Rabu, 24 Februari 2016

Evaluasi Asrama

"Abangnya tuh kayak nggak menyerah buat kita. Kayak I have faith in you"

Nusa dan Lusi
pasca Nusa evaluasi sama bang Ichsan
//dan saya besok

Selasa, 23 Februari 2016

Tentang Masa Depan

Halo Langit, apakabar malam ini?
Setelah sekian lama hidup di bawah naungan asrama ini, kegalauan itu masih aja muncul lagi. Soal lifeplan. Soal lifegoal. Ahaha, saya bukan tipikal orang yang mudah cerita kalo masalah pribadi banget kayak gini. Barangkali akan banyak yang saya samarkan.

Sebenarnya, peta hidup bukan barang baru bagi saya. Kelas Aqidah kelas XI silam pernah menugaskannya, bahkan beberapa orang presentasi depan angkatan. Yang jelas, peta hidup soal kehidupan kuliah saat itu jauh beda sama kenyataan jaman sekarang. Dan its sooo ideal dalam artian prestatif capaian secara kasat mata. hari ini, bukan itu yang ingin saya capai.

Saya tau apa yang ingin saya capai kelak. Profesi apa yang ingin saya jalani. Hari-hari bagaimana yang ingin saya habiskan bersamamu kelak. Rutinitas apa yang saya ingini dalam keseharian saya. Tanah mana yang ingin saya pijak.

Sayangnya bukan dunia soal disiplin ilmu saya sekarang.

Bukannya tidak mau berkecimpung di dunia IT. Mungkin ada ketakutan yang saya sendiri secara alam bawah sadar sulit untuk mendefinisi. Saya tahu, tahu, dan tahu sekali bahwa di dunia yang semakin berkembang ini, perkembangan IT sangat pesat dan sangat berpeluang untuk membantu banyak orang. Entah.

Sejak saya niat mau daftar KP di akhir semester lalu dan diulur oleh instansi yang saya hubungi, penawaran dari teman di UI membuat saya pengen kerja di something yang berhubungan dengan digital marketing atau digital agency-barangkali bibit dulu pernah disaranin masuk komuniksinya tumbuh lagi. Terus jadi nggak gitu-gitu amat pengen di dunia penerbitan. Meski pada akhirnya dosen skripsi ngga ngijinin KP, saya masih memendam ingin.

Terus saya pas tau ada mom blogger yang rumahnya jauh dari penerbit favorit saya jaman kecil, bisa ngedit buku dari rumah. Jadi pengen kan kayak begitu. Bisa di rumah tapi ada kegiatan juga...

Terus pas bikin lifeplan buat eval semester ini, its happen again. Saya rasa-rasa galau lagi antara dua dunia itu. Sebenarnya nggak saling menghilangkan juga sih. Tapi jugak ya di dunia digital agency juga saya kebayangnya bukan bagian programmer atau bahkan analyst gitu. lebih ke planner atau content. Kurang ilkom pisan sih emang. Tapi yah gimana kan.

Terus  tadiii banget siang saya ikut acara Lenovo yang saya sebut kuliah umum bisa kali ya (saya ceritain di lain postingan aja ya). Saya jadi mikir lagi, how technology bisa dijadikan tools untuk benar-benar mengimprove dan memaksimalkan sesuatu, salah satunya social movement misalnya. Sebenernya ini mah pengetahuan umum yang udah lama banget ngendon di hati dan pikiran, tapi ya acara tadi jadi ngingetin lagi aja si. Contohnya  tadi sih pulangkampuang.com sama goarchipelago.com. Yes i know bahwa yang terpenting adalah ide, bukan dot com dot comnya. Tapi terus saya mikir dong, kalo gue mau bikin sesuatu yang ngimpact dari dunia perilkoman gue-walaupun ini tidak harus dimulai dari anak ilkom rite?-gue mau bikin apa ya? *tuh kan ketauan saya kurang piknik dan ngobrol #hiks

