Selasa, 22 Desember 2020

Hari Ibu

 Sejujurnya mataku lelah sekali hari ini. Tapi kupaksakan menulis.


Hari ini hari ibu. Hari ibu pertamaku.

Tak ada yang terlalu spesial hari ini. Fafa mengirimi makanan dan tulisan selamat hari ibu. Ayah bertanya mau pesan apa, kujawab, dari Ayah aku tidak mau sesuatu yang dinilai dengan nominal rupiah. Entah Ayah menyimak dan akan ingat atau tidak.

Aku merenung dan mengingat-ingat hariku yang rasanya runyam 4 bulan belakangan. Hari-hari yang aku tak bisa bohong kalau aku bilang tidak melelahkan. Menjadi ibu sangat melelahkan. Bahkan tadi pagi aku tanya ke temanku, kenapa aku rasanya capek terus. Kenapa gak ngapa-ngapain pun rasanya capek. Kukira tak akan ada jawabnya, atau ya semacam, itu natural saja. Ternyata temanku menyodorkan link tulisan kakak kelas kami. Bisa baca di sini.

Dan, tentu saja ada bahagianya juga lah 4 bulan ini, haha.

Aku hanya mau jujur ke diri sendiri dan bilang. Halo diriku, selamat hari Ibu. Hari yang mungkin biasanya kamu anggap sebagai formalitas. Aku sudah jauh mengurangi akun yang kufollow di instagram. Tapi aku sejak semalam bertekad kuat untuk tak buka-buka instagram hari ini. Menghindari rasa iri atau ingin diapresiasi yang mungkin sesungguhnya tak perlu. Cih, kadang aku melengos seperti ingin meludahi diri sendiri.

Allah sangat memberkahi kami dengan hadirnya Kaisa. Sekaligus di waktu yang sama Ia ingin mendewasakan kami semua. Kehadiran Kaisa setidaknya empat bulan belakangan ini bukan tentang dirinya. Tapi juga aku yang belajar beradaptasi dengan ketergantungan penuh dirinya. Juga Ayahnya yang merelakan waktu-waktu yang ia inginkan untuk membantuku, dan juga merelakan diri bertambah sakit sendinya. Juga tentang Utinya yang mempelajari peran baru menjadi nenek, Akungnya yang juga bantu menenangkan atau mengambil alih saat kami belum shalat maghrib seperti hari kemarin. Juga dua omnya yang suka heboh sama ponakannya walau kadang-kadang ya bahas game juga dekat-dekat ponakannya ini.

Dan waktu berjalan empat bulan.

Sungguh bukan waktu yang mudah buatku *nada tangisu agak memuncak di bagian ini).

Aku hampir saja ikut challenge akun nktchi dan senyum pepsodent tentang menulis pengalaman favorit dengan ibu. Tapi karena kutunda-tunda rupanya hari ini sudah telat pengumpulannya. Aku ingin menulis:

Tidak ada ibu favorit. Semua ibu favorit. 

Sejak aku menjadi ibu lalu membayangkan semua temanku bahkan rekan yang paling mengesalkanku pun, berasal dari rahim seorang Ibu. Menyusu air susu Ibu yang ia dapatkan dengan perjuangan keras ibunya; mengorbankan waktunya, makan dan minum sehat sebisanya, menahan lapar haus keinginan ke kamar mandi apalagi keinginan leyeh-leyeh demi melakukannya. Dan tentu saja, dalam bahasa kasar: merepotkan Ibu.

Tapi kita tak kenal bahasa kasar itu. Kita hanya tahu bahasa Ibu yang mengorbankan segalanya demi anaknya. Dalam bahasa agama, Ibu yang tahu surganya bisa diraih dengan menyayangi, merawat, dan mendidik anaknya. Dalam bingkai ikhlas, ilmu, doa, harap, dan jalan yang Allah ridhai. 

Adanya Kaisa membuka banyak sisi yang jadi aku pertanyakan dari dalam diri. Tentang sabarku, bahkan lebih parah lagi tentang konflik antara aku dan ayahnya. Mengenali diri rasanya jadi tak berujung. Aku di saat yang sama ingin belajar banyak hal sekaligus aku enek belajar banyak hal. Aku menyadari bahwa aku suka belajar dan berjuang amat keras dalam prakteknya. Atau aku salah belajar? Atau tidak tepat dalam belajar? Entahlah.

Kadang-kadang aku bertanya, berapa lama waktu adaptasi sampai benar-benar semua terasa nyaman? Salah satu temanku adayang berkata tiga bulan, tapi hm, tadi pagi dia pun masih cerita tentang letihnya dan harapannya. Teman lain bilang sampai 6 bulan masih suka nangis. Teman lainnya lagi bilang sampai 9 bulan ia baru merasa mendingan.

Ayah bilang aku bisa lebih cepat. Dan aku berharap demikian. 

Rasanya aneh mengatakan pada diri sendiri tentang: Selamat hari Ibu, diriku. Selamat hari Ibu, Fitri. Aku tidak berharap mengatakannya pada diri sendiri. Sebagaimana sebenarnya aku pun ingin hari ini berjalan biasa saja. Namun badai informasi (udah gak buka IGku loh aku niiiiih. Cuma buka yang maksimal giveaway batasnya hari ini doang) membuatku jadi korban hari ibu. Halah, ngomong apaan sih kamu Fit.

