Rabu, 29 Mei 2013

"Berikan senyuman...tuk sebuah perpisahan..."

bergegaslah, kawan... tuk sambut masa depan
tetap berpegang tangan, saling berpelukan
berikan senyuman tuk sebuah perpisahan!
kenanglah sahabat... kita untuk slamanya!

buat adik-adik saya, yang hari puncak jadi hari galaunya juga (sekalipun lega juga, iya kan?)
Saya tetiba tadi pagi inget lagu ini. Lagu yang dinyanyiin pas pentas seni kakak pemandu makrab ilkom, juga termasuk salah satu lagu yang diputar waktu closing final imagine cup indonesia.
juga buat temen-temen gycen yang sangat berarti,
dan buat siapapun yang merindukan momen spesialnya di hari yang telah lalu :")

Kita untuk Selamanya
Bondan Prakoso feat Fade2Black

eiyo... it's not the end, it's just beginning

titz:
ok... detak detik tirai mulai menutup panggung
tanda skenario... eyo... baru mulai diusung
lembaran kertas barupun terbuka
tinggalkan yang lama, biarkan sang pena berlaga
kita pernah sebut itu kenangan tempo dulu
pernah juga hilang atau takkan pernah berlalu
masa jaya putih biru atau abu-abu (hey)
memori crita cinta aku, dia dan kamu

santoz:
saat dia (dia) dia masuki alam pikiran
ilmu bumi dan sekitarnya jadi kudapan
cinta masa sekolah yang pernah terjadi
that was the moment a part of sweet memory
kita membumi, melangkah berdua
kita ciptakan hangat sebuah cerita
mulai dewasa, cemburu dan bungah
finally now, its our time to make a history

reff:
bergegaslah, kawan... tuk sambut masa depan
tetap berpegang tangan, saling berpelukan
berikan senyuman tuk sebuah perpisahan!
kenanglah sahabat... kita untuk slamanya!

satu alasan kenapa kau kurekam dalam memori
satu cerita teringat didalam hati
karena kau berharga dalam hidupku, teman
untuk satu pijakan menuju masa depan

lezz:
saat duka bersama, tawa bersama
berpacu dalam prestasi... (huh) hal yang biasa
satu persatu memori terekam
didalam api semangat yang tak mudah padam
kuyakin kau pasti sama dengan diriku
pernah berharap agar waktu ini tak berlalu
kawan... kau tahu, kawan... kau tahu kan?
beri pupuk terbaik untuk bunga yang kau simpan

back to reff:

bridge:
bergegaslah, kawan... tuk sambut masa depan
tetap berpegang tangan dan saling berpelukan
berikan senyuman tuk sebuah perpisahan!
kenanglah sahabat...

lirik dapet dari sini .

Selasa, 28 Mei 2013

[randompost] Ah, Besok Sudah Wisuda,,,

Actually, semuanya jadi terasa menumpuk. Mulai dari mau cerita tentang PAS masa persiapan, sampe pasca PAS. Mulai dari gue kangen living, sampe kekaguman gue sama anak kecil generasi penerus bangsa. Mulai dri fiksi ngaco *uhuk* tentang NAMA *wakakak, pengen ketawa sendiri* sampe monolog tentang peluk perjumpaan yang melelehkan segala cerita yang ngin dicurahkan. Tapi selalu :

saya rindu banyak hal.

Bailah, kalau dilihat timing yang AKAN berlangsung, mungkin wisuda IC. IC yang penuh kenangan, penuh cerita, penuh buncah rasa. IC yang selalu sesuatu banget.

Dulu keinginan buat cerita tentang wisuda adalah pas baca blognya Nadia. Terus niat juga bikin pas kapan gitu. Gara-gara niatnya gak kesampaian terus akhirnya dipendem sampe sekarang, hehe.

Adik-adik Foranza, besok-sudah-wisuda-ya?
Uh, saya kebayang deh galaunya kalian. Pulang kali ini rasanya jadi nggak menyenangkan, iya kan? Dulu kak Urfa bilang di gambar yang di-tag ke kami -IAIC baru-di FB, bilang "selamat bergalau ria karena IC".
Ah, itu benar sekali teman-teman.

Semalam saya ngobrol sama Maryam. That we realize that IC is very comfortable zone, right? Maryam bilang dia pernah baca tulisan di web gycen  kalo IC itu nyaman karena semua didalamnya baik, yang masuk baik, didalamnya kita dibuat baik, dan keluar dalam keadaan baik. :)

Kemarin juga kami ngobrol tentang komunikasi. Saya cerita tentang betapa sulitnya jadi koor padahal kita udah gampang banget pegang gadget macam laptop maupun HP, juga tentang betapa sulitnya menghadirkan hati di acara yang sumpah saya harapkan banget bakal jadi kayak Sonlis. Ah, ternyata adanya gadget bahkan nggak mempermudah semuanya ya. Dan gedenya acara nggak menjamin hati saya nyangkut kayak saya mencintai sonlis :)

Semalam bahkan kami memisalkan Nida' yang dipanggil di asrama. Salah deng, itu diteriakin, hehe. gini Maryam nyontohinnya,"Nidaaaaa' dipanggil Saejuu di depn wakamaaad".
Hahaha, eh tiba-tiba saya inget pernah dicariin juga depan wakamad. Secara event, it happen a year ago. cuman urusan beda J-6 :)

Selamat menempuh hari penghujung masa sekolah kalian, masa putih abu kalian, masa-masa yang saya yakin nggak akaaaaaaaan kalian lupain.

Selalu. IC selalu terlalu berkesan. Ukhuwahnya mengukir terlalu dalam. Aaaah, saya inget banget doa Rabithah yang sering dibacain Qonta kalo kumpul/shalat berjamaah di asrama. Saya kangeeeen banget.

Di luar tantangannya terlalu banyak ternyata. Nggak se-madani-IC. Kak Iim dulu pernah bilang, coba Indonesia kayak IC, pasti makmur. Hahaha, mungkin sedikit berlebihan ya. Tapi itulah, kami terlalu mencintai IC :"). Nanti di luar dijaga ya segala kebiasaannya. Saling mengingatkan, termasuk mengingatkan saya juga. Saya belum merasa bisa menjadi saya dulu di IC, apalagi lebih. Tapi kalau terus bergantung gitu,
berarti namanya bergantung sama keadaan. Dan kita nggak boleh gitu. Harus menjadi diri kita sendiri. Diri kita yang masih menjaga segala nilai yang sejatinya sudah pernah kita pelajari sebelumnya. Sejatinya, itulah buah dari belajar. Di IC, semuanya proses. Dan proses itu nggak akan berhenti sampai situ. Sambil mencoba memetik buah yang baik, kita juga kembali belajar dari sekitar.

Selamat menjalani kehidupan sebenarnya :") !

Kamis, 23 Mei 2013

Kapasitas dan Prioritas --yang seharusnya--

Kemarin saya buka tumblrnya Maryam, ada postingan gini
dari sini


Terus ini kata si kakak :
Iya kan, kalo berkegiatan tapi kurang memperhatikan kualitas sebagai muslim/muslimah yang baik, emang meningkat kapasitas diri, dalam hal duniawi tapi. Kalo dalam fiqh prioritas, lebih baik meninggalkan yang mudharat daripada mengambil manfaat


dan ini benar. sungguh benar. Maryam juga bilang setelah kita ngbrol lagi dan aku sampaikan kalimat dari si kakak. Maryam menyampaikan hasil obrolannya dengan beberapa teman dan kakak-kakak.

"Muslimah punya ladang dakwah sendiri. Nggak harus di rapat malam-malam kayak gitu"

yang mungkin kalau saya revisi sedikit kalimatnya akan menjadi :
"Muslimah juga punya ladang untuk meningkatkan kapasitas dirinya sendiri. Karena ukuran kita seharusnya bukan ukuran dunia. Tapi ukuran kita adalah ukuran Allah. Bahagialah dengan ukuran itu. Berbanggalah. Sesungguhnya Allah amat memuliakan kita !"

#loh loh, jadi kayak kalimat motivasi

Sesungguhnya tetap ada jalan untuk meningkatkan kapasitas diri kira, dalam ukuran Allah :)
hamasah, semangat, bismillah :)!

ditulis dengan segenap perasaan cinta dan rindu yang bertambah-tambah terhadap suatu hal yang belakangan menyesaki pikiran saya, yang bahkan sempat menjadi bunga tidur saya semalam
kalau saja bisa, saya ingin mengulanginya dalam  dunia saya yang sekarang
sungguh :")

Jumat, 17 Mei 2013

Antara

antara IT dan perkembangan teknologi. antara rombongan depan lobi dan acaranya esok hari. antara bagaimana harusnya diajari biar jadi maksimal si kaderisasi. profesionalitas  kak, boleh saya serius paham dengan diajari? antara perasaan yang tak sepenuhnya terasa di hati. aku benci seperti ini. aku ingin tahu yang tadi. aku mau bertemu kakak seprodi. juga mau menyelesaikan resume buatan sendiri. sungguh banyak hal hari ini. juga esok hari, juga esok dan esoknya lagi.

Rabu, 15 Mei 2013

Dimulai .

Melewati garis start. Berbakti, Berkarya, Berarti ! Menggapai takwa dengan tinta.

Bismillah ya Allah, semoga Engkau memudahkan, semoga, semoga :")


untuk 13:36:44
Hari ini

Senin, 13 Mei 2013

Tidak Sekadar

PAS atau Pekan Anak Sholeh tinggal dua minggu lagi. Kurang bahkan. Untuk acara yang lumayan besar, sesungguhya persiapan acara memang terlampau cepay. Oke cepat atau lambat relatif. Bandingan saya sesungguhnya persiapan acara besar kami di kampus IC sana. Saya sungguhan merasa di kuliah terlalu banyak acara, terlalu banyak acara besar, ya mungkin karena banyak UKM juga ya. Dan mungkin perencanaan acara dalam waktu dua tiga empat bulan  masih biasa disini.

Salah satu usaha kami ngedanus buat nyari dana. Jualan, mulai dari donat, bolu, lumpia, risol, di kelas kuliah. Bukan, yang saya mau highlight sebenarnya bukan masalah itu. Sebenarnya dikit sih, pengantarnya aja yang banyak, hehe, maaf ya ^^v.

Biasa mungkin bagi mahasiswa (disni aja apa ya) buat jualan bunga, Cerita teman yang pernah aku dengar beli bunga 2.000 bisa dijual 10.000. Dulu teman saya jualan itu buat cari dana konser amal. Malem-malem jalan, malam minggu jalan, pas tanggal cantik 10-11-12 juga jalan. Nawarin ke mobil yang lagi di lampu merah, bilang buat acara amal. Nawarin ke pasangan-pasangan (pacaran, atau emang udah ada yang udah halal? who knows?)

Yang saya garis bawahi waktu Fathin bilang gini pas ada ide jualan bunga buat wisuda. Dia bilang gini :
Aku takut kalo jualan bunga malah jadi media buat pacaran...
Sederhana, simple, cuma kalo dipikir, jualan itu bukan cuma cari keuntungan. Jualan bunga pas wisuda sebenarnya lebih banyak (estimasi saya) akan laku buat ngasih kenang-kenangan ke wisudawan/wati nya. Tapi kalimat Fathin nggak cuma berlaku buat jualan bunga pas wisuda aja kan ?

*selamat mencari keridha-an Allah :")

Sabtu, 11 Mei 2013

Bicara dan Algoritma

"Iya Fit, semoga nanti ngomongnya lebih teratur lagi, hehehe "
--hahaha, iya ya Hap. Padahal aku anak ilmu komputer yang belajar algoritma, harusnya semuanya bisa teratur satu per satu dideklarasikan ya Haaap, hehe. Bicaraku ini ngomong satu, inget yang lain, jadi kadang suka ngacak gitu. Atau ini efek terlalu semangat?

*trims for this time Haap :)

Tentang Waktu

Tadi sore, saya sempat kepikiran tentang beberapa kalimat tentang waktu. Nggak tau kenapa saya pas adi itu ya kepikiran aja kalau kadang-kadang waktu itu bisa jadi jawaban dan juga sebab akibat. Bahkan saya tadi sempat kepikiran *entah kenapa terlintas aja gitu di kepala* sampe kalimat yang agak puitis *ceileh-_-* semacam .... aaah tiba-tiba lupa,,ya sudahlah, lupakan.