Kemudian setelah Magrib dan penasaran sama isu kakak asuh rk, saya bukalah grup FB. Yattaaaa, galau lagi dong saya baca seabrek info singkat alumni. Nyari yang mendukung lifeplan? Saya harus cari yang NGO-NGO gitu, yang orang  dengan latar belakang pendidikan, atau masalah profesionalitas kerja? Mengingat kemarin Ammah Tika juga ngasih tugas evaluasi tahap satunya meninjau kembali lifeplan dikaitka dengan disiplin ilmu. Hayoloh Fit mau ngapain? Evaluasi semester tinggal lusa :" Mana malah nemu lagi, info internship di dunia IT yang ada posisi yang nggak terlalu IT banget.

Yes i know and remember soal postingan blog, komen, share-an temen yang memang bilang ya kalau ilkom harusnya memang pendekatannya lain. Solutif bukan sekedar kreator. Efektif, bukan sekadar ngasih kerjaan dengan metode standar. Yes i know bahwa ilmu IT adalah ilmu penting yang harus bisa dikuasai muslim #jadisedihdanbaper. Yes ini disiplin ilmu yang strategis bangettttt. Tik tok tik tok, jadi gimana Fit?

Halo Langit, aku belum menemukan jawaban. Bantu aku, ya...

p.s. maaf pake gue-guean. kalo di Jabodetabek ini ngga kasar kok -_- ini bahasa betawi yang it means ini bahasa daerah. karena di Jogja makanya rasanya kasar banget ya. Punten yah, hehe.
cuman belajar mendeskripsi isi pikiran yang terlalu ruwet. eval lusa. ini udah mau jam 12 jadi tinggal besok ya ngomongnya :(

di hari yang dapat hasil dari doa spesifik itu
dan Allah belum ngasih Fit :')
ruang sembilan
23.47

Minggu, 21 Februari 2016

Agaknya

Ada yang menggantung di langit-langit malam. Bisa jadi bintang, bisa jadi harapan. Bisa jadi kerinduan. Tergantung kamu siapa, dan sedang merasa bagaimana.

Agaknya hari-hari ini semua orang seperti berlomba. Melesat, cepat, lupa menoleh.

Agaknya hari-hari ini ada yang terlupa, menghadap, berbincang, dan bercengkrama.

Agaknnya, pagi-ssiang-sore-malam ini kebersamaan kita kurang panjang.

Agaknya, tulisan ini harus segera disudahi.

Sabtu, 20 Februari 2016

::Sajak Februari :")

::Sedang suka puisi Sajak Februari karya Helvy Tiana Rosa. Penasaran? Silakan cari *lagi nggak mau copas, pengennya foto bukunya aja. Tapi sayang belum punya dan atau dapet pinjeman ๐Ÿ˜*

Main, Bukan Membelikan Mainan

Dalam suatu taaruf, ada pertanyaan, "Apa pangdangan kamu tentang pendidikan anak ?"
Kemudian perempuannya menjawab, "Saya ingin jika kamu jadi suami saya, kamu main sama anak-anak. Main, bukan membelikan mainan. Terutama di 10 tahun pertama."


#KelasLeadership 
Ust Fadli Reza
Asrama Nakula, 5 Februari 2016

Rabu, 17 Februari 2016

Toga

Halo, lama sekali rasanya tidak menulis (iyakah?). Semalam mudah sekali mengantuk rasanya ketika sedang belajar bahasa.

Pagi ini harusnya kami latihan di amphiteather, tapi apadaya, sulit sekali menyamakan jadwal hingga pagi ini pula mendadak ditunda. Baiklah, semoga waktunya bisa saya manfaatkan ke yang lebih wajib (baca : skripsi *hahaha apakah ini kataa kotor :P).

Sepagi ini melintasi GSP ketika bahkan para wisudawan masih beridir di luar, jalanan masih macet dan padat, dan so on.

