkaat lagi ke sekolah untuk ngelanjutin camp sebelum UN nya, jenak sebentar karena libur pemilu.
"Iya, apa yang bisa Mbak Fitri bantu?"
"Tulisin semua rumus dong dari dua buku ini." Ngeluarin buku persiapan UN IPA sama Matematika wkwkwk.
.
Ya intinya baru terealisasi Jumat pagi ini (belum selesai juga sih). Agak teat karena doinya juga ternyata dijemput dari sekolah Jumat pagi. Lalu aku cari temen ngerjain soal dari yutub. Sampai akhirnya nyetel ini juga setelah video lain.
*
Tapi menarique sih, sebelum-sebelumnya emang yang bikin aku tertarik adalah postingan orang tentang gimana sih orang tua Maudy Ayunda mendidik beliau. No TV, menjadikan buku itu alat hiburan yang bahkan ayahnya bela-belain ke SG demi bawa buku-buku berkualitas. Lalu juga ibunya yang selalu mengajak Maudy ngobrol yang ngajak mikir. Maudy yang cinta belajar :") (ini lucu banget sih pas mereka berdua sama-sama awalnya bilang aku aneh banget kayaknya, tapi aku suka belajar, lalu ternyata keduanya sama-sama suka ujiaaan :D )
Sampai aku juga sempet terdiam aja pas Najwa bilang, mimpi itu nggak boleh nanggung.
Aku kayak langsung diem, mikir. Apa ya mimpiku. Beneran gak ya itu mipiku. Apakah itu masih nanggung, padahal emang bener sih, katanya mimpi emang jangan setengah-setengah. Dan kalau memang menginginkannya, atanya semesta akan mendukung. Aku jadi nanya gitu, apakah aku udah sepenuh hati kalau aku punya keinginan? Apa udah didoain terus menerus habis shalat? Aku siap gak ya memperjuangkan mimpiku? Gimana kalau mimpiku berubah. Gimana kalau ternyata aku nggk seingin itu? Gimana kalau aku gak cukup berani untuk itu, gitudeh. Anyway, Maudy pun pengen masuk Harvard udah dari SD bayangin. Aku jadi merasa orang tuanya juga hebat sekali bisa membuat Maudy punya cita-cita yang ia kejar bahkan sedari kecil.
Aku juga sempet kepikiran sih, apakah kelak aku akan S2? Kalau ternyata pengen belajar lagi, akan ada waktu, ruang, kesempatan, dan izin yang diberikan gak ya?
Hehe jadi ke mana-mana, ya. Padahal pertama pengen ngepos quotenya Mbak Nana aja yang aku posting di awal itu. Bagus, hehehe. Jadi maaf kalau judulnya begitu.
Kamis, 18 April 2019
Sampai kantor. Sepi. Sendiri.
Aku nggak ngerti energi apa yang menggerakkanku untuk tetap berangkat, sama halnya aku ngga ngerti juga energi dan niatan apa yang bikin kemarin sore aku tetep mau ngisi adik-adik, jadwal ganti ahad lalu. padahal badanku masih lemas. aku juga ngga ngerti sakit jenis apa ini yang walau demamku sudah turun, badanku masih aja lemes. masih kadang-kadang dingin gitu. masih kadang-kadang keringetan. batukku juga masih saja keras. dan yang aku heran, aku masih makan walau ukurannya memang berkurang, tapi badanku juga masih aja lemas.
aku menebak-nebak. buat bersosialisasi? biar kerjaan beres? buat mendapatkan energi dari sekeliling? biar bisa pulang cepet? biar proyekan yang menganggap hari libur masuk ini amanahnya lekas usai? biar hutang-hutang tentang targetan penjualan lunas? entahlah. hanya saja di jalan aku belajar ngebalikin lagi, niatnya, bismillahnya, dan lain sebagainya.
sejak sakit, aku malas sekali merespon pesan-pesan di hp. kecuali yang memang aku tunggu-tunggu balasannya. aku nampaknya selalu saja beralasan pengen bales dengan niat. pengen bales pas buka laptop karena mau ngetik panjang, dan lain sebagainya.
tapi aku paham itu hanya alasan.
maaf ya teman-teman.
sebagaimana juga banyak yang ingin aku tuangkan di laman ini. bahkan termasuk hal-hal yang aku pikirkan mungkin dari tahun lalu, hahaha. tapi ya gitu, masih alasan.
bismillah, semoga hari ini punya stok yang cukup untuk konsentrasi dan menunaikan amanah dengan baik. dear tubuh, kita bersahabat, ya :)
Aku nggak ngerti energi apa yang menggerakkanku untuk tetap berangkat, sama halnya aku ngga ngerti juga energi dan niatan apa yang bikin kemarin sore aku tetep mau ngisi adik-adik, jadwal ganti ahad lalu. padahal badanku masih lemas. aku juga ngga ngerti sakit jenis apa ini yang walau demamku sudah turun, badanku masih aja lemes. masih kadang-kadang dingin gitu. masih kadang-kadang keringetan. batukku juga masih saja keras. dan yang aku heran, aku masih makan walau ukurannya memang berkurang, tapi badanku juga masih aja lemas.
aku menebak-nebak. buat bersosialisasi? biar kerjaan beres? buat mendapatkan energi dari sekeliling? biar bisa pulang cepet? biar proyekan yang menganggap hari libur masuk ini amanahnya lekas usai? biar hutang-hutang tentang targetan penjualan lunas? entahlah. hanya saja di jalan aku belajar ngebalikin lagi, niatnya, bismillahnya, dan lain sebagainya.
sejak sakit, aku malas sekali merespon pesan-pesan di hp. kecuali yang memang aku tunggu-tunggu balasannya. aku nampaknya selalu saja beralasan pengen bales dengan niat. pengen bales pas buka laptop karena mau ngetik panjang, dan lain sebagainya.
tapi aku paham itu hanya alasan.
maaf ya teman-teman.
sebagaimana juga banyak yang ingin aku tuangkan di laman ini. bahkan termasuk hal-hal yang aku pikirkan mungkin dari tahun lalu, hahaha. tapi ya gitu, masih alasan.
bismillah, semoga hari ini punya stok yang cukup untuk konsentrasi dan menunaikan amanah dengan baik. dear tubuh, kita bersahabat, ya :)
Rabu, 17 April 2019
Kuat, Yakin, dan Percaya
.
banyak banget kejadian orang tua yang jadi kuat karena melihat anaknya berjuang menghadapi kondisi spesianya ketika lahir, atau ketika sakit. seperti ketika aku dulu lihat kisah adam fabumi, lihat kisah illonaillonalona (total udah 40 operasi sampai usia 4 tahun bayangin :"", dan waktuu lihat ayahnya nangis, dia masih bisa bilang, don't be sad daddy, be strong like me).
orang dewasa selalu rasional ya. mungkin pengalaman hidup membuatnya demikian. tidak melulu salah, namun kadang bisa mematahkan semangat, kadang bisa mematikan harapan. ah, padahal dibandingkan anak-anak, orang dewasa yang justru lebih paham soal menggantungkan segalanya ke Allah. harusnya malu ya :"
coba lihat harapan dalam bola mata anak-anak yang selalu jujur itu :")
harapan yang yakin bisa. harapan yang optimis. harapan yang yakin bakal nyampe sama apa yang dicita-citakan. pertanyaannya, jika harapan mereka mati, jangan-jangan, orang dewasa atau justru kitalah yang membuatnya demikian, naudzubillahimindzaliik.
kalau tadi lihat lagi edisi filmnya ada kutipan kata-kata begini, "umma akan selalu percaya kalau nussa...bisa"
lagi-lagi tentang percaya, ya :")
Semalam kebangun jam dua, agak menyesal ketiduran dan kemungkinan melewatkan waktu yang mungkin menjadi tuan rumah untuk mengobrol bersama orang-orang rumah.
Lalu kepikiran suatu hal, meski ngga terlalu berkaitan sama paragraf sebelumnya
Kenapa ya manusia suka merasa kehilangan atas apa-apa yang tidak dimiliknya.....
