Jumat, 30 November 2012

Hati Wanita

Kau salah, Dina, kau salah. 
Kenapa? Karena yang kita bicarakan ini hati wanita. Kau wanita, dan aku juga. Kita membicarakan masalah yang sama. Bedanya aku sudah memikirkan itu jauh-jauh hari lalu. Dan kau baru saja memikirkannya sekarang. Hati kaum kita lebih mudah mengembang, terbang, membumbung tinggi dan merasa senang sekali. Tapi kita harus tahu, selalu ada realita, selalu ada fakta. Kita nggak bisa memutuskan semuanya secepat itu, sebelum kita tahu faktanya. Karena, cepat atau lambat hati kita harus selalu siap dengan sesuatu bernama fakta. Kalau tidak, kembali ke topik awal kita : ini hati wanita, akan sulit sekali rasanya kalau ia sudah terlanjur mengembang. 
Jadi, jangan secepat itu mengambil keputusan, ya.
 Meski selalu ada sisi kecil hati kita yang menolak .

Senin, 26 November 2012

Definisi Cinta bagi Kita


Kita selalu mencintai sesuatu dengan definisi kita sendiri .

Ya, sesuatu, apapun itu. Baik Allah, Rasul, Al Quran, orang tua, pasangan hidup, seseorang yang spesial, teman-teman, adik-kakak, saudara, idola, bahkan benda sekalipun.

Kita selalu mencintai sesuatu dengan definisi kita sendiri .

Karena cinta itu kata kerja. 

Maka ketika kita mencintai Allah, seberapa taqwa kita pada Allah lah yang mendefinisikan rasa cinta kita.
Ketika kita mencintai RasulNya, maka seberapa usaha kita untuk meneladaninya adalah definisi cinta kita.
Ketika kita mencintai Al Quran, maka seberapa usaha kita mengamalkannya adalah definisi cinta kita. 
Ketika kita mencintai orang tua, seberapa bakti kita kepada orang tua kitalah definisi cinta kita. 
Begitu seterusnya, begitu seterusnya. 
Dan ketika kita mencintai suatu benda, maka sama seperti tadi, definisinya adalah seberapa penjagaan dan penggunaan kita terhadap benda itu. 

Begitulah cara terbaik untuk mendefinisikannya.

Dan definisi itu bukan berarti kita harus berlebihan. Cukuplah definisikan dengan pemahaman baik. Dengan batasan agama yang telah ditetapkan. Dengan tahu mana prioritas cinta tertinggi yang diharuskan. Dengan tahu apa yang harus selalu dijadikan landasan dalam rasa cinta. Maka, tak perlulah susah-susah cari definisi Cinta. Karena memang tak usah. Sejatinya tindakanmu sudah mencerminkan definisi itu, walau pikirmu belum. Jika kau bingung dirimu kenapa. Sebenarnya yang paling tahu kita ya kita sendiri. 

Dengan memahami ini, maka tingkah laku kita sebagai pendefinisian akan selalu menuju kebaikan. 
Ya, dengan catatan itu tadi : pahami hakikatnya dengan baik, maka diri kita secara otomatis akan menunjukkan definisinya.

Semoga, semoga :D !

Selamat Senin Senja semuanya :D!

Wajah Bahagia :D

Dan ya, bahagia bagi kami itu sederhana. Seperti bagaimana kami bahagia ada di tengah-tengah teman-teman kami. Seperti bagaimana kami menikmati masa hidup kami. Bahagia bagi kami adalah ketika kami punya momen yang bahkan diri sendiri pun menghargai momen tersebut sebagai momen yang penting.  Bahagia bagi kami adalah kami tersenyum, dan tertawa bersama, sekalipun ketika hanya sekedar melihat-lihat foto dan mengenangnya. Bahagia adalah ketika kau ada didekatku, dan aku ada didekatmu. 
Bahagia adalah kami yang bersama, dan tak dapat lagi rasanya diungkapkan oleh kata.

foto : Himmah Qudsiyyah, Naylah Muna, Faradisa Bintana Aulia, Farahdillah
26 Mei 2012, Pengumuman UN MAN Insan Cendekia 2012
Angkatan 15 : Gycentium Credas Disorator
-tepat 6 bulan, tepat satu semester yang lalu, kawan :")-

80 Menit

80 menit itu mengalir, begitu saja, dengan putus-putus yang berulang kali karena turun naiknya sinyal . Kau sambil menyetrika, dan aku bahkan harus naik-naik di atas kasur, mengarahkan telepon genggam ke atas seperti gaya patung pancoran.
Tapi tetap saja menyenangkan .

80 menit itu ada pada telepon genggam, yang menghubungkan aku dengan kau. Di jarak yang ratusan kilo dari sini, dan sebentar lagi kian menjauh. Tanpa paketan telpon murah yang kulakukan akhir-akhir ini .

80 menit itu sederhana, berisi cerita-cerita dan saling berbagi. Bertanya minta pendapat. Saling bercerita, dan menggerutu,"ngapain sih tuh orang?", kemudian tertawa lagi. Riang. Dan memang, sebenarnya itu yang selalu kita inginkan, bukan? Tawa riang seperti dulu, saat kita masih bersama :")

80 menit itu penuh mengenang, bercerita dan mengungkit lagi hal-hal di masa lampau. Ah, padahal kita juga sudah sama-sama membicarakannya di waktu dulu. Tapi, mengingatnya selalu membuat tertawa, ya. Membicarakan betapa konyolnya masa-masa dulu itu. Hahaha :D

80 menit itu sebenarnya mungkin seerhana. Tapi bagiku itu sungguh menyenangkan. Bisa kembali bercakap dengan orang yang dulu bahkan dapat kutemui tiap hari, tempat cerita dan tertawa selama ini. Di mana kita sama-sama berbagi dan menertawai. Walaupun begitu, kita selalu belajar, bukan? Untuk selalu menjadi pribadi yang lebih baik. Seperti betapa aku kagum padamu dulu. Dan sms terahirmu yang mengindikasikan itu--walau ternyata kenyataannya tak begitu, hehe :D

Terima kasih, teman. Aku selalu menunggu menit-menit semuanya menjadi nyata kembali. Bukan hanya seperti tadi : 80 menit dari telepon genggam. Aku akan selalu rindu saat-saat di mana kita bercengkrama di belakang tiang masjid, bercerita di jalan menuju kantin, atau bahkan suara ledekanmu saat mau ambil nasi untuk sahur esok hari tapi malah jadi sembunyi karena terlanjur jalan menghindari. Hahaha, gugup itu masih saja ya dulu. Entah sekarang bagaimana :D.

Selamat jalan teman :D ! Doaku selalu : sukses ya di sana !

Minggu, 25 November 2012

Gycen feat. Kantin Bu Siti : Jus Seribu !

Jadi ceritanya untuk mengobati rindu yang makin mendendam *apasih fit bahasa lo kita sisa Gycen yang ada di Jogja dan yang kebetulan bisa, kumpul di kontrakan Umar buat buka puasa bareng. Yaaah, habis kan kita agak sedih gimana gitu ceritanya ga bisa ke IC di acara Roadshow IAIC, tapi ya Alhamdulillah lah Allah masih ngasih kesempatan buat tetep kumpul meski cuman berlima dan di akhir ujung-ujungnya dateng Sofyan pas banget kita pulang dari makan dan dia belum makan *maaf banget Soof : gue aja gatau lo mau dateng, hehe :D

Sebenernya kisah ini bermula tragis, di mana gue janjian sama Nikari tapi ternyata kumpul bikin mading belom selesai-selesai karena satu dan lain hal *halah . Udah mana ternyata pas gue mau nyamper ke kosan Dilho (sebelum ke BSR asramanya Nikari) bressss, ujan dengan ganasnya turun dari kahyangan, eh langit deng maksudnya. Masih alhamdulillah deh tuh pokoknya gue udah sampe di kosan Dilho. Seengganya selamat sebentar dari ujan. Kenapa gue bilang sebentar? Karena abis itu ita bener-bener basah (ya ga seratus persen juga sih). Akhirnya kita naik ojek dan jadi mahal gara-gara ke kontrakan Umarnya lewat jalan kaliurang dan gue taunya jalan yang lewat depan fakultas peternakan. Tapi ya udahlah ga usah disesali. Seneng aja Fit ketemu anak-anak, hehe.