Melihat orang berbondong-bondong pakai toga rasanya kepengen, iya kan? Toga menurut saya adalah pakaian yang sangat diinginkan oleh mayoritas mahasiswa. Saya bilang mayoritas karena ada saja yang sudah wisda tidak mengambil ijazah, bahkan tidak datang wisuda. Terlepas dari itu semua, pikiran saya jadi mengawang-awang ke banyak hal.

Kemarin saya membayangkan, orang-orang yang hari ini akan wisuda, barangkali suka sekali mematuut-matut diri depan cermin, membayangkan pantas tidak atauu sekadar untuk persiapan foto bersama teman-teman pasca pengambilan toga untuk persiapan wisda. Saya jga jadi terbayang gladi wisuda jaman SMA, datang ke GSG *mirip kan namanya ama GSP :P* berbaris rapi dan disambut bendera merah putih serta bendera IC, datang dan duduk di kursi yang menentukan urutan kursi mananya pun lama sekali, pakai bagaimana nanti susunan di panggung dengan tinggi yang dilihat dari tinggi masing-masing+tinggi hak sepatu yang dipakai saat wisuda. Rempong emang, tapi feel latihan itu sesuatu sekali. Dulu, rasa sedih akan mendekati perpisahannya saya rasa lebih besar daripada perasaan yey aku lulus (S)MAN nya kayanya.

Wisuda juga bikin saya ingat sama dua lagu yang ngga bisa lepas dari wisuda jaman IC  lagu selamat datang pahlawan muda sama Gaudeamus Igitur. Pas temen saya anak choir latian lagu ini, saya yang ngga paham merasa aneh, ini lagu apaan kenapa bahasanya asing banget. Tapi katanya ini lagu khas wisuda. Baiklah, saya paham. Pas ngerasain sendiri wisuda, 2 lagu itu malah kebayang-bayang ampe sekarang hihi :) klo mau denger Gaudeamus Igitur kayak apa bisa liat dimari dan ini ada juga yang jelasin maknanya.

Saya pikir, memakai toga seolah serasa hars tahu besok harus ngapain, usai toga itu dilepas dan kembali pada realita. Kita hidup di realita, rite? Toga cuma pemanis hidup sementara *sama kayak liburan dan perasaan harus kembali ke dunia kampus*. Ah, semenjak sia 20 ini dipijak, sebagaimana hasil ngobrol bareng Maryam, hidup jadi terlihat tidak sederhana.

Saya pribadi melihat kakak-kakak itu bertoga pun jadi ingin cepat-cepat kelar skripsinya. Walau tidak langsung disambung wisuda, misalnya, setidaknya itu membuat tenang bukan? Males banget deh apa-apa ditanya, skripsinya sampai mana, hahaha.

Ima, teman saya anak Hukum pernah bilaang, wisuda itu senengnya hari itu doang Fit kalau ngga punya rencana besok mau ngapain. Besoknya kamu bingung kalau ngga ada plan apa-apa. Belum lagi orang-orang yang susah muvon sama Jogja ya. Kota ini berhasil membuat anda jatuh hati sih, hahaha. Sama kotanya apa sama isinya apa sama orangnya #eh #takutadayangkesindir.

Mau ngapain abis wisuda Fit?
Saya juga kadang terlintas sama pertanyaan ini. Terus suatu ketika pas lagi mikir, saya dihantui oleh siratan pertanyaan lainnya yang sarkas : emang kapan wisuda Fit? terus saya jadi takut hiks :*

Baiklah, segera saja saya sudahi tulisan ini biar bisa segera menapaki langkah yang lebih konkrit menuju ke sana #marirevisiproposal. Mohon doa supaya Allah menguatkan saya menyelesaikan skripsi-belajar koding-juga daat pendadaran. Kata Ummi berdoa biar diberi kekuatan melewatinya, bukan dimudahkan jalannya. Kalo kuat kelak bisa atasi banyak hal *kalo doa dua-duanya boleh nggak ya?

