Kamis, 11 April 2019

Kekhawatiran-kekhawatiran (yang Bertingkat)

Kekhawatiran tentu saja menyebalkan. Tapi ia tak berakhir begitu saja. Kekhawatiran barangkali umpama urusan yang tiada selesai. Setelah usai satu kekhawatiran, akan hadir lagi kekhawatiran lainnya. Begitu saja terus. Jadi ketika satu kehawatiran sudah terjawab, siap-siap saja, akan ada kekhawatiran lainnya yang menunggu. Seperti seorang anak yang sudah menyelesaikan kekhawatiran soal ujian nasional, lalu ia kembali khawatir dengan hasilnya, atau dengan ujian masuk SMA. Ya, mungkin saja. Seperti pasangan yang khawatir soal kapan momongan datang, lalu setelah datang, khawatir apakah mampu bisa menjadi orang tua yang baik atau tidak.
Maksudku bukan mengecilkan, tapi, nikmati saja tiada akhir kekhawatiran itu. Mungkin termsuk sunnatullah. Dan sebagaimana masalah yang membesar, kekhawatiran ungkin juga bagian dari itu, yang akan membuat kita naik kelas. Dan barangkali, khawattir juga membat sadar, bahwa diri ini perlu banyak sekali belajar, perlu banyak sekali menerima, perlu banyak sekali memberi, perlu banyak sekali memperbaiki.

-isi pikiran Sabtu beberapa pekan lalu, di jalan raya bogor, 
ketika mau menyebrang jalaan pagi-pagi pukul enam
aku, yang kemarin merinding sendiri karena hanya membatin lalu langsung Allah kabulkan
aku, yang lagi tahap merasa sedih karena pileknya dominan lagi, saat makan, saat shalat
aku, yang telah menunda banyak hal
aku, yang hari ini merasa mulai ga enak badan, khawatir kayaknya mau sakit
aku, yang membaca ulang sesuatu barusan lalu nangis entah mengapa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar