Sudah jalan 4 malam, kebangun tengah malam dan nugas. Bener-bener ya kuliah sudah jadi ibu itu masya Allah. Even Allah sudah ngasih banyak kemudahan sana sini kadang masih wondering dengan semua ini ya Rabb. Sambil nulis sambilmikir apakah bangun malam ini juga menambah keimanan dan ketakwaan? :""
Tampilkan postingan dengan label kuliah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label kuliah. Tampilkan semua postingan
Kamis, 27 Januari 2022
Kamis, 21 Maret 2019
Tentang Percaya
Catatan 12 Maret 2019
You would be a great mother.
-
Seseorang mengulum kalimat itu. Ia tulis sembari dibisikkan. Ia menulis kalimat itu pada sebuah kertas yang kemudian dilipat dua kali menjadi ukuran seperempat ukuran semula. Ia simpan di common placenya.
Kalimat itu bisa dituliskan oleh siapa saja untuk perempuan yang dipercayainya. Hubungan keluarga, ayah atau ibu pada anak perempuannya, suami pada istrinya, atau hubungan persahabatan, kepada sahabat perempuannya.
Kalimat itu beserta potongan-potongan kisah selanjutnya terngiang sepanjang perjalanan pulang Selasa pekan lalu saat memotong belok di tole iskandar. Yang membuat saya membenak tentang percaya. Iya, tentang percaya.
-
Ada salah satu hal yang disampaikan di sesi sharing keluargakita yang berbunyi, sama anak itu, percaya aja dulu, nanti dia akan menunjukkan sendiri pada kita bahwa ia bisa melakukannya. Percaya dulu bahwa anak akan bisa berjalan. Walau ia masih tertatih, nanti ia akan tunjukkan bahwa ia bisa berjalan. Percaya anak akan memberikan kemampuan dirinya yang terbaik saat mengikuti lomba, tampil di penampilan, dan lain sebagainya. Nanti anak akan tunjukkan.
Bukan kebalikannya. Bukan baru percaya saat anak melakukannya, sementara sisanya kita meragukan dan bahkan malah menunjukkan ketidak percayaan kita pada anak sebelum anak itu melakukannya. Hemat saya, saya jadi berpikir bahwa rasa percaya memberi energi, jauh dari yang semula dibayangkan.
Dulu waktu skripsi, saya ada pada ambang batas nggak ngerti lagi harus diapain. Kalau pernah baca cerita saya di sini (terus jadi nemu banyak cerita menarik dengan keyword skripsi, bahkan yang ga berhubungan sekalipun), saya udah nggak tahu lagi akan ada takdir apa setelahnya. Saya berdoa kalau saya layak buat lulus, semoga Allah luluskan. Kalau saya nggak layak, semoga Allah kuatkan dan ikhlaskan hati saya jika harus mengulang sidang (beberapa bulan sebelumnya ada yang nggak lulus sidang soalnya dan itu jadi kekhawatiran sendiri untuk saya), dan semoga nggak ada temenyang nonton, saking takutnya waktu itu.
Saya ingat setakut itu sama skripsi, sampai nggak mau kabarin siapapun saya sidang saking takutnya malah diledek padahal mereka nggak tahu bahwa saya ngumpulin draft sekedar untu mendaftar. Draft itu belum ada hasil penelitiannyaaaaa, bahkan datanya pun belum dapat lengkap kalau tidak salah :") can you imagine betapa paniknya? Setakut dan sekhawatir itu. Menelepon Ummi hanya menangis isinya. Berdoa kuat-kuat di mushala teknik yang sepi (sidang saya mendekati libur natal sekaligus minggu tenang ujian) dan berpikir udah sepasrah itu, terserah Allah kasih apa, saya percya itu yang terbaik.
Allah kasih saya lulus sidang dengan revisi. Itu keputusan Allah. Malamnya, saat mengobrol dengan Afifah di parkiran motor, aku cerita segala turun naik fase skripsi itu. Dan kami sampai pada kalimat yang intinya, sepaasrah itu aku sama Allah udah nggak ngerti lagi harus bagaimana.. Tapi di atas itu semua, membuatku berpikir, bagaimana membangun kepercayaan sama Allah dalam menumbuhkan anak. Karena itu tentu dibangun perlahan sedari kecil. Kepercayaan yang seyakin itu apapun Allah kasih, pasti yang terbaik untuk hambaNya dalam kacamataNya. Obrolan kami menggantung di langit-langit. Tanpa kesimpulan dan jawaban Tapi masih teringat sampai saat ini, menumbuhkan kepercayaan itu penting sekali pada setiap manusia. Dan percaya itu, makna iman bukan? Yang punya banyak konsekuensi ketaatan setelahnya. Alhamdulillah kala skripsi saya pada akhirnya memasrahkan segalanya ke Allah, tapi itu belum menjamin apaka saya bisa selalu begitu bahkan pada titik terendah saya. Tidak menjamin saya bisa menanamkan hal yang sama pada anak-anak saya kelak. Namun tentu saya berharap, semoga kelak Allah mampukan. Aamiin.
Lalu aku jadi ingat cerita seorang teman. Ia pernah cerita bahwa ayahnya kerjanya jauh, di ujung Sumatera kala itu kalau tidak salah, sementara keluarganya di Depok. Ayahnya pulangnya jarang-jarang. Lalu ia pernah bertanya pada ibunya,,"Bu, kok bisa sih Ibu percaya kalau Ayah nggak akan macam-macam, nggak akan nyeleweng di sana?" Aku lupa jawaban persisnya, tapi intinya ibunya ini percaya sama ayahnya dan bilang, kalau ibu mikir gitu ibu jadi suuzon dong, malah dosa. Ya Ibu mikir yang baik-baik aja. Itu kepercayaan Ibunya teman saya dan temen saya bilang, iya juga ya kalau suuzon malah dosa nanti. Hm, bener juga.
Saya jadi ingat suatu ketika menjelang suatu acara, salah seorang teman baik saya tidak ada kabar. Padahal acara itu sangat penting. Saya tahu sesuatu yang besar mesti terjadi padanya. Sampai saya berangkat hari Jumat (acaranya Sabtu Ahad), dia sama sekali tidak ada kabar. Rasanya apa? Sedih sekali. Apalagi saya waktu itu semacam punya tanggung jawab lebih atas teman saya ini. Pun semua orang yang tak tahu kabarnya bertanya pada saya. Ya Allah rasanya tuuuuh.
Cuma satu yang saya punya selain mendoakan, entah bagaimana, saya percaya saja ia akan datang. Entah gimana akhirnya. Kalau Allah gak kabulin saya hanya mikir yaudah. Saya bahkan gak berpikir ini akan memberi energi, tapi itu yang terjadi. I don't think of it but it would be. Cuma itu yang akhirnya saya curhatin ke Kak Mars waktu itu, aku cuma percaya, gak tahu gimana.
Pada akhirnya, temen saya ngabarin dan meminta saya mengkeep kabarnya, bahwa ia akan datang hanya untuk Sabtu dan sampai sore saja. Jeder. Dilema lagi saya. Teman saya hanya bisa datang sepersekian acara dan sisanya ia akan kabur gitu? Aku benar-benar bingung. Tapi singkat cerita, dia pamit baik-baik dan ternyata akhirnya bisa dilobi, pulang dengan kendaraan paling malam hari itu. Aku bantu mencarikan. Kami dapat untuk jam 23.15, kalau tidak salah. Aku lega, dan berterima kasih pada segala pihak yang telah membantu.
Tapi kerasa, rasanya kekuatan percaya :")
*btw, boleh aja sih ga setuju, hehe. Ini lintasan-lintasan pikiran sepanjang perjalanan pulang aja waktu itu.
You would be a great mother.
-
Seseorang mengulum kalimat itu. Ia tulis sembari dibisikkan. Ia menulis kalimat itu pada sebuah kertas yang kemudian dilipat dua kali menjadi ukuran seperempat ukuran semula. Ia simpan di common placenya.
Kalimat itu bisa dituliskan oleh siapa saja untuk perempuan yang dipercayainya. Hubungan keluarga, ayah atau ibu pada anak perempuannya, suami pada istrinya, atau hubungan persahabatan, kepada sahabat perempuannya.
Kalimat itu beserta potongan-potongan kisah selanjutnya terngiang sepanjang perjalanan pulang Selasa pekan lalu saat memotong belok di tole iskandar. Yang membuat saya membenak tentang percaya. Iya, tentang percaya.
-
Ada salah satu hal yang disampaikan di sesi sharing keluargakita yang berbunyi, sama anak itu, percaya aja dulu, nanti dia akan menunjukkan sendiri pada kita bahwa ia bisa melakukannya. Percaya dulu bahwa anak akan bisa berjalan. Walau ia masih tertatih, nanti ia akan tunjukkan bahwa ia bisa berjalan. Percaya anak akan memberikan kemampuan dirinya yang terbaik saat mengikuti lomba, tampil di penampilan, dan lain sebagainya. Nanti anak akan tunjukkan.
Bukan kebalikannya. Bukan baru percaya saat anak melakukannya, sementara sisanya kita meragukan dan bahkan malah menunjukkan ketidak percayaan kita pada anak sebelum anak itu melakukannya. Hemat saya, saya jadi berpikir bahwa rasa percaya memberi energi, jauh dari yang semula dibayangkan.
Dulu waktu skripsi, saya ada pada ambang batas nggak ngerti lagi harus diapain. Kalau pernah baca cerita saya di sini (terus jadi nemu banyak cerita menarik dengan keyword skripsi, bahkan yang ga berhubungan sekalipun), saya udah nggak tahu lagi akan ada takdir apa setelahnya. Saya berdoa kalau saya layak buat lulus, semoga Allah luluskan. Kalau saya nggak layak, semoga Allah kuatkan dan ikhlaskan hati saya jika harus mengulang sidang (beberapa bulan sebelumnya ada yang nggak lulus sidang soalnya dan itu jadi kekhawatiran sendiri untuk saya), dan semoga nggak ada temenyang nonton, saking takutnya waktu itu.