See ya <3 :)

-perpusat lantai 4,
karena tidak jadi latihan

Kamis, 11 Februari 2016

FLP Februari Ini

kalau hidup harus ada pemicu, adrenalin, tantangan, ada yang dimaenin, ada yang diurusin, ada yang diopeni, barangkali bulan-bulan ini adalah satu itu  : Forum Lingkar Pena Yogyakarta. Nggak paham lagi kalo sampe ketemu orang yang sama lima hari berturut-turut. ngitung uang yang sama hampir setiap hari, bahkan bisa ikut ketawa atas hal yang nggak aku ngerti :")

semangat yosh!
semangat miladnasional19FLP
semangat forumteaterFLP
semangat bendaharaeverythinginFLP
semaangat urusin data ke pusat
eh iya masi ada buletintinta
EH IYA BANGET MASIH ADA SKRIPSI :"") *danbimbinganjam11inih

Semangat menjadi penulis yang mencrahkan umat Fit :)
Aamiin^_^

Rabu, 10 Februari 2016

Make Up Karakter

hari ini belajar kosakata baru : make up karakter. nggak sabar pengen belajar teeater dan segala tetek bengeknya *coba diingat lagi fitri kosakata skripsi, iya s-k-r-i-p-s-i*. ya meskipun nggak punya modal such as makeup-makeup yang tadi disebutin uni *nggakmaunyebutsoalnyayangnggadiunyasemuanyabanyak:P*. kata uni, make up karakter lebih mahal belajarnya daripada belajar make up cantik. make up cantik belajarnya ngabisin 1,5. klau make up karakter sampe 2,5. make up karakter bisa membuat tokoh-tokohdalam pertunjukan berwajah tua, bahkan juga berwajah sebagaimana singa maupun buaya *susahbayanginya*

Uni bilang, uni mau ngajarin kami buat persiapan Forum Teater waktu penampilan milad besok.

Saya jadi kepikiran, wah, bahkan buat karakter bohongan saja, biayanya mahal ya? Dan dalam kenyataannya juga begitu bukan? Bukankah karakter seseorang harganya lebih mahal daripada penampilannya?

*edisi flp, bersambung sampai posting selanjutnya ya ;)

Kebaikan dari Allah

nggak pernah tahu kebaikan Allah datangnya dari mana. maka : berbuat baiklah. inginmu itu terkabul barangkali bukan dari doamu.bisa dari malaikat yang mengamini, bisa jadi lewat doa kedua orang tua, bisa jadi lewat doa orang-orang yang kau bantu. berbuat baiklah. Allah akan membalas. baik melalui ingin yang kau doakan, maupun kebaikan yang tidak kau sangka hadirnya :")

untuk tiga paket doa yang akhir-akhir ini terlantun, semoga Allah kian dekatkan dan kabulkan ya :")
semoga Allah kuatkan, semoga Allah kuatkan :)

pojokan ruang 9 Luqman Al Hakim,
setelah berkutat lama dengan rupiah pena dan tertegun atas suatu pesan :"
10 Februari 2016 23:06

Senin, 08 Februari 2016

[Obrolan Hujan] Apa yang membuat Seseorang Merasa Siap Menikah?