Lalu kepikiran suatu hal, meski ngga terlalu berkaitan sama paragraf sebelumnya
Kenapa ya manusia suka merasa kehilangan atas apa-apa yang tidak dimiliknya.....
Selasa, 16 April 2019
Sakit.
Waktu sakit rasanya hanya bisa tiduran. Grundel-grundel ga jelas di kasur. Bolak-balik kanan kiri. Dibawa dzikir, ketiduran, kebangun lagi, nanti tidur lagi. Banyak tidur sampe badan rasanya pegal-pegal. Kepikir, kalau sakit, nggak banyak yang bisa dilakukan ya. Tapi ya emang kondisi sakit itu begini. Bakan ada pada satu titik di mana aku takut minta sembuh sama Allah, takut kalau ini adalah cara Allah gugurin dosaku.
Lemes maksain kerja.
Setelah dijalani, eh ternyata lemes ya, padahal kemarin sudah lebih baik dan kupikir hari ini akan lebih baik lagi dari kemarin. Dan ternyata, harus siap sama komplain. Harus siap sama pihak yang tidak mengerti kalau aku ga di satu tim doang. Harus siap di-feedback orang. Harus siap sama orang yang gak paham aku ngerjain dokumen. Harus siap sama perasaan senggol bacok yang rasanya, ya Allah andai dirimu tahu aku sudah melakukannya kemarin tapi aku tahu susah laporan karena ingin memastikan langsung. Harus siap sama menyesuaikan kenyamanan kerja orang lain. Harus siap sama perasaan, itu baru sejam yang lalu diassign ke aku, waktu aku lagi shift di tempat lain, kenapa kayaknya aku salah banget huhu. Harus siap sama moodswing dan perubahan-perubahan hormon yang tak disangka.
Bersabar, bersyukur.
Banyak ujian hidup yang lebih berat dari ini Fitri. Semangat :)
Waktu sakit rasanya hanya bisa tiduran. Grundel-grundel ga jelas di kasur. Bolak-balik kanan kiri. Dibawa dzikir, ketiduran, kebangun lagi, nanti tidur lagi. Banyak tidur sampe badan rasanya pegal-pegal. Kepikir, kalau sakit, nggak banyak yang bisa dilakukan ya. Tapi ya emang kondisi sakit itu begini. Bakan ada pada satu titik di mana aku takut minta sembuh sama Allah, takut kalau ini adalah cara Allah gugurin dosaku.
Lemes maksain kerja.
Setelah dijalani, eh ternyata lemes ya, padahal kemarin sudah lebih baik dan kupikir hari ini akan lebih baik lagi dari kemarin. Dan ternyata, harus siap sama komplain. Harus siap sama pihak yang tidak mengerti kalau aku ga di satu tim doang. Harus siap di-feedback orang. Harus siap sama orang yang gak paham aku ngerjain dokumen. Harus siap sama perasaan senggol bacok yang rasanya, ya Allah andai dirimu tahu aku sudah melakukannya kemarin tapi aku tahu susah laporan karena ingin memastikan langsung. Harus siap sama menyesuaikan kenyamanan kerja orang lain. Harus siap sama perasaan, itu baru sejam yang lalu diassign ke aku, waktu aku lagi shift di tempat lain, kenapa kayaknya aku salah banget huhu. Harus siap sama moodswing dan perubahan-perubahan hormon yang tak disangka.
Bersabar, bersyukur.
Banyak ujian hidup yang lebih berat dari ini Fitri. Semangat :)
Senin, 15 April 2019
Kenapa Mau Menikah?
Waktu itu Abi sama Fahri ngobrolin suatu profesi yang intinya profesi mereka tuh bisa dikejar, keluarganya bisa terancam. Aku nggak denger profesiya apa. Tapi waktu aku yang dengernya dari atas, waktu turun tangga, aku nanya.
"Kalau tahu profesinya bsia mengancam orang-orang di sekelilingnya, kenapa dia mau menikah Bi? Kan malah jadi mengancam kehidupan orang lain. Hidupnya gak tenang...."
"Lalu Abi bilang, karena ada sesuatu yang lebih besar yang dikejar sama dia dengan menikah."
Waw. Bisa gitu ya.
Saya selalu penasaran makanya sama orang yang ingin menikah. Pertanyaan sejak lamaaa sekali. Kenapa sih seseorang (atau mungkin kamu) mau menikah?
"Kalau tahu profesinya bsia mengancam orang-orang di sekelilingnya, kenapa dia mau menikah Bi? Kan malah jadi mengancam kehidupan orang lain. Hidupnya gak tenang...."
"Lalu Abi bilang, karena ada sesuatu yang lebih besar yang dikejar sama dia dengan menikah."
Waw. Bisa gitu ya.
Saya selalu penasaran makanya sama orang yang ingin menikah. Pertanyaan sejak lamaaa sekali. Kenapa sih seseorang (atau mungkin kamu) mau menikah?
Panik
"Kamu tuh fit, paling rusuh, ekspresif, panik, udah gitu ngomong sendiri."
"Heu, gitu ya. A, B, C, D emang ga ada yang kayak gitu?" Saya menyebutkan beberapa nama, lupa berapa.
"X ekspresif, tapi nggak panik. Y hmmm, ekspresif, enggak sih. Iya kamu doang yang kayak gitu."
"Lalu, gimana biar saya bisa nggak kayak gitu?"
"Tarik nafas dari hidung, keluarin dari mulut."
*mempraktekkan*
"Kamu nggak pernah ya Fit nggak ngapa-ngapain?"
"Ha, maksudnya gimana?"
"Iya, kamu nggak pernah ya nggak ngapa-ngapain?"
"Nggak ngapa-ngapain itu apa? Bengong?"
"Iya, bengong 10 menit gitu pernah nggak?"
"Kalau bengong saya nggak inget. Tapi gimana mungkin nggak ngapa-ngapain? Lihat langit-langt aja kan ngapa-ngapain. Nafas juga ngapa-ngapain..."
"Saya dulu waktu kuliah, sering. Dengerin musik atau murottal gitu, di kampus hari sabtu, di pinggir lapangan sambil nonton basket. Sekian menit. Terus jadi tenang."
"Kok bisa jadi tenang?"
"Iya, kalau denger murottal kan gitu, jadi tenang" dijawab malu-malu.
"Kamu dengerin apa nonton basketnya?"
"Dua-duanya."
"Hoo, bisa gitu, ya dua-duanya. Terus efeknya apa ke kehidupan sehari-hari? Kalau itu kan ya emang nggak ada apa-apa. Ga ada deadline, kerjaan, dan lain sebagaianya."
"Kebawa kok Fit, kerasa."
"Wah, bisa gitu ya."
Kayaknya saya butuh banyak latihan biar gak panik, dalam hati.
Kadang, saya khawatir kalau panik diri ini kebawa ke mana-mana, menyangkut ke kehidupan orang lain. Apalagi kalau Allah izinkan berkeluarga dan Allah izinkan punya anak (aamiin). Kebayang lucunya bayi, kadang takut baby blues. Kebayang masa tumbuh anak, kadang takut persaingan ibu-ibu yang yagitudeh. Takut sama perasaan gagal jadi ibu gara-gara baca curhatan orang-orang, haha. Padahal nikah aja belum. Heu, zaman generasi ibu saya, ga ada medsos, kayaknya dunia tentram damai ya :)
Tapi kan gitu ya kehidupan, selalu ada aja ceritanya. Dan kemarin kan saya nulis ya soal kekhawatiran yang bertingkat.
Kalo kata Ummi, jangan takut. Yakin bisa, dengan bantuan Allah.
Seringkali, yang ditakuti hari ini, nggak semenakutkan itu kok.
"Heu, gitu ya. A, B, C, D emang ga ada yang kayak gitu?" Saya menyebutkan beberapa nama, lupa berapa.
"X ekspresif, tapi nggak panik. Y hmmm, ekspresif, enggak sih. Iya kamu doang yang kayak gitu."
"Lalu, gimana biar saya bisa nggak kayak gitu?"