Saya ingat setakut itu sama skripsi, sampai nggak mau kabarin siapapun saya sidang saking takutnya malah diledek padahal mereka nggak tahu bahwa saya ngumpulin draft sekedar untu mendaftar. Draft itu belum ada hasil penelitiannyaaaaa, bahkan datanya pun belum dapat lengkap kalau tidak salah :") can you imagine betapa paniknya? Setakut dan sekhawatir itu. Menelepon Ummi hanya menangis isinya. Berdoa kuat-kuat di mushala teknik yang sepi (sidang saya mendekati libur natal sekaligus minggu tenang ujian) dan berpikir udah sepasrah itu, terserah Allah kasih apa, saya percya itu yang terbaik.
Allah kasih saya lulus sidang dengan revisi. Itu keputusan Allah. Malamnya, saat mengobrol dengan Afifah di parkiran motor, aku cerita segala turun naik fase skripsi itu. Dan kami sampai pada kalimat yang intinya, sepaasrah itu aku sama Allah udah nggak ngerti lagi harus bagaimana.. Tapi di atas itu semua, membuatku berpikir, bagaimana membangun kepercayaan sama Allah dalam menumbuhkan anak. Karena itu tentu dibangun perlahan sedari kecil. Kepercayaan yang seyakin itu apapun Allah kasih, pasti yang terbaik untuk hambaNya dalam kacamataNya. Obrolan kami menggantung di langit-langit. Tanpa kesimpulan dan jawaban Tapi masih teringat sampai saat ini, menumbuhkan kepercayaan itu penting sekali pada setiap manusia. Dan percaya itu, makna iman bukan? Yang punya banyak konsekuensi ketaatan setelahnya. Alhamdulillah kala skripsi saya pada akhirnya memasrahkan segalanya ke Allah, tapi itu belum menjamin apaka saya bisa selalu begitu bahkan pada titik terendah saya. Tidak menjamin saya bisa menanamkan hal yang sama pada anak-anak saya kelak. Namun tentu saya berharap, semoga kelak Allah mampukan. Aamiin.
Lalu aku jadi ingat cerita seorang teman. Ia pernah cerita bahwa ayahnya kerjanya jauh, di ujung Sumatera kala itu kalau tidak salah, sementara keluarganya di Depok. Ayahnya pulangnya jarang-jarang. Lalu ia pernah bertanya pada ibunya,,"Bu, kok bisa sih Ibu percaya kalau Ayah nggak akan macam-macam, nggak akan nyeleweng di sana?" Aku lupa jawaban persisnya, tapi intinya ibunya ini percaya sama ayahnya dan bilang, kalau ibu mikir gitu ibu jadi suuzon dong, malah dosa. Ya Ibu mikir yang baik-baik aja. Itu kepercayaan Ibunya teman saya dan temen saya bilang, iya juga ya kalau suuzon malah dosa nanti. Hm, bener juga.
Saya jadi ingat suatu ketika menjelang suatu acara, salah seorang teman baik saya tidak ada kabar. Padahal acara itu sangat penting. Saya tahu sesuatu yang besar mesti terjadi padanya. Sampai saya berangkat hari Jumat (acaranya Sabtu Ahad), dia sama sekali tidak ada kabar. Rasanya apa? Sedih sekali. Apalagi saya waktu itu semacam punya tanggung jawab lebih atas teman saya ini. Pun semua orang yang tak tahu kabarnya bertanya pada saya. Ya Allah rasanya tuuuuh.
Cuma satu yang saya punya selain mendoakan, entah bagaimana, saya percaya saja ia akan datang. Entah gimana akhirnya. Kalau Allah gak kabulin saya hanya mikir yaudah. Saya bahkan gak berpikir ini akan memberi energi, tapi itu yang terjadi. I don't think of it but it would be. Cuma itu yang akhirnya saya curhatin ke Kak Mars waktu itu, aku cuma percaya, gak tahu gimana.
Pada akhirnya, temen saya ngabarin dan meminta saya mengkeep kabarnya, bahwa ia akan datang hanya untuk Sabtu dan sampai sore saja. Jeder. Dilema lagi saya. Teman saya hanya bisa datang sepersekian acara dan sisanya ia akan kabur gitu? Aku benar-benar bingung. Tapi singkat cerita, dia pamit baik-baik dan ternyata akhirnya bisa dilobi, pulang dengan kendaraan paling malam hari itu. Aku bantu mencarikan. Kami dapat untuk jam 23.15, kalau tidak salah. Aku lega, dan berterima kasih pada segala pihak yang telah membantu.
Lalu aku juga jadi keikir, kalau orang memilih sesuatu itu, titik beratnya kayaknya bukan hanya soal memilihnya, tapi tentang percayanya. Memilih kuliah di suatu tempat, karena percaya bidang itu yang akan ia geluti, atau bidan itu yang ia betah terhadapnya. Orang tua memilih sekolah anaknya, karena percaya sekolah inilah yag terbaik untuk anaknya tumbuh, belajar, mengenal Allah dan Islam, berinteraksi dengan teman-teman yang baik pula pada suatu institusi yang kondusif. Teman saya memilih kerja di Badr bukan di perusahaan lain yang juga menerimanya, karena jawaban istikharahnya. Dan saya entah bagaimana berpikir bahwa ia percaya bahwa dari jawaban istikharahnya itu Badr akan menjadi tempat bekerja yang mendekatkan dia sama Allah (karena waktu itu ia sempat bilang juga mau belajar Daud). Percaya bahwa ada kebaikan yang dipilihkan Allah. Juga ketika seseorang meninggalkan sesuatu yang tidak baik, karena percaya bahwa i berhak atas sesuatu yang lebih baik. Ketika seseorang memutuskan dan memilih untuk menghubungi teman lamanya, meminta maaf. Karena ia percaya, nanti akan melegakan. Respon temannya bagaimana, ia mungkin sudah tak peduli. Ia lakukan saja dulu apa yang membuatnya percaya. Juga seperti saat supervisor memberikan amanah pekerjaan, atau perusahaan sedang seleksi karyawan. Tentu memilih seseorang pada role tertentu karena percaya ia layak dan cakap pada role tersebut, insya Allah. Sehingga pede lah si perusahaan manggil salah satu atau salah sekian di antara orang-orang yang diinterview.
Pun pada urusan memilih-memilih yang lainnya. Pada akhirnya, akan memilih sesuatu karena percaya akan sesuatu. Semoga jika kelak kita yang diberikan kepercayaan, kita tidak menyianyiakan kepercayaan yang diberikan. Aamiin
Saya waktu terngiang-ngiang kalimat yang pertama itu (yang great mother), saya ingat cerita-cerita yang saya tulis setelahnya ini. Bahwa percaya seperti memberikan kekuatan lebih gitu, ya rupanya.
Lalu ini kan pikiran Selasa 12 Maret lalu. Tapi terlalu lelah waktu itu untuk menuliskan dan mengeposnya setelah pulang. Lalu jumatnya aku melihat tulisan Icas di instagramnya.• Trust and Appreciate •
Semakin hari Saya menyadari bahwa menikah dapat memunculkan kebaikan dan potensi diri yg belum pernah ada atau belum terasah sebelumnya. Hal2 yg tdk bsa kta lakukan, tdk kta sadari, atau tdk kta sukai sebelumnya, perlahan bisa berubah. Seperti ketika sebelum menikah, bsa dipastikan Saya hanya ke dapur untuk masak mie dan goreng telor (meskipun sudah cukup sering membuat roti-donut-pizza). Lebih banyak menghabiskan wkt di luar rumah seolah jd pembenaran diri Saya untuk tidak mencoba belajar salah satu skill yg penting bagi perempuan dan calon ibu, yaitu memasak (jgn ditiru yaa :p).
Saat ta'aruf, Saya sampaikan di CV bahwa salah satu kekurangan diri adalah belum bisa memasak. Sampai H-1 menikah Saya ke dapur dan 'training' sama Ummi cara memasak sayur dan Ummi mengajari dg cara yg mudah Saya pahami. Hingga akhirnya Saya menikah, dan tinggal hanya berdua dg suami di Surabaya selama bbrp pekan. Suami tahu bahwa Saya blm bsa memasak, tp dari wajahnya sama sekali tdk ada ekspresi meragukan istrinya ini. Masih ingat betul kami belanja sayur dan lauk pauk ke warung pagi itu, lalu suami pasang2 kompor dan gasnya sedangkan Saya meracik sayur dan lauknya.
Masakan pertama Saya, dicicipi langsung oleh suami. Katanya enak, meskipun Saya tahu dia hanya memuji, tp melihatnya makan dg lahap dan cara dia menghargai masakan Saya membuat Saya sangat bahagia saat itu. Dan rasa bahagia itu terulang setiap harinya sampai hari ini, setiap Saya memasak utknya. Tdk cukup sampai di situ, suami jg memberi Saya challenge utk memasak masakan yg berbeda setiap harinya (lalu mengabadikan masakan Saya dlm foto yg masih disimpan di hpnya), entah mengapa Saya sangat bersemangat menjalankan challenge itu dan bsa tercapai jg alhamdulillah :)
Hingga saat ini kami tinggal di Swedia, dg bahan makanan tdk selengkap di Indonesia, makanan halal yg sangat terbatas, tdk ada warung makan pinggir jalan apalagi go-food dsb membuat diri ini harus lebih kreatif mengolah masakan. Namun kembali Saya menyadari, bahwa mungkin saja Saya tdk akan seantusias ini utk belajar memasak dan mencoba menu masakan baru tanpa kepercayaan dan apresiasi darinya, yg tercinta :) #IcasTyar
sumber: https://www.instagram.com/p/Bu_E1QElkfw/Waktu baca tulisan Icas, kerasa banget percaya bisa menjadikan apa yang sebelumnya tidak bisa jadi terwujud. Dengan izin Allah tentunya. Dukungan pasangannya yang kuat sangat membantu. Tekad untuk berubah yang lebih baik dari Icasnya juga tentu menjadi syarat wajib untuk bisa menciptakan berubah itu. Anyway, aku pos ini karena ngepas aja. Kalau Selasa pekan lalu udah ketulis tulisan ini pun aku insya Allah akan pos tanpa perlu lihat ig Icas dulu.