***

"Manusia tumbuh sejalan dengan bumi menua"

Hari ini surat itu datang. Diantar Pak Pos, ralat, Pak JNE yang entah sapaannya yang keberapa  baru dibukakan pintu gerbang. Mengantar surat yang wanginya sama seperti kurang lebih empat sampai lima tahun lalu (ternyata sudah cukup lama ya kak). Surat ini wangi, iya sama wanginya seperti surat bertahun lalu itu. Surat wangi yang kedua, seumur-umur saya pernah menjejaki dunia. Ralat, surat wangi yang kedua yang pernah saya terima. Kalau ngasih dulu pernah pas mau ngasih ke Bella, karena hadiahnya dibungkusin sama Nabil dan katanya disemprot parfum Salman dulu *iya gak sih ini ceritanya gitu bil?*

Kalimat diatas kutipan dari surat tersebut. Tentang waktu. Lagi-lagi tentang waktu.
*saya terdiam sejenak, memori saya jadi menjalar kemana-mana*

***
Waktu kadang jadi jawaban, waktu selalu menemani rasa penasaran, waktu pulalah yang menumbuh kembangkan. Waktu selalu menjadi saksi, waktu mengawetkan sosok pada memori, waktu musuh terbesar bagi yang ingin menghilangkan diri. Waktu. Lagi-lagi ini tentang waktu.

Saya jadi teringat *it means, cerita ini dulu* postingan Nadia AV di blognya tentang wisuda. bisa cek disini kalo mau. How time being so special then. How togetherness being so precious. Saat itu saya bener-bener pengen bikin tulisan tentang wisuda. Oke, saya hutang sampai hari ini-_-. Terakhir yang saya tahu wisuda Foranza Sillnova dimajukan. Dengan kata lain kebersamaan akan dipotong satu minggu berarti. Lima belas hari lagi.

Dulu, setahun yang lalu *barusan buka jurnal, hehe* 11 Mei setahun lalu kami makan-makan Kopaja (XI NS 1 Insan Cendekia 2010/2011). Seru, ngakak, tegang, deg-degan, keluarga. Pesen lauk cho-ant yang lagi naik daun di tahun akhir kami di IC kala itu, yang cewek masak mi duo sama bikin pancake *ah saya inget banget masak-masak deket tangga depan gedung H. Main truth or dare. Anas yang kena mulu ampe bikin ngakak. Puji yang kicep pas disuruh truth *ciyeee puji, siapa sih ji? hihihi*, Naylah yang udah ga berkutik lagi kayaknya abis diberondong pertanyaan tentang Nik*h. Eh dulu pertanyaan Faqih apadeh yang sampe jleb banget kayaknya, hehe. Oh iya kopaja, Naylah janji mau jawab pertanyaannya kalo kopaja makan-makan lagi. Langsung daaah :LD :P Ditunggu undangannya ya Nay *eh*.

Juga tentang tulisan. Tulisan tangan selalu menjadi sesuatu yang menarik bagi saya untuk mengabadikan. Mengabadikan memori, menikam masa, mendiamkan waktu barang sesaat, menyeruakkan isi kepala barang secuil, menggoreskan pesan-pesan yang tak diucapkan lisan. Kadang kita butuh momen, teman-teman...

Dulu pas makan-makan terakhir Geliga (XII IPA 3 Insan Cendekia 2011/2012) Gordon bilang gini pas ada waktu untuk ngomong. Kita boleh ngomong apa aja, mau pesan, kesan, perasaan, apapun. Gordon bilang : ngomong aja, mumpung momennya lagi pas. Tahu apa : kadang kita nyesel lho kalo pas momennya kita malah gak bilang apa-apa, gak menyampaikan apa-apa.

***
*oh iya saya coba mengingat-ingat apa yang terlintas di kepala saya sore kemarin *udah kemarin coba, udah ganti hari dan postinga saya ternyata belum selesai---lambat banget fiiit T^T*

Kata Denis tadi siang :
"Tapi kan ya aku mikir lagi Fit. Semakin bertambahnya waktu kan seharusnya kita makin dewasa, kan..."
//tuh Fit, tambah dewasa (^^)/('_')
"Iya Fit, nggak papa, berkorban waktu buat keluarga..."
//:")


Jadi waktu, bagaimanalah
Merasakanmu berganti artinya sama
Sama saja dengan bagaimana perasaanku bertumbuh saban hari
Dengan orang yang sama
//haha, edisi galau ini saya lagi memikirkan perasaan orang lain *maksudnya mencoba (sok) mengerti perasaan salah satu teman saya

Ada satu lagii yang bahkan kepikiran sebelum kutipan galau diatas, tapi yang ini saya sungguhan lupa.