Memang kadang aneh rasanya. Jauh sebelum nikah aku menghilangkan tanggal lahir di sosial media karena tak berharap ada yang mengucapkan karena liat sosmed, i highly appreciate yang INGAT. Tapi ya ga ada yg inget juga ga masalah. Keluarga, atau sebatas ibu mendoakanku dan mengingat proses lahir sekian tahun silam sudah sangat cukup. Namun setelah menikah, entah kenapa keinginan diapresiasi itu ada. Saat aku ulang tahun, saat hari-hari spesial, saat hari ulang tahun pernikahan, saat hari ibu, saat kelak Kaisa ulang tahun. Entah apa yang aneh dari diriku. Aku seperti konslet, kena sesuatu.

Hei, kalian pikir aku gak malu nulis gini? Ya jelas malu lah. Jadi kalau baca simpen sendiri aja, ga usah share ke orang lain apalagi digibahin, wkwk.

Waktu berjalan dan tidak bisa diputar. Kadang aku jadi mudah menyesali sesuatu. Tapi Allah sayang sama aku dan ingin peluk aku dengan bilang, aku akan belajar mendewasa. Aku hanya butuh waktu. Percaya itu. Allah kuatkanmu.

Aku jujur lelah, lelah sekali. Aku bisa menertaai diriku sendiri yang kadang ikut sesi-sesi jeda atau semacam meditasi tapi tak ada yang berhasil sama sekali. Sampai-sampai aku berpikir, kayaknya Allah pengennya aku menjadikanNya satu-satunya cara aja, bukan yang lain.

Apa lagi, ya. 

Jadi pengen dengerin bertaut dulu sebentar. Biarin mewek lagi.

Selamat hari ibu, diriku. Belajarlah mencintai dirimu sepenuh hati, sepenuh jiwa raga, sepenuh tubuh.

Jumat, 18 Desember 2020

Cerita Malem-malem

 Kalimat terbaik dari Ayah kemarin (eh sudah kemarin aja yah, udah ganti hari soalnya) untuk menenangkan istrinya yang rungsing dan kesal karena hal-hall gak berjalan sesuai rencana adalah;

"Tau gak waktu abi kamu nerima aku apa yang aku rasain?
Aku merasa sempurna."

Sudah hampir 4 bulan usia Kaisa dan sudah seusia itu pula saya jadi ibu. Kalau kata @annisast, adaptasi terbesar adalah saat menjadi ibu. Dan kagetku adalah beliau nulis beliau butuh 3 tahun untuk adaptasi. Tapi ya ga ada salahnya sih, mari apresiasi diri dan berterima kasih sudah mau berjuang melewati ini semua. Kamu hebat!

Kadang-kadang doa tuh udah kayak curhat aja deh sama Allah saking gak terstukturnya kata-kata, bingung mau merangkai jadi permintaan yang bagaimana. Segala pasrah sekaligus syuur, sekaligus minta diberikan petunjuk. Kadang-kadang kesel sedih ngadu juga nangis. Yah, apa weh.

Sudah hampir 4 bulan saya lahir dalam keadaan menjadi ibu. Perjalanan yang jujur gak mudah. Tapi sejuta kali orang akan bilang bahwa itu worth it, untuk mendapatkan pahala mulia di sisi Allah kalau saya bener ngejalaninya. 

Aih, berjuang nih nahan nangis, lagi gamau nangis mewek haha.

Sekaligus melanjutkan postingan sebelumny kali ya markipel yang bukan mari kita ngepel tapi mari kita rapel hahaha.

Kaisa di usia 3 bulan sudah bisa ketawa ngekek-kalau ga salah ini di usia 3 bulan. Sudah...hm, jujur lupa dan kumenyesal dulu tak langsung nulis.

3 ke 4 bulan sudah suka mempertemukan tangan di depan dada dan meihatnya dengan seksama. etawa alau liat foto nikah umi sama abi yang dipasang di ruang tengah. akhir-akhir ini aku coba rutin nidurin dia setelah isya, perjuangan banget sih so true-tapi kadang yg lebih berjuang adalah menenangkan diri sendiri untuk menerima kalau aku ketiduran dan ga bisa ngapa-ngapain malemnya. Kaisa belum sempurna belajar miring-miring tapi ya mari kita apresiasi miringnya yang sedikit itu, semoga lancar ya nak belajar tengkurepnya meski masih secimit banget agak miringnya! Hehehe.

