Jumat, 28 Juni 2019

Sudah terlalu lama menunggu-setidaknya lingkup hari ini, saja,
Bukankah kesempatan bisa kamu ciptakan?
-fitri kepada fitri
*bicara pada diri sendiri. isi kepala di awal perjalanan sepanjang satu jam (karena mampir dulu ke arah berlawanan dengan rumah) yang melelahkan, ditambah kondisi tangan yang ngilu tiap rem gas apalagi kalau kena polisi tidur tidak kelihatan

Mencoba, namun tidak efektif caranya fitri. Coba kamu fokus pada tujuan.
Lalu jadi bertanya, apa ini skenario yang Kuasa?


Untuk bahan obrolan yang terpikirkan entah sejak kapan
Untuk hari yang suatu saat akan kamu tertawakan pada diri sendiri.
Depok-rumah, 280619-sudah satu pekan merasa tidak baik-baik saja

Kamis, 27 Juni 2019

Menjelang sore ini, belajar banyak sekali sama perempuan yang merawat mimpi.
Semoga Allah kuatkan langkah kakimu, ringankan hatimu, wujudkan inginmu, dan ridhai setiap tapak yang kau titi pelan-pelan.

Banyak sekali yang menyayangimu.

(versi lengkap menyusul, ya)

Kebaikan dari Hal-hal yang Mulanya Mengganjal

Jumat lalu, menyadari beberapa hal yang (mulanya) terasa mengganjal. Sangat mengganjal.
Lalu butuh tiga hari sampai Senin sepulang bekerja menyadari, bahwa hal-hal yang mulanya terasa tidak menyenangkan sejak Jumat malam adalah justru kebaikan hati Allah mewujudkan doa-doa untuk keselamatan dan kebaikan hati sendiri.

Allahu yarham.

Kadang sebegitu halusnya kasih sayang Allah sampai diri ini merasa beberapa hal yang mengganjal hanya memperunyam keadaan dan membuat beragam asumsi. Terlepas dari hal-hal yang terjadi setelahnya. Padahal, hanya hati yang perlu lebih peka untuk mensyukuri tiap senti kejadian yang Allah berikan, untuk dicari kebaikan apa yang tersembunyi di baliknya. Serta upaya setiap orang untuk tidak memperkeruh keadaaan, menjaga perasaan diri dan orang lain. Agar jika sedang keruh tidak memperkeruh yang lainnya. Karena sebagaimana bahagia yang menular, kondisi hati yang tidak baik pun juga.

Jadi, mari kita saling menularkan kebahagiaan saja :)
Dan juga, menjaga diri tentunya. Semoga Allah jaga. Semoga itu upaya tiap-tiap orang.

Rabu, 26 Juni 2019

Balasan untuk Ima




Halo Ima, terima kasih suratnya.

Surat yang hadir tanpa aku tahu apa sebabnya. Surat yang hadir tanpa kamu tahu apa yang terjadi kemarin sore yang membuatku tidak stabil bahkan kecewa sampai Allah berbaik hati menundukkan hatiku--juga waktu--untuk lebih tenang sepulang kantor tadi.

Surat yang membantuku menjadi cermin, atas hari-hari yang pernah berlalu. Atas cerita yang kusampaikan. Atas sedikit yang kau tahu dari keseluruhan isi hati dan hari. Atas sekian kecil diriku dalam seluruh semesta lingkaran pertemananmu.

Surat yang menjadi cermin bahwa aku patut menghargai diriku sendiri atas hal-hal yang terjadi. Baik atau buruk, kesal atau sedih, merasa dewasa sesekali dan merasa chilldish lebih sering lagi, aku tetplah aku. Tidak berkurang sesenti pun. Bukan orang lain, bukan orang yang paling kuidamkan untuk menjadi, pun juga mungkin bukan sosok yang suamiku kelak harapkan sepenuhnya. Tapi kita akan terus berjuang, kan, untuk menjadi hamba yang Allah sayang, yang Allah ridhai, yang Allah mau peluk dan beri senyuman. Iya kan?

Terima kasih sudah menjadi cermin. Aku mengingat hari-hari yang pernah berlalu. Kamu yang kena imbas ketika ada yang kecewa padaku, aku yang kamu sinari hari dan hatinya, aku yang menyiramimu keluh dan kesal suatu hari, aku yang kamu beri ruang untuk mengetahui, aku yang banyak terbantu, dan terakhir, aku yang sedikit mengeluh lalu kamu beri aku sederet kata, membentuk kalimat jitu yang telak memukul ulu hatiku; untuk fokus mensyukuri apa yang telah Allah anugerahi.

Terima kasih sudah menjadi cermin. Lewat ingatan itu, aku jadi belajar. Bahwa sesungguhnya diri ini telah melewati banyak sekali hal. Yang harus direnungkan, disyukuri, diambil pelajaran. Yang barangkali aku tidak pernah menyadarinya sendiri baahwa sudah banyak sekali hal yang telah berlalu, telah dihadapi, dengan segala suka dukanya, dengan segala hal baik dan barangkali, lebih banyak hal buruknya. Aih, maafkan aku ya Allah.

