Minggu, 30 September 2018

Anak yang Menunggu Ayahnya

"Tau ga..." Mas Salingga diam sejenak, menarik perhatian kami. "Kalo pas pulang nih, udah deket rumah, suara motor udah kedengeran dari rumah tuh. Terus markir motor, standarnya diturunin. Anak-anak lari keluar, teriak, Ayah, Ayah! Ayah pulang! " jeda sejenak.
.
.
"Itu precious banget."

***
Saya tiba-tiba saja ingat kembali kalimat itu. Kayaknya udah lama banget deh Mas Salingga cerita itu di ruangan. Mungkin pas Yawme masih di bawah. Ndak tau kenapa ingat itu. Kemudian jadi ingat juga entah igstory Kak Reqgi atau wastory Kak Amri yang Kak Amri ada di dalam sarung terus Zayd sama Aqila teriak, "Ayah, Ayah hilang! Ayah hilang!" Hangat sekali melihatnya.

Anak-anak tidak pernah berbohong. Dalam menunggu waktu berharga dari orang tuanya. Their pure willingness  :")

Jadi inget juga video ini yang dishare di grup tebi pas temen-temen nyari inspirasi konsep video campaign.





Ingatan soal cerita Mas Salingga tadi membuat saya jadi mengingat Abi yang belakangan bolak-balik keluar kota. Mungkin dalam setengah bulan terakhir, tidak ada sampai setengah hari ketemu abi kalau ditotal, atau bahkan sepertiga hari juga tidak sampai. Di usia saya yang sekarang, kalau Abi pulang, apakah saya sungguh-sungguh menyambutnya? Heu. Jangan-jangan malah sibuk sendiri, main HP misalnya.

Terus saya jadi kepengen bikin konsep buku yang isinya tentang menunggu seseorang pulang ke rumah. Dulu pernah liat-liat di gramed pas masih di jogja (mungkin hampir dua tahunan yang lalu berarti) ada buku anak terjemahan dari Jepang kalau nggak salah, berjudul Nanti itu Kapan? Isinya tentang seorang anak yang ibunya lagi sibuk menjaga dan melayani pembeli di toko sehingga seringkali saat anaknya minta atau bertanya sesuatu, ibunya menjawab, "Nanti." Lalu si anak wondering gitu nanti itu apa dan kapan. (kalau mau cari, keywordnya Nanti itu Kapan? Satoko Miyano atau liat spoiler isi dalamnya secara online di sini)

Kepikirannya  semacam bagaimana anak menunggu Ayahnya pulang dari ia masih kecil sampai ia dewasa. Dan bagaimana juga yang berlaku sebaliknya; bagaimana orang tua menunggu anaknya pulang, dari si anak kecil sampai dewasa. Yang paling penting adalah eksekusinya sih. Karena menyedihkannya aku ini udah lama sekali ngga nulis. Hiks :((


jadi ingin menghambur meluk abi kalau abi pulang .
dan...
jadi ingin punya suporter dalam masalah tulis menulis ini .



Sabtu, 29 September 2018

Beng-beng dari Nadia

Waktu itu menjelang maghrib sepertinya, Nadia datang ke ruangan tebi mencariku. Di ruangan sebenarnya sepi, hanya tiga orang. Tapi sepertinya setelah pintu terbuka dan aku sudah unjuk diri, Nadia terlalu ragu untuk masuk ke dalam. Dia tarik mundur dirinya dari longokan di daun pintu.