Karena hujan, akhirnya Nikari udah duluan kan. terus kita (gue dan Dilho) sampe sana dan Saeju Umar sama Nikari udah depan pintu. Jadi begitu turun, tanpa masuk ke rumah (tapi udah bayar ojeklah), kita langsung jalan ke Kantin Bu Siti.

Jadi.....Kantin Bu Siti itu Kantin yang lumayan terkenal. Diso pernah bahkan ke sana sampe keabisan piring saking ramenya. Tapi kita kemarin alhamdulillah gak rame2 banget. Apa karena weekend sekaligus ujan jadinya gak terlalu rame, ya? Sayangnya Diso yang usul tempat ini malah ga bisa dateng gara-gara dia masih TKAD (Teknik apaaa gitu, pokoknya gambar-gambar gitu deh pokoknya).

Kantin Bu Siti murah banget deh beneran. Jus aja seribu. Hehehe, kenapa jadi bersemangat gini. Bailah, mari kita lihat foto Saeju yang lagi bawa payung gue, eh maksudnya foto spanduk harga Kantin Bu Siti di bawah ini (jangan liat ke bawah, tetaplah menatap layar) :


Jadi itu yang dibilang Nasi ayam 4500 itu bisa dideskripsikan seperti ini : nasi ambil sepuasnya terserah, pake lauk ayam (terserah juga mau ayam yang diapain, dan ayamnya ukuran normal kok teman-teman. Manusiawi buat dimakan, ga kecil sekayak apaan gitu) sama pake sayur sekalian (meski ga dicantumin di namanya di spanduk itu). Ya pokoknya gitu deh, murah banget ya. Kita berlima tapi gelasnya 10. Dasar keausan buka puasa, hehehe :D. Dilho ampe mesen jus 3 walaupun uangnya sampe tanggal 26 tinggal 20.000. Ya tapi dia emang gak makan nasi sih waktu itu. Saeju sampe nyesel soalnya dia agak ngirit malem ini. Katanya, kenapa gue ngirit banget ya sekarang, jadi nggak bisa menikmati nih...

Oiya, terus itu kan diblangnya menu siang sampe jam 5 ya. Tapi kayaknya itu sampe malem juga tuh. Buktinya pas gue makan juga harganya masih segitu. Padahal ya kita kan makannya abis maghrib. Terus pas kita makan juga Ibunya ngeluarin ayam yang baru mateng juga. Nah lho, jadi kayaknya spanduknya itu mesti di update lagi deh. Sampe malem kok kayaknya berlakunya.


Saeju pas foto ini : gue kayak punya......3
(silakan isi sendiri)

gantian moto sama Umar. Ceweknya mager buat ngambil foto, hehehe :D

Umar : Ya Allah, Dilho minum berapa gelas??
Ya udah deh terus udahan makan kita balik ke kontrakan. Kan belum maghriban. Sampe kontrakan, ternyata Sofyan baru nyampe dan dia juga belum makan. Jadi ngerasa bersalah. Maaf ya Sof :"(

Akhirnya Sofyan beli bazaar di kontrakan Umar. Sebenernya gue juga heran (nggak gue doang kok, Nikari juga heran tuh). Jadi di kontrakan mereka itu ada bazaar kayak jaman di IC gitu lho. Ada bazaarnya Kurni sama bazaarnya Fadli kalo ga salah. Banyak deh. Dari momogi, mi instan, sampe kiko yang dibekuin di freezer ituloh, ada di kontrakan mereka.

Jadi kita magriban. Dingin masih mencekam. Ujan bro~ Baju basah, tapi malam ini, kebersamaan menghangatkan kami *cieeeeee
Selanjutnya ngobrol-ngobrol, niat skypean sama yang pada di IC. Udah janjian sama Novi. Sebelum dia ke IC gue udah usul skype-an. Dia bilang, iya kok Ft aku bawa laptop. Eh emang bener sih sia bawa Tapi modemnya ngga. Sama aja-____________-
Tapi lumayan lah, kita sempet telponan sama anak-anak. Meski ngomongnya sama anak cewe doang sih. Nggak papa. Obat kangen :")

Oh iya sebenernya ada juga sih obrolan kita tentang perempuan dan laki-laki beserta antara keduanya. Meski akhirnya ngebahas perempuan itu gimana dan laki-laki itu gimana. Apalagi kalo udah nyambung ke masalah perasaan. Tapi di skip aja ya. Nanti cerita di postingan lainnya deh :D, sabar aja ya :")


Ini sebelum pulang, Saeju jadi pasiennya dr. Sofyan dulu :") *aamiin :D
*ini Saeju mau di tensi

[IAIC Joglosemar] Karena Kita adalah Satu

Wisma Puas, Kaliurang
Makrab IAIC Joglosemar, 17-18 November 2012

Seminggu yang lalu sih sebenernya, biar aja deh saya tetep mosting, hehehe. Jadi ceritanya seminggu yang lalu saya ikutan Makrab IAIC Joglosemar. Meski gycen ceweknya cuman berlima, dan kita udah kayak nge-geng karena kemana-mana berlimaaa mulu. Udah kayak anak bebek satu jalan semua ngikut *oke, oke nggak selebay itu juga, hehehe

Kita makrab di Wisma Puas. Daerahnya namanya Kaliurang. Ada jargonnya tuh yang berhubungan sama nama wismanya, tapi saya lupa jargonnya kayak gimana yang ada puas-puasnya gitulah. Yng jelas motto acaranya : Karena kita adalah satu ! Menyenangkan juga makrabnya. Gamesnya rame, hahaha :D. Dari nebak nama sampe games nebak guru yang ada juga soal kelompok dua yang udah pada suudzon semua kalo itu fotonya diganti gara-gara gak ketebak banget potongan fotonya, haha :D
Kocak sampe rasanya kenyang ketawa, hehe :D

inilah geng kita~sebelum makan malem

saya dan para pecinta Arashi ! hahaha :D
*entah kenapa fotonya nggamau potrait meski udah di-rotate juga
Itu foto saya tulisin ada arashi2nya. Jadi inget skenario ini :
Mau shalat Isya, di semacam ruang tengah gitulah. Yang cowoknya pda di Masjid. Ceweknya di wisma. Terus seperti biasa kita pada dorong-dorongan buat nyuruh jadi imam.
Dilho: Ayo Nida, Nida aja jadi imam. Kan Nida ustadzah. *yang lupa, ingat lagi bahwa ustadzah itu sebutan spesial Pak Deni buat Nida
Nida : Aaah, jangan sebut ustadzah lagi, aku kan udah suka arashi
Semua kecuali Nida : -__________-, sekaligus ngakak *jadi malah ketawa2 dulu sebelum shalat

piss Da, udah izin kan waktu itu, hehehe :D

Iya pokoknya acara inti pas malem sih pemilihan ketua IAIC Joglosemar. Dan ini pertamakalinya saya milih ketua nggak pake voting kayak biasanya. Jadi karena sistem pemilihan ketua IAIC per region itu emang diserahin ke region masing-masing, jadi IAIC Joglosemar memakai tradisi yang biasanya. Dan ternyata tradisi IAIC Joglosemar itu milih ketuanya pake musyawarah.

Dan well, saya seneng juga sama metode kayak gini. Jadi dengan metode musyawarah kali ini (kata Kak Yofie : voting nggak menjamin suara terbanyak adalah pemenang),masing-masing calon : Kak Miftah, Kak Cecep, sama Kak Zaim maju gantian (satu maju, lainnya nunggu di luar) buat ngomong. Ya visi misi lah, prokerlah. Tapi masing-masing cukup menarik. Kak Miftah keliatan banget gimana nytanya proker yang beliau akan canangkan. Kak Cecep juga dengan kharismanya dan dengan tenangnya ngomong di depan. Kak Zaim yang Ketu BEM FKG itu *loh jadi nyebut merk, hehehe, memulai dari SWOT alias kelebihan, kekurangan, bla-bla-bla gitulah, jadi analisis dari berbagai sisi gitu IAIC Joglosemar itu gimana.
Saya inget ada pertanyaan buat Kak Cecep dari Kak Bahar : Apa arti kami bagi anda?
Kak Cecep : Kita adalah satu
*plokplokplok~langsung tepuk tangan. eh tapi itu emang motto acara, hehehe

Naaah, selanjutnya ketiga kakak ini dibawa keluar lagi sama panitia. Terus kita yang didalam musyawarah siapa yang paling pantas buat jadi ketua. Dan...menurut saya ini musyawarah yang cukup hidup juga. Di mana kami semua jadi sama-sama memberi masukan dan membandingkan (dalam arti kebaikan) dari berbagai macam sisi sehingga pikiran kami semua terbuka untuk memilih siapa, dan tahu alasan-alasan apa yang patut dan layak dipertimbangkan.