Tapi kerasa, rasanya kekuatan percaya :")
*btw, boleh aja sih ga setuju, hehe. Ini lintasan-lintasan pikiran sepanjang perjalanan pulang aja waktu itu.
terngiang sejak Selasa, 12 Maret
pulang bakda magrib dan abis KIP
masih ada terngiang-ngiangku soal Alquran
obrolan sama teman tahun lalu
yang kembali tertrigger KIP kemarin
ckck, obrolan tahun lalu loh
Kamis, 07 Desember 2017
7/12/2016 dan Hari-hari Setelahnya
Menjejak Desember; maka saya tidak lupa hari-hari kala itu.
Suatu hari setelah sekian lama disemangati oleh dosen untuk submit Desember, tapi sempat merasa terabaikan beberapa waktu. Suatu Selasa, saya ingin pergi dari keramaian orang-orang kontrakan (yang ramai berisikan 11 orang) untuk menenangkan diri dan memaksa berprogress.
Lalu saya nginap di rumah Afifah.
Tapi, apa yang bisa dilakuakn bocah semester sembilan yang kemampuan ngodingnya belum fasih dan tidak punya data yang hendak diolah. Menatap nanar muka layar sambil ngga tau harus gimana :"""
Malam itu, yang awalnya diniatkan akan begadang, jadi gagal karena saya stuck tidak tau harus gimana. Besoknya pagi-pagi pulang ke kontrakan dengan rasa-rasa sedih gimana gitu. di prodi deadline akhir submit naskah unttuk bisa sidang Desember (dengan kata lain juga wisuda Februari) adalah tanggal 9 (malah sempat ada gosip tanggal 2). Saya pulang tanpa harapan. Lalu sempat saling menyemangati dengan +Maryam Zakkiyyah lewat DM instagram itu, kira-kira pukul 7 pagi, setelah sebelumnya mengirim postingan chibird yg unyu dan cukup mendongkrak diri.
Sekitar pukul 9 dosen saya tiba-tiba mengirim pesan untuk bertemu jam 11. Saya iyakan dengan setumpuk perasaan bersalah sekaligus bertanya-tanya dalam hati, Ibu, mana datanya yang harus saya olah Ibuuuu hiks hiks. Karena data yang saya olah itu semacam data dari lab ibunya kala S3 dulu dan ngambilnya dari server ibunya. Tapi sampai hari itu belum dapat juga.
Pukul 11 saya ke gedung S2/S3, bertemu ibu dosen pembimbing. Kalimatnya tidak panjang, tapi sangat berarti. Intinya, saya harap Fitri bisa sidang bulan ini. Dibuat dulu naskahnya, nanti sambil kita susul dengan yang ada hasil penelitiannya.
I dont have any words. Saya ngga tau harus gimana. Tapi tentu saja harus dipatuhi. Ibu dosen sudah berusaha membuat saya bisa tuntas skripsinya secepat mungkin. Dosen saya merencanakan akan menyanggupi hadir di hari-hari terakhir pekan sidang agar saya tetap bisa mempersiapkan naskah sampai hari terakhir banget sidang.
Tidak ada 24 jam, keputusasaan saya Allah ubah dengan secercah harapan.
Lalu pekan-pekan panjang dimulai. Tahu rasanya ngumpulin berkas naskah yang akan disiap sidangkan tapi belum selesai :" ? Ah, kekhawatiran saya dari hari ke hari memuncak. Saya menyembunyikan berita ini dari sesiapapun karena terlalu takut diselamatin mau sidang, dibarakallahin, diledekin bentar lagi lulus, karena saya tahu seberapanekat sederhana naskah saya yang sesungguhnya belum selesai itu.
Mana awalnya sempat ngga boleh submit karena kartu bimbingan saya dari awal emang dipegang dosen pembimbing dan hari H ngumpulin berkas ibunya bilang nanti saya susulin sementara petugas TU kayak gak yakin gitu :""
Waktu berjalan. Saya dan dosen saya berpacu bareng-bareng. Ada masa saya ngintilin dosen banget sembari beliau waktu itu juga bimbing beberapa anak S3, atau sesi tambahan presentasi tugass akhir matkul adik-adik tingkat (seperti yang diketahui bersama Desember adalah masa ujung dari suatu semester di mana pengumpulan tugas mulai mainstream). Ada masa bimbingan di tempat penitipan anaknya (Dek kamu sekarang dah bisa apa Dek :"). Ada masa saya ngintilin ibunya sembari ibunya mempersiapkan persiapan ransum buat anaknya :")). Ada masa saya nanya temen cara pikir suatu algoritma tapi tetep aja ngga mudeng. Di kampus, di angkringan deket aula yang dipake bulu tangkis warga sekitar :"""
Ada masa saya tertekan banget nangis-nangis. Ada masa saling menguatkan sama anak ssidang Desember (thanks Amel, Denis, Deni, Rilut, Erwin). Ada masa saya ngga bisa tenang tidur karena sekali nge-run program bisa 3 jam. Kayak gamau rugi habis selesai ngerun satu harus kelar ngerun yang lain. Ada masa saya tambah sering ke perpus teknik sampe perpusnya mau tutup (ini udah agak mulai dari sebelum submit itu sih). Lalu ngerjain di KPFT (terus ke-gap temen gycen :")))).
Ingat sekali H-1, saya telpon Ummi sambil nangis sore-sore. Udah ngga bisa dibendung lagi khawatir dan paniknya, nangis depan perpus teknik. Paginya saya nyerahin draft terakhir, harapannya bisa dikasih feedback mana yang diperbaiki, tapi malah dikasih feedback mana yang ditambahin. Ditambahin cobaaaa gimana gak mau nangis dari mana lagi saya nyari sumbernya. Print naskah buat besok aja bbelum kelar. Apalagi mikirin slide huhu.
Lalu salah satu yang paling diingat, Ibu saya akhirnya bilang minta doa sama teman-teman. Akhirnya H-kurang dari 24 jam itulah saya kabari 2 grup; Gycen Jogja dan Srikandi. Meminta doa setelah meenjelaskan kondisi. Muncul cuma buat itu doang. lalu ga buka wa lagi (sebelumnya juga saya ga buka2 WA sama sekali setelah sempat uninstal WA dan instal lagi krn khawatir dosen saya tiba-iba hubungi ke WA).
Malamnya saya sempat berniat print draft. Tapi ujung-ujungnya belum selesai juga. Di KPFT udah lebih dari jam 8 malam. Saya ngga mau pulang dari kampus terlalu malam karena khawatir pada banyak hal. Akhirnya malem itu secara mendadak saya nginep kontrakan Nikari (karena di sana ada printer jadi kalau mendadak butuh bsia sewaktu-waktu). Dengan perasaan gak enaaak banget sama teman yang belum sidang di kontrakan itu :")
Pada akhirnya malam itu saya masih saja belum bsai menyelesaikan apa yang harus diprint. Saya edit-edit slide, kebangun-tidur secara random. Pada akhirnya nebeng print yang halamannya landscape (karena kalau di rentalan mesti susah ngatur-ngaturnya). Jam 7 ngeprint 4 bundel naskah fix di fotokopian GOR klebengan (favorit :")) dan jam 11.30an baru selesai slidenya. Saya gak nafsu makan tapi terpaksa beli sarapan karena saya gak mau sakit mendadak karena gak ada makanan masuk. Saya paksa diri menahan malu minta bantuan temen (yang saya tahu dia antara sedih dan senang waktu saya akan sidang) minta bantuan beli roti dan susu buat saya konsusi mendekati sidang (karena sidang siang dan tentu saja agak akan sempat makan siang).
Bada zuhur ke kampus. Ke ruangan ibu dosen, dapet briefing macem-macem. Jam 1 kurang sudah di ruangan sidang. Sempat ketemu temen yang geleng-geeng kepala karena saya masih benerin slide :")
Ada dua kekhawatiran besar menjelang sidang. Pertama, saya takut nggak lulus, karena sebelumnya emang ada yang nggak lulus sidang dan itu tentu rasanya sedih banget :'. Tapi ini yang kemudian saya pasrahkan benar-benar ke Allah bahwa apapun hasilnya semoga saya ikhlas, dan bisa jadi lebih baik lagi. Kedua, saya takut banet ditonton orang banyak. Jadi sidang di ilkom itu sifatnya terbuka dan orang bisa keluar masuk kapan aja. Selain itu mengganggu konsentrasi, bagi saya yang sungguh merasa minder dengan hal-hal ilmiah dan takut nggak lulus ini, hal tersebut sangat mengkhawatirkan.
Tahu, bagaimana Allah beri saya kejutan?
Dosen penguji saya tiba-tiba banget bilang, "Saya nggak suka ada yang keluar masuk di tengah sidang" Lalu beliau ke TU, minta kertas dan spidol, lalu nempel tulisan yang tidak boleh masuk jika sidang sudah dimulai. Ya Allah ini seumur-umur aku nonton sidang kaka tingkat atau teman pas ada bapaknya, ngga pernah aku tau sekalipun bapaknya nulis larangan nonton sidang kalo udah mulai :"
Jadilah waktu itu yang nonton hanya 2 orang; Farah dan Erwin :"))
Waktu berlalu. Tibalah saya pada hari ini. Setelah nyaris satu tahun berlalu sejak kejadian-kejadian itu :")
Suatu hari setelah sekian lama disemangati oleh dosen untuk submit Desember, tapi sempat merasa terabaikan beberapa waktu. Suatu Selasa, saya ingin pergi dari keramaian orang-orang kontrakan (yang ramai berisikan 11 orang) untuk menenangkan diri dan memaksa berprogress.