Ma, sedari September lalu-bahkan aku masih ingat, ingin sekali aku tulis panjang sesuatu tentangmu.

Ima terima kasih telah menjadi satu dari sekian banyak kasih sayang Allah untukku.

Aku,
yang tentu saja menangis kau sampaikan itu.
dan juga menangis menulis balasan ini

p.s kamu, siapapun yang membaca. tentu juga telah melewati banyak hal-yang kamu perjuangkan.
terima kasih ya. terima kasih untuk dirimu sendiri. Jangan menyerah, ya!

Puasa-puasa Fatih

Waktu menulis ini, Fatih baru saja berbuka puasa. Haru melihatnya. Serumah, Fatih saja yang puasa hari ini.

Apakah Fatih puasa 6 hari syawal? Bukan. Fatih shaum qadha. Puasanya Ramadhan kemarin bolong lima. Sesak, batuk, dan asma membuatnya terpaksa tidak puasa-atau membatalkannya.
Fatih tahu ia masih kecil. Tahu bahwa pahalanya akan ke umi abi, bukan ke dirinya. Tapi suka rela dia menjalankannya. Menjalankan puasa qadha.

Fatih sudah kuat puasa penuh sejak TK. Meanwhile, aku kelas tiga esde saja masih puasa setengah hari, mana niat pula berencana makan siang apa waktu buka habis zuhur.

Kadang aku mikir, apa ya yang bisa membuat Fatih kuat dan mau ikut puasa segitu lama. Apa karena ia anak terakhir lalu melihat lebih banyak contoh puasa (ada orang tua dan kakak-kakaknya, ketika dulu aku hanya melihat orang tua). Atau karena lingkungan sekolahnya yang leih kondusif. Tapi waktu tahu dari cerita Ummi, Ummi bilang waktu Fatih sekolah TK (TKnya dulu sekaligus penitipan anak yang bisa dijemputt sore), tema-teman TKnya makan siang, dia main sendirian. Aku gak kebayang betapa kuatnya dia kala itu :")

Setelah ini Fatih mau shaum syawal. Semoga niatmu makin kuat ya Nak.
Tumbuh dengan shalih dan sehat ya Nak :)


Rabu, 19 Juni 2019

Apa Kabar?

"Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam"
...
"Kak Fitri, apa kabar?"
.
.
.
Dari seluruh pertanyaan yang aku perkirakan, tentang progress-progress dan hal terkait kerjaan, pertanyaan zaki yang pertama justru adalah tentang kabar. Terus aku nangis terharu ditanya ini. Cengeng banget ya, hahaha.


Merenungi Kata Cukup

Tadi pagi, 6.35, menjelang dhuha sebelum berangkat. Tetiba saja aku merenungi kata cukup. Merenugi semua fase perjalanan hidup. Merenungi masa sekolah, masa kuliah, masa bekerja. Merenungi lingkungan yang aku syukuri, dua terutama selain keluarga, lingkungan di Insan Cendekia dan lingkungan bekerja. Merenungi pertanyaan tentang ponselku, merenungi apa yang aku cermati saat bersua dengan teman seatap asrama yang bekerja di ibukota Sabtu lalu. Merenungi persepupuan, merenungi teman-teman dan wawasan mereka, merenungi perkembangan dunia hari ini. Mengingat apa yang temanku tulis di buku tahunan tentang diriku.

Tiba-tiba saja, aku perlu berusaha menahan agar tangisku tidak keluar. Betapa Allah baik sekali sama aku. Keluarga, lingkungan, hal-hal yang entah karena apa Allah beri. Hal-hal baik yang juga barangkali sebenarnya ujian. Hal-hal yang membuat aku utuh. Hal-hal yang memberi definisi dan makna cukup bagiku hingga hari ini.

Lalu aku dhuha. Di tengah shalat, aku tak mampu menahan air mata. Mensyukuri segala hal yang dengan baik hati Allah beri. Mensyukuri segala hal yang Allah buat aku tumbuh di dalamnya dengan pengertian yang baik soal kata cukup. Menyadari bahwa karunia untuk selalu diarahkan ada pada kebaikan, ditumbuhkan dalam lingkungan yang baik, adalah kehendak Allah yang tak pernah aku bayangakan bisa ditukar dengan apa. Berharap semoga banyak hal baik itu Allah jaga, hingga nanti-nanti. Hingga cukup bekal selama di dunia mengantar ke surgaNya.