"Tarik nafas dari hidung, keluarin dari mulut."
*mempraktekkan*
"Kamu nggak pernah ya Fit nggak ngapa-ngapain?"
"Ha, maksudnya gimana?"
"Iya, kamu nggak pernah ya nggak ngapa-ngapain?"
"Nggak ngapa-ngapain itu apa? Bengong?"
"Iya, bengong 10 menit gitu pernah nggak?"
"Kalau bengong saya nggak inget. Tapi gimana mungkin nggak ngapa-ngapain? Lihat langit-langt aja kan ngapa-ngapain. Nafas juga ngapa-ngapain..."
"Saya dulu waktu kuliah, sering. Dengerin musik atau murottal gitu, di kampus hari sabtu, di pinggir lapangan sambil nonton basket. Sekian menit. Terus jadi tenang."
"Kok bisa jadi tenang?"
"Iya, kalau denger murottal kan gitu, jadi tenang" dijawab malu-malu.
"Kamu dengerin apa nonton basketnya?"
"Dua-duanya."
"Hoo, bisa gitu, ya dua-duanya. Terus efeknya apa ke kehidupan sehari-hari? Kalau itu kan ya emang nggak ada apa-apa. Ga ada deadline, kerjaan, dan lain sebagaianya."
"Kebawa kok Fit, kerasa."
"Wah, bisa gitu ya."
Kayaknya saya butuh banyak latihan biar gak panik, dalam hati.
***
Oh, sama butuh penawar yang bisa menenangkan, dari diri sendiri kooook. Yha, kalau mau bantuin juga boleh.Tapi kan gitu ya kehidupan, selalu ada aja ceritanya. Dan kemarin kan saya nulis ya soal kekhawatiran yang bertingkat.
Kalo kata Ummi, jangan takut. Yakin bisa, dengan bantuan Allah.
Seringkali, yang ditakuti hari ini, nggak semenakutkan itu kok.
Cerita Ummi dan Cerita Penerimaan yang Luas
Kemarin di perjalanan pulang, mata saya lelah sekali. Memang saya belum sehat sempurna setelah sakit. Saya menutupi mata saya ddengan tisu, karena pengen dibawa merem, tapi gabisa juga buat tidur. Seentara saya pun takut kalo tidur di jalan. Saya takut bangun-bangun saya jadi pusing, kayak waktu bangun pagi. Jadi saya paksain tetep bangun, tapi matanya merem.
.
Gak kerasa, saya malah nangis. Untung ketutupan tisu, jadi ga trlalu keliatan Meski sempet ngalir di pipi juga.
.
Hm, ada pemicunya sih. Bukan nangis yang nangsi gitu aja. Antara malu, kesel, bersyukur, haru.
***
Dari buku Teman Imaji karya Mutia Prawitasari, saya belajar bahwa ulang tahun adalah saatnya mengucapkan terima kasih kepada orang-orang di sekeliling, yang telah menjadikan diri ini hari ini. Terutama orang tua. Jadi bukan soal perkara menunggu atau bahagia soal ada ucapan. Saya pun masa bodoh orang ingat atau tidak. Saya sudah menyembunyikan tanggal itu di identitas media sosial manapun-i more appreciate someone who remmeber because they remember, not bcs of medsos notification.
.
Saya juga pekan lalu pingin ngucapin teria kasih ke banyak orang. Namun rupanya saya belum seniat itu. Salah satunya tentu saja kepada Ummi.
Kemarin saya ingat Ummi. Dan saya ingat tulisan lama saya di 2015 (saat saya flashback, saya takjub juga ternyata yang komen ada beberapa :")). Kalau mau bisa baca di sini. Aih, bahkan saya pernah menulis keresahan soal kata cantik di jurnal harian saya waaktu aliyah. Saya tulis di kursi tepi lapangan bola sekolah. Hari Jumat kalau tidak salah, saya pakai seragam batik. 2012, sudah lama sekali :")
Ummi tidak pernah repot soal make up atau soal tas bagaimana yang dibawa. Bahkan sepanjang saya bisa mengingat, saya belum pernah rasanya melihat Ummi pakai lipstick di depan saya. Satu-satunya yang pernah diceritakan adalah waktu Ummi ada rekaman soal Islam, dan pakai lipstiknya diusap jari, diminta tim videografernya agar tidak kelihatan pucat di dalam video. Dalam rangka urusan dakwah. Itu pun hanya saya dengar lewat cerita. Saya tidak pernah lihat Ummi repot kalau mau undangan. Paling-paling repotnya nanya, ini matching gak ya warnanya, hehe #womanproblem. Jadi dulu waktu di kontrakan ngomongin dunia kerja, saya justru nanya ke adik-adik 2013, kenapa sih orang kerja pada pake make up? Emang harus ya? Lalu dijawab lah, katanya pakai make up itu menghargai lawan bicara, biar rapi, dsb gitu. Pas itu kayak belum bisa terima gitu sih. Lah emang menghargai orang lain harus dengan make up? Aku merasa gak make sense gitu, haha. Tapi ya paham sih, karena mindset dunia sekarang sampai situ. Alhasil ya demikianlah belief yang diercaya masyarakat. (dan saya bersyukur bekerja di tempat yang nggak melihat orang dari make up :"))
Dan saya bersyukur mengingat Ummi yang sederhana :")
Btw, make up is different with menjaga tubuh-atau case ini wajah-dengan baik, ya.
Sekali waktu, pernah teman saya nanya waktu akhir-akhir di asrama. Fit, nggak kepengen ganti tas pakai yang kayak prempuan dewasa gitu? Ah, mengingatnya saya mau ketawa sendiri. Pertama, saya anak ilkom (cie ngaku) yang waktu itu hampir selalu bawa laptop ke mana-mana. Pegel lah ya bawa laptop pake tas cewek gitu. Kedua, saya tahu persis ummi saya waktu itu ke mana-mana nyaris selalu bawa ransel. Kalo pergi ngaji, sih biasanya (mayoritas aktivitasnya itu sih hehehe). Bawa ransel apa aja bisa dimasukin. Terus kalo pulang dan mampir belanja, ummi bisa masukin belanjaanya ke ranselnya terus jdi ga rempong tenteng-tenteng. As it is. Kalau bawa ransel juga imbang gitu kan, pundak kanan kiri. Ya kalau ke undangan Ummi gabawa ransel sih. Dan mungkin sampai besar anak akan jadi peniru, ya rupanya. Saya merasa cukup dengan ransel. Dan nggak merasa butuh tas-tas perempuan yang ditenteng gitu (ini tas cewek yang rada gedean buat bawa agak banyak barang gitu untuk aktivitas). Aku tidak tahu ini cukup aneh atau tidak. Atau ya mungkin saja nanti-nanti berubah, wallahu a'lam. Ingatan saya terakhir Ummi bawa tas perempuan gitu waktu saya sd, pernah dua kali model tas. Dulu waktu saya SD pernah juga sih sekolah bawa tas yang ditenteng gitu pas hari eskul, wkwkwk. Belinya nitip temen umi yang tipikal matching dan pandai menawar. Seragamnya olahraga warna hijau, tasnya kalau nggak pink warna biru. Mengingatnya lucu juga, betapa tidak nyambungnya.
Lalu, apa yang bikin saya nangis di jalan mengingat hal-hal ini?
Hmm, apa ya kalau dilukiskan, saya jadi kebayang aja sih, nilai yang ditanam di keluarga, sadar tidak sadar akan terwariskan, dan mungkin juga akan menurun jika Allah izinkan. Baik perempuan atau laki-laki, ketika melihat mana yang penting bagi orang tuanya, mungkin itu yang juga akan diwariskan pada keluarga dan keturunannya kelak. Saya jadi ingat, dulu adik saya pernah rempong sekali milih baju. Terus abi gemes, sampe bilang yang intinya (lupa redaksinya), itu tuh nunjukin mana yang penting buat kamu, apa yang penting itu cuma penampilan/baju? Terus aku jadi merasa, ya Allah, keluarga tuh penting banget ya. Di sana loh ditanamkan nilai, dijadikan pembiasaan, disadarkan mana yang penting dan yang tidak, mana value keluarga mana yang bukan. Kalau arah keluarganya nggak tau ke mana, terombang-ambing di keluarga, anak akan cari kiblat lain di luar sana. Bisa lingkaran pertemanan (yang belum tentu baik), bisa media sosial, bisa artis, dan lain sebagainya.