#sudah dulu ya, maaf jadi curcol. Selamat menikmati waktu terbaik masing-masing ^^!

Minggu, 05 Mei 2013

Kepada Izza :")

Assalamu'alaikum Izza.
Salam kenal, sejujurnya bahkan saya belum pernah bertemu denganmu :)
Saya suka sekali video ini. Kata si kakak ini video galau, dan itu indikasi saya sedang galau --"

Tapi bukan, saat itu, 13 April 2013 saat saya melihatnya saya bahkan ingin segera menyapamu, Za. Dan saat itu saya nggak lagi galau kok :).

Ini video yang pertama saya lihat setelah saya searching namamu di google. Pertama kali baca tulisanmu di buku tahunan Teladan membuat saya begitu tertarik dengan kata-kata yang kau tulis. Kemudian main ke kontrakan Tyani dan lihat buletin yang di situ juga tertera namamu sebagai redaksi. Tyani ngasih link blogmu yang ternyta salah. Baiklah, saya segera mengetikkan namamu di google dan menemukan blog itu : http://langityangselalusama.blogspot.com

Dan ini video karyamu yang pertama aku lihat. Mungkin mirip dengan projectnya Fahd Djibran : Revolvere dengan jangkauan usia yang lebih muda. Saya suka banget videonya, Za.

Terakhir, maaf ya Za saya nggak ngelink langsung dari Youtube. Entah bagaimana saya search di youtubenya blog saya nggak bisa langsung nemu videomu. Tapi, saya sudah upload di laptop :D; nyaris semua video karyamu bahkan. :) *ah bahkan saya menyimpan video kesukaan ini di ponsel saya yang layarnya saja sebenarnya kecil, hehe*.  
Ini linknya teman-teman :)  http://youtu.be/aADinUj4kN4



Katanya, perasaan wanita itu lebih mudah untuk tersentuh
suka itu relaif kok, tenang saja :)

Sabtu, 04 Mei 2013

Spesial

"Apa arti spesial, sih Bunda?" Nara menggeliat manja, minta dijelaskan.
"Spesial itu...mmm mungkin Nara tahu martabak Mang Ujat di depan gang sana. Ada martabak yang biasa, yang spesial, dan yang istimewa. Dibedakan begitu karena martabak yang spesial atau istimewa itu biasanya punya sesuatu yang lebih daripada martabak biasa lainnya," Bunda mencoba menjelaskan.
"Bukannya sama aja ya Bunda? Sama-sama enak tuh kayaknya. Buktinya Nara nggak pernah tanya Bunda beli martabak yang apa kalau Bunda bawa oleh-oleh martabak buat Nara."
"Mmm, baiklah, mungkin begini. Nara tentu punya boneka barbie yang paling disuka, bukan?"
"Iyalah Bunda. Barbie yang Nara kasih nama Sesilia paling baaaagus diantara semuanya," raut muka Nara terlihat lucu. Menggemaskan sekali.
"Nah itu namanya spesial. Sama seperti Bunda yang seorang guru. Bunda punya murid banyak sekali lho, sayang. Dan semua murid itu rasa-rasanya sudah seperti anak Bunda sendiri. Tapi diantara semuanya tentu Nara yang paling spesial. Nara yang paling istimewa. Sama seperti Sesilia-nya Nara itu. Mungkin spesial selalu dekat dengan kata Sayang, Nak. Ya, spesial selalu dekat dengan kata sayang." Bunda tersenyum. Nara tersenyum. Ia kini mengerti apa arti spesial.
***
Seringkali kita menganggap seseorang itu spesial bagi kita. Padahal dia sesunggunhnya menganggap kita biasa saja. Sedih? Terkadang. Tapi sedih tak pernah mengurangi perasaan spesial itu, bukan?
Hei, cermati. Jangan-jangan justru kita yang seolah tak mau tahu, atau tak menyadari bahwa sesungguhnya dia juga menganggap kita spesial. Kembali ke persepsi dan definisi. Tiap orang punya definisi masing-masing tentang spesial :)
***
Selamat datang di Jogja, teman spesial :)
***
Sesungguhnya selalu ada yang menganggap kita spesial loh, kita saja yang sering nggak sadar, atau tidak sadar tidak mau menyadarinya?