Bakda shalat aku menemukan beng-beng dengan secuplik tulisan di atasnya. Ternyata itu dari Nadia. Tadi waktu ashar memang dia ingin segera shalat agar bisa melanjutkan persiapan presentasi market researchnya-dan dia sangat cemas dengan itu. Lalu kutemani shalat duluan (dengan menepok dia yang udah shalat duluan, tapi emang udah direncanain gitu dari awal), satu kloter lebih dulu dibanding teman-teman lainnya. Sebenarnya sederhana dan wajar, tidak lebih spesial atau bagaimanalah shalat duluan dengan tidak menunggu semua jamaah putri siap. Dan selama bisa berjamaah, kupikir juga gakpapa shalat jamaah duluan. Tapi ternyata Nadia menghargai itu lebih dari yang kukira :')

Waktu aku bilang terima kasih secara langsung ke Nadia. Aku tanya dia kenapa tadi nyari aku ke ruang tebi. Dia bilang kurang lebih, gakpapa, abis presentasi, kayak mau meluk melepas lega. Huaaa kurasanya merasa sama gitu haha aku juga kadang kalo abis ngerasa sesuatu jadi pengen meluk gitu. Terus rasanya kayak punya temen yang tau rasa senengnya meluk atau dipeluk /haha naon.

Ya begitulah, kadang menemukan secuil kesamaan dalam hal yang mungkin gak banyak orang ngerasainnya such a treasure. Gatau sih it will be bertahan sampai aku lebih dewasa lagi atau enggak. Tapi kalau kata Faizah, temen saya di aliyah dulu, manusia butuh 12 pelukan sehari, untuk ngerasa bahagia atau apa gitu. Ada penelitiannya, seriusan,wkwk.

Kayaknya Senin pekan kemarin,
kalo iya berarti 17 September 2018

Racau Kacau

lima dari tujuh hari terakhir, mengunjungi puskesmas dan rumah sakit. sibuk dengan mengantri. belajar menyabarkan diri. alhamdulillah aala kulli hal hasil cek ceknya negatif. sebelumnya sudah pasrah sampai aku rasanya ngga berani doa minta dikasih sehat karena khawatir ini teguran dari Allah, atau sakitnya bener-bener dimaksudkan untuk jadi penggugur dosa. udah itu aja husnuzonnya sama Allah pas itu; waktu doa, waktu jalan ke ruangan ambil hasil lab (yang ternyata gabisa langsung ambil dan harus mengantri dsb dsb dulu). Alhamdulilah Allah jawab dengan membebaskan aku yang jika saja hasilnya positif perlu pengobatan runtut enam bulan. sekarang memulihkan diri dengan kondisi saat ini. kalo inget nasehat-nasehat dokter di puskesmas tu rasanya campuran terharu sama menyesal. dokternya nanya banyak dari soal nafsu makan sampai kantornya di mana, kerjanya biasanya gimana, jam kerja, bawa beban biasanya berapa kilo, kerjanya ada angkat-angkat yang berat ga, nyuruh banyak minum susu buat pemulihan. rasanya, beberapa nasehat kayak familiar tapi ndak aku perhatiin :"

***

Rumah sakit dan puskesmas biasa membuatku berpikir banyak banget ya orang sakit. orang yang rawat jalan, rawat inap. wajah-wajah cemas, wajah-wajah pias, wajah-wajah pasrah, wajah-wajah berharap, wajah-wajah bersyukur masih Allah beri kesempatan. wajah istri dan anak perempuan kecilnya yang untuk masuk poli saja suaminya ada di atas kasur rumah sakit yang didorong di lorong-lorong sampai di antara kami yang menunggu antrian poli. wajah ibu muda yang mengetahui gejala pada tubuhnya. wajah bapak tua yang sudah menunggu lama sekali. wajah ibu hamil yang menghabiskan waktu menunggu dengan makan keripik. wajah ibu bermakeup tebal yang marah ketika anaknya membuka tutup udara balon-balonan yang dibeli di luar puskesmas, yang bertanya padaku soal jaminan kesehatan. wajah keluarga yang bicara dengan bahasa cina selama menunggu. wajah-wajah ibu-ibu yang penuh perjuangan membuat anak kecilnya nyaman menunggu antriannya dipanggil.

semoga Allah menguatkan setiap orang yang berjuang, ya.

