Minggu, 31 Desember 2023

2024

Di hari terakhir 2023, somehow niat-niat di 2024 berubah. Kadang berpikir hidup apa adanya-dalam artian, bisa menerima seluruh nano nano dan perubahan yang terjadi di hari itu, yang tak terencana, serta dinamika, rasanya sudah cukup. Rasanya berat kalau perlu punya target-target khusus, walaupun pada kenyataannya, sedih banget mikir gini.

Tapi, ya kehidupan normal perlu diupayakan. Walau ga ada yang menjamin juga sih. Huhu nggak tahu juga gimana. Ya Allah bimbing aku ya Allah. 

Sabtu, 09 Desember 2023

Catatan (Mungkin) Akhir Tahun

Hari yang kuharapkan berjalan tidak sesuai ekspektasi. Kesal, pengen dumel sepanjang sore-malam. Sudah terlalu lelah badan ini. Segala dan berbagai pertanyaan kenapa serta protes ingin diluapkan. Tapi sudahlah, sudah cukup diredam tidur yang semoga cukup. Sebab masih butuh energi untuk kehidupan yang terus berjalan. 

Kuharap, hari ini kelar. Nyatanya, masih revisi yang belum nampak hilalnya. Malam-malam berkutat zoom atau entah apa yang perlu kuganti di depan belum nampak jelas terlihat. Namun baiklah, kasih sayang Allah jauh lebih besar dari ini semua. Terima kasih ya Allah. Tolong kuatkan, tolong beri kesempatan dan nafas panjang. 

Menjelang akhir tahun, merenungi bagaimana diri ini mau bergerak. Tergerak dan terpukul oleh karya teman yang terinspirasi Al Quran membuatku sadar bahwa jarak diri ini terhadap Al Quran rupanya semakin jauh. Karakter ideal seorang muslim harusnya tergambar nyata, dan terpampang dalam realita kenyataan aktivitas harian. Sadly, banyak hal nggak ideal yang masih terus kuupayakan. Ya Allah tolong kuatkan. 

Menjelang akhir tahun ini aku mulai berpikir tentang apa yang aku mau? Apa yang akan aku usahakan? Apa yang mau aku kejar? Sadar diri manajemen diri masih terus digenjot sedemikian rupa, sementara menarget hal-hal masih tak mudah buatku. 

Allahumma baarik. 

Bangun dini hari dan tilawah setiap hari. Mentadabburi ayat suci. Mengenal sirah nabi. 

Membuat 2 tulisan di BXXX, tembus GXX dan SXXX tahun depan, coba buat skrip komik, tembus mayor minimal 1. Menemukan diri di tengah sastra anak yang begitu luas. 

Membaca jumlah nonfiksi lebih banyak dari tahun ini, bisa? 

Menata hati dan emosi (pr tiap masa kok ya huhu). 

Tahu jalan masih panjang, dan aku juga khawatir akan ketidakpastian, sebenarnya. 

Dini hari di Vasaka.

Selasa, 28 November 2023

Perjalanan Mengantar Pagi Ini

Hari ini di motor, aku menahan nangis. 

Bukan nangis karena lelah seperti yang lebih dominan kulakukan. Tapi aku menahan nangis saat Kaisa memintaku mengulang-ulang Surah Al A'la. Tanpa diselang-selingi lagu yang biasanya ia suka.

Juga karena sebelum berangkat sekolah Kaisa sangat-sangat mandiri berusaha berganti kaus panjang ke pendek, lalu memakai gamisnya sendiri. Kuperhatikan lama tanpa distraksi, ia pakai, lepas, pakai lagi, putar-putar, barangkali dilepas lagi entah berapa kali. Semua ia lakukan dalam diam, tak bertanya, tak meminta. Penuh konsentrasi. Lalu memakai kerudungnya rapi. Baru mencari-cari wajahku. 

Bukan aku terharu karena ia memakai baju menutup aurat. Tapi kesungguhannya memperjuangkan apa yang ia suka sekaligus apa yang ia inginkan. Sudah biasa kaisa meminta dipakaikan baju, celana, padahal ia bisa. Rasanya beribu kali ia minta aku melakukan padahal ia mampu. Tapi melihatnya penuh konsentrasi tadi pagi, sungguh haru dan bangga. 