Lalu saya nginap di rumah Afifah.
Tapi, apa yang bisa dilakuakn bocah semester sembilan yang kemampuan ngodingnya belum fasih dan tidak punya data yang hendak diolah. Menatap nanar muka layar sambil ngga tau harus gimana :"""
Malam itu, yang awalnya diniatkan akan begadang, jadi gagal karena saya stuck tidak tau harus gimana. Besoknya pagi-pagi pulang ke kontrakan dengan rasa-rasa sedih gimana gitu. di prodi deadline akhir submit naskah unttuk bisa sidang Desember (dengan kata lain juga wisuda Februari) adalah tanggal 9 (malah sempat ada gosip tanggal 2). Saya pulang tanpa harapan. Lalu sempat saling menyemangati dengan +Maryam Zakkiyyah lewat DM instagram itu, kira-kira pukul 7 pagi, setelah sebelumnya mengirim postingan chibird yg unyu dan cukup mendongkrak diri.
Sekitar pukul 9 dosen saya tiba-tiba mengirim pesan untuk bertemu jam 11. Saya iyakan dengan setumpuk perasaan bersalah sekaligus bertanya-tanya dalam hati, Ibu, mana datanya yang harus saya olah Ibuuuu hiks hiks. Karena data yang saya olah itu semacam data dari lab ibunya kala S3 dulu dan ngambilnya dari server ibunya. Tapi sampai hari itu belum dapat juga.
Pukul 11 saya ke gedung S2/S3, bertemu ibu dosen pembimbing. Kalimatnya tidak panjang, tapi sangat berarti. Intinya, saya harap Fitri bisa sidang bulan ini. Dibuat dulu naskahnya, nanti sambil kita susul dengan yang ada hasil penelitiannya.
I dont have any words. Saya ngga tau harus gimana. Tapi tentu saja harus dipatuhi. Ibu dosen sudah berusaha membuat saya bisa tuntas skripsinya secepat mungkin. Dosen saya merencanakan akan menyanggupi hadir di hari-hari terakhir pekan sidang agar saya tetap bisa mempersiapkan naskah sampai hari terakhir banget sidang.
Tidak ada 24 jam, keputusasaan saya Allah ubah dengan secercah harapan.
Lalu pekan-pekan panjang dimulai. Tahu rasanya ngumpulin berkas naskah yang akan disiap sidangkan tapi belum selesai :" ? Ah, kekhawatiran saya dari hari ke hari memuncak. Saya menyembunyikan berita ini dari sesiapapun karena terlalu takut diselamatin mau sidang, dibarakallahin, diledekin bentar lagi lulus, karena saya tahu seberapa
Mana awalnya sempat ngga boleh submit karena kartu bimbingan saya dari awal emang dipegang dosen pembimbing dan hari H ngumpulin berkas ibunya bilang nanti saya susulin sementara petugas TU kayak gak yakin gitu :""
![]() |
suatu masa saya sempat baru terbangun dan kaget karena ada pesan dari dosen. Jam 2 pagi cobaaaa :"" Perjuangan dosen yang juga seorang ibu yang punya bayi kecil :") |
Ada masa saya tertekan banget nangis-nangis. Ada masa saling menguatkan sama anak ssidang Desember (thanks Amel, Denis, Deni, Rilut, Erwin). Ada masa saya ngga bisa tenang tidur karena sekali nge-run program bisa 3 jam. Kayak gamau rugi habis selesai ngerun satu harus kelar ngerun yang lain. Ada masa saya tambah sering ke perpus teknik sampe perpusnya mau tutup (ini udah agak mulai dari sebelum submit itu sih). Lalu ngerjain di KPFT (terus ke-gap temen gycen :")))).
Ingat sekali H-1, saya telpon Ummi sambil nangis sore-sore. Udah ngga bisa dibendung lagi khawatir dan paniknya, nangis depan perpus teknik. Paginya saya nyerahin draft terakhir, harapannya bisa dikasih feedback mana yang diperbaiki, tapi malah dikasih feedback mana yang ditambahin. Ditambahin cobaaaa gimana gak mau nangis dari mana lagi saya nyari sumbernya. Print naskah buat besok aja bbelum kelar. Apalagi mikirin slide huhu.
Lalu salah satu yang paling diingat, Ibu saya akhirnya bilang minta doa sama teman-teman. Akhirnya H-kurang dari 24 jam itulah saya kabari 2 grup; Gycen Jogja dan Srikandi. Meminta doa setelah meenjelaskan kondisi. Muncul cuma buat itu doang. lalu ga buka wa lagi (sebelumnya juga saya ga buka2 WA sama sekali setelah sempat uninstal WA dan instal lagi krn khawatir dosen saya tiba-iba hubungi ke WA).
Malamnya saya sempat berniat print draft. Tapi ujung-ujungnya belum selesai juga. Di KPFT udah lebih dari jam 8 malam. Saya ngga mau pulang dari kampus terlalu malam karena khawatir pada banyak hal. Akhirnya malem itu secara mendadak saya nginep kontrakan Nikari (karena di sana ada printer jadi kalau mendadak butuh bsia sewaktu-waktu). Dengan perasaan gak enaaak banget sama teman yang belum sidang di kontrakan itu :")
Pada akhirnya malam itu saya masih saja belum bsai menyelesaikan apa yang harus diprint. Saya edit-edit slide, kebangun-tidur secara random. Pada akhirnya nebeng print yang halamannya landscape (karena kalau di rentalan mesti susah ngatur-ngaturnya). Jam 7 ngeprint 4 bundel naskah fix di fotokopian GOR klebengan (favorit :")) dan jam 11.30an baru selesai slidenya. Saya gak nafsu makan tapi terpaksa beli sarapan karena saya gak mau sakit mendadak karena gak ada makanan masuk. Saya paksa diri menahan malu minta bantuan temen (yang saya tahu dia antara sedih dan senang waktu saya akan sidang) minta bantuan beli roti dan susu buat saya konsusi mendekati sidang (karena sidang siang dan tentu saja agak akan sempat makan siang).
Bada zuhur ke kampus. Ke ruangan ibu dosen, dapet briefing macem-macem. Jam 1 kurang sudah di ruangan sidang. Sempat ketemu temen yang geleng-geeng kepala karena saya masih benerin slide :")
Ada dua kekhawatiran besar menjelang sidang. Pertama, saya takut nggak lulus, karena sebelumnya emang ada yang nggak lulus sidang dan itu tentu rasanya sedih banget :'. Tapi ini yang kemudian saya pasrahkan benar-benar ke Allah bahwa apapun hasilnya semoga saya ikhlas, dan bisa jadi lebih baik lagi. Kedua, saya takut banet ditonton orang banyak. Jadi sidang di ilkom itu sifatnya terbuka dan orang bisa keluar masuk kapan aja. Selain itu mengganggu konsentrasi, bagi saya yang sungguh merasa minder dengan hal-hal ilmiah dan takut nggak lulus ini, hal tersebut sangat mengkhawatirkan.
Tahu, bagaimana Allah beri saya kejutan?
Dosen penguji saya tiba-tiba banget bilang, "Saya nggak suka ada yang keluar masuk di tengah sidang" Lalu beliau ke TU, minta kertas dan spidol, lalu nempel tulisan yang tidak boleh masuk jika sidang sudah dimulai. Ya Allah ini seumur-umur aku nonton sidang kaka tingkat atau teman pas ada bapaknya, ngga pernah aku tau sekalipun bapaknya nulis larangan nonton sidang kalo udah mulai :"
Jadilah waktu itu yang nonton hanya 2 orang; Farah dan Erwin :"))
![]() |
once upon a time |
Waktu berlalu. Tibalah saya pada hari ini. Setelah nyaris satu tahun berlalu sejak kejadian-kejadian itu :")
Rabu, 04 Oktober 2017
Baju Hari Ini
hari ini pakai baju ini lagi setelah sekian lama. terakhir pakai di Jogja.
lalu ingat foto waktu sidang farah lalu ingat foto bertiga bareng farah dan memey. lalu kangen.
Farah sekarang di Jakarta, Memey tentu belum lama mendarat di tanah Jerman. Melanjutkan kuliah s2nya.
Dulu Farah cerita lagu ending Doraemon. Terus kita baru tahu. Terus jadi suka soalnya baru tau ternyata bermakna :"). Apalagi bagian kutipan kata 'berikhtiar' (walau ada yang sumber yang nyebut ber-hip riang juga sih).
Farah sama Memey mundur lulusnya karena keduanya exchange. Farah ke Irlandia 6 bulan. Memey ke Itali 10 bulan. Aku? Ahaha, emang telat sih lulusnya :")
Suka bareng di lab SC. Dari yang ngerjain skripsi, cuma wifian, sampai Memey yang belajar ielts buat menuhin syarat daftar S2.
Kuingat sekali waktu masih suka nebeng Farah ke kelas Pancasila di Fakultas Filsafat. Dan kujuga ingat waktu nemenin Memey nge-transate ijazah dan berkas-berkas lain buat daftar exchange kala itu.
Kuingat sekai waktu Memey jadi koor acara Crayon. Lalu rapat di macam-macam tempat. Termasuk di KFC (yang modal memey beli minum 5000an sama satu lagi lupa siapa beli krim sup yang 5000an juga). Lalu gatau diri rapat sampe kfcnya tutup, wkwk. Kuingat sekali pagi-pagi ke Taman Pintar ditebengin Farah, juga pulangnya. Hari itu senang sekali kepanitiaannya :)
Kuingat sekali, bareng Memey nyari mahkota bunga buat sidang Farah. Inspired by wisudaan Itali yang kata Memey mereka suka pada pake flower crown gitu.