Ini penting menurut saya, apalagi bagi alumni baru macam angkatan saya ini, hehehe. Kalo cuma ngeliat dari omongan ketiga kakak itu ternyata nggak cukup buat kita gitu aja langsung bisa nentuin milih siapa. Kita perlu pandangan kakak-kakak yang lain yang mung kin udah lebih kenal dan tau banyak hal tentang ketiga kakak yang bersangkutan.

Dan metode kayak gini insya Allah bebas dari ghibah. Kenapa? Karena semua unek-unek udah dikeluarin pas musyawarah. Soalnya saya inget pas dulu biasanya kalo ada pemilihan ketua osis via voting dan ujung-ujungnya meski udah keluar keputusan yang menang siapa, biasanya di asrama pada ngegosipin lagi, bandung-bandingin lagi. Jadi ya...menurut saya untuk saat ini metode ini baguslah, jadi terhindar dari ghibah, hehehe. Karena kita udah bisa mandang dari berbagai sisi pas musyawarah bareng-barengnya.
Selamat buat Kak Cecep Umar Farouq yang terilih untuk mengemban amanah sebagai ketua IAIC Joglosemar. Sayang banget dokumentasi yang saya punya (hasil bluetooth dari anak-anak) ga ada foto serah terima dari Kak Imam Hakim Firdaus (Cive).

Besoknya ada outbond. Berhubung Gycen cewe cuman ada 5 ya disebar semua ke 4 kelompok. Kelompok saya bareng Kak Sudiono, Kak Rizal, Kak Bahar, Fadlun, sama Kak Hasan. Kocak juga kita outbondnya, hehe. Petunjuk yang random banget mungkin gara-gara track itu udah sering dipake buat outbond jadi banyak banget yang pake rafia ijo sama merah. Kelompok saya bahkan udah naik bukit terus masa ngeliat tanda yang kalo bener-bener dilakuin mengharuskan kita buat jalan ke turunan bukit yang nurun gitu lho. Kloterna Nida,Dilho, Iti malah lebih kocak lagi. Gara-gara nyasar, mereka bahkan gak ke pos 1 sama 2, tapi langsung ke pos 3, ckckck. Jadi kocak deh pokoknya. Cerita-cerita juga sama Kak Ihsan dari Felzhiro Nexard tentang pengalaman dulu sama guru IC, hehehe :D

IAIC Joglosemar (meski ada yang udah pulang duluan)
aaa, tapi ini fotonya keren bangeeet :D:D

Gycen Jogja yang dateng minus Sofyan sama Saeju
*kayak foto keluarga :")

Menulis Refleksi Hati

Menulis itu memang karena hati .

Tapi bukan berarti semua tulisan itu merefleksi isi hati penulisnya.
Kadang-kadang kita menulis sebagai refleksi hati orang lain--sekalipun itu hanya perkiraan, atau kesoktahuan belaka.

Sungguh, tidak semua tulisan merefleksi isi hati penulisnya.

Kamis, 22 November 2012

Dear Nida

Ya Nida. Kau benar. Entah mengapa kau selalu benar.
Setidaknya, untuk masalah ini. Untuk cerita ini.

Bahwa bahwa bahwa .
Tulisanmu, puisi-puisi itu. Jangan Berpikir Begitu.

Oh dear,
tulisanmu benar. Benar sekali.

"karena kita tak pernah bisa mencintai tanpa memberi, begitu bukan?

bukan untuk mendapat balasan, tapi memang tanpa alasan
bukan lagi 'usaha', tapi itu bagian dari naluri menyukainya"


Dear Nida,
bukan, bukan karena ada momen tertentu, momen hebat, istimewa saya cerita ini. posting ini.
sebenarnya sudah sejak lama saya ingin.

yayaya~ saya tahu, beberapa menit lalu melunjakkan niat saya yang akhirnya mengimplementasikan niatan menjadi kenyataan. Akhirnya nyata juga tulisan ini. Di sini, di blog saya. Rewrite dari tulisanmu beberapa waktu lalu.

Halo perasaan, ajaib sekali kau?
jadi apa mau kau? apa mau kau menguasai banyak hati? apa mau kau memengaruhi emosi? apa kau diciptakan hanya sebagai bunga kehidupan? apa sekedar itu? kenapa kau ada untuk mengadakan yang tiada? kenapa kau ada meniadakan yang ada? kenapa?

dan kenapa kau membuat manusia kadang jadi sulit berkata-kata? kenapa kau malah membuat bungkam? kenapa kau membuat hati menjadi mulut, ribut sekali ia berkata, ribut sekali ia bercerita? kenapa membuat yang menyembunyikan jadi tak sabar? kenapa kau membuat bungkam semua yang sudah terlanjur? kenapa kau membuat banyak pekerjaan ditunda-tunda?

dan kenapa engkau mengubah rindu menjadi doa? tidak hanya itu, baiklah, kenapa kau membuat -tidak hanya rindu- terinterpretasikan menjadi doa?

Baiklah, ada yang bilang kau irasional. Tak tahu mengapa, tak tahu. Hanya menyerahkan semuanya pada hati. Biarlah ia bicara, biarlah ia meminta. Biarlah biarlah biarlah~

Tapi sebenarnya ia sedikit demi sedikit akan rasional. Jika kita tahu apa hakikatnya. Tahu untuk apa sebenarnya. Tau maksud segala segi fitrahnya. Dan itu yang mungkin harus kita cari. Kita gali. Memperdalam.

Ah Nida, aku mau cerita...

Dear Nida, ini tentang perasaan, ini tentang hati. Yang sedari dulu kita bicarakan. Yang sedari dulu kita perbincangkan.
Hei, bukan kita saja yang merasakannya. Semua orang : juga. Pada siapa saja.

Matematika Diskrit

Pada akhirnya niat saya harus bulat. Sejak lama saya pengen banget ngepost tentang Matematika Diskrit. Mata kuliah di program studi saya saat ini. Baiklah, doa saya, semoga saja nanti bisa istiqamah blogging Matematika Diskritnya, hehehe.

Hari ini saya baru aja belajar tentang 5 kalo dibagi 3 bisa sama dengan 4. Yang entah gimana bikin anak-anak tercengang dan bahkan teman saya bilang kalo dulu ternyata duru SDnya salah. hehehe.
Baiklah, selamat menikmati nanti :D

Selasa, 20 November 2012

Hidup Itu Proses

Malam ini, pukul 19.48 saya pulang, melaju kembali bersama si sepeda .
Malam Jogja yang cerah berawan, lampu-lampu yang memukau menambah keindahan.

Ya, sejatinya, semua itu adalah buah dari proses.
Hidup itu proses, nggak ada yang instan.
Sama halnya dengan bohong kalau ada lembaga kursus yang menjanjikan kita akan mahir belajar dalam tiga minggu.

Hidup itu proses.
Bagaimana seseorang kemudian amat ahli bicara agama, paham benar masalah ini itu, hukumnya, dalilnya, ushul fiqihnya.
Hello....dia nggak baru kemaren belajar. Dia udah sering baca kitab agama dari jaman sekolah, paham betul bahwa ia baca kitab-kitab bukan untuk dinilai (jangankan dinilai, mata pelajaran yang menyuruh baca kitab-kitab itu saja tak ada), semata-mata ia baca untuk menebus rasa ingin tahunya. Paham benar bahwa semua yang ia pelajari kini akan digunakan nanti.
Dan ya, benar. Bukan hanya sekedar baca. Ia tahu, bisa mengaplikasikan. Hafal benar kata imam ini begini kata imam itu begitu. Ia tahu, kemudian menyampaikan. Maka otomatis menempellah semua dalam kepalanya.

Bagaimana seseorang kemudian menjadi seorang ilmuwan, peneliti besar. Lakukan riset, jadi pembicara di mana-mana.
Hei, jangan sangka hidup ilmiahnya baru dimulai kemarin. Hobi menelitinya sudah tumbuh jauh-jauh hari saat ia sekolah menengah. Ia pupuk terus rasa ingin tahunya. Ia tebus dengan beli transistor, dioda, resistor, ah apalah itu namanya. Ia buat rangkaian listrik, ciptakan kompor listrik. Kembangkan imajinasi atas inspirasi si penemu lampu Thomas Alva Edison. Ia bisa, mengapa diriku tidak? begitu pikirnya kala itu. Maka jauh-jauh hari ia terus kembangkan ras aingin tahunya. Maka alih-alih kalau ia kini jadi ilmuwan, jadi profesor, apa itu semua tiba-tiba? Tidak.