Terima kasih, Allah.
7.47-17 menit lalu sampai Badr
dan menulis ulang ini ternyata masih membawa perasaan haru yang sama
Semangat Fitri :)

Senin, 17 Juni 2019

Ayat Hari Ini: Tentang Takut dan Sabar

Dan dari manapun engkau (Muhammad) keluar, maka hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidilharam. Dan di mana saja kamu berada, maka hadapkanlah wajahmu ke arah itu, agar tidak ada alasan bagi manusia (untuk menentangmu), kecuali orang-orang yang zalim di antara mereka. Janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, agar Aku sempurnakan nikmat-Ku kepadamu, dan agar kamu mendapat petunjuk.-QS Al Baqarah:150
Ada satu hal yang sangat kuingat waktu baca terjemah ini. Kata-kata Abidah. Dulu dia bilang.
"Jangan sampai ketakutan kita kepada sesuatu megalahkan ketakutan kita pada Allah."

Waktu itu-sudah lama sekali-aku bercerita yang intinya aku banyak takutnya. Lalu Abidah bilang kata-kata itu.

Terus waktu baca terjemahnya, aku jadi kayak, wah, kalau ketakutan sama Allah melebihi ketakutan pada apapun, Alah akan sempurnkan nikmatNya pada kita, lho. Memang apa yang lebih baik dari kasih sayang Allah lewat penyempurnaan nikmatNya itu? Bukankah penyempurnaan nikmat akan menjadi jawaban atas segala kegelisahan? Menjadi penawar atas segala perasaan tak nyaman?


Lalu ayat ini
Maka ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku.Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar.-QS Al Baqarah:152-153

Waktu acara syawal kemarin, pematerinya sempat bilang. Allah meminta kita minta pertolongan dengan sabar dan shalat, tapi kenapa di akhir hanya disebutkan bahwa Allah beserta orang-orang yang sabar? Kenapa nggak sama orang yang shalat?

Beliau bilang, karena shalat butuh sabar. Belajar ilmu tentang shalat pun butuh sabar.

Di hidup ini, banyak sekali kan yang butuh aplikasi sabar dalam keseharian? Ah, kalau bacaa tulisan-tulisanku sebelumnya yang mencaatut kata ini. Hebat banget kata sabar tuh.
Semoga Allah karuniai aku sifat sabar. Sabar yang mendekatkan. Sabar yang baik. Sabar yang ikhlas. Aamiin.


Semalam, Kay ngasih link instagram personel sarang cerita. Mereka dulu partner mendongeng. Sekarang masing-masing udah menikah dan berkarya dongeng juga sama pasangannya. Salah seorang dulu aku kenalan waktu Festival Dongeng Internasional Indonesia, 2017. Sesama peserta kelas menulis cerita anaknya Litara. Sebelummnya, aku tau dari medoa sosial tentang keduanya.
.
Tapi aku baru buka hari ini akun IGnya. And just been crying (terharu) now Kak Echa baru saja 3 bulan menjadi Ibu. Di mana bulan pertama katanya sensitif parah dan baby blues, lalu membiasakan ritme di bulan kedua, dan di bulan ketiga sudah bisa menikmati peran barunya, takjub sama cara kerja Allah menumbuhkan bayi mungilnya.
.
Terharu, entah kenapa. Kadang emosi nggak bisa ditebak, kayak cuaca. Pergantian fase hidup (bersyukur dengan lifetime partner kayak yang aku baca di postingan Kak Kanya (apalagi ternyata bisa berkarya bersama) dan mulai mendalami peran ibu yang aku baca di postingan Kak Echa(even anaknya baru 3 bulan, but it is start to long journey, right?)) dan tumbuhnya bayi kecil itu masya Allah ya :"

Minggu, 16 Juni 2019

Celoteh Fatih

*Ngomongin kloter haji*
"Temen abi pengumuman kloter tanggal 30 Juni."
"Wah lama, ya."
"Kemarin bi, waktu aku sama Ummi ke tempat Bu Ai, ada orang yang datang juga, cerita juga kalau belum keluar jadwal kloternya. Terus beliau ....(berlanjut cerita)"
"Emang tau Mbak, nunggu kloter haji itu paling lama. Fatih rasa nunggunya itu sampe setahun gitu saking lamanya." Fatih yang bilang.
"Ha? Emang Fatih paham kloter haji?"
"Fatih itu kalau nunggu kloter manasik haji itu lama lho Mbak. Bisa sampai setahun."
Hoalah...kloter manasik haji taaa maksudmu le le ckck.
Lalu dilanjutkan dengan dia cerita sistem manasik haji di sekolah dia, antri dari anak TK. Antrian waktu dia kelas tiga. Antrian waktu kelas empat.
"Dek, emang satu kloter berapa kelas?"
"Hmm setengah kelas."
Pantesan aja itu sih dek lama antriannya.
"Pas kelas tiga itu, sampe ekor antriannya nggak keiatan mata gitu, sepuluh detik kemudian baru jalan lagi. Tapi waktu kelas empat enggak lho Mbak, lebih cepet jalannya. Habis kloter sebelumnya jalan, terus langsung jalan lagi."