Kuingat sekali Google lagi ke Jogja ada event traktiran sepekan dan hari Selasa itu traktirannya di Gelato. Waktu di lab udah bodo amat soalnya males, gelatonya jauh arah Jalan Parangtritis. Tapi sekitar magrib Farah ngeline dan akhirnya kita kesana wkwkwk demi cup gelato (kalo beli bisa 25rebuan sih 1nya).
Kuingat Memey cerita keterima exchange di tengah kuliah SPK. Pak Yoyok masih jelasin di depan. Lalu aku tanya, Memey jadi daftar exchange (yang lain pokoknya). Lalu Memey berbisik, "Alhamdulillah Aku udah keterima erasmus, Fit."
Kuingat pinjam komik Conan Farah, tapi baru 1-30. Masih pingin pinjem sisanya sampai edisi terbaru aku Far :"
Kuingat sekali awal-awal tau berita nikahnya Nana dan Rian. Lalu kami ketemu Nana di warung nasi goreng deket mandiri, bareng Deffi juga. Ah kangen ya :" Lalu hari H berangkat Farah ngajakin aku biar bisa bareng sama rombongannya yang naik mobil :')
Kuingat sekali waktu aku ke Jogja di tengah magang untuk mubes FLP. Lalu ketemu Memey dan Farah. Padahal dadakan 500an. Lalu Farah cerita perjuangan lamar kerjanya dan Memey cerita sidang dan berita S2nya.
Kuingat sekali mereka suka bilang, "Tuh kan temennya Fitri keren-keren" kalo aku abis cerita tentang siapa gitu. Its like mereka ga sadar...mereka kan temen aku juga wkwkwk. Dan proven sih, meeka keren-keren B)
Ahaha, kangen ya. Terima kasih pertemanannya :') Terimakasih untuk obrolan apapuuun yang sering kita obrolin dari jaman masih sering masuk kuliah sampai obrolan karena bingung di lab mau ngapain saking stucknya :") Semoga bisa jadi pertemanan sampai kelak di surga, ya :) Aamiin
Selamat melanjutkan perjuangan Papamu di Jerman dulu Mey! Banyak cerita, ya.
Dan Farah, aku tau kamu juga kepengen S2. Selesaikan papermu atau kamu minta rekomendasi dari spv di tempat kerja! Kuat-kuat ya kamu yang 20an tahun hidup di Jogja sekarang jadi anak ibukota! wkwkwk.
lalu ingat foto waktu sidang farah lalu ingat foto bertiga bareng farah dan memey. lalu kangen.
Farah sekarang di Jakarta, Memey tentu belum lama mendarat di tanah Jerman. Melanjutkan kuliah s2nya.
Dulu Farah cerita lagu ending Doraemon. Terus kita baru tahu. Terus jadi suka soalnya baru tau ternyata bermakna :"). Apalagi bagian kutipan kata 'berikhtiar' (walau ada yang sumber yang nyebut ber-hip riang juga sih).
Farah sama Memey mundur lulusnya karena keduanya exchange. Farah ke Irlandia 6 bulan. Memey ke Itali 10 bulan. Aku? Ahaha, emang telat sih lulusnya :")
Suka bareng di lab SC. Dari yang ngerjain skripsi, cuma wifian, sampai Memey yang belajar ielts buat menuhin syarat daftar S2.
Kuingat sekali waktu masih suka nebeng Farah ke kelas Pancasila di Fakultas Filsafat. Dan kujuga ingat waktu nemenin Memey nge-transate ijazah dan berkas-berkas lain buat daftar exchange kala itu.
Kuingat sekai waktu Memey jadi koor acara Crayon. Lalu rapat di macam-macam tempat. Termasuk di KFC (yang modal memey beli minum 5000an sama satu lagi lupa siapa beli krim sup yang 5000an juga). Lalu gatau diri rapat sampe kfcnya tutup, wkwk. Kuingat sekali pagi-pagi ke Taman Pintar ditebengin Farah, juga pulangnya. Hari itu senang sekali kepanitiaannya :)
Kuingat sekali, bareng Memey nyari mahkota bunga buat sidang Farah. Inspired by wisudaan Itali yang kata Memey mereka suka pada pake flower crown gitu.
Kuingat sekali Google lagi ke Jogja ada event traktiran sepekan dan hari Selasa itu traktirannya di Gelato. Waktu di lab udah bodo amat soalnya males, gelatonya jauh arah Jalan Parangtritis. Tapi sekitar magrib Farah ngeline dan akhirnya kita kesana wkwkwk demi cup gelato (kalo beli bisa 25rebuan sih 1nya).
Kuingat Memey cerita keterima exchange di tengah kuliah SPK. Pak Yoyok masih jelasin di depan. Lalu aku tanya, Memey jadi daftar exchange (yang lain pokoknya). Lalu Memey berbisik, "Alhamdulillah Aku udah keterima erasmus, Fit."
Kuingat pinjam komik Conan Farah, tapi baru 1-30. Masih pingin pinjem sisanya sampai edisi terbaru aku Far :"
Kuingat sekali awal-awal tau berita nikahnya Nana dan Rian. Lalu kami ketemu Nana di warung nasi goreng deket mandiri, bareng Deffi juga. Ah kangen ya :" Lalu hari H berangkat Farah ngajakin aku biar bisa bareng sama rombongannya yang naik mobil :')
Kuingat sekali waktu aku ke Jogja di tengah magang untuk mubes FLP. Lalu ketemu Memey dan Farah. Padahal dadakan 500an. Lalu Farah cerita perjuangan lamar kerjanya dan Memey cerita sidang dan berita S2nya.
Kuingat sekali mereka suka bilang, "Tuh kan temennya Fitri keren-keren" kalo aku abis cerita tentang siapa gitu. Its like mereka ga sadar...mereka kan temen aku juga wkwkwk. Dan proven sih, meeka keren-keren B)
Ahaha, kangen ya. Terima kasih pertemanannya :') Terimakasih untuk obrolan apapuuun yang sering kita obrolin dari jaman masih sering masuk kuliah sampai obrolan karena bingung di lab mau ngapain saking stucknya :") Semoga bisa jadi pertemanan sampai kelak di surga, ya :) Aamiin
Selamat melanjutkan perjuangan Papamu di Jerman dulu Mey! Banyak cerita, ya.
Dan Farah, aku tau kamu juga kepengen S2. Selesaikan papermu atau kamu minta rekomendasi dari spv di tempat kerja! Kuat-kuat ya kamu yang 20an tahun hidup di Jogja sekarang jadi anak ibukota! wkwkwk.
Salam sayang,
Fitri-yang baper diawali dari baju
Kamis, 03 Agustus 2017
Ilmu dengan Adab
Ibu Sufyan Ats Tsauri merupakan salah satu dari wanita-wanita agung yang shalihah. Sang ibu pernah mengatakan kepada putranya, “Wahai anakku, carilah ilmu, aku akan mencukupimu dengan hasil tenunanku.”
Sang ibu juga berpesan, “Wahai putraku, jika engkau telah mencatat sepuluh huruf maka lihatlah dirimu, apakah itu mengubah cara jalanmu, keadaanmu, kelembutanmu serta ketenanganmu. Jika engkau tidak melihatnya, maka ketahuilah, bahwa itu membahayakan buatmu dan tidak memberikan manfaat bagimu.”
(Al Kawakib Ad Durriyah, 1/231)
Pada suatu masa di perjalanan dari warung sop-soto di Karangwuni, masih di atas jok motor, saya bersama Nusa,si calon ketua KAMMI Sleman membicarakan kutipan ini. Bagaimana bisa ilmu dibilang dapat mengubah cara jalan, keadaan, kelembutan, serta ketenangan. Menambah hal-hal di luar pemahaman, wawasan, dan kebijakan.
Lalu Nusa berkata, karena ilmu, semestinya diperoleh dengan adab. Maka adab menuntut ilmu lah yang membuat kita mendapatkan hal-hal tersebut, sehingga tersebutlah ilmu itu memberikan manfaat; bukan justru membahayakan.
Semoga, adab dalam menuntut ilmu bisa terus kita ingat dan laksanakan dalam setiap kesempatan. Sehingga kita bisa memperoleh apa yang disebut sebagai ilmu yang bermanfaat dalam kutipan tersebut.
Yassarallahu amrana!
#ntms
Terima kasih berbagi insightnya, Nusa! Semangat kamu skripsinyaa :")
*ps: itu halaman motto di skripsi, dulu pertama banget nemu quote itu dari akun OA Dakwah Islam di line
Sang ibu juga berpesan, “Wahai putraku, jika engkau telah mencatat sepuluh huruf maka lihatlah dirimu, apakah itu mengubah cara jalanmu, keadaanmu, kelembutanmu serta ketenanganmu. Jika engkau tidak melihatnya, maka ketahuilah, bahwa itu membahayakan buatmu dan tidak memberikan manfaat bagimu.”
(Al Kawakib Ad Durriyah, 1/231)
Pada suatu masa di perjalanan dari warung sop-soto di Karangwuni, masih di atas jok motor, saya bersama Nusa,
Lalu Nusa berkata, karena ilmu, semestinya diperoleh dengan adab. Maka adab menuntut ilmu lah yang membuat kita mendapatkan hal-hal tersebut, sehingga tersebutlah ilmu itu memberikan manfaat; bukan justru membahayakan.
Semoga, adab dalam menuntut ilmu bisa terus kita ingat dan laksanakan dalam setiap kesempatan. Sehingga kita bisa memperoleh apa yang disebut sebagai ilmu yang bermanfaat dalam kutipan tersebut.
Yassarallahu amrana!