Saya juga jadi terharu aja sih, soal penerimaan yang luas. Mungkin efek abis datang ke dua undangan, saya jadi berpikir, orang menikah itu, penerimaannya luas sekali, ya. Bayangin, ada satu sama lain yang mungkin dia baru tahu sedikiiiiit aja (katanya sebelum nikah tau banyak pun, abis nikah akan tetep banyak kagetnya). Lalu saling sepakat mengarungi hidup bersama, dengan segala konsekuensinya, senang sedihnya, tawa tangisnya, dan kebiasaan-kebiasaan yang berbeda. Tapi bersepakat artinya menerima. Segala lebih kurang, kebiasaan yang baik dan buruk. Bahkan soal fisik atau label atas sikap yang orang kadang gak pede tentangnya, lalu ada orang yang mau menerima dengan penerimaan yang luas.
Heu, nggak ngerti lagi, aku. Ada lho, yang siap menerima segala kekuranganmu(semoga benar begitu). Penerimaan yang luas yang terbungkus oleh sabar dan syukur :")
Aku nangis juga kayaknya bagian ini kemarin.
Semoga hal-hal tentang penerimaan itu awet, nggak cuma karena nafsu suka semata lalu karena mau nikah jadi mentolerir hal-hal tersebut. Lalu udahannya malah jadi hal yang diungkit-ungkit atau menimbulkan cekcok. Karena, katanya kalau nikah karena fisik atau sekedar cinta, dua tahun lalu perasaan-perasaan itu akan hilang. Katanya sih. Makanya perlu alasan yang lebih besar. Beyond that.
Tapi kembali, cinta yang baik adalah yang menumbuhkan, bukan yang apa adanya. Jadi ingat tulisan lama ini.
.
Gak kerasa, saya malah nangis. Untung ketutupan tisu, jadi ga trlalu keliatan Meski sempet ngalir di pipi juga.
.
Hm, ada pemicunya sih. Bukan nangis yang nangsi gitu aja. Antara malu, kesel, bersyukur, haru.
***
Dari buku Teman Imaji karya Mutia Prawitasari, saya belajar bahwa ulang tahun adalah saatnya mengucapkan terima kasih kepada orang-orang di sekeliling, yang telah menjadikan diri ini hari ini. Terutama orang tua. Jadi bukan soal perkara menunggu atau bahagia soal ada ucapan. Saya pun masa bodoh orang ingat atau tidak. Saya sudah menyembunyikan tanggal itu di identitas media sosial manapun-i more appreciate someone who remmeber because they remember, not bcs of medsos notification.
.
Saya juga pekan lalu pingin ngucapin teria kasih ke banyak orang. Namun rupanya saya belum seniat itu. Salah satunya tentu saja kepada Ummi.
Kemarin saya ingat Ummi. Dan saya ingat tulisan lama saya di 2015 (saat saya flashback, saya takjub juga ternyata yang komen ada beberapa :")). Kalau mau bisa baca di sini. Aih, bahkan saya pernah menulis keresahan soal kata cantik di jurnal harian saya waaktu aliyah. Saya tulis di kursi tepi lapangan bola sekolah. Hari Jumat kalau tidak salah, saya pakai seragam batik. 2012, sudah lama sekali :")
Ummi tidak pernah repot soal make up atau soal tas bagaimana yang dibawa. Bahkan sepanjang saya bisa mengingat, saya belum pernah rasanya melihat Ummi pakai lipstick di depan saya. Satu-satunya yang pernah diceritakan adalah waktu Ummi ada rekaman soal Islam, dan pakai lipstiknya diusap jari, diminta tim videografernya agar tidak kelihatan pucat di dalam video. Dalam rangka urusan dakwah. Itu pun hanya saya dengar lewat cerita. Saya tidak pernah lihat Ummi repot kalau mau undangan. Paling-paling repotnya nanya, ini matching gak ya warnanya, hehe #womanproblem. Jadi dulu waktu di kontrakan ngomongin dunia kerja, saya justru nanya ke adik-adik 2013, kenapa sih orang kerja pada pake make up? Emang harus ya? Lalu dijawab lah, katanya pakai make up itu menghargai lawan bicara, biar rapi, dsb gitu. Pas itu kayak belum bisa terima gitu sih. Lah emang menghargai orang lain harus dengan make up? Aku merasa gak make sense gitu, haha. Tapi ya paham sih, karena mindset dunia sekarang sampai situ. Alhasil ya demikianlah belief yang diercaya masyarakat. (dan saya bersyukur bekerja di tempat yang nggak melihat orang dari make up :"))
Dan saya bersyukur mengingat Ummi yang sederhana :")
Btw, make up is different with menjaga tubuh-atau case ini wajah-dengan baik, ya.
Sekali waktu, pernah teman saya nanya waktu akhir-akhir di asrama. Fit, nggak kepengen ganti tas pakai yang kayak prempuan dewasa gitu? Ah, mengingatnya saya mau ketawa sendiri. Pertama, saya anak ilkom (cie ngaku) yang waktu itu hampir selalu bawa laptop ke mana-mana. Pegel lah ya bawa laptop pake tas cewek gitu. Kedua, saya tahu persis ummi saya waktu itu ke mana-mana nyaris selalu bawa ransel. Kalo pergi ngaji, sih biasanya (mayoritas aktivitasnya itu sih hehehe). Bawa ransel apa aja bisa dimasukin. Terus kalo pulang dan mampir belanja, ummi bisa masukin belanjaanya ke ranselnya terus jdi ga rempong tenteng-tenteng. As it is. Kalau bawa ransel juga imbang gitu kan, pundak kanan kiri. Ya kalau ke undangan Ummi gabawa ransel sih. Dan mungkin sampai besar anak akan jadi peniru, ya rupanya. Saya merasa cukup dengan ransel. Dan nggak merasa butuh tas-tas perempuan yang ditenteng gitu (ini tas cewek yang rada gedean buat bawa agak banyak barang gitu untuk aktivitas). Aku tidak tahu ini cukup aneh atau tidak. Atau ya mungkin saja nanti-nanti berubah, wallahu a'lam. Ingatan saya terakhir Ummi bawa tas perempuan gitu waktu saya sd, pernah dua kali model tas. Dulu waktu saya SD pernah juga sih sekolah bawa tas yang ditenteng gitu pas hari eskul, wkwkwk. Belinya nitip temen umi yang tipikal matching dan pandai menawar. Seragamnya olahraga warna hijau, tasnya kalau nggak pink warna biru. Mengingatnya lucu juga, betapa tidak nyambungnya.
Lalu, apa yang bikin saya nangis di jalan mengingat hal-hal ini?
Hmm, apa ya kalau dilukiskan, saya jadi kebayang aja sih, nilai yang ditanam di keluarga, sadar tidak sadar akan terwariskan, dan mungkin juga akan menurun jika Allah izinkan. Baik perempuan atau laki-laki, ketika melihat mana yang penting bagi orang tuanya, mungkin itu yang juga akan diwariskan pada keluarga dan keturunannya kelak. Saya jadi ingat, dulu adik saya pernah rempong sekali milih baju. Terus abi gemes, sampe bilang yang intinya (lupa redaksinya), itu tuh nunjukin mana yang penting buat kamu, apa yang penting itu cuma penampilan/baju? Terus aku jadi merasa, ya Allah, keluarga tuh penting banget ya. Di sana loh ditanamkan nilai, dijadikan pembiasaan, disadarkan mana yang penting dan yang tidak, mana value keluarga mana yang bukan. Kalau arah keluarganya nggak tau ke mana, terombang-ambing di keluarga, anak akan cari kiblat lain di luar sana. Bisa lingkaran pertemanan (yang belum tentu baik), bisa media sosial, bisa artis, dan lain sebagainya.