Pun juga ketika berulang kali minta aku mengulangi Surah Al A'la. Tanpa selingan lagu karena biasanya itu yang ia minta. Bernyanyi sepanjang jalan hingga aku berpikir aku yang harus menawari diselang-selingi surah yang ia suka. Aku tidak terharu karena merasa wah anakku sudah lebih cinta Al Quran daripada lagu, sama sekali tidak. Karena biasanya memang aku yang menawarkan menyelingi lagu karena merasa bersalah soal dominasi lagu di masa kanak-kanaknya. Tapi melihat respon spontannya yang mau terus-terusan dibacakan Al A'la membuatku merasa, oh, seperti ini ya perasaan orang tua yang anak-anaknya mau terus dibacakan Al Qur'an. Oh seperti ini ya perasaan teman-temanku yang anaknya, di usia sepataran Kaisa, nyaris hafal Juz Amma. Oh seperti ini ya perasaan terharu ketika secara fitrahnya, manusia itu menyukai Al Quran dan ingin terus-terusan bersamanya.

Pagi tadi, di sela membaca Al A'la aku harus menahan tangis haruku. 

Kaisa sampai di Surah Al A'la bukan urut dari depan atau belakang. Sejauh ini ia suka suatu surah secara random. Suka Al Adiyat karena lihat gambar kuda, suka Al Ghasyiyah karena ada nama teman baiknya-Ainun, juga kali ini tanpa sengaja bertemu surah Al A'la karena menyebutkan dua nama dalam satu ayat terakhirnya: Ibrahim dan Musa, yang selain nama nabi, juga nama dua temannya di sekolah. 

Bahkan sampai di gerbang perumahan tempat sekolah Kaisa berada, ia masih memintaku baca Surah Al A'la. Padahal waktu ia sedang suka-sukanya Al Ghasyiyah, ia akan menolak baca surah itu. Ia akan minta baca surah yang lebih pendek saja karena sudah mau sampai. Tapi kali ini, ia tetap minta Al A'la, tanpa penawaran lain. 

Kami sampai, Kaisa belum berniat turun. Kulihat sudut matanya seperti berkaca-kaca. Aku khawatir ia menolak skeolah lagi kali ini. Tapi kupikir, mungkin karena batuknya juga. Entahlah. 

Lalu turun, ia menarik tanganku ke teras sekolah. Aku bersiap dengan skenario terburuk. Aku berusaha pelan-pelan melepasnya, agar ia tak berubah pikiran seperti kemarin-kemarin-kemarin. Kami berpelukan, lama sekali, lebih lama dari biasanya. Aku agak panik, tapi berusaha tetap tenang. Aku tarik duluan badanku lalu ia mau juga melepasnya. Aku membisiki nanti akan menjemputnya. Lalu aku pergi keluar. Tak seperti biasanya, ia juga tak banyak bicara. 

Di jalan, aku melepas tangisku. Juga teringat akan Kaisa yang akhir-akhir ini menolak sekolah. Entah apa yang ia pikirkan atau yang terjadi di alam bawah sadarnya. Entah apakah karena masuk kerjanya ayah ke kantor dari kebiasaan WFH atau mungkin alasan lainnya, tapi aku menyadari satu hal. Menolaknya ia sekolah menandakan ia adalah anak yang bisa menyampaikan apa yang ia inginkan, apa yang ia butuhkan. Menandakan ia percaya dan tahu ia akan diterima orang tuanya-walau mungkin ada kecewa atau rasa tak nyaman. Ia bukan robot yang senantiasa menuruti kemampuan orang tuanya.