#ntms
Terima kasih berbagi insightnya, Nusa! Semangat kamu skripsinyaa :")
*ps: itu halaman motto di skripsi, dulu pertama banget nemu quote itu dari akun OA Dakwah Islam di line
Rabu, 25 Januari 2017
Lama Ndak Nulis
Lama dak nulis. Laptopnya beberapa tombol mati. Sepeti huruf a, q, z, angka 1 sekalgius tanda !-nya, tombol tab, serta simbol ` dan ~. Yang paling kerasa bagian huruf a, hmmm sama mugkin angka 1 dan ! (eaaa apakah tertebak aku nulis apa ya kalo pake huruf, angka, dan simbol tersebut?).
Hanya segitu, tapi kadang dah jadi alasan aja untuk agak malas membuka laptop. Karena harus mempaste setiap mau nulis hal-hal yang error tersebut. Padahal esensinya mah ndak disitu. Sepekan lalu lumayan deadline sesuatu. Jadilah ku nulis pakai hp. Alhamdulillah tugas tersebut selesai juga :").
Padahal sejatinya, banyaaaak hal yang harus disyukuri. Kamu masih bisa mikir, ketikan tidak akan berlangsung tanpa nikmat kamu yang masih bisa mikir. Laptopmu masih ada, dengan segala data yang dijaga dengan sebaik-baiknya. Kamu masih punya smartphone, yang bisa kamu pake nulis walaupun formattingnya susah. Juga hamdallah, itu terjadi di detik-detik akhir urus revisi--termasuk jatuh dari motor saat mau jilid skripsi :""". Somehow, that's all enough but we still ask for more.
Sudahlah, ndak usah banyak-banyak. Ndak usah menyalahkan. Kangen nulis, kangen mbaca blog orang-orang. Biar ndak maenan sosmed, ngechat, ama scrolling ig mulu
Literally Rumah, 25 Januari 2017
Jumat, 13 Januari 2017
Sakit di Indonesia, Negara dengan Muslim Mayoritas
Salah satu 'hal mewah' dari sakit di Indonesia yang notabene muslimnya mayoritas, adalah ingatan perawat atau dokter yang sempat mengatakan hal-hal kecil namun bermakna seperti ini,
"Wah ini lututnya yang kena, tumpuan sujud ini," kata Mbak Perawat. Lalu dokternya mengiyakan. "Oh iya ya dipake sujud."
atau...
"Kalau puasa nanti saya kasih obatnya yang untuk 2x sehari saja."
Hal kecil, namun bagi saya ada kenikmatan yang tersembunyi di dalamnya. Sebagaimana nikmat mendengar azan ataupun banyaknya muslimah yang menggunakan kerudung sehingga kita tidak perlu khawatir soal diskriminasi akibat kewajiban menutup aurat ini :").
"Wah ini lututnya yang kena, tumpuan sujud ini," kata Mbak Perawat. Lalu dokternya mengiyakan. "Oh iya ya dipake sujud."
atau...
"Kalau puasa nanti saya kasih obatnya yang untuk 2x sehari saja."
Hal kecil, namun bagi saya ada kenikmatan yang tersembunyi di dalamnya. Sebagaimana nikmat mendengar azan ataupun banyaknya muslimah yang menggunakan kerudung sehingga kita tidak perlu khawatir soal diskriminasi akibat kewajiban menutup aurat ini :").
Kamis, 08 September 2016
Randompost
"I've several times started learning XUL, but every time got distracted by other problems in life."
ternyata ada juga yang ngomong gini di internet . I know what you feel bang *emangnya abang-abang.
-Kamis 8 Sept 16, 21.52
Lab Mikrobiologi, Gedung Pascasarjana
nemenin ma twins Ibu Direktur Kopma Ufairoh Nurulhayah ngelab
//terus ngasih bukti
mari sudahi pencitraan ini
Rabu, 20 Juli 2016
Dari dan Mau ke Mana?
“It doesn’t matter where I came from. As long as I know where I have to go..”
— Iwan Setyawan, 9 summers 10 autumns
Berangkat selalu adalah sebuah perpindahan, bukan soal besaran jarak. Berangkat selalu bukan hanya soal apa yang dibawa, tapi juga apa yang ditinggalkan. Berangkat adalah soal apa yg perlu disimpan soal kemarin, yang dijalani hari ini, dan yang akan dicapai esok hari.
sejujurnya, dua quotes ini sanagt menggambarkan perasaan pas mau berangkat kemarin.
Dimulai dari temen yang cerita kalau ada temen lain yang punya kesan terhadap saya soal, ya dia kan dari IC. Aku sih apa. Sedih saya sebenernya. Nggak penting aku dari mana. IC mungkin memang banyak membuat saya belajar. Tapi apapun yang saya pos, yang saya tulis, yang saya ceritakan tentang IC, benar-benar bukan bangga-banggaan. Saya cerita IC karena it really means in my life. Sama kayak SMA masing-masing kan? Saya yakin siapapun dan dari manapun kita di masa lampau, yang penting kita tau di depan mau ke mana, mau ngapain, mau bermanfaat dengan cara apa. Dan pada titik inilah sebenarnya saya masih mencari dan meminta bantuan juga doa dari orang-orang dalam memilih lifepath.
.
.
suka sedih kalo orang merasa IC sangat sesuatu, dan saya pribadi ngerasa belum bisa memenuhi ekspektasi itu. Be your self sih emang kuncinya. Orang saya aja masih suka baper kalo liat temen-temen macem Nabil Satria *parametergycenugm, profesionalnya Faradisa, dan Amel. Padahal mah. Hmmm, tanggung jawab alumni sih ya yang lebih besar daripada ketika masih jadi siswa.
Quote kedua, sebagaimana yang saya ceritakan di tulisan sebelumnya. Hmmm, nggak mau memaparkan lebih dalam. Silakan dibaca dan diresapi aja quotesnya :")
— Iwan Setyawan, 9 summers 10 autumns
Berangkat selalu adalah sebuah perpindahan, bukan soal besaran jarak. Berangkat selalu bukan hanya soal apa yang dibawa, tapi juga apa yang ditinggalkan. Berangkat adalah soal apa yg perlu disimpan soal kemarin, yang dijalani hari ini, dan yang akan dicapai esok hari.
-via tumblr Kak Suci dan blog Kak Suci
sejujurnya, dua quotes ini sanagt menggambarkan perasaan pas mau berangkat kemarin.
Dimulai dari temen yang cerita kalau ada temen lain yang punya kesan terhadap saya soal, ya dia kan dari IC. Aku sih apa. Sedih saya sebenernya. Nggak penting aku dari mana. IC mungkin memang banyak membuat saya belajar. Tapi apapun yang saya pos, yang saya tulis, yang saya ceritakan tentang IC, benar-benar bukan bangga-banggaan. Saya cerita IC karena it really means in my life. Sama kayak SMA masing-masing kan? Saya yakin siapapun dan dari manapun kita di masa lampau, yang penting kita tau di depan mau ke mana, mau ngapain, mau bermanfaat dengan cara apa. Dan pada titik inilah sebenarnya saya masih mencari dan meminta bantuan juga doa dari orang-orang dalam memilih lifepath.
.
.
suka sedih kalo orang merasa IC sangat sesuatu, dan saya pribadi ngerasa belum bisa memenuhi ekspektasi itu. Be your self sih emang kuncinya. Orang saya aja masih suka baper kalo liat temen-temen macem Nabil Satria *parametergycenugm, profesionalnya Faradisa, dan Amel. Padahal mah. Hmmm, tanggung jawab alumni sih ya yang lebih besar daripada ketika masih jadi siswa.
Quote kedua, sebagaimana yang saya ceritakan di tulisan sebelumnya. Hmmm, nggak mau memaparkan lebih dalam. Silakan dibaca dan diresapi aja quotesnya :")
Minggu, 26 Juni 2016
Di Balik
"Saya tulis di facebook ya Fitri. Biar menginspirasi."
//saya teringat postingan rian yang ini. Ga ditulis disana sih tapi inget dia pernah nyatut soal mengabarkan rezeki sebagaimana di Ad Dhuha:11
"Hmm baik bu kalau begitu"
.
.
"Tapi sebenarnya saya malu, Bu"
//lama nggak dibalas
"Saya tulis ya **maksa"
//kemudian saya khawatir sama responnya.
***
Tidak ada teman jurusan yang tahu soal rencana kepergian saya hari ini sebenarnya, sampai dosen pembimbing sayamemaksa mengabarkan via akun sosmednya kamis lalu-dimana sejak hari itu saya beneran belum buka home fb lagi (udah lama sih ga buka home fb, awalnya karena menghindari baper sidang yang tidak perlu)
Sebenarnya saya sudah kabari beliau sejak lama. Tapi setidaknya saya bersyukur beliau nggak ngeh, karena kalau ngeh maka pengumuman via akun fbnya akan lebih awal dikabarkan.
Bukan apa-apa. Saya hanya menahan diri agar tidak terlalu mengumumkan-atau sederhananya memberi tahu banyak orang soal agenda ini. Karena tipe pemikir berlebihan yang entah mengapa saya anut, somehow membuat saya menjadi lebih lelah pikiran pasca lolosnya saya pada summer program ini-ketimbang ketika melalui liku pendaftaran-pendaftaran yang pernah saya lalui. Saya khawatir dengan ekspektasi orang. Saya tidak suka segala hal ini dikaitkan dengan ke-ayah-an. Saya takut orang hanya menilai luarnya saja ketimbang bahwa saya punya kekhawatiran bahwa setelah serangkaian agenda ini, saya harus jadi pribadi yang lebih baik lagi.
Sebelumnya saya ingin bilang bahwa, adalah kesyukuran tiada hingga ketika Allah memberi saya nikmat lolos pada program ini. Memberi saya kemampuan untuk ikut programnya. Lahir maupun batin.