Saya juga jadi terharu aja sih, soal penerimaan yang luas. Mungkin efek abis datang ke dua undangan, saya jadi berpikir, orang menikah itu, penerimaannya luas sekali, ya. Bayangin, ada satu sama lain yang mungkin dia baru tahu sedikiiiiit aja (katanya sebelum nikah tau banyak pun, abis nikah akan tetep banyak kagetnya). Lalu saling sepakat mengarungi hidup bersama, dengan segala konsekuensinya, senang sedihnya, tawa tangisnya, dan kebiasaan-kebiasaan yang berbeda. Tapi bersepakat artinya menerima. Segala lebih kurang, kebiasaan yang baik dan buruk. Bahkan soal fisik atau label atas sikap yang orang kadang gak pede tentangnya, lalu ada orang yang mau menerima dengan penerimaan yang luas.
Heu, nggak ngerti lagi, aku. Ada lho, yang siap menerima segala kekuranganmu(semoga benar begitu). Penerimaan yang luas yang terbungkus oleh sabar dan syukur :")
Aku nangis juga kayaknya bagian ini kemarin.
Semoga hal-hal tentang penerimaan itu awet, nggak cuma karena nafsu suka semata lalu karena mau nikah jadi mentolerir hal-hal tersebut. Lalu udahannya malah jadi hal yang diungkit-ungkit atau menimbulkan cekcok. Karena, katanya kalau nikah karena fisik atau sekedar cinta, dua tahun lalu perasaan-perasaan itu akan hilang. Katanya sih. Makanya perlu alasan yang lebih besar. Beyond that.
Tapi kembali, cinta yang baik adalah yang menumbuhkan, bukan yang apa adanya. Jadi ingat tulisan lama ini.
semalam sampai rumah, rekor suhu tertinggi selama beberapa hari terakhir
minum obat, kompres byebyefever andalan meski tulisannya unuk anak-anak, bawa tidur
pagi alhamdulillah sudah turun, walau masih lemes dan ngegrundel-grundel aja saat adikadik repot mau berangkat sekolah
Kamis, 11 April 2019
Halo Diri, Halo Hati
Halo diri, halo hati.
Hari ini, udah jujur sama diri sendiri?
Udah mengerjakan apa yang ingin dikerjakan?
Udah bersyukur sebagaimana harusnya?
Udah memberi hak pada yang berhak?
Udah menuntaskan kewajiban?
Udah menambah kapasitas diri, baik ilmu maupun keterampilan?
Udah menghargai orang lain?
Udah belajar hal baru?
Udah ngerasa bisa menerima pernyataan spontan yang barangkali kelak akan terulang setiap hari, dalam banyak keadaan?
.
Apa sih Fit yang dicari?
Gimana sih Fit memanage amanah waktu dengan segala hal kesibukan yang dikejar?
Gimana sih urutan prioritas kamu?
Berapa banyak alasan yang kamu buat hari ini?
.
--aku yang udah beler dan harusnya istirahat, tapi tidak tenang :(
Hari ini, udah jujur sama diri sendiri?
Udah mengerjakan apa yang ingin dikerjakan?
Udah bersyukur sebagaimana harusnya?
Udah memberi hak pada yang berhak?
Udah menuntaskan kewajiban?
Udah menambah kapasitas diri, baik ilmu maupun keterampilan?
Udah menghargai orang lain?
Udah belajar hal baru?
Udah ngerasa bisa menerima pernyataan spontan yang barangkali kelak akan terulang setiap hari, dalam banyak keadaan?
.
Apa sih Fit yang dicari?
Gimana sih Fit memanage amanah waktu dengan segala hal kesibukan yang dikejar?
Gimana sih urutan prioritas kamu?
Berapa banyak alasan yang kamu buat hari ini?
.
--aku yang udah beler dan harusnya istirahat, tapi tidak tenang :(
Pulang
Kemarin aku nggak tahu kenapa pengen banget ubah whatsapp status jadi Pulang. Kayaknya ngubahnya juga udah di kantor sih. Lalu hari ini melhat postingan itu di dashboard blog. Aku jadi sedih. Tapi banyak benarnya.
Hari ini karena ngejar deadline caption habis zuhur, dan waktu aku selesai Ima lagi nanggung, kami ngaji jam dua di mushala. Aku bilang ke Ima, "Ma, gimana Ma ngajiku nggak teratur banget nih...." Rencana tilawah persiapan ramadhanku buyar. Sudah tertinggal jauh. Hariannya juga cuma dikit-dikit, bahkan pernah skip. Aku sedih banget rasanya.
Lalu Ima bilang, "Dahulukan urusan Allah. Nanti Allah yang urus urusan kita."
Me like: tertampar bolak-balik.
Ima bilang lagi soal tilawah sehabis subuh dan sehabis kerjaan. Aku sempat cerita aku lemah banget habis subuh tu. Tapi bener sih yang dia bilang habis dhuha. Itu bisa dicoba. Aku jadi sedih aja kayak nggak prioritasin Allah, padahal diri ini kan selalu butuh sama Allah.
Mungkin karena itu juga kali ya, Allah kasih aku pilek, meler, tenggorokan ga enak, pusing, di tengah kerjaan yang tetiba jadi banyak ini. Lalu jadi kayak ingin menarik diri dari segala yang ramai-ramai, meski kadang aku kangen obrolan-obrolan di ruangan. Maafin hambaMu ini ya Allah :"(Bersyukur Fit, sudah disadarkan.
Tapi cara bersyukur terbaik adalah berbuat. Jangan lupa.
Kekhawatiran-kekhawatiran (yang Bertingkat)
Kekhawatiran tentu saja menyebalkan. Tapi ia tak berakhir begitu saja. Kekhawatiran barangkali umpama urusan yang tiada selesai. Setelah usai satu kekhawatiran, akan hadir lagi kekhawatiran lainnya. Begitu saja terus. Jadi ketika satu kehawatiran sudah terjawab, siap-siap saja, akan ada kekhawatiran lainnya yang menunggu. Seperti seorang anak yang sudah menyelesaikan kekhawatiran soal ujian nasional, lalu ia kembali khawatir dengan hasilnya, atau dengan ujian masuk SMA. Ya, mungkin saja. Seperti pasangan yang khawatir soal kapan momongan datang, lalu setelah datang, khawatir apakah mampu bisa menjadi orang tua yang baik atau tidak.
Maksudku bukan mengecilkan, tapi, nikmati saja tiada akhir kekhawatiran itu. Mungkin termsuk sunnatullah. Dan sebagaimana masalah yang membesar, kekhawatiran ungkin juga bagian dari itu, yang akan membuat kita naik kelas. Dan barangkali, khawattir juga membat sadar, bahwa diri ini perlu banyak sekali belajar, perlu banyak sekali menerima, perlu banyak sekali memberi, perlu banyak sekali memperbaiki.
Maksudku bukan mengecilkan, tapi, nikmati saja tiada akhir kekhawatiran itu. Mungkin termsuk sunnatullah. Dan sebagaimana masalah yang membesar, kekhawatiran ungkin juga bagian dari itu, yang akan membuat kita naik kelas. Dan barangkali, khawattir juga membat sadar, bahwa diri ini perlu banyak sekali belajar, perlu banyak sekali menerima, perlu banyak sekali memberi, perlu banyak sekali memperbaiki.
-isi pikiran Sabtu beberapa pekan lalu, di jalan raya bogor,
ketika mau menyebrang jalaan pagi-pagi pukul enam
aku, yang kemarin merinding sendiri karena hanya membatin lalu langsung Allah kabulkan
aku, yang lagi tahap merasa sedih karena pileknya dominan lagi, saat makan, saat shalat
aku, yang telah menunda banyak hal
aku, yang hari ini merasa mulai ga enak badan, khawatir kayaknya mau sakit
aku, yang membaca ulang sesuatu barusan lalu nangis entah mengapa
Rabu, 10 April 2019
Senin, 08 April 2019
Buku Harian Ummi-1995
Tadinya aku tidak mau menulis apa-apa seputar hari ini. Lalu aku ingat buku yang kutemukan waktu smp dan memutuskan membacanya kembali. Buku yang sejak kutemukan, belum pernah kubilang ke Ummi kalau aku menemukannya.