***

September mau berakhir. dan ternyata juga tidak sederhana. kemarin kukira di akhir agustus kusudah melewati bebrapa hal yang cukup challenging untuk diri sendiri terus mau nulis blog gitu tentang agustus yang berakhir. tapi tak kusangka september datang dengan ceritanya sendiri. membuatku kemudian berpikir, Allah mau kasih aku kejutan apa lagi ya selanjutnya. apapun itu semoga kubisa menghadapainya dengan baik dan membuat diri ini jadi bertambah baik. semoga kalian juga, ya <3 p="">


<3 p="">***

kemarin abidah bilang, dia sama ima bilang aku kamis kemarin kayaknya lagi seneng. kutau sih memang agak overekspresi kayaknya pas itu heuheu. padahal di saat yang sama aku juga sebenarnya sedang kepikiran sesuatu. aku jadi berpikir apa overekspresiku itu sebenarnya pelarian ya biar ngga kepikiran hal itu lagi heu.

***

beberapa hari yang lalu aku kepikiran, kenapa ada orang yang berpikir untuk melakukan hal yang kita have no idea samasekali tentang itu, dan dia melakukannya ke kita? dan membuat aku berpikir berkali-kali tentang itu. sampai hari ini, barangkali.
<3 p="">tapi mungkin Allah nggak akan menakdirkannya tanpa ada alasan. semoga aku bisa belajar tentang itu.

ceritanya jumat, 28 sep 2018

Gugur akan Menyapa Senja

Gugur akan menyapa senja, untuk kali pertama
Daun yang menguning, memerah, mengering
Akan larut dalam warna yang sama di pelataran langit sana
Menemani tapak-tapak yang beranjak pulang
Dalam pikiran yang terngiang-ngiang

Belum usai
atau mungkin
Tidak pernah usai
Tidak ada habisnya.

untuk September :')
ditulis dari dua atau tiga hari yang lalu
saat kabarnya, di Jepang masuk hari pertama musim gugur

Buku Tulis

Ummi ikut ke sekolah Fatih. Hari ini ada semacam pembekalan skl gitu katanya. Semacam bimbel abis uts buat persiapan un. Hm aku sesungguhnya bingung juga kenapa anak kelas empat udah ada persiapan un.

"Dek tadi kata Naima ke ibunya nyatetnya banyak banget ya. Emang iya dek nyatetnya banyak?"
"Hm..." Fatih senyum "Fatih nggak bawa buku tulis" Nyengir dia.
.
Dek. Gemes dek aku ni kamu sekolah ndak bawa peralatan sekolah.

Jumat, 28 September 2018

Maryam .

Maryam. Aku kangen.
Jadi ingat malam Sabtu. Aku kangen merasakan perasaan senengnya malam Sabtu kayak dulu yam.

-foto 26 nov 2017

Tenang dalam Testing

That kind of things that i want right now.
/tidak ada penjelasan panjang, mari dilanjutkan :)

untuk segala pikiran yang suka tiba-tiba muncul, menyingkirlah

Sabtu, 22 September 2018

Kekal

Nama anak berusia tiga tahun itu Kekal. Kekal Harapan Bunda. Matanya bulat. Badannya gemuk sehat. Rambutnya tegak-tegak berwarna hitam legam yang cukup lebat. Wajahnya penuh senyum. Kala itu aku bertemu ibunya yang memakai gamis putih dan kerudung hijau motif kotak-kotak yang bahannya agak tebal menyerupai pashmina. Usia ibunya 24 tahun waktu itu, kalau tidak salah.
Ibunya mengenalkan Kekal pada kami, "Ini Kekal, itu kendaraannya." Sambil menunjuk pada sepeda yang bodonya mirip kuda-kudaan di pinggir tembok. Wajah Ibu Kekal menyenangkan, meski kuakui cukup sendu. Wajah yang ramah senyum namun terkadang menahan perasaan sedih setiap bertemu dengan pertanyaan, "Ayah Kekal di mana?".