*Bahas biometrik."
Jadi demi membebaskan adikadik dari membajak hp umi uat main game, aku sarankan umi pasang kunci yang pake sidik jari. Diapply kan ya.
Eh, mbuh piye carane, Fatih bisa tau password angkanya lalu dia masuk dan...dafarin sidik jari dia dong.
"Ummi aja nggak ngerti, dibantuin Mbak Fitri. Kamu kok ngerti sih Dek?"
"Anak akhir zaman ini."
"Dek, kalau kamu kayak gini, anakmu nanti kekmanaa?"
Kan kalau anak, tiruannya bsia makin canggih yak. Kayak peribahasa yang guru dan murid ituloh.
Abi udah ingetin jangan sampe keliatan, tapi ya kan ya, namanya anak jaman sekarang. Kayaknya dia emang udah terlalu canggih sih. Selama kita bahas, bahasa dia udah nyebut biometrik, mengambil sidik jari pakai plastik bukan kresek, dsb.

*Ummi kedinginan.*
Udah lama banget Ummi gak kedinginan. Lalu tadi tiba-tiba kedinginan lagi, gigil banget gitu.
"Ummi, rasakan pelukan anak." (ngomongnya ala-ala superhero).
"Ayo, zammiluni zammiluni" (itu isi ceramah Hanan Attaki yang  Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam pulang dari gua hira abis dapat wahyu dari Malaikat Jibril, terus ngomong zammiluni zammiluni biar diselimutin oleh Khadijah. Si Fatih mengajak Fahri menyelimuti Ummi. Ini tu selimutannya sampe yang kayak bikin bukit gitu lho, karena segala hal yang ada di kasur akan ditumplekin. Ya selimut, ya bantal, ya guling, semua disusun biar anget.
"Mi, sini fatih pegang pipi Ummi. Walau tangan Fatih juga dingin, tapi tangan Fatih itu menyerap dingin karena sering cuci tangan." sungguh aku taktau hubungannya ._.
"Mi, Fatih kasih koyo mau nggak mi? Biar panas." yha dek, masa pake koyo di pipi karena kedinginan._.
"Mi mau pake hot n cream gak biar anget?" *itu merk semacam konterpen
"Abi, eh Mas Fahri. Eh Mas Fahri atau Abi siapapun yang bersedia (bahasanya ckck), tolong casin bantal panas buat umi." Ini kerasa banget dia peniru ulung. Ini biasanya Umi yang minta tolong kalau Fatih mulai batuk-batuk, sesak, dan asmanya kambuh
Ummi, udah kayak gimana gitu, menahan dingin sambil ketawa gegara Fatih.

*Kemarin-kemarin*
Jadi Fatih lagi main patahan antena radio.
Entah nemu dari mana. Sampai dia nempelin patahan antenanya di rubik terus bikin gerakan memutar kayak Abang arum manis.
"Fatih pengen deh jualan arum manis." sambil tangannya gaya muter-muter bikin arum manis.
"Kenapa dek?"
"Nanti Fatih bisa kasih pesen ke anak-anak yang beli."
"Emang Fatih mau kasih pepsen apa?"
"Eh, kamu baca buku Tere Liye, ya." Katanya nagsih contoh sambil bersuara pelan malu-malu.
Ketawa dong aku. Jualan arum manis biar bisa mempengaruhi anak-anak untuk baca buku Tere Liyye Betapa sederhana ingin dia.
"Iya lah Mbak, Fatih tuh udah baca sekian buku Tere Liye." Fahri yang bilang. Nyebut angka, tapi karena gak yakin akhirnya diitung ulang.
Setelah itung ulang, Fatih udah baca 21 buku Tere Liye. Sekarang lagi baca Sunset bersama Rosie. Sebenernya Umi agak berat gitu dia baca yang judul itu.
"Apa yang Fatih tangkap dari buku itu?"
"Ada bom tau Mbak."
"Ih, itu bener lho dek bomnya. Beneran waktu itu ada bom bali."
"Iya, kan kasihan ya. Banyak orang yang ikut meninggal padahal nggak bersalah. Kayak Natan." Malah nyebut nama tokoh novel.
Lalu jadi bahas kejadian itu sejenak.


Fatih, seminggu terakhir bikin gemes banget. Kata-katanya banyak. Cerewet abis. Semua dikomentarin. Obrolan apa aja pengen ikut serta.Vocabnya banyak. Penasarannya sampe bikin dia belajar persilangan golongan darah di perjalanan pulang mudik dan sistem periodik unsur kimia. Terus dia kaget kalau ternyata sistem persilangan golongan darah itu baru dipelajarin SMP. Kek masih lama banget gitu. Lalu nanya, yang materi kelas lima aja ada nggak? Mumpung jarang-jarang ini Fatih bosen mau belajar. Celetukan soal kambingmen tadi waktu Fafa telpon. Pernah aku nanya sinonim suatu kata ke orang rumah, dia duluan yang jawab. Bener lagi. MBTI anak ini apa yak wkwk.