Selamat Sabtu malam semuanya :) !

Jumat, 03 Mei 2013

De-di-ka-si

Kadang-kadang saya nggak ngerti makna dedikasi, makna profesionalitas yang sering saya lihat fenomenanya di sekitar saya. Dan al ini beberapa kali membuat saya merasa gemas atau geram. Jujur saya mengakui bahwa saya pun juga belum sampai pada tahap itu. Saya juga masih belajar.

Begini, di mipa sendiri banyak banget UKM yang ada. Siapapun bebas mengikuti oprecnya, walaupun proses seleksinya berbeda-beda dan pasti ada yang lolos dan ada yang tidak. Tapi kembali ke asal, siapapun boleh mengikuti, mendaftarkan dirinya di mana saja ia suka.
Semakin banyak amanah yang dipegang, maka semakin besar pula kesempatan bagi kita untuk mengecewakan orang lain.
Kalimat itu yang tersirat suatu ketika di perjalanan pulang dari kampus seminggu yang lalu.  Benar kata-kata hadits yang dulu pernah saya dengar itu. Amanah adalah suatu hal yang paling berat. Yang ironisnya sungguh terkadang kita tidak menyadarinya, saya perbaiki, tidak setiap saat kita menyadarinya.

"Fit, kumpul kemarin bicarain apa?"
"Aku nggak dateng, kamu juga nggak dateng?" Saya nggak bisa datang pada kumpul suatu sore beberapa hari yang lalu itu. Saya ada janji duluan dengan dosen.
"Aku juga nggak dateng. Males e. Lupa aku kalau ada rapat. Aku malah baru buka smsnya jam setengah enam."
"Oooh..."
"Iya, lama-lama males e Fit, liat aja nanti aku gini, gini, terus juga keluar" tangannya membentuk suatu garis lurus yang lama-lama membelok, keluar jalur.

*saya mendesah dalam hati*

Suatu kali yang lainnya.
"Fit, kamu ikut LDK(latihan dasar kepemimpinan, semacam upgrading)?"
"Iya insya Allah, kenapa? Kamu gimana?"
"Aku nggak ikut Fit, capek. Sabtu Minggu selama tiga minggu terakhir aku nggak ada di rumah terus, nggak enak sama Bapak Ibu. Nanti kalau aku dikeluarin juga nggak papa."
Entah mengapa saya merasa seperti agak tertohok. Ah, kalau kamu sadar masalah dikeluarkan dan mengeluarkan bukan cuma gara-gara nggak ikut LDK, temanku sayang. Kalimat itu membuatku tersadar bahwa dia emang udah nggak niat lagi ikut organisasi ini.
Bahkan kalau boleh jujur, saya juga sebenarnya belum merasa nyaman berada di sini, di perkumpulan yang saya bicarakan ini. Ada kalanya saya benar-benar menginginkan organisasi ini seperti sebuah keluarga. Kecil dan hangat. Tapi belum, entah mengapa. Tapi bukan berarti mengakhirinya dengan berkata tidak ikut untuk bahasa halus mengharap dikeluarkan, bukan? Saya pun minggu-minggu sebelumnya punya agenda. Himaprodi saya yang kunjungan ke ITB, PRH, saya sesungguhnya juga lelah dan ingin meminta jeda.
Tapi saya sadar, ini juga bagian lain dari tanggung jawab.
"Aku juga sebenarnya minggu-minggu kemarin selalu diluar terus, tapi alhamdulillah minggu ini bisa. Kamu nggak akan dikeluarin kok kalau cuma nggak ikut LDK doang :) ."
Saya cuma bisa balas smsnya dengan bilang begitu.

Suatu kali yang lain.
Pernah mengalami janjian ngaret? Pasti pernah. Saya juga pernah. Tapi rasa-rasanya baru kali ini janjiannya telat sampai satu jam.

Kala itu, saya benar-benar nggak ngerti dedikasi standar "ini".

Baiklah, ini bukan janjian antara dua orang. Ini suatu acara, yang di posternya terpampang tulisan 17.00. Kalau boleh jujur, siapa yang nggak pengen memilih istirahat dan melakukan quality time buat dirinya sendiri (meski nggak ada yang jamin waktu buat diri sendiri itu quality time sih). Ngusahain banget dateng pas jam segitu. Ruangannya bahkan masih ketutup. Baiklah saya tunggu, saya memilih kursi di pinggir ruang M yang sebenarnya tidak terlalu kelihatan dari ruangan kumpulnya. Setengah jam berlalu, ada yang buka ruangannya, tapi cuma sekadar ngecek aja.