Senin, 23 Oktober 2023

Insight Bab Mengasah Rasa dan Perasaan

Catatan bacaan halaman 73-100, Buku Feminitas, Jalan Pulang Fitrah Bunda

Catatan Materi Kuliah 4 - Mengasah Rasa dan Perasaan, dituturkan oleh Kiki Barkiah 

Cara Mempertajam Rasa dan Perasaan

1. Mahabbatullah

- rasa terlahir dari cinta, menumbuhkan mahabbatullah sangat penting untuk mempertajam rasa

- meningkatkan mahabbatullah ddengan meyakini sifat utama Allah adalah pengasih dan penyayang -> memaknai kasih sayang Allah semakin timbul mahabbatullah

- mahabbatullah juga lair dari rasa syukur -> mendorong untuk optimis dan berprasangka baik

- mahabbatullah juga lahir dari sikap memudahkan, tidak mempersuli, memberi kabar gembira

tumbuhkan mahabbatullah pada diri kita dan anak-anak untuk mentarbiyah ruhiyah dan menghasilkan rasa dan perasaan yang halus dan peka


2. Dzikrullah

Orang yang senantiasa berzikir kepada Allah akan menjadi orang yang peka dan sensitif, serta mengingat Allah


3. Tazkiyatun Nafs

Bukan sekadar menjauhkan diri dari dosa, tetapi memperbanyak kebaikan.


4. Ibadah Mahdah


5. Berkumpul bersama orang saleh

Ruh tidak pernah salah bergaul, untuk membuat rasa dan perasaan semakin peka, kita perlu bergaul dengan orang sholeh.


6. Ibadurrahman

Hamba Allah yang berjalan dengan rendah hati di muka bumi, juga sering membaca surat Ar Rahman dan maknanya. 

----

Menghaluskan rasa

1. Tidak bergantung pada panca indera, melatih dan mengasah perasaan dengan menutup mata/ada di kegelapan, misalnya

2. Kontemplasi/muhasabah, termasuk memperbanyak menangis juga dengan mengingat kenikmatan Allah, bukan hanya kesedihan saja. 

3. Mengindra dengan kulit

4. Membaca tanda dan isyarat; termasuk simbol, emosi, emotikon, termasuk melatih anak-anak memahami simbol emosi

5. Beraktivitas di alam bebas. Semakin sering bersentuhan dengan alam, semakin terlatih kita untuk membaca simbol, tanda, dan isyarat sekaligus memperhalus rasa yang kita miliki. 

6. Mendalami bahasa, bahkan sampai ke level sastra. Bukan sekadar bercakap-cakap, namun mampu melahirkan karya literasi

7. Bersentuhan dengan seni; mengungkapkan ekspresi rasa dan perasaan pada karya seni bisa melatih rasa dan perasaan.


Semakin sedikit para Bunda menggunakan rasa dan perasaan dalam pengasuhan, maka semakin banyak manusia yang tumbuh dengan ketumpulan rasa dan perasaan, bahkan semakin banyak melahirkan manusia yang kehilangan rasa.



Sabtu, 30 September 2023

Insight Bab Mendidik dengan Cinta dan Kasih Sayang

Buku Feminitas Jalan Pulang Fitrah Bunda


Halaman yang dibaca: 57-66, Bab Mendidik dengan Cinta dan Kasih Sayang

Insight yang didapat: 

- Tingkat perasaan paling rendah adalah takut, paling tinggi adalah cinta/mahabbah

- Rasa takut berlawanan dengan cinta, dan tidak ada jalan pintas untuk tumbuhnya cinta. Banyak orang tua yang tergesa-gesa ingin melihat hasil sehingga menakut-nakuti anak bahkan mengancam atas nama mendidik anak

- Penting bagi kita menghidupkan cinta dan kasih sayang, karena setiap ibu rawan terkikis cintanya akibat kesibukan. Penyakit rutinitas (aktivitas harian ibu) sering membuatnya kehilangan makna. 

-Allah adalah sumber cinta, maka mintalah cinta pada Allah, agar kita mendapatkan cinta dari sumbernya. Jika kita mengambil sumber cinta dari Allah, tidak mungkin rasa cinta kita kepada selain Allah lebih tinggi dari pada cinta kita pada Allah. Inilah tanda iman kita benar. 