Dek, kamu aku jadiin sovenir mau ga? Biar banyak orang merasa bahagia dengan adamuuu di sekitar mereka <3 p="">

Bertanya-tanya Suatu Ketika

Aku pernah diliputi banyak pertanyaan dalam sehari
Sejak mata membuka, aku sudah kehilangan semangat, seperti tidak tahu apa yang perlu kukejar dalam menjalani hari. Terlebih badanku rasanya sakit semua sejak kemarin. Maka aku bertanya-tanya, kenapa ya hidupku ini? Aku nggak mau menjalani rutinitas nggak menghidupi apapun. Sampai aku merasa perlu mempelajari Ikigai. Bahkan membaca buku tentang ikigai, yang katanya menjadi semangat orang-orang Jepang sehingga setiap bangun pagi semangat menjalani hari. Tahu kenapa dirinya ada di dunia ini, perlu berbuat apa di hidup ini.
Lalu di tengah aku cari pinjaman buku ikigai, aku tertegun. Bukannya menjadi muslim seharusnya cukup untuk memiliki alasan untuk selalu semangat beramal setiap harinya?
Apa aku kurang syukur? Apa aku telah kalah oleh rutinitas?
Bertanyatanya, apakah pengaruh hormonal memang betulan seberefek itu?
Bertanya kenapa bisa jadi kesal sama diri sendiri atau sekitar untuk urusan yang sama-sama saja.
Bertanya tentang
apa itu cinta?
apa itu pengorbanan?
apa itu impian?
apa itu mimpi?
dalam perjalanan menjalani rutinitas yang dulu sangat kuimpikan (dan masih terus kuimpikan) tapi kadang aku malas menjalankannya. Apakah itu perkara jarak?

Hari yang aku bicarakan, hari ini.


ditengah kelucuan Fatih melihat aku menulis postingan ini lalu laporan ke Fafa yang tengah menelepon, "Mbak, Mbak Fitri nulis blog...blognya...kambingmen."
Aku tahu benchmark dia, tapi dia ndak tau itu trademark siapa. Hahaha.

Jumat, 14 Juni 2019

Ayat Hari Ini: Tips Menghilangkan Takut dan Sedih (2)

Tidak! Barangsiapa menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah, dan dia berbuat baik, dia mendapat pahala di sisi Tuhannya dan tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.-QS Al Baqarah: 112

Bahwa, oh kalau nggak mau takut dan sedih itu, ya menyerahkan diri sepenuhnya sama Allah. Terus berbuat baik.

Menyerahkan diri sepenuhnya itu, bayanganku (dan mengingat sore tadi), mungkin seperti berpasrah, yang darinya lahir bentuk ridha atas takdir apa-apa yang Ia tetapkan pada diri ini.

Dan berbuat baik, ini mah jelas ya. Ndak perlu ditanya baik itu seperti apa.

Tulisan sebelumnya yang membahas cara untuk tidak takut dan sedih versi Alquran ada di postingan ini.

Dalam segala kecamuk perasaan, melawan diri sendiri adalah hal yang sulit sekali dilakukan.

Apapun ya Allah, selama darinya bisa menjadi peluang pahala. Selama mendekatkan diri ini padaMu...

-Mushala, dan tangis yang tiba-tiba pecah setelah orang terakhir sebelum diri ini keluar ruangan
-Bakda Ashar menuju Maghrib, all time favorite

Kamis, 13 Juni 2019

Bantal bagi Anak-anak

Jatuh cintanya anak-anak itu sederhana. Kepemilikan bagi mereka sebegitu bermakna.*

"Dek, kalau tiga bantal ini dibeli dua ratus ribu, mau nggak?"
"Enggak. Orang satunya harganya seratus ribu."
"Kalau tiga ratus ribu?"
"Enggak juga."
Abi nyaut. "Itu satunya dua puluh ribu, Dek."
"Iya apa? Bukannya dua puluh atau lima puluh ribu gitu?"
"Kalau lima ratus ribu?"
"Enggak, kalau sejuta, baru mau. Nanti abis itu Fatih beli lima bantalnya."

Lucu saja obrolan tiba-tiba ini. Aku jadi ingat waktu pelatihan menulis dulu. Bu Sofi nunjukin satu cerita yang sederhana Tapi waktu aku baca, hangat rasanya. Sangat anak-anak. Sangat personal. Sangat kehidupan mereka.

Dulu Fahri waktu tidur amunisinya banyak. Bantal, guling, yang dipakai dan yang dibikin benteng karena dia takut kecoa (padahal kan kecoa bisa nanjak bantal/guling ya). Lalu kalau dititip ke tetangga repot pindahannya, hahaha.

Anak-anak Umi di rumah, waktu kecil, kayaknya semuanya, suka ribut kalau bantalgulingnya dipake orang lain pas mau dipake. Soalnya jadi anget, jadi ga dingin. Kan enak ya meluk bantal guling dingin tu.

Sampai suatu ketika, Fatih cerita ke aku, kalau di Majalah Bobo ada yang cerita kalau adiknya masukin bantal ke kulkas biar dingin. It's a real story! Dan itu juga pop up in mind ketika Bu Sofi cerita tentang cerita anak berjudul Bonta itu.