Jam enam kurang, mulai terlihat beberapa orang. Ada kakak tingkat yang menanyakan, "Loh, kalian nggak ikut makan-makan?" Rupanya ia mengira divisi kami makan-makan, padahal sesungguhnya yang makan-makan beberapa teman kami yang kebetulan memang satu divisi. Sejujurnya saya sempat kaget, setahu saya beberapa teman selesai praktikum hari itu jam lima. Dan mereka masih sempat makan-makan? Aduh, rasanya miris banget kalau gitu. Semoga nggak beneran deh beritanya.

Ketika mereka datang, salah seorang ngomong gini, kalau kita nggak dateng yang 2012 cuma dia, dia, dia, dia (nunjuk beberapa orang yang udah dateng lebih dulu). Ah, geram sekali rasanya.

Saya kadang nggak ngerti sama standar dedikasi. Sejujurnya kalau masalah berkorban, mungkin saya memang sedikit banyak berkorbannya. Kalau teman yang lain mungkin banyak yang jualan malem-malem, ngorbanin ke mana lah, beli apa lah. Di sisi lain saya juga nggak ada kendaraan yang bisa memuat leluasa buat kemana pun pergi, sih. Atau belum ada yang mengajak mungkin?
Saya juga mungkin biasa-biasa saja. Ada pelatihan OLC dan persiapan acara nggak lantas membuat saya mengorbankan OLC demi acara. Kenapa? Setelah bayar selayaknya kursus, bagi saya OLC kayak kuliah juga.

Iya, saya juga masih kurang pada derajat itu. Saya masih menempati porsinya, sejujurnya. Belum bisa lebih, maaf. Saya harap pada beberapa hal, semoga kita bisa sama-sama mengerti makna dedikasi :)

Algoritma

Algoritma dipakai untuk memecahkan persoalan hidup kamu sehari-hari juga nggak papa, supaya hidup kamu lebih efisien. 
Memang kemampuan anda membaca program diharapkan seperti membaca surat cinta, bacanya cepat-cepat, sedikit-sedikit tersenyum. Kalau belum bisa begitu ya masih harus banyak-banyak latihan.
--Pak Janoe,
kuliah Algoritma dan Struktur Data pagi ini 

Kamis, 02 Mei 2013

Perasaan dan Emosi, Tahu dan Tidak

"... rasanya saya bisa selalu bersikap positif. Apapun yang terjadi rasanya saya senang, saya bahagia. Misalnya besok ujian blok dan saya hari sebelumnya saya nggak bisa belajar ya saya jalani aja, kalau memang nilainya buruk ya toh saya belajar bukan untuk mendapatkan nilai. Terus juga saya suka ketawa sendiri kalau lihat status anak-anak SMA yang galau, labil kalau ada masalah sama pacarnya. Kalau dipikir-pikir, saya sama pacar saya itu dulu bisa dibilang first love at the first sight sejak saya SMP. Jadi kalau putus gini ya mungkin seharusnya saya sedih. Orang udah pacaran sejak dulu, udah lama, LDR, bahkan sekarang saya kuliah dan dia udah kerja, tinggal nunggu bentar, saya lulus dan kemudian merit. Tapi ya ternyata kita bertengkar semalam dan akhirnya kita berhenti, udahan. Saya ya udahlah. Nggak tau kenapa saya nggak begitu berlarut-larut membahasnya. Kalau memang jodoh juga nanti ketemu lagi. Entah bagaimana saya merasa selalu prima. Ya itu tadi, saya merasa bagaimanapun saya selalu prima. Mungkin karena pengaruh nama saya juga?"
 --Kak Prima, mengakhiri kalimatnya sambil tersenyum
(ini cewek kok kakaknya, *soalnya saya punya temen namanya Prima dan itu cowok)
dan yang saya garis bawahi disini adalah betapa pandainya ia mengelola emosinya

Ada jangka waktu tertentu di mana saya memperhatikan sikap orang-orang di sekitar saya. Mengamati bahwa sekelompok membicarakan satu yang lainnya yang sesungguhnya hanya terpaut pada ujung-ujung meja. Saya sebenarnya prihatin, prihatin pada yang dibicarakan, pada yang membicarakan, bahkan pada diri saya sendiri.