- Jika kita menginginkan diri dan rumah tangga kita serta pendidikan anak-anak dapat dilakukan dengan penuh cinta dan kasih sayang, maka kita perlu mendidik diri dan keluarga kita untuk mencintai Allah dulu. 

-Jika kita mencintai dan memuliakan Allah, maka cinta dan kemuliaan itu kembali ke kita. 

- Iman atau aqidah adalah akar bagi tumbuh tegaknya cinta. Maka, pendidik perlu menjadikan hal ini sebagai prioritas pertama dna utama dalam pendidikan. Ketika pendidikan iman tebengkalai, maka aspek cinta dan kasih sayang ikut terkikis, karena sumber dari subutnya cinta dan kasih sayang dalam diri kita adalah iman. 

- Jika kita menguatkan pendidikan cinta kepada Allah, maka sebenarnya ita bisa membuat anak nantinya takut pada Allah. Sebagaimana orang yang jatuh cinta takut membuat orang yang disayanginya marah, sebal, atau tidak suka. Pecinta sejati adalah penakut yang luar biasa. Oleh karena itu kita tidak perlu khawatir mengajarkan cinta Allah pada anak-anak kita. 

Syaangnya, salah satu kesalahan pendidikan kita adalah ragu-ragu dan penuh cemas mengedepankan pendidikan penuh cinta dan kasih sayang. Ketakutan kita sebenarnya didahului perasaan buruk sangka pada Allah. Sebagian orang mengutamakan pendidikan dengan menakuti anak agar dalam beragama, juga lebih mengutamakan indikator yang terukur (jumlah hafalan, shalat, dsb-ketika cinta bukanlah sesuatu yang terukur). Sikap menakuti anak akan sulit melahirkan anak yang cinta pada Allah. 

-Sumber kedua dari cinta dan kasih sayang adalah rasa syukur. Syukur bukan hanya ucapan, melainkan justru perbuatan mendayagunakan nikmat yang sudah Allah beri agar nilai kebaikannya bertambah. Orang-orang yyang kurang atau tanpa syukur akan kesulitan melahirkan rasa cinta dalam dirinya. 

-Dahulukan sykur dan prasangka baik agar tidak terlalu waspada atau mudah berpikir negatif. Apalagi ibu adalah sumber cinta dalam keluarga. Banyak bersyukur akan membuat cinta dalam diri semakin menguat. 

Kamis, 14 September 2023

 Fit, terima kasih sudah mau berjuang sejauh ini. Semoga Allah balas dengan balasan yang baik, yang besar, yang banyak. Peluk, xoxo. 

Nggak jarang mau teriak, mengeluh, kesal. Terus malam ini udahannya aku minta gitu refleks ke Allah. Kadang sedih dengan teriakan hati yang nggak nyaman, tapi ya, memang rasanya demikian. 

Setelah akhirnya tidur juga, 22.00

Jumat, 25 Agustus 2023

Bagaimana Menceritakan Padamu

Bagaimana menceritakan padamu tentang gerimis tadi pagi?
Membanjiri tirus pipi dan lautan hati

Bagaimana menceritakan padamu tentang kuatnya jiwa mereka? 
Meskipun kutahu, mereka akan menyangkal, bilang aku tak sekuat itu. 

Dear My EG and SS, terima kasih sudah bertahan sampai hari ini :")


Senin, 21 Agustus 2023

Tiga Tahun Kaisa

Assalamualaikum...

Halo, Nak. 

Harinya sudah lewat. Tiga tahun lalu, kita ada di kasur ruangan inap di klinik bidan kecil yang cukup ramai di pinggiran Depok sana. Mataku menatapmu kelu menakjubi setiap inci dirimu yang lahir dari diriku. Kamu, anakku. 

Hari ini, genap tiga tahun berlalu. Lewat nyaris satu hari. Usia unconscious mind-mu resmi lewat. Tiga tahun yang penuh berkah dari Yang Kuasa. Tiga tahun yang menjadikanku belajar sangat banyak hal, terutama tentang merawat sabar. Tiga tahun yang jelas sangat berdinamika. Tiga tahun yang mengubah hidup kami sebagai Ayah Ibumu. Tiga tahun pula Allah janjikan peluang pahala yang begitu besar--sekaligus menantang, kalau boleh kubilang. 