Salah satu ketakutan juga adalah tentang apa yang orang lain lihat dan tangkap secara sekilas, secara tersirat, ketika tahu saya lolos program ini. Karena di dunia kita sekarang, kita cenderung melihat prestasi dan posisi dunia sebagai sesuatu yang keren. Ketua A, B, C, D. Sekjend J, K, L, M. Juara F, G, H, I. Sudah ke P, Q, R, S. Padahal jaman para ulama dulu, kata seorang kakak, orang dilihat dari berapa banyak ia berguru menuntut ilmu, seberapa jauh ia berjalan untuk benar-benar memvalidasi dalam proses meriwayatkan hadits. Dan betapa-sungguh kita masih jauh daripada itu.
Barangkali kita bisa menyangkal; kalau ya itu dulu para ulama bukan konteks kekinian. Tapi ketika menuntut ilmu agama adalah fardu ain dan pemahaman melandaskan kegiatan apapun sebagai upaya ibadah masih bukan menjadi prioritas. Mau dibawa kemana akhirat kita :" ?
Jadi, maksud saya menulis ini adalah saya takut sekali dengan pandangan orang-orang setelah tau. Takut sekali dengan ekspektasi orang-orang. Sayanya yang khawatiran sih ya. Tapi saya pribadi benar-benar mengalami yang namanya resah ketika mampir OIA buat ngambil berkas kelengkapan visa yang dikirim langsung dari Jepang. Saya nanya ke diri sendiri. Saya meyakinkan diri sendiri. And it was never been easy. Makanya saya bilang tadi kalau ternyata ngurus segala proses pasca lolos lebih mengaduk-aduk diri dibandingkan proses daftar-daftarnya meskipun yang ini capek fisik :"
Anyway, semoga kita semua jadi pribadi yang lebih baik lagi. Selamat 100 hari terakhir. Pamungkas. Semoga ridha Allah tetap jadi tujuan utama :')
//saya teringat postingan rian yang ini. Ga ditulis disana sih tapi inget dia pernah nyatut soal mengabarkan rezeki sebagaimana di Ad Dhuha:11
"Hmm baik bu kalau begitu"
.
.
"Tapi sebenarnya saya malu, Bu"
//lama nggak dibalas
"Saya tulis ya **maksa"
//kemudian saya khawatir sama responnya.
***
Tidak ada teman jurusan yang tahu soal rencana kepergian saya hari ini sebenarnya, sampai dosen pembimbing saya
Sebenarnya saya sudah kabari beliau sejak lama. Tapi setidaknya saya bersyukur beliau nggak ngeh, karena kalau ngeh maka pengumuman via akun fbnya akan lebih awal dikabarkan.
Bukan apa-apa. Saya hanya menahan diri agar tidak terlalu mengumumkan-atau sederhananya memberi tahu banyak orang soal agenda ini. Karena tipe pemikir berlebihan yang entah mengapa saya anut, somehow membuat saya menjadi lebih lelah pikiran pasca lolosnya saya pada summer program ini-ketimbang ketika melalui liku pendaftaran-pendaftaran yang pernah saya lalui. Saya khawatir dengan ekspektasi orang. Saya tidak suka segala hal ini dikaitkan dengan ke-ayah-an. Saya takut orang hanya menilai luarnya saja ketimbang bahwa saya punya kekhawatiran bahwa setelah serangkaian agenda ini, saya harus jadi pribadi yang lebih baik lagi.
Sebelumnya saya ingin bilang bahwa, adalah kesyukuran tiada hingga ketika Allah memberi saya nikmat lolos pada program ini. Memberi saya kemampuan untuk ikut programnya. Lahir maupun batin.
Salah satu ketakutan juga adalah tentang apa yang orang lain lihat dan tangkap secara sekilas, secara tersirat, ketika tahu saya lolos program ini. Karena di dunia kita sekarang, kita cenderung melihat prestasi dan posisi dunia sebagai sesuatu yang keren. Ketua A, B, C, D. Sekjend J, K, L, M. Juara F, G, H, I. Sudah ke P, Q, R, S. Padahal jaman para ulama dulu, kata seorang kakak, orang dilihat dari berapa banyak ia berguru menuntut ilmu, seberapa jauh ia berjalan untuk benar-benar memvalidasi dalam proses meriwayatkan hadits. Dan betapa-sungguh kita masih jauh daripada itu.
Barangkali kita bisa menyangkal; kalau ya itu dulu para ulama bukan konteks kekinian. Tapi ketika menuntut ilmu agama adalah fardu ain dan pemahaman melandaskan kegiatan apapun sebagai upaya ibadah masih bukan menjadi prioritas. Mau dibawa kemana akhirat kita :" ?
Jadi, maksud saya menulis ini adalah saya takut sekali dengan pandangan orang-orang setelah tau. Takut sekali dengan ekspektasi orang-orang. Sayanya yang khawatiran sih ya. Tapi saya pribadi benar-benar mengalami yang namanya resah ketika mampir OIA buat ngambil berkas kelengkapan visa yang dikirim langsung dari Jepang. Saya nanya ke diri sendiri. Saya meyakinkan diri sendiri. And it was never been easy. Makanya saya bilang tadi kalau ternyata ngurus segala proses pasca lolos lebih mengaduk-aduk diri dibandingkan proses daftar-daftarnya meskipun yang ini capek fisik :"
Anyway, semoga kita semua jadi pribadi yang lebih baik lagi. Selamat 100 hari terakhir. Pamungkas. Semoga ridha Allah tetap jadi tujuan utama :')
-penerbangan kode AK 349
-di atas awan
-18.02
Jumat, 17 Juni 2016
Sidang Satu-per-Satu
Saya menulis ini di ruang sidang skripsinya Maya. Reflek begitu saja setelah kebaperan baru tau Nana sidang nanti siang. Bahkan pake keypad hp. Sekarang sidang Maya-temen (seper)juangan saya di makul sistem pakar. Dan akumulasi mengawal perjuangan 3 malamnya Zahra atas nulis skripsinya.
Ada yang saya takut : ditinggal skripsi-sidang-wisuda.Ditinggal nikah juga takut sih. Tapi saya sadar itu niscaya. Sangat mungkin. Ih apalagi kalo buka sosmed. Itu yang namanya temen itebe kayak panen aja sidangnya. Pekan ini-sejak aturan prodi berubah soal jadwal submit dan sidang-adalah jadwal sidang. Dan karenanya jadwal sidang itu bertubi-tubi tanpa ampun. Bisa paralel sampai 4. Dan bisa berturut-turut 3 sesi. Dan saya tau saya tetap bahagia atas kebahagiaan teman saya. Walaupun di balik itu semua bisa baper guling-guling *hiks
Barangkali memang saya yang belum bisa atur waktu dan prioritas. Juga fokus yang akhir-akhir ini susah diduakan ke sana *bukan multitasking jenis fokus yang bisa dilakukan cewek macem saya ternyata. Ayo bangun Fiit :')
Dear gengs, kuminta doa ya huhu. Kalian yang membaca tidak perlu komen (di sini ataupun di dunia nyata). Cukup doa saja. Nggak perlu bilang-bilang juga. Saya butuh banyak doa, tapi saya tau saya juga butuh usaha lebih. Semoga Allah menguatkan saya :"
Terimakasih sudah mampir dan membaca. Menjenak dan barangkali menyempatkan doa. Sungguh pada doa-doa kita malaikat akan memintakan pada Allah doa yang sama bagi si pemgucap doa. Dan saya mendoakan teman-teman juga dilancarkan buat skripsinya. Yang udah selesai, saya doakan lancar, kuat, manfaat pasca skripsi. Sampai jumpa juga dalam keadaan yang lebih baik (baca: saya lulus makul TA)
Ada yang saya takut : ditinggal skripsi-sidang-wisuda.
Barangkali memang saya yang belum bisa atur waktu dan prioritas. Juga fokus yang akhir-akhir ini susah diduakan ke sana *bukan multitasking jenis fokus yang bisa dilakukan cewek macem saya ternyata. Ayo bangun Fiit :')
Dear gengs, kuminta doa ya huhu. Kalian yang membaca tidak perlu komen (di sini ataupun di dunia nyata). Cukup doa saja. Nggak perlu bilang-bilang juga. Saya butuh banyak doa, tapi saya tau saya juga butuh usaha lebih. Semoga Allah menguatkan saya :"
Terimakasih sudah mampir dan membaca. Menjenak dan barangkali menyempatkan doa. Sungguh pada doa-doa kita malaikat akan memintakan pada Allah doa yang sama bagi si pemgucap doa. Dan saya mendoakan teman-teman juga dilancarkan buat skripsinya. Yang udah selesai, saya doakan lancar, kuat, manfaat pasca skripsi. Sampai jumpa juga dalam keadaan yang lebih baik (baca: saya lulus makul TA)
Rabu, 16 Maret 2016
Yang Pertama
bagaimana rasanya jadi yang pertama, Fauzi?
-pasca pendadaran Fauzi, Ruang Sidang Ilmu Komputer
yang bahkan ruang sidangnya sudah kehabisan kursi sebelum dosen penguji datang
yang sidangnya disaksikan oleh segini banyak orang
semoga ilmunya berkah dan manfaat :")
tidak hanya buat diri sendiri tapi juga buat sekitar :")
bonus quote ah, bukan buat Fauzi doang tapi buat semuanya :
”Bila kaum muda yang telah belajar di sekolah menganggap dirinya terlalu tinggi dan pintar untuk melebur dengan masyarakat yang bekerja dengan cangkul dan hanya memiliki cita-cita yang sederhana, maka lebih baik pendidikan itu tidak diberikan sama sekali.”