Minggu, 07 April 2019
Sabtu, 06 April 2019
Halo: Tentang Sepekan Terakhir
lama juga ya ngga nulis curhat gitu, gatau rasanya sedang malas sekali menulis. iya, malas aja gitu.
cerita-cerita saja ya
jumat lalu ke klaten, lewat halim. dadakan, menurutku. membuatku panik sendiri karena kerjaan konten belum selesai, lalu belum rekap peserta acara yang aku pjnya heuheu. belum mikir siapa yang jaga perpus. lalu di perjalanan cukup mengenang banyak hal, soal keberangkatan, soal bandara. soal obrolan, soal kejadian. terakhir naik pesawat lewat halim, susulan mudik yang juga banyak perubahan mendadaknya. jadinya sendiri, berangkat h-1. banyak cerita panjang, lalu concall small group, lalu sampai jogja dan terjaga sampai pukul satu. bicara jogja dan bandara, aku ingat berangkat kkn, berangkat ke jepang, lau juga saat menjemput dan mengantar umak bapak kkn yang ke jogja untuk wisuda anaknya di purwokerto.
tempat tidak pernah sekedar tempat. ia juga menyimpan banyak kenangan.
sampe jogja, langitnya jernih, bintangnya banyak. menyenangkan.
ke klaten. inget nana. inget nikahan pertama ilkom 12, yang sesama ilkom 12 di klaten. waktu itu temen kuliah masih banyak di jogja. meski udah pada wisuda. Inget konsep nikahan piring terbangnya solo.
sabtu. acara di balai desa. ketemu temen rk secara tak sengaja. inget kkn gegara acaranya di kantor desa. menjadi fasilitator. kagum dengan semangat abidah yang dia sebenernya lagi sakit, tapi masih bisa memberi banyak pada orang lain. pulangnya...ternyata lelah banget menjadi fasil separuh hari, mungkin ditambah ruangan kelas pelathan yang kurang kondusif sehingga mempercepat lelah. pulang. kalut sendiri karena penasaran. tapi yaudah. mungkin ga baik juga memburu-buru sesuatu.
ahad, acara remaja. ngeliat beberapa testimoni Nabi Muhammad dari tokoh-tokoh yang bukan muslim. lalu malu sendiri. malu juga karena merasa ga optimal. tau temen selingkaran mau nikah setelah sebelumnya ada juga januari :") datang ke kantor mengejar daftaar isi buku ramadhan dan naskah buat apply ke litara. menyelesaikannya di rumah. lagi ada shortcourse. ketemu temen siaware yang kutak menyangka dia ikutan shortcourse.
lalu yang warbbiasa juga. ngobrol sama seorang kakak yang udah deket hari nikahannya (terus kata beiau, iya fit tadi aku juga ditanyain, gimana rasanya, udah dua minggu lagi terus aku baru nyadar wah iya juga ya tinggal 2 pekan lagi)). Selain aku tanya sala kendala apa enuju hari H nya (katanya kan menuju hari H suka anyak godaan), yang sebelumnya pernah terobrolkan lalu kepotong, aku nanya juga, gimana kak rasanya sekarang?
Katanya:
"Rasanya tenang Fit."
"Wah kok bisa kak?" kutanya demikian, tak percaya.
"Iya Fit kayaknya dari Allah deh.
Heuheuheu haru deh dengernya, sampe kubilang, kak aku perlu catat ini kak. :")
Kakak ini dan calonnya pasti dah melewati banyak sekali tahapan yang sampai mempertemukan mereka kedua pada kata sepakat. Waktu aku tanya berapa lama sih kak prosesnya, si kakak bilang tiga minggu dari awal iya proses sampai netepin tanggal. Kelihatannya mudah, tapi aku yakin proses mereka melalui tahapana dengan sebeum-sebelumnya sampai yang ini tentu telah mendewasakan dan empersiapkan mereka jadi diri mereka yang sekarang. Barakallah ya kakak kakak :")
senin aku nonton video ini yang kudapat kemarin ahad dari tumblr jagungrebus. backsoundnya bikin haru dan pengen nangis gitu heu.
Lalu juga membahas ulang tahun. Jadi seorang kakak istrinya besoknya ulang tahun. Lalu nanya usulan kado. Salah seorang bilang, saya ga ngerayain ulang tahun. Kata kakaknya saya juga sih, cuma takut salah. Saya ketawa aja hehe. Saya tau kakaknya pasti mau ngasih yang terbaik buat istrinya. Aku pernah mikir, kayaknya soal ulang tahun itu kalo dah nikah perlu diobrolin dan disepakati bareng deh, mau ngejadiin momen ulang tahun momen yang gimana disikapinya di keluarga, karena nanti ngefek juga sih kayaknya ke anak-anak dan satu sama lain. Kayaknya yaaaa....
selasa kureview meeting dan membahas kemungkinan proyekan. Sebelum review meeting, kudiberi kabar naskahku ditolak. Dan kukira aku bakal biasa aja kalo fitolak. Ternyata dapet kabar naskah ga lolos seleksi menjelang review meeting itu sesuatu :"""" asa hampir nangis gitu aku pas set up setbup buat review. Reviewnya juga kurang lancar dan kurang persiapan akunya. Oh ya, hari ini pas dapet kabar ditolak juga bertepatan dengan hari buku anak internasional. MasyaAllah ya bisa pas gitu :") 2 april. Memang perlu banyak belajar lagi fittt :')
rabu tanggal merah. mengerjakan buku ramadhan dari rumah. ada jalan sehat di rw.
ini sebenernya pengen bikin postingan baru sih. tapi sini aja deh. judulnya....
Wondering
Sejak aku kuliah dan ke rumah bude-bude di Magelang, atau ketemu kakak sepupu yang udah punya anaka, atau keluarga lainnya (dulu aku pernah cerita di postingan 31 des 18 atau 1 jan 19 *males cari link), aku suka kepikir, anak-anak ini gimana ya diutmbuhkan di keluarganya. Kakak sepupuku gimana ya mendidikya. Atau apa aja ya yang udah jadi perjuangan mereka. Kalo lihat anak yang udah dibiasain kerudungan sejak kecil sama yang kalo kumpul pakenya baju pesta, aku mikir, mesti beda pendekatan pendidikannya di rumah, dsb dsb gitu deh. Ramai isi kepalaku kalo ketemu orang-orang itu.
Dan ternyata wondering ini berlanjut sampe ke mana-mana
Di jalan, waktu itu naik motor boncengin ummi. Pas papasan sama sepasang suami istri boncengan, aku bisa mikir, pasangan ini udah menghadapi apa aja ya selama menikah, mereka lagi seneng apa biasa aja ya boncengaan bareng, anak-anaknya gimana ya. Padahal gak kenal. Sama sekali.
Terus pas jalan sehat RW kemarin, ketemu ibu-ibu. Karena kumenempel ke Ummi, jadi ikut satu dua ngobrol ama ibu-ibu atau ya ikutan senyum aja. Atau hanya dari sekedar ngamain wajah ibu-ibu yang aku tau dari jaman aku kecil. Lalu aku wondering gitu, ibu-ibu ini mesti dulu juga seumuran aku. Gimana ya cerita mereka waktu fase-fase remaja. Waktu fase menjelang mereka menikah. Waktu awal-awal adaptasi. Waktu awal-awal menikah. Gimana ya perasaanya waktu anak-anaknya, temen main kecilku dulu, udah pada kuliah dan bekerja. Gimana ya perjuangan mereka dalam segala hal kehidupan rumah tangga. Lah aku sendiri bingung kenapa aku wonderingnya kek gitu ya. Hahaha.
Yaudah karena cuplikan aja takusah berkonklusi ya.