Sejatinya hidup itu proses. Proses di mana kita terus belajar dan mengembangkan diri. Nggak ada yang instan. Nggak ada yang tiba-tiba jadi. Nggak ada yang disebut kebetulan. Jika hidup itu punya asas sebab akibat, maka kita kini adalah sebab kita di esok hari. Kita di masa depan adalah akibat kita di masa kini. Maka, lantas apa?

Lantas kita harus belajar. Belajarlah dengan sungguh-sungguh. Memahami banyak hal baik, termasuk ilmu agama dan ilmu dunia. Belajarlah, dan bergunalah. Kita nggak akan jadi yang paling baik kalo belum bisa menebar manfaat. Belajarlah, belajarlah dengan penuh kesungguhan. Dengan semangat yang tinggi--bukan semata-mata cari nilai kejar prestasi yang ujung-ujungnya kejar prestise. Biar asas sebab akibat itu buktikan, biar saja. Karena di dunia ini, sungguh nggak ada usaha yang sia-sia.

Belajarlah menekuni banyak hal :") .

*juga termasuk postingan yang menyemangati diri saya sendiri. Sungguh hidup itu proses, kawan. Bersabarlah untuk menuai hasilnya. Jangan terburu-buru dan berharap instan. Terima kasih kepada sesuatu yang menginspirasi. Saya bela-belain langsung nulis demi biar langsung dapet feelnya, hehe. Padahal banyak niatan yang masih dipendem buat saya bikinin curcolannya di blog ini. Tunggu aja :")

Kamis, 15 November 2012

Cerita Afifah

Sederhana, nggak tau kenapa. Di pagi yang cerah namun masih mati lampu di kontrakan Tyani dkk, kami bisa saling bercerita, tertawa bersama, BAHAGIA :")

Pipeh nginep. Dia udah sakit gitu. Demam, radang, pusing, ga nafsu makan, pait kalo makan.

Kenapa peh?

Jadi ceritanya, Pipeh daftar klub pecinta alam di fakultasnya. Pertama dengernya juga aku kaget, hehehe. Kenapa pengen daftar peh? Soalnya aku pengen aja ngisi waktu, jalan-jalan gitu, jawab Afifah.

Ya tapi Pipeh belum jalan-jalan hiking bla-bla-bla gimana gitu laaah. Dia masih diklat awal gitu. Dari tanggal 5-25. Ngapain ajaaaaa peeh sampe sakit gini?

Mari kita lanjutin ceritanya.

Jadi pipeh disuruh lari ngiterin GSP *sumpah aku nggak kebayang ini ngiterin GSPnya doang apa sama lapangan-lapangannya. Tapi kayaknya sama lapangan-lapangannya deh, soalnya dia bilang kalo sprint kayak lapangan IC pas lari point anak kedis sih aku kuat. Lah ini, maraton... Udah gitu selain lari muterin GSP sampe 4x, dia juga sit up, back up, sama push up masing-masing 30x kalo ga salah. Sam aitu lho yang naik turun tangg gantian kaki kanan kiri selama 50x-50x masing-masing kaki.

Tyani : Ya iyalah peh, jelas aja kamu jadi drop gitu. Yang tadinya mager jadi anti mager banget gitu.
*semua nggak tau kenapa ngakak, ngebayangin Pipeh yang dari semangat sampe tanpa ekspresi males ngikutin semangat bergeraknya si kakak-kakak pemandu, Pipehnya, ya ikutan ketawa, sambil cerita dikit-dikit*ini Pipeh udah baikan kok. Dia lagi makan bubur sambil cerita.

Pipeh : Iya makanya. Kakak yang barengan aku juga sampe ganti-ganti. Gak ada yang barengan lari dari awal sampe akhir. Aku bilang,"udah kak, duluan aja.". Kakaknya bilang,"Nggak papa dek." Yaah pokoknya sampe akhirnya kakaknya jadi duluan dan bahkan ngelewatin aku larinya-,-. Kita : ketawa lagi laah. Nggak ngebayang aja. Bayangin deh, apalagi sambil denger Pipehnya cerita. Asli, gatau kenapa lucu aja, hahaha :D. *gamaksud ngehina lo peh, hehe:P Kan tadi udah ijin mau ngepost di blog.

Sempet juga Pipeh nemenin orang di Panti Jompo. Terus denger cerita seseorang yang juga nemenin tapi nggak bisa Bahasa Jawa. Akhirnya dia cuma jawab nggih nggih doang. Padahal neneknya ngomongnya tentang nikah. Bahkan : garoane enng desa? Nggih Mbah, jawabnya. Okeee, plis banget, itu kan maksudnya pasangan (istri), gitu--"

Udah gitu Pipeh juga sempet berenang di Selokan Mataram. Dan saya dengan polosnya ngebayangin Pipeh berenag-renang di Selokan Mataram depan Fakultas Kehutanan, Peternakan, ya pokoknya jalanan rame itulah. Peeeh, lo ngapaiiiin? Aku, Unca, Tyani, semua gregetan denger ceritanya. Imajinasi kita ngebayangin hal-hal kocak yang agak gak masuk akal yang sebenernya yang dilakuin Pipeh ya ga seekstrim itu juga. Tapi bahasanya Pipeh itu loh, hahaha :D

Jadi, ternyata Pipeh berenang sampe ke selokan Mataram yang sononya *sononya manee-,-. Pokoknya di ujung dah. Latihan ngelempar tas*kan kalo denger sekilas bayangannya kayak ngelempar tas yg kayak mainan gitu...ternyata tas husus emang buat basah *lha ga bilang dari awal, bayangannya tasnya masing-masing, biar serasa gerakannya Thariq bin Ziyad ya yang membakar seluruh perahu biar semua semangat menaklukan konstantinopel. Jadi pake tas sendiri2, biar instingnya pada dapet semua gara2 ga mau tasnya basah.

Terus di sana dia latihan arung jeram juga, latihan siring apa ya namanya *aduuh bahasanya lupa. Oke, kita ambil keputusan aja kalo itu namanya siring. Oke? Ntar kalo Pipeh udah klarifikasi, nanti saya edit lagi, hehe :P.

Jadi siring itu semacem berenang pake pelampung pas turun dari arung jeramnya. Terus kita memasrahkan diri mau dibawa kemana diri kita sama aliran arus itu. Baik, ini pemahaman saya atas 3 atau 4 kali pertanyaan saya tentang definisi ke Afifah. Terus ceritanya Pipeh gini : Iya, kan aku ngebayanginnya tuh enak banget ya. Aku udah niat mau mejamin mata aja tuh. Kan enak kan ya, kayak tiduran di atas air gitu, eh ternyata nggak enak-,-. Mana aku kebagian kloter terakhir yang udah malem. Pas mau keluar terowongan airnya masuk hidung gara-gara lagi napas. Pokoknya nggak enak ternyata.

Dan bayangan saya lagi-lagi salah. Nggak tau kenapa bayangan saya Pipeh itu naik pelampung bulet yang kalo di kartun-kartun itu posisinya badan kita yang nyantol di pelampung (pinggang ke bawah) eh ternyata nggak gitu ya--" Ternyata pake pelampung yang baju. Entah kenapa saya mikirnya gitu-,-

"Pokoknya ya, Fit, jangan mau deh kamu diajarin teknik arung jeram yang bener."
Gimana nggak ngakak dibilangin Pipeh kayak gitu dengan nada yang sok sok serius dan masih aja kita ketawaketawa sama cerita-cerita sebelumnya.
"Ya Allah Peh, gue disuruh berenang di selokan Mataram aja nggak mau, hahaha :D"

Sampe gimana ceritanya dia mesti sms Nida tanya pintu kontrakan belakang dibuka apa nggak. Ya Allah peeh, bayangan gue lo udah kayak anak cari perlindungan banget, hehehe :P. Piss peh. Juga gimana kamu ngga mau foto-foto diupload tru muncul di home. Mesen biar fotonya diupload di Gycen Jogja aja. Biar gak seolah-olah kamu sakit tapi kok ikut acara angkatan.