Penasaran sama ceritanya, bisa baca di sini ya: https://reader.letsreadasia.org/read/feefe99b-1698-4f7e-9eed-faf0c98a346c klik ikon oranye yang gambarnya buku itu.


aku menutup tulisan ini dengan mendengar
"umi pijetin"
lalu aku berusaha ambil bagian karena tau umi lagi ngerjain pr
"sini-sini"
lalu fatih bilang, "apa artinya tidur tanpa dikelonin?"
lalu tetap saja aku kalah duluan sama ummi
\

*esok lusa kita akan belajar tentang tidak menggenggam terlalu erat ya naak :)


updated:
jadi habis aku pos, aku nyamper fatih. fatih di kamar umi, meanwhile dia biasanya tidur di ruang tengah. 
ndak ada bantal yang tadi dia keep banget itu dong. ntah kenapa.
dia udah merem, aku tetep aja nanya
"bantalnya ke mana dek? kok ngga ada bantal fatih sama sekali?" lha orang tadi dia bangga-banggain
katanya sambil merem, "mulai dari nol"
aku nanya lagi, dan dia jawab dengan jawaban yang sama

sungguh, aku tidak mengerti jalan pikiranmu, nak.

Ketenangan hati kita bisa jadi berasal dari doa-doa orang lain. Bersyukurlah.

Bersyukurlah dalam perbuatan dan tingkah laku.

Rabu, 12 Juni 2019

Berdamai dengan Perubahan

Barangkali, hal yang tidak berubah adalah adanya perubahan itu sendiri.

Suasana hati bisa berubah, mulanya senang, tetiba sedih. Mulanya bahagia, tiba-tiba diuji dengan hal yang tak menyenangkan.

Perasaan juga. Senang jadi kesal. Maklum jadi keluh. Harap jadi ragu. Benci tapi rindu. Perasaan-perasaan tak menentu.

Siang dan malam berubah dalam hitungan waktu. Dalam hitungan detik, yang dirasa di hati mudah sekali terbolak-balik.

Manusia juga bisa berubah. Tadinya keras jadi lembut. Tadinya apa-apa dicounter, belajar jadi sabar. Tadinya diam, lalu bicara banyak. Tadinya menyepelekan, lalu menganggap penting. Tadinya melanggar lalu taat.

Isi kepala pun demikian. Untuk hal-hal yang sama, kadang bisa jadi pikiran banget, kadang biasa aja-bahkan bisa jadi masa bodoh.

Penerimaan juga bisa berubah. Awalnya heran jadi wajar. Awalnya menerima, jadi tak suka.
Di dunia ini, hal-hal bergerak. Berpindah. Berubah. Hal-hal yang terjadi menimpa adalah ketentuan, responnya-penerimaannya-kita yang tentukan.

Jadi, kalau ada hal yang membuat hati runyam, tenang saja. Terima. Kelak itu akan Allah ganti, insya Allah. Tidak akan lama. Nikmati saja sebagai fase kehidupan. Apa yang terbit akan tenggelam. Apa yang tenggelam, kelak akan terbit.

Dalam segala musim, Tuhan selalu penyayang.*
Dalam segala badai kehidupan, Tuhan selalu mendengar.
Dalam segala kecamuk perasaan, Tuhan selalu menawarkan peluk.

*dari buku Ayat-Ayat Cinta

Fitri, yang merasakan perubahan
ikut bahagia di pagi hari
lalu jadi sedih sekaligus kesal sorenya
dunia berputar, perasaan juga
semoga hal-hal baik tidak akan terganti dengan yang buruk

dunia sementara.
fokus saja sama yang selamanya.
:)
jangan berubah, kecuali jadi lebih baik.

Ayat Hari Ini: Tips Menghilangkan Takut dan Sedih dan Memahami Khusyuk versi Alquran

....Kemudian jika benar-benar datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barangsiapa mengikuti petunjuk-Ku, tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati. -Al Baqarah: 38

Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Dan (salat) itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk, yang yakin, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.- Al Baqarah: 45-46

Tadi waktu tilawah, dua ayat ini cukup menghadirkan kesan :)

Bahwa, oh kalau nggak mau takut dan sedih itu, ya tinggal mengikuti petunjuknya Allah. Ini mengingatkanku sama chat dengan Annisa kemarin (aku tulis di postingan lain, insya Allah).

Bahwa, oh khusyuk itu, yakin bahwa diri ini akan menemui Allah, dan akan kembali kepada-Nya. Sehingga diri ini meraasa terus diawasi dan nggak berani melanggar apa yang Allah larang. Menghidupkan khusyuk itu yang masya Allah ya :"), berat sekali. Tapi ya hadiahnya emang sepadan, pertolongan dari Allah.