16:58 Menurut lo apa yg mmbuat ssorg merasa siap nikah?
16:58 kayaknya nggak ada org yg siap nikah?
16:59 adanya yg "merasa perlu"
16:59 mungkin? menurut gue? 
17:00 semakin dewasa (read: tua) kita makin sadar realiti kehidupan dan bukannya semakin siap, justru semakin takut ke sana. mungkin? hahah
17:00 soalnya gue gitu sih ๔€„‚๔€ˆฅemote embarrassed๔ฟฟ
17:01 Iya
17:01 Sindrom usia 20.bbrp hr lalu gw ama tmn ngmgin ini.sejak 20an kayanya everythings seems not simple
17:01 Kalo gt gw ganti
17:02 Menurut lo apa yg mmbuat ssorg merasa perlu nikah?
17:02 hahahahah
17:02 bentar ya pikirin dulu soalnya gue belom pernah ngerasain
17:03 Shap
17:03 Yasama gw juga haha
17:03 Gw tunggu yaa hha
17:03 Kali lo mau tanya kakak apa orangtua :)
17:08 ogahh ntar dikira mau nikah
17:10 yg membuat seseorg merasa perlu menikah yaa tergantung alesan masing2
17:10 wkwkwk
17:10 semua alesan bisa bikin org merasa perlu menikah
17:13 Seperti?
17:13 Menjaga diri ?
17:14 banyak sih :
karena ada yg ngelamar? - dia perlu menikah karena tidak baik menolak lamaran lelaki soleh
karena cinta (smone)? - merasa perlu menikah karena adanya rasa membutuhkan smone tsb
karena paksaan/dorongan pihak2 luar spt keuarga?
karena ingin menggenapkan separuh dien (bukan basa basi) well yeah katanya segalanya sgt mudah mengais kebaikan dalam rumah tangga uhuk
17:16 Iya poin trakir. Katanya banyak peluang pahala setelah menikah
17:16 hahak
17:16 Dan alasan perlu bs kombinasi semuanya ya
17:16 iyahuhuhu 
17:17 Tujuan menikah paling ideal brrti?
17:17 Tujuan yg paling Allah mau.yg paling bikin Allah ridha.brrt apa?
17:18 alasan paling dasar; fitrah.
alasan paling ideal; syariat.
17:18 maybeee?
17:18 hahak
17:18 Panjangan dong jelasinnyaa
17:27 paling dasar-- semua org pasti ngerasain-- fitrah. perlu pendamping. rasa perlu itu akan hadir pada poin tertentu fasa hidup manusia. mungkin pada fasa itu dpt dikatakan ssorg "perlu menikah"
paling ideal; syariat. 
(berat nih penjelasannya belom level gue) kalo dibuat seringkas mungkin, ssorg merasa perlu menikah karena Allah. 
kalo mau dipanjangin, penjelasannya akan menyangkut keseluruhan bab fiqh munakahat.
17:28 Panjangin yg simpel.dong poin trakir
17:28 hahahahah
17:29 Karena Allah itu kita sbg manusia gmn ngliatnya?
17:30 Aku pas stres ngrjain skripsi aku mikir bgt skripsi yg dbkn buat nyari ridho Allah it gmn ya
17:36 kadang, kita terlalu terpaku pada "to do list". ketika kita nggak tau harus gapain atau harus bagaimana, mungkin "do not do list" cukup membantu.
17:37 Ooo gt ya
17:37 Bnr juga sih
17:37 Tp jd aga oot ama topik nikah hhe
17:39 kalo tentang pernikahan contohnya mungkin kita nggak tau pasti spt apa menikah karena Allah.
tapi yg pasti BUKAN pernikahan yg dilandaskan hawa nafsu, tidak dijalankan dengan terpaksa, dan semua tetek bengeknya ttidak bertentangan dengan syariat.
17:39  :')
17:40  Ah jawaban lo bisa banget sih
17:40  *terharuuuu*
17:40  huhuhu ๔€ธ‚๔€…ฏlove๔ฟฟ
17:41 *Stickers*
17:41  ditunggu kabar baiknya sayy
17:41 wkwkwkwk
17:41 wah gw sih kayanya yg dpt kabar baik duluan
17:42 Jawaban2 kayak tadi semacam dr org siaaap
17:42 Hahaha
17:42 *Stickers*
17:43 tungguin aja lah ya say sambil doain jan lupa huhu ๔€ธ‚๔€…ทkiss๔ฟฟ
17:43 Doa apa nih
17:43 Kan hrs spesifik
17:43 Hehehe
17:44 saling tunggu dan saling mendoakan sih makusut gueh