Aku mengambil jeda usai naskah sibi-ku kutunaikan 12 babnya. Menyimak videomu kala dua bulan yang Ayah compile waktu itu. Tubuhmu yang begitu kecil dan kurus. Tulang kakinya terlihat begitu jelas. Ayah yang membacakan buku di kasur. Kamu yang tummy time di punggung Ayah. Fatih yang ikut seumpama dirijen saat Ayah menggendongmu-mungkin kala itu Ayah mendendangkan shalawat. Aku mereka ulang jejak langkah yang kutunaikan beriringan dengan hadirnya dirimu. Adaptasiku, belajarku, kelas-kelas yang kuikuti, resignku, pergolakan emosiku, hingga dirimu yang ceria dan banyak bicara, juga hari-hari negoisasi panjang dan keluhanku yang kadang serupa tak berujung. 

Betapa panjang kasih sayang Allah pada kita, ya, Nak. 

Kalau bukan karenaNya, tak akan kita sampai pada hari ini. Melihatmu yang riang gembira membuka Al Quran, mencari surat yang dipilih, berpura-pura membaca arab dan artinya, persis seperti kelas-kelas Alkindi yang kita lalui.

Kalau bukan karenaNya, tak akan kita sampai pada hari ini. Jujur aku kagum pada dirimu menahan diri. Paham saat bukan waktunya beli balon atau jeli. Meski kamu sulit juga jika tergoda makanan bergula. Tapi kita sama-sama belajar, kan? Menantang memang hidup di masa kini yang mana upf dianggap normal sana-sini. Ibu tahu masih banyak yang belum bisa ibu hadirkan untukmu, terima kasih sudah belajar ya Nak. Terima kasih sudah kooperatif. 

Kalau bukan karenaNya, tak akan kita sampai pada hari ini. Hari-hari yang berat, ya Rabb ... semoga selalu bisa kami lalui dengan syukur. Hari-hari yang rasanya ingin kamu tidur sangat lama, atau waktu di mana aku kesal karena rasanya sudah berupaya sebegitu rupa tapi kam tak tidur juga. Egoku bermain, aku mulai rush karena ingin punya waktu juga. 

Kalau bukan karenaNya, tak akan kita sampai pada hari ini. Terima kasih sudah berupaya jujur di lomba makan kerupuk kemarin. Aku tak bicara apapun soal lomba, karena memang tak mau mengenalkan persaingan di enam tahun pertama. Tapi, aku tak menyangka kamu seberusaha itu ketika kulihat anak lain pegang kerupuk dengan tangannya. 

Kalau bukan karenaNya, tak akan kita sampai pada hari ini. Ibu yang compang camping dan masih jauh dari sempurna. Belum belajar yang gimana-gimana untuk merinci iman islammu. Ah Nak, masih banyak PR Ibu, semoga Allah kuatkan dan mudahkan selalu ya Rab....

Kaisa, melihatmu begitu mengesankan. Betapa kuasa Allah menanamkan pada dirimu fitrah iman serta fitrah-fitrah lainnya. Betapa kuasa Allah mempertemukan Ibu dan Ayah, juga pada ilmu-ilmu yang kami tekuni sebagai upaya mendidikmu sebaik-baiknya. Kami tahu masih jauh dari sempurna. Namun, melihat bicaramu, polahmu, gayamu, sungguh hanya Allah yang mampu hadirkan itu semua pada kita, Nak. 

Nak, Ibu minta maaf jika ada yang tak pantas ibu lakukan di depanmu, teladan yang tidak baik, atau hal-hal yang melukai dirimu. Semoga Allah ampuni dan maafkan dalam memorimu. Tiga tahun yang saat ini rasanya pendek, namun sesunggunya terdiri dari hari=hari panjang yang melelahkan. Ya Allah, semoga Engkau ridha, semoga Engkau ridha. 

Masih banyak yang ingin dituang, tapi kok rasanya banyak yang ingin dipikir sendirian. 