Jaga kesehatan ya Peh. Cepet sembuh. Minum obat, makan teratur :")

"Habis ya Fit, pas aku ngeliat jadwal acaranya. Waah sampe jam 8 malem doang inimah. Kuaat, kuaat. Eh, ternyata? Aku pikir ada makan malemnya juga. Ternyata enggak."

Pipeeh, pipeh :")

*cerita ini dibuat dengan izin sang pemilik cerita --> Sarah Nur 'Afifah Shabrina :")
didukung Setyani Nurul Chatimah dan Rizza Untsa Nuzulia :P

Gycen yang Hangat :)

Kumpul kembali menghangatkan diri. Ya, Gycen yang hangat, ketika kami kumpul bersama.

Jadi, kemarin kami kumpul MASJIDIL HARAM alias masak, ngaji, doa, i-nya apa, asmaul husna *terus lupa bla-bla-bla akhirnya awal Muharram. Mohon maaf buat umar karena saya lupa kepanjangannya. Saya sedih banget dateng telat. Padahal udah niat jauh-jauh hari bakalan dateng pas jam 2-an gara-gara kuliah cuman sampe zuhur hari Rabu itu. Tapi karena *ehm, ada suatu kejadian yang mengharuskan saya melakukan sesuatu sampai jam 5-an, ditambah berita kumpul yang plis bangeeeet ~~ saya baru tahu jam 10-an kalo ada kumpul jam 5, maka alhasil saya baru ke kontrakan anak2 habis maghrib.

 Gatau jalan ke mana abis pertigaan, akhirnya sampe juga.
Dan...asmaul husna bareng2nya udah lewat, huhu T^T

ya udah, jadi sampe sana ga lama kemudian makan malem. Pipeh lagi ga enak badan. Wuih, keren banget emang si Umar, kontrakan mereka pake di dekor berasa acara muharraman dimanaaa gitu. (maaf ini bukan paragraf yg padu dikarenakan terlalu memuat banyak kalimat inti).

Makan, sedikit kata-kata dari Umar tentang nilai-nilai IC yang harusny akami hidupkan terus mesko bukan di IC lagi. Cerita-cerita Dilho tentang Jamaah Mahasiswa Muslim Ekonomi. Datengnya Fina sama Gordon (sendiri2 kok ga barengan), datengnya Untsa. Jas hujannya Fina yang dengan polosnya Ngeni kira rukuh (mukena).

Game ! Wah yang ini seru banget. Jadi gamenya itu orang pertama ngasih kata yang terdiri dari lima huruf. HARUS lima huruf. Nah, terus kita ngiter dan tiap anak harus nyebutin kata yang berasal dari kata sebelumnya tapi diganti satu huruf aja. Misalnya = MASAK terus PASAK terus PASAR terus PASIR terus KASIR terus KASAR pokoknya gituuuu terus sampe satu yang menang ga tereleminasi. Waah, ini gregetan banget deh mainnya. Dari kloter pertama Umar juara satunya. Dan saya...runner up *bangga banget -,- hehehe. Terus yang seru kloter kedua. Itu sampe akhirnya bukan orang lagi yang versus. Tapi kubu. Kubunya Novi sama Amel. Lucunya Ngeni yang duduknya di kubu Amel malah bela Kubu Novi. Haha, dia pasti dendam juga tuh gara-gara dari tadi putaran prtama dia langsung dieleminasi, hehehe. Tapi Ngeni sangat membantu saya dalam menjawab pas giliran saya. Seru banget deh pokoknya. Kloter kedua dimulai dari kata SETAN. Kata Gordon, coba IBLIS, pasti langsung udahan, hahaha :D. Seru banget, tapi ujung2nya g ada yang menang gara-gara ada yang udah mau pulang.*yaaah

Selanjutnya kita...BIKIN RESOLUSI.
15 resolusi Gycen Jogja buat setahun kedepan.

15 Resolusi, semoga terlaksana.. Termasuk bisa kumpul 2 bulan satu kali.
 "Pas kapan nih kita kumpulnya? Tiap kapan?" *pertanyaan pas diskusi
"Pas Gordon dikirimin uang aja."
"wedeeeh-,-"

 Sayang banget saya lupa copy foto dari Umar pas main game Gycen. Ohya terus kita skype-an juga sama Daus :"). Dausnya sempet terharu gitu juga. Terus kan waktu video call dia dapet telpon ya, keliatanlah bahwa hp yg dia pake itu iPhone dan seketika kita semua langsung berkya-kya. Tapi bukan kya-kya kayak orang norak ato gimana gitu. Kita langsung saling tanya dan ngomong, "Wedeeeh Apple. Jadi ini kita lagi ngomong sama siapa nih *berasa ga kenal sama barang gitu hehehe :P. " Kita puji-puji juga kamar dia yang terlihat nyaman.
Liat tuh, Dausnya :")


Terusnya kita foto bareng. Sayang banget nih gara-gara fotonya akhiran. Fadli ga ikut gara2 ada pengajian. Terus Fina sama Isti juga udah pulang. Abid juga nggak ikut. Tapi karena akhiran Nabil yang baru dateng jadi bisa ikut. Terus Daus juga ikut dari Jepang sana.
 Hahaa, jadi inget. Di kontrakan mereka ada warung kecil2an gitu. Udah macem bazaar di asrama waktu dulu deh. Dan saya...jadi korban beli Kiko harga seribu... Terus Ngeni jadi pengen. Dia beli, eh ternyata punya dia masih cair meski dari freezer. Punya saya udah beku sih tadi, ya meski belum beku-beku banget, hehe. Dimarahi  lagi deh sama Ngeni-,- hahaha :D

Acara berakhir jam....nyaris jam sepuluh lah pokoknya. Dan agenda saya adalah nginep di kontrakan anak cewek. Cerita berlanjut setelahnya yaa :")


*nb : siang tadi sebelum zuhur, saya belajar Matematika Diskrit. Dan nggak tau gimana, kebetulan materi siang itu nyebutin GCD terus, hehe. Inget kalian Gycentium Credas Disorator :"). *ups, tapi yang ini mah Greatest Common Divisor alias Faktor Persekutuan Terbesar, hehe :D




Minggu, 11 November 2012

Becak itu Ia Kayuhnya Pelan-Pelan

Becak itu ia kayuhnya pelan-pelan
sepelan hatinya, menjalani kehidupan
sepelan hatinya, bersabar atas segala keputusan Tuhan
atas jalan hidupnya
yang seolah-olah itu-itu saja
begitu-begitu saja
bergantung pada kayuhan sepeda
setiap pagi, dilepas istri
menyalami takzim dan melepas dengan doa

usianya berbilang enam puluh tiga
guratan muka yang makin menua
belum berat penumpang di depannya
aih, pagi ini dua orang renta
hendak pesiar atau sekedar ke pasar?
entahlah, bukan urusannya

sejak dulu, tiga puluh tahun lalu tampaknya
becak ini telah setia
menemani setiap hari
kala ramai maupun sepi
di jalan-jalan kota
dulu, kawannya banyaaak sekali
tak terhitung jumlahnya
entah apa bisa dikatakan mengalahkan kendaraan bermotor
yang kini ramai dipakai orang
kawan sesama penarik becak juga banyak
sungguh tak terhitung rasa-rasanya
tapi kini, ia terlindas motor pribadi
kota ini kota pelajar, kawan, mereka ingin pesiar sendiri sekali-sekali
tanpa bergantung sana-sini
belum lagi usia senja para penarik becak
hei! rasa-rasanya, penarik becak sejak dulu ya dia-dia saja
tak bertambah angkatan barunya
maka jangan salahkan muka yang menua
gurat keriput yang memilukan
gigi ompong salam senyum matur nuwunnya
kesampatan mungkin berbeda dulu dan kini
biarpun tak ada kerjaan, apa mau berpeluh mengayuh?
biarkan diri topang beban yang kadang terasa tak tahu diri
tapi, biar hanya sisa, hanya ini yang bisa kami lakukan
menyambung kehidupan


Becak itu ia kayuhnya pelan-pelan
sepelan hatinya, menjalani kehidupan
sepelan hatinya, bersabar atas segala keputusan Tuhan
sepelan itu, sebatas kekuatan perlahan, yang sungguh terdegradasi dari kekuatannya dulu
oleh waktu

*di Jogja, mungkin becak udah nggak sebanyak dulu zaman saya kecil. Penariknya sungguh telah renta. Pilu, dan memprihatinkan. Ironis kadang. Kalau bisa, rasa-rasanya kini putra-putrinya yang gantian menopang hidup ayah-bundanya. Biarlah mereka habiskan masa tuanya di rumah. Melakukan hal lain yang tak seberat mengayuh becak-becak itu. Mengurus tanaman depan rumah, saling bercengkrama hangat, sesekali pelesir ke suatu tempat bersama, merajut, membaca koran ditemani teh hangat, bermain riang bersama cucu. Biarlah, biarlah. Tapi kadang, hidup tak seideal yang selalu diinginkan. Ada saja alasan untuk tidak. Anak yang nasibnya tak lebih baik (lebih arah lagi, sudah besar tetap saja masih bergantung pada ayah bunda), atau bernasib lebih baik tapi malah lupa daratan, lupa dulu siapa yang membesarkan. Atau salah-salah, tua renta itu malah tak punya keturunan, tak ada keluarga, bahkan negara pun lupa--ada orang yang seharusnya ia pelihara (seperti kata-kata dalam pasal 34 itu).