Kamis, Rapat kuartal. Aku kangen este ngomongin target kuartal dan turunannya. Kangen. Kangen ambiencenya meskipun aku juga gamau ngulang. Tapi itu bener-bener pembelajaran berharga. Pengen dapet ambiencenya lagi. Semoga bisa mewujudkan biar aku galak ama diriku sendiri. Biar impian segera terwujud.
Jumat. Aku pulang cepat. Dengan membawa banyak pikiran sampai aku udah niat dan sadar melewati jalan berbeda biar bisa isi bensin, tapi aku kelewat juga. Baru sadar waktu udah seperempat atau sepertiga perjalanan gitu. Heu, bisa-bisanya pikiran kemana-mana jadi lupa.. Alhamdulillah masih bisa jalan motornya. Malamnya ambil jahitan tapi tidak sesuai plan awal :"( lalu tiba-tiba mengantuk dan mesti melanjutkan cutting konten. konferens call bersama pejuang desain fillah.
oiya hari ini sebagai peneman kerja aku ga sengaja (atau tadi kenext gitu ya) denger kajian teh haneen akira istrinya ust. hanan attaki. tadinya mah niat dengerin hanan attaki aja. lalu karena males dan nanti jadi lama nyari man ayg mau didenger, jadi kupasrah aja dengerin itu. teh haneen bahas doa minta jodoh hampir 1,5 jam coba. tadinya aku heran kok bisa doa dibahasnya selama itu. Tapi ternyata emang banyak banget komponenya. mangga disimak di sini kalo mau. oiya hari ini juga lumayan banyak cerita-cerita sama kak citra.
Sabtu di Badr. Masih dengan banyak pertanyaan di kepala yang cukup mengganggu fokus dua pertemuan hari ini dan kayaknya udah perlu diberi batas cukup sih, kalo kata Abi beberapa waktu lalu. Menjadi sie bantu-bantu jadi rupanya dak terlalu in charge. Bisa menulis blog deh.
Tadi ke nikahan temen SD. Temen SD keempat yang menikah dalam dua bulan terakhir. Ada cerita setiap datang ke 3 nikahan teman SD dua bulan terakhir ini. Datang ke nikahan Tria dengan perasaan yang gatau kenapa aku pengen nangis itu. Ketemu temen SD hits yang nanya kenapa aku gadatang ke nikahannya (aku gatau undangannya). Ketemu guru-guru yang lama ga ketemu dan mereka nanya, Fitri datang sama siapa? Kujawab dengan senyum, sama motor Bu... Tadinya kumau daang sama Ummi soalnya, tapi gajadi. Nikahan Erika, pertanyaanya bukan kapan nyusul kayak yang menstrim biasanya. Saking lamanya gaketemu sama guru-guru yang ke nikahan Erika, pertanyaanya, kamu udah nikah belum? wkwk itu lucu sih, karena yang ditanya bukan kayak biasanya dan mungkin saking lamanya ga datang ke SD jadi gaketauan kabarnya. Nikahan Kautsar tadi hmm apa ya. Baru tadi tapi lupa. Oiya beliau anak kepala sekolahku dulu. Nikahan ini mengingatkanku pada ingatan kelas 1 atau 2 gitu *bayanginlhoingatankecilituakumasihingatcckck, lalu ingat waktu sunatan hari sekolah jadi ke rumahnya kayaknya kita pada pake seragam. Oh iya tadi ketemu Bu Tini juga. Dulu aku inget Bu Tini habis lahiran, sekarang anaknya sudah SMA kelas 3 coba :") . Bu Tini juga ngga nanya soal nikah, nanyanya udah kerja berapa lama. Ketemu guru lain juga yang nanyanya Fitri sekarang di mana. Kubilang di rumah, kalo mereka terlihat bingung, baru kutambahkan, kerja di Depok.
selamat menjemput ahad dan pekan depan. semoga Allah selalu menguatkan :")
cerita-cerita saja ya
jumat lalu ke klaten, lewat halim. dadakan, menurutku. membuatku panik sendiri karena kerjaan konten belum selesai, lalu belum rekap peserta acara yang aku pjnya heuheu. belum mikir siapa yang jaga perpus. lalu di perjalanan cukup mengenang banyak hal, soal keberangkatan, soal bandara. soal obrolan, soal kejadian. terakhir naik pesawat lewat halim, susulan mudik yang juga banyak perubahan mendadaknya. jadinya sendiri, berangkat h-1. banyak cerita panjang, lalu concall small group, lalu sampai jogja dan terjaga sampai pukul satu. bicara jogja dan bandara, aku ingat berangkat kkn, berangkat ke jepang, lau juga saat menjemput dan mengantar umak bapak kkn yang ke jogja untuk wisuda anaknya di purwokerto.
tempat tidak pernah sekedar tempat. ia juga menyimpan banyak kenangan.
sampe jogja, langitnya jernih, bintangnya banyak. menyenangkan.
ke klaten. inget nana. inget nikahan pertama ilkom 12, yang sesama ilkom 12 di klaten. waktu itu temen kuliah masih banyak di jogja. meski udah pada wisuda. Inget konsep nikahan piring terbangnya solo.
sabtu. acara di balai desa. ketemu temen rk secara tak sengaja. inget kkn gegara acaranya di kantor desa. menjadi fasilitator. kagum dengan semangat abidah yang dia sebenernya lagi sakit, tapi masih bisa memberi banyak pada orang lain. pulangnya...ternyata lelah banget menjadi fasil separuh hari, mungkin ditambah ruangan kelas pelathan yang kurang kondusif sehingga mempercepat lelah. pulang. kalut sendiri karena penasaran. tapi yaudah. mungkin ga baik juga memburu-buru sesuatu.
ahad, acara remaja. ngeliat beberapa testimoni Nabi Muhammad dari tokoh-tokoh yang bukan muslim. lalu malu sendiri. malu juga karena merasa ga optimal. tau temen selingkaran mau nikah setelah sebelumnya ada juga januari :") datang ke kantor mengejar daftaar isi buku ramadhan dan naskah buat apply ke litara. menyelesaikannya di rumah. lagi ada shortcourse. ketemu temen siaware yang kutak menyangka dia ikutan shortcourse.
lalu yang warbbiasa juga. ngobrol sama seorang kakak yang udah deket hari nikahannya (terus kata beiau, iya fit tadi aku juga ditanyain, gimana rasanya, udah dua minggu lagi terus aku baru nyadar wah iya juga ya tinggal 2 pekan lagi)). Selain aku tanya sala kendala apa enuju hari H nya (katanya kan menuju hari H suka anyak godaan), yang sebelumnya pernah terobrolkan lalu kepotong, aku nanya juga, gimana kak rasanya sekarang?
Katanya:
"Rasanya tenang Fit."
"Wah kok bisa kak?" kutanya demikian, tak percaya.
"Iya Fit kayaknya dari Allah deh.
Heuheuheu haru deh dengernya, sampe kubilang, kak aku perlu catat ini kak. :")
Kakak ini dan calonnya pasti dah melewati banyak sekali tahapan yang sampai mempertemukan mereka kedua pada kata sepakat. Waktu aku tanya berapa lama sih kak prosesnya, si kakak bilang tiga minggu dari awal iya proses sampai netepin tanggal. Kelihatannya mudah, tapi aku yakin proses mereka melalui tahapana dengan sebeum-sebelumnya sampai yang ini tentu telah mendewasakan dan empersiapkan mereka jadi diri mereka yang sekarang. Barakallah ya kakak kakak :")
senin aku nonton video ini yang kudapat kemarin ahad dari tumblr jagungrebus. backsoundnya bikin haru dan pengen nangis gitu heu.