Bukan. Bukan ia sedih jika harus menjawab pertanyaan orang lain tentang itu.
Ini tentang perasaannya yang membenak, bagaimana jika Kekal sudah paham dan menanyakan pertanyaan itu dengan sungguh-sungguh. Ah, bagaimanalah menjelaskannya sembari menatap mata bulatnya?


Kamis, 20 September 2018

Dan Bersegeralah .

133. Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa,

134. (yaitu) orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan,

135. dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri, segera mengingat Allah, lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya, dan siapa (lagi) yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan dosa itu sedang mereka mengetahui.

136. Balasan bagi mereka ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Dan (itulah) sebaik-baik pahala bagi orang-orang yang beramal.

QS Ali Imran: 133-136

Sabtu, 15 September 2018

Di Kereta

Saya duduk dan terdiam memandang keluar jendela kereta. Melihat rumah petak kontrakan. Melihat lapangan. Melihat pohon pohon pisang. Melihat kawasan perumahan kecil yang sedang dibangun. Melihat rumah petak kontrakan lagi. Melihat rumpun-rumpun bambu. Melihat seorang ayah di kursi depanku, yang sedikit-sedikit melihat putri kecil dan istrinya yang ada di sudut gerbong wanita. Ya, ia sedikit terpisah gerbong karena keduanya ada di kursi prioritas gerbong wanita. Syukurlah pintu pembatas gerbong dan pinggirnya terbuka kebar. Sekali kudengar ada panggilan, Ayah...!

Aku berpikir tentang keluarga. Keluarga seperti apa yang kelak ingin aku bangun. Keluarga seperti apa yang ingin aku tumbuhkan. Ladang amal apa yang hendak kami semai. Senjata sabar dan syukur bagaimana yang kelak bisa selalu mengingatkanku bahwa orientasi apapun adalah untuk ridha Allah.

Mataku berkaca-kaca.

 Cibinong-Citayam
 14.58
Saat tulisan ini dipos, si Ayah berdiri, mengendong putri kecilnya di dekat pintu perbatasan antar gerbong 

Kamis, 13 September 2018

Ujian Sabar

kemarin dengan segala emosi yang tidak cukup baik, stnk motor terbawa ayah. kereta sudah terlewat dan kereta selanjutnya cukup lama jadwalnya. akhirnya aku jalan ke depan, menunggu bis bogor depok lama sekali tak datang-datang. begitu memutuskan naik angkot, angkot jurusan tsb ga lewat-lewat. akhirnya berangkat jam 8, sampai kantor 9.10an. sampai badr juga how to deal with stabilitas diri gitu  yang udah kemulai dari berangkat sebenarnya.
hari ini alhamdulillah meski agak buru-buru bisa nyempetin mampir ke rumah teman menitip barang, ke asrama teman yang dia jadi musyrifahnya mengobrol sebentar dan mendapat insight, lalu dilanjut ke badr. tes, ks, design challenge, acc test, dsb dsb. merasa bersalah masuk ke obrolan orang. deal dengan perasaan khawatir orang ada feel gak enak sama aku (never mind, it is okay). pulang gak fokus. mau pulang lewat depan akhirnya muter ulang lewat jalan dalam. lupa harus mampir maketin titipan lalu balik arah untuk kedua kalinya. mampir ganti lampu. dan platku sudah tak ada di tempatnya :")
setelah nanya ke tiga orang mereka tidak ada yang lihat. akhirnya pasrah dengan baiklah harus mencari ganti plat lewat alur lapor kehilangan karena ayah khawatir ada yang menyalahgunakan plat tsb. asa malas juga sebenarnya perlu urus-urus dengan skema birokrasinya. tapi ya sudah takapa. belajar nerima, sabar.
kemudian berpikir. akhir-akhir ini kayak dikasih Allah medan belajar sabar. harusnya bersyukur ya. karena kalau lulus, insya Allah akan jadi pribadi yang  lebih baik.

terima kasih ya Allah. semoga ku sabar menjalani ujian kesabaran dan keikhlasan ini :")
dan alhamdulillah hari ini Allah sempatkan ketemu dengan tiga teman yang sudah lama tak bersua. semoga kertas putihnya bisa selalu terlihat dibanding titik hitamnya ya fit.