Saya prihatin pada yang dibicarakan. Mengapa? Baiklah begini kita semua sama-sama tidak mau menjadi seseorang yang dibicarakan, bukan. Begitu pula saya ketika mendengarnya. rasanya nggak enak banget, beneran. Apalagi kalo yang dibicarain yang nggak enak. Aduh, saya sebagai seorang pihak yang hanya tahu sedikit tentang kedua belah pihak hanya bisa berpikir dalam hati kecil saya. Ini mana sih yang benar? Yang membicarakan, atau yang dibicarakan? Mana bisa saya membela kalau tak tahu semuamuanya. That's really confused. Di sisi lain kalo bisa pengen nggak usah denger satu patah katapun. Tapi mau gimana lagi alau bahkan keadaan tak memungkinkan untuk meninggalkan majelis, bukan?

Saya juga prihatin pada yang membicarakan. Aduuh, kayak nggak ada kerjaan lain yang lebih produktif aja saat itu. Jujur saja, kalau bisa bahkan saya pengen nyicil ngerjain kalkulus daripada entah bagaimana nggak sengaja mendegarkan celoteh mereka. Ah, sayang banget waktunya kebuang sia-sia.

Saya juga prihatin pada diri sendiri. Kebayang nggak betapa mau nggak mau saya sejujurnya jadi penasaran sama apa yang sebenarnya dibicarakan. Kalo denger yang sekiranya menurut saya, kayaknya sebenarnya nggak gitu. Tapi takutnya saya sesungguhnya nggak mengerti sama sekali tentang itu, atau ternyata tahu saya adalah hasil sok tahu, atau malah salah-salah adalah pengetahuan yang salah :/

Saya belajar dari kedua kejadian disjoint diatas *efek belajar Matdis nih ngomong disjoint*, bahwa betapa kalo kita bisa mengatasi segala perasaan dan emosi, ketika tahu bahwa kita dibicarakan oleh sekelompok orang pun that's really nothing. Nggak akan berefek apa-apa buat kita kalau kita percaya bahwa yang mereka bicarakan adalah sebuah kesia-siaan (maksudnya disini bukan berarti dalam artian kita nggak mau dengerin pendapat orang lain buat bebenah diri, yu know what the context lah, hehe). Juga antara tahu dan tidak. Saya tahu, makanya saya ngerasa gimanaaaa gitu, ini bahkan saya sampe ngeblog kan buktinya *eh. Bahkan teman yang dibicarakan terlihat ngobrol seru sambil ketawa bareng teman-teman yang lainnya (karena pastinya dia nggak tahu).

Bebenah diri yuk :) !

#catatan semalam :)

Penting

" Kau penting. Dan akan selalu menjadi penting.
#dibuktikan tanpa induksi matematika, ataupun dengan pembuktian case by case. Biarlah, tunggu saja suatu edge menghubungkan vertex-vertexnya #semoga #semoga"

/* selintas pemikiran yang terlintas suatu sore */ plis banget fit nggapentiiiing, hahaha. yakali aja nanti terlintas bikin novel *ups tapi aamiiin :D

Rabu, 01 Mei 2013

More Than Friends

"Kita sama Allah itu more than friends. Allah yang lebih tahu, berdoa aja, Ya Allah, Engkau yang lebih tahu, dan Engkau lah yang membolak-balikkan hati inim naka arahkan hati ini di jalan yang engkau ridhai."
"Ya kan? Kadang kita ngerasa gitu. Iya, enggak, iya, enggak. Maju, mundur, maju, mundur. Yang awalnya tadi udah niat, terus malah tiba-tiba males, atau tiba-tiba ragu. Yang awalnya bersiap memberanikan diri, akhirnya malah takut dengan berbagai kemungkinan yang ada. Kalau aku biasanya gitu. Cerita sama Allah, ya pakai bahasa kita sehari-hari aja. Bilang aja kalau kita lagi galau, lagi bingung, apa saja. Bilang saja. Allah yang paling tahu, paling paham, paling ngerti."

--Kak Elisa, 
kemarin, 30 April 2013