*saya buka sesi diskusi kalok mau wkwk
ada yang bisa nebak siapa dan siapa dalam percakapan ini? *lagi niat ngasiih hadiah buat yang berhasil nebak hehehe :D

Jumat, 05 Februari 2016

[Review Film Ketika Mas Gagah Pergi] Pesan-Pesan Kebaikan Dari Film Ketika Mas Gagah Pergi

"Gimana film Mas Gagah?" tanya saya pada teman yang sudah menonton film ini.
"Ngga rekomended Fit," jawab teman saya. Saya tahu, ekspresinya menunjukkan bercanda.
"Kenapa?" tanya saya menyelidik.
"Dua alasan Fit, Pertama, soalnya ganteng (mungkin takut ngga bisa ghadul bashar). Kedua, soalnya gantung (soalnya ternayat masih ada lanjutannya)," jawabnya sambil nyengir.
"Yeee dasar," jawab saya.

***
Perkara apa opini orang soal film Ketika Mas Gagah Pergi, saya berpikir cepat atau lambat saya akan nonton. Selain karena penasaran dengan film yang akhirnya selesai setelah perjuangan panjang melahirkan film yang dilandasi idealisme tinggi, ajakan nobar dari teman-teman tentu tidak bisa dibendung.

Film Ketika Mas gagah Pergi (KMGP) merupakan film bernafaskan dakwah yang lahir dari novelet karya Helvy Tiana Rosa (pendiri Forum Lingkar Pena)  yang legendaris pada tahun 2000 (cetak ulang hingga 15 kali), setelah pertama kali muncul di Majalah Annida pada 1993, dan telah diterbitkan oleh Pustaka Annida pada 1997. Berbekal idealisme nilai yang dibawa pada film, film berasal dari novelet ini bahkan sampai dikemas dalam dua seri film, di mana film-film lain dari novel yang tebal dikurangi isinya agar cukup dalam satu film saja.

Film ini diawali dengan kisah ketika Mas Gagah (Hamas Syahid Izzuddin) ada di Ternate untuk mengambil data skripsi sebagai intro. Kemudian ditampilkan flashback keseharian Mas Gagah  bersama Gita (Aquino Umar) adiknya. Mas Gagah yang merupakan kakak kebanggan Gita adalah orang yang tampan, keren, modis, dan menjadi idola banyak gadis termasuk teman-teman Gita. Keduanya merupakan pasangan kakak adik yang akrab sekaligus sebagai partner in crime satu sama lain. Kepergian Mas Gagah ke Ternate untuk mengambil data skripsi sempat membuat Gita ngambek walau pada akhirnya ia bisa menerima.

Sepulang dari Ternate, Mas Gagah berubah. Penampilannya, tutur katanya, perilakunya, genre lagu yang didengarnya, kebiasaan-kebiasaannya, semua berubah drastis. Gita kesal. Baginya, Mas Gagah sekarang nggak asik, nggak seru, dan terasa aneh banget bagi Gita. Bahkan Gita memilih untuk tidak lagi diantar oleh Mas Gagah ke sekolah karena ia malu dengan perubahan Masnya itu.

Tidak hanya berubah bagi dirinya sendiri, lingkungan Mas Gagah pun berubah. Ia jadi sering mengkaji agama dan menjadi lebih peduli pada kondisi sekitar. Ia membantu pembangunan Rumah Cinta di daerah kumuh sebagai tempat belajar dan membaca anak-anak di sana. Ia pun mengajak Mamanya (Wulan Guritno) dan Gita untuk berubah ke arah lebih baik. Mamanya perlahan-lahan luluh dengan perubahan Mas Gagah ke arah kebaikan, meskipun baru taraf menerima dan masih berdoa untuk juga mendapatkan hidayah. Namun, Gita semakin hari semakin menunjukkan ketidaksukaan pada perubahan Masnya itu.