-catatan Minggu pagi, pada jalanan yang sepi, ketika melihat seorang tua mengayuh becaknya, dengan pelan-pelan, dengan perlahan.

Jumat, 09 November 2012

Saya Anak Pertama, Saya Seorang Kakak

Jadi gini lho Fit, kakakku itu kayaknya mikirnya gini, Aku itu anak pertama, harus jadi anak yang kuat. Kalo kakaknya nggak kuat, gimana nanti adik-adiknya..."

Aku terdiam, mencerna, memikirkan,...terenyuh.

***

Jadi tadi itu matkul Konsep Fisika, dan dosennya nggak dateng. singkat cerita, aku jadi ngobrol sama temen. Sebut aja dia Indah.

Sama seperti dulu-dulu. Percakapan saya dan Indah mayoritas tentang itu-itu saja. Bukan, bukan berarti kami berteman hanya masalah itu. Namun, hal itu selalu menarik untuk kami bicarakan.

Dua kakak Indah, satu di Jepang, satu di Belanda. Dua-duanya lulus Cum Laude. Yang pertama 3,5 tahun dengan IPK 3,96 dan yang kedua normal 4 tahun dengan IPK 3,5sekian (saya lupa digit terakhirnya). Dari keduanya, saya sungguh bisa mengambil pelajaran.

Yang pertama orangnya rajin tiada henti. Kata-kata yang aku suka waktu saya bercakap-cakap dengan Indah tentang kaka pertamanya adalah : Semua orang juga di titik start seperti kita, siapa yang lari lebih dulu dan kencang, dia yang bisa menyeesaikan step ini. Lulus cepat, jadi dosen muda, S2 beasiswa dalam negeri (dibiayai pemerintah luar negeri) dan saat ini S3 di Jepang sana. Nilainya dulu semester satu A semua. Kumulatifnya dengan menjadi IPK tertinggi kedua se-universitas hanya karena 3 nilai B pada mata kuliah pilihan yang sebenarnya bisa saja ia hilangkan untuk transkrip nilai kumulatif kuliah. Bukan mata kuliah wajib. Tapi ia memilih untuk tidak.

Tak pernah hendak menunjukkan kelemahan di keluarganya. Seperti kata-kata pertama saya di atas. Ia tak ingin keluarganya mencemaskan, sekaligus melihatnya jatuh. Apalagi adik-adiknya. Mereka harus bisa terus semangat. Dan...ia anak pertama. Sungguh ia berpikir bahwa ia harus kuat. Selalu kuat. Subhanallah, luar biasa. Post-doctoral nanti ia ingin ke Eropa. Mimpinya sejak dulu yang masih saja belum terkabul sampai detik ini. Baiklah Kakak, semoga berhasil ya :") !

Yang kedua orangnya terlihaaat sekali jiwa spiritualnya yang kuat. Ehm, kita tidak bisa menilai mana yang lebih baik spiritualnya di antara keduanya, kata Indah. Tapi yang kedua ini benar-benar terlihat. Bagaimana tawakkalnya, kekuatannya untuk memasrahkan diri pada Allah setelah usaha telah ia lakukan. Bagaimana rasa menerima, pasrah, dan ketergantungan pada Allah benar-benar terlihat dalam dirinya. Dua kali ia mencoba apply beasiswa. Yang kedua diterima. Dengan TOEFL yang sungguh membuatnya tak PD, juga wawancara yang kalah oleh rasa nervous. Dengan segala kegalauan itu. Dari semua pengapply, hanya dua yang diterima. Ia salah satunya. Dan kini, ia di Belanda.

Saya juga suka cerita teman saya ini tentang bgaimana kedua kakaknya menyemangatinya, dan sungguh menjadi dua kakak yang baik bgi teman saya. Keduanya berbeda dalam sikap memang. Tapi saling melengkapi. Suatu ketika teman saya ini merasa down karena nilai yang ia rasa harusnya baik tapi ternyata buruk hasilnya. Curhatlah ia pada kedua kakaknya. Ada jawaban unik yang berbeda dari masing-masing kakaknya.

Yang pertama (mungkin karena orang informatika yang terbiasa dengan algoritma) memberi beberapa langkah tentang bagaimana ia harus menyelesaikan masalah tersebut (benar-benar dalam nomor 1,2, dst lho). Tentang bagaimana ia harus cek jawaban dulu, konfirmasi ke dosen, dst, dst. Pokoknya yang realistis dan logis sesuai logika seharusnya (dasar anak informatika, hehe :P. Tapi ya...emang bener juga kok :))

Yang kedua memberi saran untuk selalu pasrah. Kalau memang itu hasilnya, maka kita harus senantiasa menerima. Semuanya mungkin memang takdir. Nggak ada yang bisa jamin takdir itu kayak gimana ke kita, kan? Tugas kitalah berusaha semaaaaaaksimal mungkin tetap berperilaku dan bertindak sesuai tanggung jawab kita semestinya. Kita mahasiswa, maka tugas kita apa. Kita hamba Allah, maka tugas kita apa. Kita seorang anak, maka tugas kita apa. Begitu seterusnya. Melakukan yang terbaik yang kita mampu.

Dan keduanya, saya rasa, sungguh memberi masukan yang saling melengkapi.

***

Saya seorang kakak. Anak pertama dari empat bersaudara. Dan sejujurnya dari dulu ingin sekali punya kakak (udah deh fit ga usah ngarep gabakal bisa lah mau gimana juga *kecuali kakak ipar, itu masih mungkin, hehehe :P). Dan saya mengerti saya anak pertama. Anak pertama itu, harus bisa jadi contoh yang baik buat adik-adiknya. Lebih bersikap dewasa, dan bisa mengayomi. Lebih berani bertindak, mandiri, menjadi tempat yang baik untuk diminta saran, menjadi seseorang yang bisa dimintai tolong.
Yah, itu pemikiran sesaat saya barusan.

Saya anak pertama, saya seorang kakak.

Harus bisa jadi kakak yang baik. Memberi nasihat, memberi semangat, mengingatkan kalau adiknya keluar jalur sedikiiit aja (apalagi kalau banyak, naudzubillah). Dan untuk itu semua, maka saya pun harus terus memperbaiki diri). Bisa jadi teladan yang baik, bisa jadi contoh, bisa jadi anak yang membanggakan bagi kedua orang tua saya.

Saya anak pertama, saya seorang kakak. Bismillah, semoga semua itu bisa saya lakukan, ya. Aamiin. Dan begitu juga dengan kalian :")












Rabu, 07 November 2012

Matematika Diskrit Hari Ini

Kita sering ngomong : gak kepikiran, jadi gak bisa jawab.
Padahal, kepikiran itu bakal datang sejalan sama seringnya kita latihan

Baiklah, aku awali postingan itu dengan dua kalimat di atas itu tadi. Dua kalimat yang terpikir tiba-tiba pas jalan abis dari kelas U2.01, abis mata kuliah matdis (Matematika Diskrit) terakhir bahas soal sama Pak Sri Mulyana, mau ke mushala buat shalat zuhur.