Lalu juga membahas ulang tahun. Jadi seorang kakak istrinya besoknya ulang tahun. Lalu nanya usulan kado. Salah seorang bilang, saya ga ngerayain ulang tahun. Kata kakaknya saya juga sih, cuma takut salah. Saya ketawa aja hehe. Saya tau kakaknya pasti mau ngasih yang terbaik buat istrinya. Aku pernah mikir, kayaknya soal ulang tahun itu kalo dah nikah perlu diobrolin dan disepakati bareng deh, mau ngejadiin momen ulang tahun momen yang gimana disikapinya di keluarga, karena nanti ngefek juga sih kayaknya ke anak-anak dan satu sama lain. Kayaknya yaaaa....
selasa kureview meeting dan membahas kemungkinan proyekan. Sebelum review meeting, kudiberi kabar naskahku ditolak. Dan kukira aku bakal biasa aja kalo fitolak. Ternyata dapet kabar naskah ga lolos seleksi menjelang review meeting itu sesuatu :"""" asa hampir nangis gitu aku pas set up setbup buat review. Reviewnya juga kurang lancar dan kurang persiapan akunya. Oh ya, hari ini pas dapet kabar ditolak juga bertepatan dengan hari buku anak internasional. MasyaAllah ya bisa pas gitu :") 2 april. Memang perlu banyak belajar lagi fittt :')
rabu tanggal merah. mengerjakan buku ramadhan dari rumah. ada jalan sehat di rw.
ini sebenernya pengen bikin postingan baru sih. tapi sini aja deh. judulnya....
Wondering
Sejak aku kuliah dan ke rumah bude-bude di Magelang, atau ketemu kakak sepupu yang udah punya anaka, atau keluarga lainnya (dulu aku pernah cerita di postingan 31 des 18 atau 1 jan 19 *males cari link), aku suka kepikir, anak-anak ini gimana ya diutmbuhkan di keluarganya. Kakak sepupuku gimana ya mendidikya. Atau apa aja ya yang udah jadi perjuangan mereka. Kalo lihat anak yang udah dibiasain kerudungan sejak kecil sama yang kalo kumpul pakenya baju pesta, aku mikir, mesti beda pendekatan pendidikannya di rumah, dsb dsb gitu deh. Ramai isi kepalaku kalo ketemu orang-orang itu.
Dan ternyata wondering ini berlanjut sampe ke mana-mana
Di jalan, waktu itu naik motor boncengin ummi. Pas papasan sama sepasang suami istri boncengan, aku bisa mikir, pasangan ini udah menghadapi apa aja ya selama menikah, mereka lagi seneng apa biasa aja ya boncengaan bareng, anak-anaknya gimana ya. Padahal gak kenal. Sama sekali.
Terus pas jalan sehat RW kemarin, ketemu ibu-ibu. Karena kumenempel ke Ummi, jadi ikut satu dua ngobrol ama ibu-ibu atau ya ikutan senyum aja. Atau hanya dari sekedar ngamain wajah ibu-ibu yang aku tau dari jaman aku kecil. Lalu aku wondering gitu, ibu-ibu ini mesti dulu juga seumuran aku. Gimana ya cerita mereka waktu fase-fase remaja. Waktu fase menjelang mereka menikah. Waktu awal-awal adaptasi. Waktu awal-awal menikah. Gimana ya perasaanya waktu anak-anaknya, temen main kecilku dulu, udah pada kuliah dan bekerja. Gimana ya perjuangan mereka dalam segala hal kehidupan rumah tangga. Lah aku sendiri bingung kenapa aku wonderingnya kek gitu ya. Hahaha.
Yaudah karena cuplikan aja takusah berkonklusi ya.
1. fatih nungguin doorprize dipanggil samping bapak ustad (dan suka diajak ngobrol) 2. antusiasme anak2 dapet doorprize 3. fatih dengan 4 kupon doorprize 4. abi minum duduk :") |
Kamis, Rapat kuartal. Aku kangen este ngomongin target kuartal dan turunannya. Kangen. Kangen ambiencenya meskipun aku juga gamau ngulang. Tapi itu bener-bener pembelajaran berharga. Pengen dapet ambiencenya lagi. Semoga bisa mewujudkan biar aku galak ama diriku sendiri. Biar impian segera terwujud.
aku yang suda mengantuk semalam, lalu sedih ketiduran dengan pikiran-pikiran yg belum selesai :"( |
oiya hari ini sebagai peneman kerja aku ga sengaja (atau tadi kenext gitu ya) denger kajian teh haneen akira istrinya ust. hanan attaki. tadinya mah niat dengerin hanan attaki aja. lalu karena males dan nanti jadi lama nyari man ayg mau didenger, jadi kupasrah aja dengerin itu. teh haneen bahas doa minta jodoh hampir 1,5 jam coba. tadinya aku heran kok bisa doa dibahasnya selama itu. Tapi ternyata emang banyak banget komponenya. mangga disimak di sini kalo mau. oiya hari ini juga lumayan banyak cerita-cerita sama kak citra.
Sabtu di Badr. Masih dengan banyak pertanyaan di kepala yang cukup mengganggu fokus dua pertemuan hari ini dan kayaknya udah perlu diberi batas cukup sih, kalo kata Abi beberapa waktu lalu. Menjadi sie bantu-bantu jadi rupanya dak terlalu in charge. Bisa menulis blog deh.
Tadi ke nikahan temen SD. Temen SD keempat yang menikah dalam dua bulan terakhir. Ada cerita setiap datang ke 3 nikahan teman SD dua bulan terakhir ini. Datang ke nikahan Tria dengan perasaan yang gatau kenapa aku pengen nangis itu. Ketemu temen SD hits yang nanya kenapa aku gadatang ke nikahannya (aku gatau undangannya). Ketemu guru-guru yang lama ga ketemu dan mereka nanya, Fitri datang sama siapa? Kujawab dengan senyum, sama motor Bu... Tadinya kumau daang sama Ummi soalnya, tapi gajadi. Nikahan Erika, pertanyaanya bukan kapan nyusul kayak yang menstrim biasanya. Saking lamanya gaketemu sama guru-guru yang ke nikahan Erika, pertanyaanya, kamu udah nikah belum? wkwk itu lucu sih, karena yang ditanya bukan kayak biasanya dan mungkin saking lamanya ga datang ke SD jadi gaketauan kabarnya. Nikahan Kautsar tadi hmm apa ya. Baru tadi tapi lupa. Oiya beliau anak kepala sekolahku dulu. Nikahan ini mengingatkanku pada ingatan kelas 1 atau 2 gitu *bayanginlhoingatankecilituakumasihingatcckck, lalu ingat waktu sunatan hari sekolah jadi ke rumahnya kayaknya kita pada pake seragam. Oh iya tadi ketemu Bu Tini juga. Dulu aku inget Bu Tini habis lahiran, sekarang anaknya sudah SMA kelas 3 coba :") . Bu Tini juga ngga nanya soal nikah, nanyanya udah kerja berapa lama. Ketemu guru lain juga yang nanyanya Fitri sekarang di mana. Kubilang di rumah, kalo mereka terlihat bingung, baru kutambahkan, kerja di Depok.
selamat menjemput ahad dan pekan depan. semoga Allah selalu menguatkan :")
Kamis, 04 April 2019
Repost: Jaga Allah
Jaga Allah, Allah akan jaga kamu.
-itu inti dari segala nasihat.
Ust. Hanan Attaki dari video Ubah Ketakutan jadi Kejutan part 1, belum selesai juga sih aku mendengarkannya, ya bbaru sampai kalimat-kalimat itu aja.
Jaga hak Allah, Allah akan jaga hak kita. Jaga perasaan Allah, Allah akan jaga perasaan kita. Jaga panggilan Allah, Allah akan jaga panggilan kita.
Kalau ke Allah, nggak ada ceritanya kita akan kecewa. Beda urusan sama ke manusia. Kita ngecewain Allah. Tetap aja Allah datang ke kita.
-itu inti dari segala nasihat.
Ust. Hanan Attaki dari video Ubah Ketakutan jadi Kejutan part 1, belum selesai juga sih aku mendengarkannya, ya bbaru sampai kalimat-kalimat itu aja.
Jaga hak Allah, Allah akan jaga hak kita. Jaga perasaan Allah, Allah akan jaga perasaan kita. Jaga panggilan Allah, Allah akan jaga panggilan kita.
Kalau ke Allah, nggak ada ceritanya kita akan kecewa. Beda urusan sama ke manusia. Kita ngecewain Allah. Tetap aja Allah datang ke kita.