Semoga Allah jadikan kita semua golongan yang mengikuti petunjukNya, senantiasa sabar dan shalat, serta khusyuk padaNya.

hari pertama ke Badr setelah libur lebaran
13.01

Unprivate

Dua tanya, dalam satu hari

Orang 1
[14:33, 11/6/2019] Orang 1: Assalamu'alaykum kk Fitrii.. sedih ni ndak bisa buka blog Fitri hehe
[14:33, 11/6/2019] Orang 1: Kenapa diprotect kk?
[14:33, 11/6/2019] Orang 1: Anw apakah fitri _________
[14:34, 11/6/2019] Orang 1: _____________________
[15:02, 11/6/2019] fitri: waalaikumsalam warahmatullaaaah
[15:02, 11/6/2019] fitri: Orang 1 kenapa mikirnya gituuuu
[15:06, 11/6/2019] Orang 1: Ini kk
[15:06, 11/6/2019] Orang 1: mungkin karena _____________________
[15:07, 11/6/2019] Orang 1: Kayak _______ hadu maafkan ni hanya menduga aja, tapi gapapa semoga termasuk husnudzan ya kk 🥺
[15:07, 11/6/2019] Orang 1: __________
[15:09, 11/6/2019] fitri: hahaha kwkwkwk
[15:09, 11/6/2019] fitri: Orang 1 teh buka blog aku kapan biasanyaaa
[15:29, 11/6/2019] Orang 1: Malam biasanya kk. Cuma beberapa hari terakhir aja bukanya pas lebaran inii
[15:29, 11/6/2019] Orang 1: Pas Ramadhan kemarin engga hehe
[15:29, 11/6/2019] Orang 1: Lagi suka baca² blog pas lebaran kemarin
[15:30, 11/6/2019] Orang 1: Suka sm tulisan kk Fitrii as always🌻✨

Orang 2
[23:16, 11/6/2019] Orang 2: Blogmu diprivate kah fit?
[23:16, 11/6/2019] Orang 2: Eh ya Allah sampai terlupa
[23:17, 11/6/2019] Orang 2: Minal Aidin wal Faizin ya
[23:17, 11/6/2019] Orang 2: Saya mohon maaf atas segala hal yang saya sadari maupun tidak 😭🙏🏻
[23:18, 11/6/2019] fitri: iyaa, ya Allah hari ini ada 2 orang chat aku ttg ini, kayaknya menimbulkan kecemasan gitu ya wkwk
[23:19, 11/6/2019] Orang 2: samisami Orang 2, aku juga minta maaf lahir batin nggih
[23:19, 11/6/2019] Orang 2: Soale biasanya di reading list postinganmu yang paling banyak muncul
[23:19, 11/6/2019] Orang 2: Terus tetiba lenyap

Mari kita buka proteksi pada blog ini, daripada menimbulkan prasangka yang tidatida.
terima kasih kalian ya yang sudah baca! Mohon dukungannya selalu, uwu~
Maaafkan juga kalau aku banyakan curhat-curhat dak jelas kitu :"( *ya Allah curhat gajelas aja ditanyain yak ckck


memasuki waktu bagian aku lelah testing siang seperti dikejar-kejar, mari testing malam saja setelah istirahat, yuk nak yuk, kita rilis yuk
dan, memasuki waktu bagian sepertinya perlu buka protected blog karena ternyata jadi menimbulkan prasangka~

Minggu, 09 Juni 2019

Waktu

Kita tidak bisa mengalahkan waktu. Tidak juga mengendalikannya.

Namun kadang salah, justru bilang berpasrah pada waktu. Atau menunggu waktu yang menjawab.

Berpasrah itu tentu pada Allah. Menunggu jawaban juga. Namun kadang term menunggu waktu yang menjawab memang jadi satu-satunya obat. Sementara sesungguhnya, ada yang bisa kita coba.

Hari-hari ini rasanya berat. Tidak nyaman. Menimbulkan perasaan bersalah, atau bahkan berdosa. Tidak nyaman sekali.

Kemarin lepas zuhur, hanya ingin mengumpulkan ayat tentang sabar. Kucari keywordnya di aplikasi Alquran. Maka bersabarlah. Beberapa ayat keluar. Cukup menentramkan. Juga, kubuka tulisan lama tentang sabar.



Sabar itu banyak sekali. Sabar menjalankan kebaikan, sabar menghadapi situasi, sabar tidak berbuat maksiat. Kata Allah, balasan sabar adalah kebaikan. Itu.

Dalam banyak hal, kadang-kadang menjadi dilema. Tidak menginginkan sesuatu. Tapi semua punya konsekuensi. Satu-satunya jalan agar tenang, berharap Allah selalu memberikan waktu terbaik. Yang didalamnya terangkum segala jawaban dan alasan, atas hal-hal yang bukan kapasitas manusia mengetahuinya.

Fashbir shabran jamiilaa.
Maka bersabarlah dengan sabar yang baik.

Semoga Allah mengampuni segala kesalahan.

Dear diri, terima kasih telah berjuang sejauh ini. Maaf ya kalau ada hal-hal menyebalkan. Kita berjuang, ya. Semoga Allah meridhai.