Hari ini hasil UTS Matdis dibagiin di kelas Ilkom A. Selamat buat yang tertinggi 85. Dan 90 kalo di kelas B. Hmm, berapapun hasilku, itu pasti setara sama apa yang aku mampu dengan kadar belajarku yang segitu. Oke, masih harus banyak banget latihan. Kayaknya emang adaptasi sama sistem kuliah yang nggak menuntut aku buat latihan-latihan-dan latihan kayak Bu Sofi yang sekali ngasih tugas langsung ngomong, "Kerjakan latihan 1,2,3,4,5!" atau Pak Darno yang ngasih responsi berlayout daramanis80.blogspot.com, atau kayak jamannya Bu Rita ngasih latihan soal peluang yang difotokopi dari Buku Schaum *padahal kita masih 2 SMA... 

Ya, belajarku, latihanku, jauh dari itu semua... Hasilnya, jadi jauh dari apa yang diharepin pada umumnya. Bapaknya juga bilang hasilnya rata-rata baru mencapai 50%. That's disappoint, right? Udah nggak berlaku lagi kalimat temenku dulu : "Kalo muridnya banyak yang remedial (istilah dulu jaman sekolah), berarti gurunya yang salah.Bukan muridnya." See the facts now : Ini kuliah. Semua menuntut kemandirian. Nggak ada lagi jaman ada guru yang care sama kita nanyain udah paham belom. Ya,,,boro-boro itu. Eksplor diri buat ngerjain latihan aja harus depend on yourself. Mahasiswa sekarang, beda sama dulu. Dan dengan bodohnya, aku kemarin masih sempet aja nyante-nyante-,-. Jangan tiru saya, ya :')!

Ini saya iseng moto pembahasan soal UTS Matdis nomer 4. Soal yang paling banyak salah pas kita -para mahasiswa- ngerjainnya. Silakan dilihat, dipahami, kalo mau. Inilah soal matematika diskrit. Ngurusin hurup, bukan angka *seengganya sampe sekarang. Logika, logika, logika. Di soal ini pemahaman saya sama soal udah salah. Poinnya 30 bro~~ *Jadi soalnya ada empat : Pembuktian logika (yang isinya p, q, p, q, konjungsi, disjungsi, negasi doang)--> nilai 25, Pembuktian dengan metode pembuktian--> poin 20, Induksi Matematika-->poin 25, sama nomer 4 ini :



Soal induksinya juga mantep-,-. Udah gak jaman lagi soal induksi kaya pas masih di IC dulu. Padahal dulu diajarin sama Pak Darno dua kali, pas kelas X sama kelas XII. Tapi ternyata sama aja, ya. That's not give me any inspirations--". Soalnya bukan pembuktian pake tanda sama dengan. Tapi pake tanda lebih dari sama kurang dari (ada 3a sama 3b). Dan aku baru tau kalo soal induksi boleh pindah ruas *dulu perasaan ga boleh. Yaa, gini deh nasip jarang latian. Sekali lagi, jangan kayak saya, ya-,-...
Tapi bapaknya menjelaskan dengan omongan, sampe tadi juga aku masih mikir gimana kalo kita kepikiran persis kayak bapaknya kita bisa nulisin semuanya dengan jelas dan tepat. Oke, kalo udah bisa mah ngalir aja kali ya nulisnya, bisa. Hehe :P

Oke semangat terus Fitrii buat matematika diskritnya ! Semoga ini nilai terendah dan nggak pernah terulang lagi selama kuliah! Aamiin. Semangat terus buat temen-temen semua yang mungkin masih UTS, masih ada ujian blok, dll. FYI, di kampus saya ini *oke maksudnya fakultas saya : gak ada remidi. Konsekuensi D atau E adalah ngulang di tahun berikutnya. Semoga NGGAK ADA MATA KULIAH SAYA YANG HARUS NGULANG. Aamiin. Hehe, semangat banget itu ampe di-capslock. Yaah, namanya juga tekad dan doa. Kalian juga harus gitu, ya. Tetep semangat :") ! Syukuri nikmat yang udah Allah kasih salah satunya dengan belajar sebaik mungkin. Itu bukti rasa syukur kita, lho, memanfaatkan kesempatan kuliah dengan maksimal. Chayo semuanyaa :D *jadi inget di rapor Fafa pas kelas 8 dulu wali kelasnya nulis gini. Tetap SEMANGKA *bukan semangat kakaa^^! Tapi SEMANGat Karena Allah :D

Bismillah ! :")
Still miss this, very much ~

Baca Quran sebelum belajar...
Kelas~
Pak Darno-dengan wajah khasnya :")

This uniform~

Rindu Itu~

Dan rindu itu mengganggu, rindu itu menyerang.
Tiba-tiba, entah apa pasal.
Rindu pertigaan itu, jalanan dekat jembatan gedung A-B.
Rindu seragam putih abu.
Rindu banyak hal.
Sungguh, entah apa pasal.

Aku rindu detik-detik itu.

Selasa, 06 November 2012

Islam yang Asing; QS. Al Muthaffifin 29-33

29. Sesungguhnya orang-orang yang berdosa, adalah mereka yang dahulu menertawakan orang-orang yang beriman.
30. Dan apabila mereka (orang-orang yang beriman) melintas di hadapan mereka, mereka saling mengedip-ngedipkan matanya.
31. Dan apabila kembali kepada kaumnya, mereka kembali dengan gembira ria.
32. Dan apabila mereka melihat (orang-orang mukmin), mereka mengatakan,"Sesungguhnya mereka benar-benar orang yang sesat,"
33. Padahal (orang-orang yang berdosa itu), mereka tidak diutus sebagai penjaga (orang-orang mukmin).

QS. Al Muthaffifin 29-33

Islam muncul dalam keadaan asing, dan ia akan kembali dalam keadaan asing, maka beruntunglah orang-orang yang terasingkan itu. (HR. Muslim) 

Senin, 05 November 2012

Kak Novi :')

Terlepas dari begitu banyaknya yang pengen saya tulis tentang macem-macem akhir-akhir ini. Tapi ini nggak bisa ngalahin semua perasaan pengen nulis macem-macem itu.

http://novilialutfiatul.wordpress.com/
saya dahului tulisan ini dengan link itu. Blognya Kak Novi, baru saja saya buka setelah lihat grup FB IAIC. Saya baca, dan saya....cukup tersentuh.
Saya mungkin nggak begitu deket sama Kak Novi. Beliau adalah kakak kelas terpaut satu angkatan selama di IC dulu. Kalo nggak salah pernah sekelompok pas ta'mirul buyut acara kelompokan dari kelas X sampe kelas XI buat ngunjungi dan silaturahmi sama guru-guru di IC. Maghriban bareng, makan malem bareng, bahkan bisa juga isyaan bareng di rumah guru.

Kak Novi yang kalem, tapi saya suka sama blognya. Blognya berbicara. Tentang mimpinya, tentang bagaimana kita harus mengambil hikmah dari setiap kejadian dan setiap detik kehidupan. Bagaimana ia, bisa terus menarik pelajaran dan membaginya pada para pembacanya. Bukankah ilmu yang terus mengalir itu pahalanya tak pernah putus?

Kak Novi yang saya yakin sangat baik sekali orangnya. Kalau kalian baca segala komen, segala postingan, segala twit tentangnya, maka kalian mungkin akan bergetar, terharu, dan ingin juga bisa seperti Kak Novi.

Yang kepergiannya, menyisakan kesan-kesan kebaikan dalam jejak hidup yang lainnya.

Selamat jalan Kakak. Seperti kata Kak Urfa, amanahmu sudah selesai sekarang. Dan kami belum. Tugas kami masih harus kami jalankan: menjalankan amanah kehidupan ini dengan sebaik mungkin.


Kak Novi, semoga kelak engkau bisa meraih mimpimu itu : menjadi wanita dunia yang dicemburui bidadari surga. Aamiin

Sabtu, 03 November 2012

Quote~Hiduplah dengan Bersahaja

Hiduplah dengan bersahaja.  
Kita nggak tahu masa yang akan datang itu gimana. Tapi, esok lusa, pasti ada yang pasti. Misalnya apa? Satu saja contohnya, sekolah. Itu pasti, kan. Maka siapkan dari sekarang. 
Lebih baik menabung, daripada meminjam.

---abi, suatu hari yang sudah lalu, lalu, lalu, diperbincangan padaku dan Fafa :')

Jumat, 02 November 2012

Nyala


hijau itu menyala, cukup lama. harap, penuh tanya. dan kemudian hilang, kecewa.tak lama, menyala kembali. maka apa? selalu. semoga semuanya baik-baik saja.