Ternyata, tidak hanya di rumah, di bus menuju sekolah Gita malah melihat orang yang mengingatkannya pada Mas Gagah, membuat kekesalannya terhadap orang-orang yang suka bicara kebaikan semakin memuncak. Orang itu seringkali naik turun bis-bis kota dan memberikan ceramah di dalamnya tanpa meminta uang. Dan entah bagaimana Gita seringkali bertemu dengan sosok itu. Kekesalan yang memuncak membuatnya memarahi laki-laki itu di depan umum. Tapi sama saja, laki-laki itu masih kerap ia temui di kendaraan umum. Belakangan, sosok yang diketahui bernama Yudi (Masaji Wijayanto) itu mulai menarik perhatiannya sejak Gita ditolong olehnya ketika ponselnya dicopet.

Kekesalan yang ia curhatkan pada Tika sahabatnya membuat Tika menlakukan klarifikasi pada Mas Gagah. Namun tak dapat disangka, Tika justru lambat laun malah belajar mengenal Islam hingga memutuskan untuk berkerudung. Gita semakin kesal, kenapa semua orang berubah dan seolah-olah tidak ada yang bsia mengerti dirinya?


***

Berbekal prinsip-prinsip yang diusung oleh penulisnya, film ini sukses menjadi film yang bebas pesanan perusahaan dalam adegan karena memang didanai secara patungan oleh banyak pihak, baik instansi maupun sahabat Mas Gagah. Dan karena noveletnya sempat booming di era tahun 2000-an, banyak orang yang sudah menunggu-nunggu film ini eksis di bioskop. Dan benar saja, dalam film ini adegan-adegannya tidak ada sentuhan kulit antara lai-laki dan perempuan. Usaha seleksi pemeran-pemeran utama dalam film ini saja menunjukkan bahwa Helvy Tiana Rosa selaku penulisnya memang menginginkan pemeran-pemeran utamanya adalah  orang-orang yang memang mendekati
dengan karakteristik tokoh-tokoh dalam noveletnya itu. Banyaknya artis ternama yang tidak menjadi pemeran utama justru menunjukkan bahwa film ini didukung oleh  banyak artis.

Film dengan visi dakwah ini meskipun tidak dibawahi oleh production house ternama layaknya film-film pada umumnya, mampu memuat kekuatan akting para pemain-pemain baru, pengambilan gambar, serta sound yang baik. Namun saya rasa masih ada akting yang kurang natural seperti ketika Mas Gagah telah pulang dari Ternate, di kamar ia memakai baju koko, dan kadang kata-katanya terasa kurang natural. Prolog yang oleh Gita yang terlalu panjang rasanya menjadi mendominasi bagian awal. Secara make up, jenggot Mas gagah juga terlihat tidak alami. Menurut saya pribadi sih,  perubahan menjadi lebih kenal agama tidak mesti ditonjolkan oleh jenggot, namun jika jenggot ini diperlukan pada adegan ketika teman-teman Mas gagah menyindir penampilannya sekarang termasuk juga jenggotnya, maka okelah kalau adanya jenggot ini diperlukan.

Spirit dakwah juga ditunjukkan oleh Mas Yudi yang berceramah dari bis ke bis. Idealisme yang ia tanamkan pada dirinya membuatnya belum menginginkan posisi yang ditawarkan Abahnya untuk mengelola perusahaan dan masih cenderung ingin melakukan aktivitas dakwahnya seperti biasa. Aktivitas Yudi ini meskipun menimbulkan pertanyaaan bagi para penonton apakah kebiasaan ini masih kerap ada di kendaraan umum terutama di ibukota, di sisi lain menunjukkan bahwa bahkan keberadaan kita di manapun sebisa mungkin tetap memberi manfaat, walaupun cara kita dan Mas Yudi boleh jadi berbeda. Saya sempat berpikir apakah kebiasaan berceramah di bus ini merupakan kebiasaan yang ada di era ketika Helvy Tiana Rosa menulis novelet ini. Jika iya, sebaiknya penggunaan gadget yang cukup ditonjolkan di film ini tidak perlu ditampilkan untuk menunjukkan kehidupan di era sekitar akhir tahun 1990-an atau awal tahun 2000-an.