"ternyata adikku juga  punya bukunya...."
.
.
.
(ini ada di tas, kubawa)
cuma terucap dalam hati, hahaha.

habis itu menyesal, salah deh kayaknya masuk-masuk ke obrolan orang.

Obrolan Haru

Fatih pulang ngaji, pintu pagernya ga ditutup lagi.
"Dek pintunya ditutup."
"Lho, Mbak Fitri udah pulang? Fatih kira belum pulang makanya pagernya dibukain."

***

"Mbak kenapa sih Mbak Fitri pulangnya malem terus."
"Emang kenapa?"
"Ya kan kita bisa main-main gitu, ngobrol..."
*mode terharu
"Eh tapi nggak papa sih kalau pulang malem, misalnya pas ada jus jadi nanti bawa jus ke rumah."

***

*lagi gak nginep rumah baru semalem
"Mbak kangen."
*dua malam gak nginep rumah, pas jalan kaki ke rumah dari depan, vcall wa
"Mbak sampe mana?"
"Ini lagi jalan kaki ke rumah."
"Cepetan ya Mbak jalannya. Fatih kangen."

sampe rumah udah iqamah magrib. ga ketemu dia soalnya dah ke masjid

"Mbak kok lama sih tadi. Padahal pas di jalan Fatih tunggu loh di ujung gang."

***

Pas lagi pulang malam.
"Mbak, tadi hampir setiap ada bunyi motor Fatih ke depan lho ngeliat."

***

"Mbak kenapa sih pulangnya malem?"
"Iya dek ada yang msih harus dikerjain."
"Kenapa nggak dikerjain besoknya aja?"
"Dek kalau mau milih, mending Mbak Fitri pulang cepet ngerjain di rumah, atau pulang telat tapi ga ngerjain kerjaan?"
"Pulang cepet dan gak ngerjain kerjaan."
"..."
"Kan bisa main-main sama Fatih."

Obrolan Receh

"Dek, tol itu terdiri dai huruf apa aja?" waktu itu macet. di tol.
"Hmm.." Mikir. "To dan La" (hijaiyah mode, pls)
"Ih, kok tau yang Mbak Fitri maksud?"
"Iya, Mbak Fitri kan suka menyimpang gitu."

zzz, menyimpang lebih tepatnya nyeleneh kali ya dek.

***

*habis menebak sesuatu yang ngasal gitu*
"Mbak, Fatih kan mau nebak itu juga"
"Beneran?"
"Kita kayaknya satu otak deh Mbak."

***

"Ini tu makanan kesukaan abi dek. Ummi belajar dari Mbah dulu cara bikinnya."
"Emang iya Mbak?"
"Iya. Nanti juga kali ya istri Fatih naya ke Ummi Fatih sukanya makan apa."
"Fatih mah gampang Mbak. Kan makanan kesukaan Fatih Indomi."
-___________-

***

 Punya PR kliping blum dikerjain, yang heboh Ummi (sama Abi) urus kliping. Fatih sarapan. Kubantuin nyiapin bekal.
"Ini paling nggak diperiksa sama gurunya."
"Emang Iya," jawab dia dengan pd dan santainya.
*semua ketawa
Dek aku SD gak pernah mikir gitu zzz. Kalo aku mikir gitu aku dak usah kerjain aja ini.

***

"Uang sepuluh juta kalo buat itu (lupa apa) sedikit ya..."
"Tapi kalau buat Indomi bisa jadi banyak tau Mbak."
"Ih, tadi aku juga mikir gitu tau dek."
"..."
"Oiya ya kata Fatih kan kita satu otak."