Kamis, 01 November 2012

Shalat Itu Kebutuhan

Baru saja saya buka wall grup facebook angkatan saya tercinta, Gycentium Credas Disorator, teman tiga tahun seperjuangan yang menyenangkan dan sungguh membanggakan :)
saya terharu atas suatu postingan di letak paling atas dan sebenarnya postingan itulah yang ingin sekali saya publish di sini. Tapi berhubung panjang dan agak luas jangkau temanya, akhirnya saya putuskan untuk menulis, atau lebih tepatnya menyalin postingan ini dulu.

Saya pikir, baik bila yang tahu, paham, mengerti, bukan hanya teman-teman seangkatan saya, tapi juga pembaca yang kebetulan mampir dan singgah sejenak di site saya ini :)

Jadi ini pertanyaannya :



masmas mba-mba, mau nanya dong !
gimana sih cara kita buat bikin sholat itu jadi sebuah kebutuhan... jadi kita tuh bisa sholat pas waktu awalnya, jamaah dimasjid... ga sekedar yang penting sholat.... gimana caranya biar kita justru nunggu-nunggu waktu sholat.... bisa nambahin sholat sunnah juga dan yang penting bisa konsisten gitu .. ?

*Jogja : Khalid Adil, Deta Utama, Iskandar Zulkarnain

Dhuha setelah pengumuman UN, Masjid MAN Insan Cendekia



Jadi gini beberapa jawaban yang ada di sana

1. Harus tahu tujuan sholat, dan juga harus paham mengapa melakukan sholat. 

2. harus merasa kalo kita butuh Allah dan g ada apa-apanya tanpa Dia

3. Baru berasa ya godaan diluar sangat besar. 
Bener yg pertama tapi yg paling penting lagi jangan sekedar 'pengen/butuh di kepala aja' tapi ga dilakukan. ini kan ga melulu 'apa yg dipikirkan tapi apa yg dikerjakan'. ga usah muluk2 dulu...mumpung masih muda..jadikan aja kebiasaan...krn ibu juga awalnya dari membiasakan diri dulu misalnya ga biasa telat ya dari dulu dulu.Jadi sampe skr ga bisa kalo telat..ngajar/janjian sama org. apa kemudian itu disebut kebutuhan (menurut ibu sih karena kebiasaan jadinya kebutuhan), kalo yg ibu maksud g terlalu pas biar Allah yg menilai, kita mah usaha terus..sambil cari tahu dg banyak baca, bertanya dan praktek. Jadikan semua hal yg baik yg qt lakukan itu (solat de el el) sebagai bentuk rasa SYUKUR qt kepada Allah krn qt ga bisa membayar apapun yg udah Allah berikan sama qt. masak harus dikasih MUSIBAH dulu baru qt bisa mendalami & ngerasain artinya 'Butuh disayang Allah'. ga akan pernah rugi melakukan kebaikan (solat de el el) karena balasannya sepuluh kali lipat dibanding keburukan. al-an-am 160. itu kalo masih ngerasa dan percaya jadi org islam :-). ya hidayah itu kudu dicari bukan ditungguin. ga semua org dapet berkah dengan hidayah2 yg terjadi pada beberapa org di dunia ini. 
*Bu Evi, wali asrama 3 tahun Gycentium Putri :)


4. kalo yang gw tau, solat itu tingkatannya ada 3:
1. Solat sekedar menuhi kewajiban
2. Solat karena takut kena azab
3. Solat karena merasa butuh untuk solat

mudah2an masuk yang nomor 3 deh

5. ini sempat didiskusiin waktu mentoring, katanya untuk masalah ini dilakukan secara bertahap, ga bisa kita lakukan sekaligus (bisa sih, tapi bakal berat) jadi jika kita kan udah sholat lima waktu, namun baru sekedar memenuhi kewajiban sholatnya, entah tepat waktu atau malah di akhirkan sholatnya... solusinya itu kita perbaiki aspeknya satu per satu, mungkin kalau belum di awal waktu, biasakan di awal waktu sekarang sholatnya walau mungkin belum berjama'ah di masjid. habis udah di awal waktu baru biasakan berjama'ah ke masjid. kalau udah juga kita laksanakan, barulah ditambah dengan sholat2 sunah. apa lagi tu? baca qur'an abis sholat belum? tambah lagi baca qur'an abis solat sunahnya... jadi memulai kebiasaan ini secara bertahap, insyaAllah tidak akan memberatkan. 

Shalat itu...
Shalat itu memang kewajiban, dilakukan setiap hari sebagai ibadah wajib bagi umat Islam. Shalat itu dibilang tiang agama. Dibilang juga apa-apa yang jadi cerminan tingkah laku kita sehari-hari. Pernah dengar? Jika ia baik shalatnya, maka baik pulalah seluruh perbuatannya.



فَإِنْ صَلُحَتْ صَلُحَ سَائِرُ عَمَلِهِ، وَإِنْ فَسَدَتْ فَسَدَ سَائِرُ عَمَلِهِ

Bila shalatnya baik maka baik pula seluruh amalnya, sebaliknya jika shalatnya rusak maka rusak pula seluruh amalnya.”

(HR. Ath-Thabarani dalam Al-Ausath, dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Ash-Shahihah no. 1358 karena banyak jalannya)
sumber : http://abuzuhriy.com/baik-shalatnya-baik-amalnya-baik-hatinya-baik-shalatnya/


Saya dulu pernah terkesima dengan cerita seorang kakak kelas saya saya smp. Kakak ini tingkat aliyah dan pada saat itu tampaknya ia sedang sibuk-sibuknya. Intinya bahwa bagi sebagian orang shalat itu bahkan bisa juga disebut sebagai istirahat. Dan...dia merasakannya.
Shalat itu istirahat. Sejenak mempersembahkan waktu untuk Pencipta. Mengingat, beribadah, benar-benar bentuk upaya pemasrahan diri kita yang keciiil sekali dimata Allah. Bentuk ketundukan, bentuk kehambaan, bentuk bahwa kita ini sungguh tak berdaya tanpa bantuanNya. Sejenak merasakan komuniksi internal denganNya.
Lewat bacaan shalat, lewat gerakan-gerakan.
Shalat itu istirahat. Dari begitu banyak aktivitas dunia. Keheningan, dari sekian hingar bingar keramaian dunia. Shalat itu penyejukan diri, pengembalian diri, dan sekali lagi, pemasrahan diri.
(Saya pernah dapat cerita, suatu ketika seeorang merasakan letih yang amat sangat. Sementara, masih banyak kewajiban dunia yang harus ditunaikannya. Ia merasa lelah sehingga tak dapat rasanya punya waktu sejenak untuk sekedar tidur-tiduran melepas lelah. Dalam shalat maupun doanya, ia meminta pada Allah. Agar diberi kekuatan, dan shalat serta ibadahnya ini bisa jadi suatu bentuk istirahat yang bisa ia jalani. Kalian tahu, bagi sebagian orang, ibadah itu terasa melelahkan, lho. Tapi tidak jika ini dilakukan dengan sepenuh hati, dengan cinta. Bukankah begitu? Ia memasrahkan semua rasa letihnya. Berkata dalam-dalam. Ya Allah, semoga shalat dan ibadahku ini bisa jadi bentuk istirahatku. Ia tahu Allah tahu bahwa ia sungguh letih rasanya. Tapi dengan doa itu, ia memohon agar semangat untuk beribadahnya tak pernah putus, tak pernah kandas terlibas oleh penatnya rutinitas kehidupan.)

Shalat itu bentuk syukur, ya benar. Bentuk komunikasi penunaian hak Allah atas diri kita. Kadang kita nggak sadar kan, atas segala macam bentuk rupa nikmat Allah yang tiada henti itu, sedikit sekali kita berterima kasih. Shalat itu bentuk introspeksi diri. Asal nggak terburu-buru, bener-bener diniati menjalankannya, maka setelah shalat, zikir, doa, kita bahkan bisa ingat atas banyak hal, kembali sadar, dan kemudian bertekad untuk bisa terus memperbaiki diri. Lewat doa-doa selepas shalat pulalah kita akhirnya berharap, meminta pada Allah agar dapat menjadi seseorang yang lebih baik lagi.

Jadi, ya shalat itu memang kewajiban. Tapi kalau kita paham bahwa shalat itu untuk apa, dan bisa memberi efek apa bagi diri kita, menyelami makna itu semua, maka : Ya, shalat itu suatu kebutuhan.

-semoga bisa saling mengingatkan,
Wallahu a'lam bish shawab, kesalahan murni dari saya, sementara kebenaran datang dari Allah :)