Jumat, 07 Juni 2019

Nasihat Fatih-10th (Kalau Aku Jadi Orang Tua)

Semalam main sama Muhammad, anak keduanya Mbak Kiki. Baru ketemu setelah usianya 2 tahun. Sehari-hari mereka di Bontang.

Kami main mobil-mobilan. Mobilan yang bisa diurai berubah bentuknya jadi robot. Mobilnya parkir di atas kursi kayu. Ada empat jumlahnya. Lalu Muhammad lihat ke kolong kursi. Lalu mengalihkan pandang ke atas. Terus kejedot.

Raut mukanya udah bersiap nangis. Aku buru-buru berusaha menenangkan sebelum suaranya pecah. Kuusap dahinya.

"Nggak papa yaa. Sakit sedikit. Muhammad kuat yaa."
Kuulang-ulang tiga kalimat itu, sampai ekspresi wajahnya lebih tenang dan Alhamdulillah tangisnya tak jadi pecah.

Fatih mengamatiku.
Katanya, "Mbak Fitri itu udah bagus tau Mbak kalau jadi orang tua."
Jeda.
"Cuman kurang satu...aja."
Aku penasaran. Lucu juga anak ini mengamatiku dan memberi nasehat keparentingan. Anak 10 tahun loh.
"Harusnya tadi ditambahin Mbak; lain kali, lebih hati-hati ya. Biar nggak kejedot lagi, Mbak. Masa nanti kejedot lagi kejedot lagi. Kan kasihan."
Aku: antara mau menahan tawa dan tersenyum bangga.

:')
Cerita dari Solo,
kota ini membuatku ingat banyak hal
#sisasemalam yang sengaja tidak kutulis semalam

Ditulis di Salatiga.

Selasa, 04 Juni 2019

Tahun-tahun yang Berlalu

Setahun berjalan cepat. Setahun berubah cepat. Banyak yang terjadi. Banyak yang berganti

Tahun lalu, aku ingat ketika adikku menanyakan nama seseorang. Aku agak kaget tapi menganggapnya lalu. Ah paling penasaran biasa. Rupanya tidak sesederhana itu.

Tahun lalu, aku ingat pencarian lama yang rasanya bingung kapan menuai ujungnya. Gundah, gelisah, tanya. Hingga akhirnya menjadi jawab.

Tahun lalu, aku ingat postingan Instagram seseorang. Rupanya waktu sudah memberi jeda satu tahun dari hari ketika aku menunggu kabarnya.

Setahun berlalu, sudah banyak yang terjadi. Bagaimana jika dua?

Dua tahun lalu. Pesan masuk ke ponselku. Menyebabkan munculnya pertanyaan dan perbincangan di tengah keliling Magelang.

Dua tahun lalu, sesuatu selesai-diselesaikan lebih tepatnya. Meninggalkan pelajaran mendalam yang berkesan. Ada sedih tapi lebih banyak syukurnya. Segala pelajaran baik kadang butuh waktu yang tidak sebentar untuk diselami.

Tiga tahun lalu, puasa di Jepang. Kereta bermasalah. Kami jalan kaki dari stasiun ke apato Kak Lia-yang masih menawarkan apatonya sekalipun kelak aku ke Jepang ketika sudah berkeluarga, aamiin. Lelah sekali. Tarawih bersebrangan ruangan dengan Korean party. Buka puasa bersama mahasiswa Muslim Indonesia dan dunia di Sendai. Menyetel takbiran melalui YouTube demi membangun suasana idul Fitri. Izin telat kelas karena shalat Ied di masjid yang cukup jauh dari kampus. Tidak ada libur lebaran.

Empat tahun lalu. Sengaja menyisakan baju terbaik yang belum dipakai sama sekali selama KKN demi lebaran. Karena di sana, tidak ada orang menyetrika baju. Silaturahmi ke Malaysia. Semua rumah menjamu soda. Foto bersama keluarga angkat yang anaknya berjumlah delapan. Yang anak ketujuhnya dengan manis berkata, ayah sekarang anaknya ada dua belas. Menyertakan kami yang tinggal di sana berempat ditambah dosen pembimbing yang datang di awal dan di akhir.

Waktu berlalu. Semua punya ceritanya.
Semoga jadi pribadi yang lebih baik, ya Fitri

Sabtu, 01 Juni 2019

Hujan Sore Ini

Sore ini hujan, menjelang maghrib lebih deras lagi.
Setelah lama sekali panas menyerang bumi.
Jalan luar sepi, anak-anak dilarang main barangkali.
Hujan tidak hanya menciptakan genangan, terlebih juga kenangan.
Hujan menciptakan pikiran, akan hal-hal yang ingin direnungkan sendirian.
Atau bersama lebih baik, untuk hal-hal yang sebaiknya demikian.

Hujan pertanda, tuhan meminta kita banyak melangitkan doa.


Menjelang berbuka, di tengah kerjaan yang masih saja ada. 
Banyak rindu, banyak malu, banyak perasaan bersalah.
Cibinong, 1 Juni 2019, 17.42