***

"Dek, gimana caranya kipas itu terdiri dari empat huruf."
Mikir. Nebak. Salah. Mikir. Nebak. Salah. Menyerah.
"Ganti ka sama i pake huruf q, jadi qpas. Empat huruf kan.
*ketawa*

***

"Mbak pijetin..." mau tidur dia.
Mijetin, terus nyanyi nina bobo ninanya diganti fatih.
"Fatih bukan bobo Mbak."
Nyanyi lagi. Nina nya diganti Fatih. Bobonya diganti coreng (adiknya bobo).
"Ih, Mbak Fitri gak jelas."
"Kita cari ya lagu Nina Bobo." *mencari di yutub
*muter lagu
"Mbak ih berisik gabisa bobo."
*muter lagu yang dua jam
"Nih dek katanya ini pengantar ttidur sampe dua jam tu."
*masih intro
"Jangan-jangan yang rekaman juga ketiduran sama lagunya sendiri makanya sampe dua jam."

***

"Fatih selamat Mbak sekarang udah kelas empat."
"Selamat dari apaan?"
"Itu Fatih kan suka ditanya. Misalnya kelas berapa? Kalau Fatih jawab tiga suka ditanya tiga apa? SMA? SMP?"
*ketawa*

***

Malem-malem
"Dek belajar, pekan depan UTS kan?"
"Mmm, Fatih belajar kalau besoknya ulangan aja."
"Iiih kok gitu?"
"Fatih selalu melakukan itu lho Mbak dari kelas satu." *muka sok yakin gemes gitu

Perjalanan

suatu ketika kita berada di sepanjang jalan yang kanan kirinya lorong-lorong pertokoan. menyusuri dengan tapak kaki yang tak kenal lelah sehabis seharian menapaki jalan. lalu salah seorang dari kita melemparkan kalimat dari puisi aan mansyur, yang semakin terkenal namanya lepas rilis film aadc kedua: suatu hari seseorang pergi, lalu tiba-tiba ia ada di mana-mana

kita kembali mengenang banyak hal yang kita lalui dalam perjalanan. bukan soal kitanya. tapi orang yang kita masing-masing ingat sepanjang perjalanan. yang barangkali ingin kita ajak. yang barangkali ingin ia membersamai. tapi lagi-lagi. suatu hari seseorang pergi, lalu tiba-tiba ia ada di mana-mana. kita menyebut sosok-sosok yang pergi tanpa kita tahu kabarnya lagi. mereka pergi, kita menerimanya tapi begitu kita menyadari mereka pergi, mereka justru muncul di mana-mana.

agustus 2016
***

sekian jenak berlalu. hari ini aku yang pergi. tapi frase itu kembali berlaku; untukku, bahkan yang pergi. maka frasenya menjadi; suatu hari aku pergi, tapi seperti tidak ke mana-mana. betapapun pemandangan indah di depan, terjal jalan dilalui, banyak orang baru dikenali, pengalaman yang mengasyikkan, aku seolah tidak ke mana-mana. isi kepalaku terpaut satu. mengambil alih dominasi pikiran-pikiran. menggelayuti sudut yang harusnya bisa kuisi dengan apapun hal baru yang kuindra.

bahwa betapa banyak hal yang ternyata ingin kuceritakan.
dan kutanyakan.
agustus 2018
***

keduanya sama
untuk berujung pada; halo, apa kabar?
yang urung disampaikan


*sebenarnya aku ga ingin menambahkan notes ini, tapi daripada salah kaprah.
bias-bias kata ini mencampurkan nyata dan imaji, juga tebakan akan empati terhadap orang lain
 (sok memosisikan merasakan perasaan orang lain) yang bisa jadi juga salah
ini sering ad pada tulisan-tulisanku tanpa aku menulis note ini

ibu ceo dan gambarnya :")

ibu ceo dan gambarnya :")