Film yang dibuat dengan perjuangan yang cukup panjang dari mengumpulkan dana hingga masuk bioskop ini sudah sepatutnya mendapat dukungan dari masyarakat luas. Apalagi ini bukan film yang memuat konten yang tidak pantas ditampilkan. Ini berarti strategi marketing tidak boleh ditinggalkan untuk menarik massa turut menonton film ini. Saya dengar di awal film ini launching penontonnya cukup banyak. Namun sayang, ketika saya menonton kondisi bioskop cukup sepi. Saya berhusnuzon mungkin karena saya menonton pada jam kerja. Tapi di atas itu semua semoga orang-orang yang telah menonton juga dapat melakukan marketing agar kebermanfaatan film ini semakin bisa dirasakan banyak orang.

Satu hal yang membuat penasaran adalah lanjutan film ini. Meskipun sempat berpikir pasti seru kalau filmnya langsung ditayangkan sampai akhir, tapi tentu saja durasi film harus dibatasi dan ini juga dilakukan agar naskah dapat diakomodir mendekati naskah asli. Perbedaan yang saya lihat antara film dan buku sejauh ini hanya waktu kemunculan Mas Yudi dan adegan Mas Gagah yang terpeleset sehingga jatuh ke laut ketika ia berada di Ternate, selain itu filmnya sama dengan cerita pada bukunya.

Akhir kata, ada kalimat bagus yang dilontarkan Mas Gagah dalam film ini :
"Jika kita tidak setuju dengan suatu kebaikan yang belum kita pahami, cobalah untuk bisa menghargainya..."
Karena kita kadang masih merasa belum siap melakukan kebaikan, maka berarti cobalah untuk tidak protes mengapa Allah meminta manusia mengamalkannya. Hargai dulu, jangan malah cari celah untuk menentangnya :)

Semoga bisa terinspirasi dari film Ketika Mas Gagah Pergi :) !

--------------------------------
Cari tau lebih lanjut di situs Film Ketika Mas Gagah Pergi dan situs Forum Lingkar Pena :)

*foto selfie dengan tiket merupakan syarat lomba review Film Ketika Mas Gagah Pergi (bisa dicek di sini)

Selasa, 02 Februari 2016

Buku Oranye Itu

Buku oranye dan tulisan-tulisan di dalamnya. harap, cemas, belajar mengenal Tuhan.
r i n d u . s/e/k/a/l/i .
juga pada lokasi-lokasi di balik jendela belakang masjid, pada obrolan dengan masih berbalut mukena, pada langkah-langkah menyusuri tanah konblok sekolah kita. pada surat yang teerkirim, pada paket ulang tahun, pada kotak kaca yang bahkan memuat kayu manis di dalamnya, pada kartu pos yang tak kunjung sampai.

Hei, adakah kaudengar?
atau barangkali aku, yang merajuk tanpa paham bagaimana perasaan dan urusanmu kini.
.
.
.
maafkan aku . .


Rindu; yang Terserak

Ada rindu yang membuncah dan terserak. Barangkali kamu lupa memungut puing-puingnya. Ah, apakah suatu hal terjadi dan kamu lupa kata kembali? Pungutlah kalau kamu menyapu dan kembalikan pada pemiliknya. Kelak, kamu akan terheran dengan perasaan lama yang kembali hadir ketika menemuinya. Akankah bertemu lagi dalam waktu dekat, dear?

buncah kangen
pada kamu, kamu, kamu
dan entah berapa kamu lagi yang memuncak dan membuih malam ini
tersamar oleh hujan