Rabu, 31 Mei 2023

#RabuReview-Cincin Lama Belum Kembali

 Ikut klub baca buku yang kadang aku posting resumenya tapi baru kepikiran kenapa gak posting di sini juga, ya? Jadi, here is it!


Judul: Cincin Lama Belum Kembali
Penulis: Achi TM
Tahun Terbit: 2019
Penerbit: Gramedia
Halaman: 340
Genre: Metropop

Perdana baca novelnya Achi TM. Awalnya tertarik yg pernah dibaca zahra juga karena pernah liat di etalase toko onlen terus model covernya yg gambar bella ansori aku suka wkwk. Eh tapi akhirnya baca yg ini duluan deh.

Buku ini mengisahkan Kanaya dan Fathur yang sesama pemenang Abang None dan kemudian menikah harus mengakhiri pernikahan mereka sekitar 3 atau 4 gitu ya lupa tahun pernikahan. Kanaya bingung kenapa sih ini kok sampai harus cerai. Dia masih ga rela walaupun memang kehidupan akhir pernikahan mereka banyak berantemnya. Pun ternyata apartemen yang dia tempati setelah cerai dan nafkah 5 juta per bulan yang dijanjikan Fathur berakhir karena rupanya Fathur bangkrut dan apartemennya itu dijadikan jaminan pinjaman. Duh!

Kanaya diceraikan dalam keadaan sudah terbiasa dengan harta dan fasilitas mewah yang membuat ga biasa dengan pekerjaan rumah tangga, ada di circle yang tipenya sosialita, tanpa pekerjaan, dan juga ... menggendut. Kocak dan miris juga sebenarnya melihat dia berusaha cari kerja dan penghidupan yang layak dari yang sebelumnya statusnya orang berada. Dan lebih bingung lagi, kok Fathur masih tega minta cincin kawin yang dipakai Kanaya! Susah lagi lepasnya, kan Kanaya sudah menggendut. Ada apa sih memangnya? 

Persis kata Zahra menarik juga sudut pandang Achi TM itu ada sudut pandang islami-islaminya dan ini di bawah penerbit GPU kan. Sebelum baca novel ini aku bebrapa kali liat postingan beliau di FB (ternyata udah ngikutin dr lama) dan emang kerasa sih hawa tulisan beliau ada nuansa Islaminya. Dari fbnya juga aku tahu suami beliau kerja di lingkungan TV yang membuat isi cerita ini makin cocok karena tokoh-tokoh di dalamnya nggak jauh sama kehidupan bekerja di pertelevisian.

Cukup bagus mengembalikan minat baca haha karena 300an halaman tapi ngalir dan nggak bikin bosen. Cuman ati-ati aja kalau ada tanggung jawab lain yang harus dikerjakan hehehe.

Senin, 22 Mei 2023

 Nulis buat project geng blogger IAIC, susah ya ternyata. Banyakan nostalgianya. 

Sabtu, 11 Februari 2023

Persiapan ujian. Obrolan kuliah masa lalu. Lalu sedih. Sedih banget rasanya. Tak lama hujan datang.


Kadang-kadang rasanya sendiri, padahal rahmat Allah sungguh banyak berdatangan tanpa henti. 


Dan jadi menyadari tentang masa yang ternyata ingin aku skip itu rupanya semacam belum ada penerimaan, haha. Bisa begitu rupanya. 

Jumat, 13 Januari 2023

 Rasanya belum pernah sampe beneran nangis berusaha nulis cerita anak. Kadang aku mikir, bu Eva (vavaynoe) kalau nulis naskah ini gimana ya? Bakal cerita apa ya? 

mixed feeling banget emang ketika lihat banyak buku baru hadir, dan aku rasanya masih merasa terperangkap oleh hal lain, there is no me in ramadhan book, no me in that publisher book, dan ngeliat bu eva aku sangat memanggil kenanganku dari 2014 daftar litara. hahaha bocah emang. 


Bingung sering, tapi ini kayak patah semangat, huhu. 

Bersyukur.  Bersyukur. Bersyukur.