17 oktober 2017

Rabu, 12 September 2018

Melupakan Keresahan

cara terbaik melupakan keresahan selain sibuk adalah membuat kesibukan itu sendiri. bersosialisasi, mengobrol, membantu orang, membuat kegiatan kecil sederhana, bukan menyendiri dan memikirkan terus-terusan keresahan itu dengan alasan yang ingin sok menenangkan diri. memilih menyingkir justru menimbukan kekhawatiran orang lain, dan barangkali membuat suasana di antara kalian jadi tidak nyaman.
awalnya mungkin memaksa, berpura-pura. tapi kadang sesuatu yang dipaksakan bisa berakhir baik juga :") dan bahkan lama-lama tidak terasa berat lagi.

everything was just being okay .


everything was just being okay .

ada beberapa kalimat yang sering saya katakan pada diri sendiri belakangan ini. semua baik-baik aja, atau juga, aku gakpapa-seperti jawabanku ketika seorang tanya apakah aku sakit hari itu menjelang shalat zuhur.

Dua kalimat itu barangkali sugesti sekaligus menyembunyikan diri sendiri.

sesungguhnya, aku benci saat-saat diriku seperti ini. begitu gelisah tak tau sebabnya. Atau mungkin tau, tapi alam bawah sadarku enggan mengakuinya. Atau juga tau, tapi tak tahu harus bagaimana. i feel being childish dan sesungguhnya aku malu sekali seperti ini :"

lalu efek sampingnya aku perlu berusaha lebih keras untuk konsentrasi, merespon obrolan, mengontrol emosi. berusaha keras untuk menahan tangis jika di depan orang atau sebaliknya, berusaha mengeluarkan tangis saat kondisi sepi tapi justru sulit sekali ledakan dalam diri ini dikeluarkan. seperti yang kukatakan tadi, aku benci saat diriku seperti ini. beberapa kali tertangkap mual mau muntah oleh teman atau ibu. kayaknya bukan karena sakit perut, lebih ke karena ada pikiran.

i am being unproductive today. lalu aku mencari wajah senyum di folder-folder foto. berharap menemukan satu untuk kupasang foto profilku guna mensugesti diri agar tetap bersyukur sehingga memunculkan bahagia yang lega; daripada aku pasang foto objek yang malah mendukung unstableku. di tengah mencarinya, aku ingat kata-kata temanku. kalau lagi sedih, coba ingat betapa banyak sebenarnya senyum yang pernah tercipta. tapi pada akhirnya aku gak ganti foto profil juga. Haha gak konsisten ya.

aku malu temanku pernah bilang aku jarang mengeluh. Mungkin tulisan ini buktinya. Aku selemah itu dan malah healing dengan menulis ini. mungkin saat ia bilang sesuatu yang dia lihat yang mana gak aku lihat (kadang kita butuh cermin kan untuk menilai diri sendiri). dan mungkin aku juga melihat apa yang gak ia lihat. membingungkan ya? entahlah. maaf ya teman jika penilaianmu ternyata mengecewakan. being introvert is so difficult when you wanna someone knowing you so well without telling something. aku selalu khawatir memulai cerita. khawatir diberi respon negatif mungkin. padahal respon negatif sekalipun adalah pembelajaran yang mungkin baik bagiku...

everything shall pass. semua akan berlalu, dan barangkali waktu adalah teman terbaik untuk melaluinya. dan Allah pasti ngasih sesuatu di waktu yang terbaik menurutNya.
dua hal itu juga yang kubisikkan akhir-akhir ini.

hanya dengan mengingat Allah, hati menjadi tenang. 

*monmaap netijen jika merasa tidak nyaman dengan isi ini silakan beritahu saya untuk membuat blog ini privat atau silakan tidak mampir ke sini.

don't worry, i am really okay :)

Senyum

Apa tidak cukup hadits 'senyum di hadapan saudaramu adalah sedekah' untuk membuatmu urung menampilkan muka tidak enak dan menunjukkan bahwa perasaanmu sedang tak karuan?