3 ke 4 bulan ini belajar lebih mengenal diri sendiri lagi setelah sempat ada konflik sama pasangan. masalahnya sepele, tapi aku pun heran kenapa diriku bisa kayak gitu. kita belajar lagi ya sayangku, dear diri!

sebulan terakhir daftar banyak kelas onlen sampe munek rasanya wkwkwk. ikhtiar belajar, doain ya sahabat semua.

hmm apa lagi ya.

ukuran baju kaisa agak oversize. alhamdulilah target BB bulan ke3 tercapai walau menuju bulan ke-4 agak deg-degan juga karena ditimbang kasar pakai berat ibu/uti gendong dikurang bb penggendong baru naik se-ons, mohon doanya ya semua heuheu. di usia 3 bulan ini karena telah banyak baju yg naik kalau dia udah berubah-ubah posisi, kaisa dapat beasiswa baju dari Ayah, wkwkwk. aku beli ukuran 9 bulan, bahkan ada merk yg aku ga nemu celan apanjangnya akhirnya beli celana pendek (yg mana adanya) ukuran 1 tahun, yaaa baiklah, pantes aja sih menurutku wk.

perasaan dan mood ibu berusaha lebih jujur mengenali diri di masa-masa terakhir ini. jujur kadang merasa iri kalau suami bisa rapat dengan khidmat atau ngobrol/diskusi seru sama temen-temennya. Dunia ibu kadang ya hanya itu-itu aja. mungkin bosan ya, atau butuh sosialisasi. cuma kadang aku jadi merasa apa ada hal lain yang belum selesai dalam diriku?

hm, apa lagi ya.

oh ya beberapa kali bocor pakai clodi malam membuatku lebih mencoba gimana caranya biar gak bocor kalau bobok malam. Alhamdulillah pekan ini lebih baik.

btw, ada hal yang menarik dan aku suka sebenarnya dari suami. mau belajar tapi belum ahli nih, pelan-pelan ya. hal itu adalah menerima keadaan dan tidak menyesali yang telah berlalu. 

dari dulu aku selalu kesal kalau ketiduran, apalagi kalau udah merasa gak ngapa-ngapain karena ketiduran huhu. 

tapi suami gak gitu, dia selalu menerima, dan merasa cukup, let it flow dan let it go. ringan banget hatinya, makanya ga jadi beban. ini yang aku lagi pengen belajar banget. gimana agar bisa melihat semuanya dari kacamata syukur. alhamdulillah it's happened dan okay let's be better next. jadi fokus ke depan dan ga menyesali masa lalu. 

jujur aku struggle banget di sini heuheu.

karena bersama anak, ada ekspektasi yang mesti disesuaikan, di adjust, diterima bukan berarti mukul mundur diri, tapi yaudah ayo melatih hati agar ringan dan menerima segala kondisi baik, belajar reflek untuk bersyukur.

karena bisa jadi bukan karena gak bersyukur, tapi gimana biar syukur itu jadi reflek, jadi kebiasaan baik.

hm apa lagi ya.

oh ya akhir-akhir ini kayak rame banget temen-temen main saham, bahas naik turunnya.sebenernya udah dari lama sih, cuman mungkin aku sama hilmy baru bahas aja. cuman, berdasar hal-hal yang kami pelajari, amini, dan teladani dari ayah kami, kami gak mengambil jalan investasi di saham untuk mengelola keuangan. dengan beberap aobrolan finansial akhir-akhir ini kadang mikir juga, rumah itu kapan ya bisa diperoleh, apalagi kalau udah mikir gimana nanti kondisi keluarga, apakah ada adik yang perlu didukung biaya sekolahnya, keluarga yang perlu dibantu perihal finansialnya, dsb. kadang kayak wondering gitu nanti bakal gimana ya.

kadang satu sama lain di antara kita saling ngingetin soal ada Allah, sholawatin kalau lagi ragu liat rumah-rumah gitu, atau ya menenangkan satu sama lain biar ga terlalu dipikir-dipikir amat. well, perihal finansial, menabung, mengelola, ini memang kadang dari matematika manusia kayak waw besar ya, jauh ya. tapi kan ada matematika Allah :")
btw, soal saling ngingetin ada Allah ini baru kepikir pas nulis ini loh. aku jadi inget momen-momen di mana Hilmy yang wondering atau mikir uangnya dari mana terus aku kayak enteng banget bilang, ada Allah atau bilang, udah solawatin dulu aja (sampe lucu bgt pas hilmy ada acara di sentul dan liat rumah-rumah bagus terus chat aku laporan liat rumah bagus dan bilang, udah aku sholawatin). dan ada juga momen aku menelisik keadaan dan perkiraan kebutuhan keluarga lalu aku yang kepikiraaan terus seharian, lalu hilmy yang nenangin dan bilang udah ada Allah ga usah terlalu dipikirin.

jadi ingat tulisan mbak Lia iip (yang aku gagal lanjut transcity wkwk), nulis ulang kata-kata ust. Syatori (ya Allah kujadi kangen jogjaaaa),

"Ya Allah jadikanlah mudah urusan duniaku karena aku tidak mau pusing karenanya." kata beliau ini doa yang diajarin Ust. Syatori supaya bisa fokus ngejar akhirat :")

nulis apa lagi, ya...

Sampai sini dulu aja kali ya. Senang juga ya nulis, jadi ngerinci satu-satu meski mungkin belum banyak. Terima kasih blog :")

Awalnya wondering nulis pas menyadari kalau murottal juz 4 sebentar lagi akan ke Juz 5 :") 
Masya Allah :")