(Tan Malaka)
Senin, 14 Maret 2016
#1st 2012 Tripel S.Kom Soon
couldn't be more proud of you all
esp. Fauzi dan Rian yang temen sebimbingan, yang kadang pernah aku tanyain, kamu buka file skripsi tiap hari? terus dijawab, ya iyalah Fit. terus saya rasanya jiper, pengen merayap diem-diem, hahaha. jadi habis ini kelas bimbingan tanpa kalian? kalian kehilangan obrolan kita loh! hahaha *naon sih Fit :v
juga ada Miki temen seangkatan yang digadang-gadang dari awal semester bakal pendadaran pertama. at least kamu anak IUP pertama yang pendadaran Mik.
eh, ada kak dete juga, kaka kelas dari jaman smp
semoga ilmunya berkah dan manfaat ya teman-teman dan kakak-kakak :")
#ceritadiharideadlinepengumpulanproposal
*ngomong tripel soalnya ada di cara kerja BLAST :P*
credit photo to Haydar *padahal tadi saya moto di kampus tapi belum selengkap ini jadwalnya*
Kamis, 03 Maret 2016
#randompost:soal dunia kuliah kini dan nanti
Hari ini, ada dua agenda akademik yang saya ikuti. Yang pertama sosialisasi kegiatan lab Sistem Cerdas (SC) *terusingetmemey* dan yang kedua adalah zemi, istilah Jepang yang dosen kami sebut untuk pertemuan rutin mingguannya ketika S3, yang kami sadur untuk sebutan pertemuan bimbingan kami.
Yang pertama, sosialisasi kegiatan lab SC.
saya tidak menyangka kalau kumpul ini adalah kumpul S1 sampai S3-walaupun tadi kalo ga salah ga ada anak S3nya. Tapi tadi anak S2nya banyak banget. Anak 2012 aja cuma 4 orang --a. Selain tabrakan sama kuliah, mungkin sosialisasinya kurang dan cukup ndadak juga sih. Tapi bukan itu fokus saya. Pagi ini ketika menjelang masing-masing orang berkenalan, saya yang kalo di kampus selatan (yang notabene isinya mayoritas anak S1) udah merasa tua langsung merasa bocil dan butiran jasjus *ehsebutmerek* di antara kakak-kakak S2 itu.
Terus yang saya garisbawahi sih...kuliah itu butuh passion ya :"
Sampai detik ini, saya belum pengen ambil kuliah S2. ya belum pengen aja, belum ada kecenderungan hati #apasih. Terus saya memandang kagum aja sama kakak-kakak S2 di sini, apalagi kalo niat banget ngasih usulan buat kegiatan lab setahun ke depan. Melihat betapa dunia S2 itu sepertinya lebih akademis dibanding anak S1 yang masih demen aja main ama anak hima wkwk. Saya jadi inget kan kata Tere Liye, harusnya kita tuh bahkan udah kepikiran ide skripsi sejak hari pertama kita masuk kampus. Mungkin lebay emang, tapi saya pikir ada benernya juga. Itu bisa jadi sesuatu yang menjadi ketertarikan awal kita kenapa milih prodi tersebut buat kuliah. Kalau dalam perjalanannya berubah, it doesn't matter.
Kuliah butuh passion, karena kalau bicara tridharma perguruan tinggi, penelitian, pengabdian, dan pendidikan itu sangat tidak main-main. Bayangkan, semester ini saja ada 229 orang yang mengambil mata kuliah Tugas Akhir, di mana saya adalah mahasiswa urutan ke-200 yang mengambil mata kuliah ini. It means, jika berjalan linear (sayangnya kemungkinan besar tidak) akan ada 229 karya ilmiah baru hasil penelitian (wow!). Passion akan menggerakan setiap individunya mengerjakan karya ilmiah dengan suka cita. Sehingga mahasiswanya ini tidak terlalu banyak yang ditahan di kampus dan hanya memenuhi tempat parkir saja :". Lebih baik lagi, jika penelitiannya adalah penelitian yang membawa kemaslahatan ummat. Sayang, godaan di luar skripsi barangkali lebih dominan mengganggu ornang-orang lemah macam saya *mohonbantudoa*.
Kemudian yang kedua, pasca zemi.
Kelas tinggal isi 6 orang dengan saya. Dan teman saya nanya, kamu mau ngapain Fit habis kuliah? Hahaha, its common question di usia senja perkuliahan ini yah. Saya sih cuma ketawa terus bilang, mau ke GSP, wisuda. Setelah bilang ini pertanyaan mengerikan, tentunya :P.
Terus saya yang nggak mau rugi ini nanya balik dong, kan saya nggak mau rugi :P. Temen sya ketawa.. Saya bilang, lha iya Mam, resiko nanya itu ditanya balik. Eh sekarang saya lupa tadi temen saya bilang apa.
Setelahnya kami terlibat dengan obrolan teman-teman lain. Bilang mau maganglah, nyobain daftar S2 dululah, riset di Jepang lah, macam-macam yang dibahas. awalnya ngga ngikutin sih. sampai kemudian saya tertarik sama kutipan ini :
"Tapi ngga mau ah kalo kerjaan ngoding. tapi terus ngga tau lagi mau kerja apa dong?"
Saya ngebatin, adalah, mesti ada.
Faktanya we know designer, system analyst, business analyst, data analyst, digital media planner, atau bahkan teller bank pun bisa alumni komputer, hehe. Nggak mesti developer, kan? kalo emang ngga mau...
"Aku juga. Kok bayanginnya kerja kayak gitu tuh depan komputer terus...."
"Iya sama. Ngapain juga kan ngerjain kerjaan orang. Ngoding depan laptop mulu."
Terus saya jadi inget Ust. Fadli reza pernah bilang dalam suatu kelas kepemimpinan. "Jangan sampai kita hidup itu menghidupi mimpi orang lain. Tapi lupa menghidupi mimpi sendiri."
Terus saya sampein aja pesan itu. Ah ternyata pada jadi baper dan mikirin kata-kata itu juga. Ya meski gatau sih sampe sekarang masih dipikirin apa ngga. Saya juga sekarang-sekarang ini mikir hal itu kok. Soal mimpi sendiri dan apakah nanti saya akan mengerjakan mimpi orang lain#nggamaudong. Tapi...untuk masa depan yang belum pasti, mari kita mengusahakan segala hal baik saat ini juga untuk perencanaan masa depan :")
manatsemangats!
#endingnyanggabagusbanget ya :"
Yang pertama, sosialisasi kegiatan lab SC.
saya tidak menyangka kalau kumpul ini adalah kumpul S1 sampai S3-walaupun tadi kalo ga salah ga ada anak S3nya. Tapi tadi anak S2nya banyak banget. Anak 2012 aja cuma 4 orang --a. Selain tabrakan sama kuliah, mungkin sosialisasinya kurang dan cukup ndadak juga sih. Tapi bukan itu fokus saya. Pagi ini ketika menjelang masing-masing orang berkenalan, saya yang kalo di kampus selatan (yang notabene isinya mayoritas anak S1) udah merasa tua langsung merasa bocil dan butiran jasjus *ehsebutmerek* di antara kakak-kakak S2 itu.
Terus yang saya garisbawahi sih...kuliah itu butuh passion ya :"
Sampai detik ini, saya belum pengen ambil kuliah S2. ya belum pengen aja, belum ada kecenderungan hati #apasih. Terus saya memandang kagum aja sama kakak-kakak S2 di sini, apalagi kalo niat banget ngasih usulan buat kegiatan lab setahun ke depan. Melihat betapa dunia S2 itu sepertinya lebih akademis dibanding anak S1 yang masih demen aja main ama anak hima wkwk. Saya jadi inget kan kata Tere Liye, harusnya kita tuh bahkan udah kepikiran ide skripsi sejak hari pertama kita masuk kampus. Mungkin lebay emang, tapi saya pikir ada benernya juga. Itu bisa jadi sesuatu yang menjadi ketertarikan awal kita kenapa milih prodi tersebut buat kuliah. Kalau dalam perjalanannya berubah, it doesn't matter.
Kuliah butuh passion, karena kalau bicara tridharma perguruan tinggi, penelitian, pengabdian, dan pendidikan itu sangat tidak main-main. Bayangkan, semester ini saja ada 229 orang yang mengambil mata kuliah Tugas Akhir, di mana saya adalah mahasiswa urutan ke-200 yang mengambil mata kuliah ini. It means, jika berjalan linear (sayangnya kemungkinan besar tidak) akan ada 229 karya ilmiah baru hasil penelitian (wow!). Passion akan menggerakan setiap individunya mengerjakan karya ilmiah dengan suka cita. Sehingga mahasiswanya ini tidak terlalu banyak yang ditahan di kampus dan hanya memenuhi tempat parkir saja :". Lebih baik lagi, jika penelitiannya adalah penelitian yang membawa kemaslahatan ummat. Sayang, godaan di luar skripsi barangkali lebih dominan mengganggu ornang-orang lemah macam saya *mohonbantudoa*.
Kemudian yang kedua, pasca zemi.
Kelas tinggal isi 6 orang dengan saya. Dan teman saya nanya, kamu mau ngapain Fit habis kuliah? Hahaha, its common question di usia senja perkuliahan ini yah. Saya sih cuma ketawa terus bilang, mau ke GSP, wisuda. Setelah bilang ini pertanyaan mengerikan, tentunya :P.
Terus saya yang nggak mau rugi ini nanya balik dong, kan saya nggak mau rugi :P. Temen sya ketawa.. Saya bilang, lha iya Mam, resiko nanya itu ditanya balik. Eh sekarang saya lupa tadi temen saya bilang apa.
Setelahnya kami terlibat dengan obrolan teman-teman lain. Bilang mau maganglah, nyobain daftar S2 dululah, riset di Jepang lah, macam-macam yang dibahas. awalnya ngga ngikutin sih. sampai kemudian saya tertarik sama kutipan ini :
"Tapi ngga mau ah kalo kerjaan ngoding. tapi terus ngga tau lagi mau kerja apa dong?"
Saya ngebatin, adalah, mesti ada.
Faktanya we know designer, system analyst, business analyst, data analyst, digital media planner, atau bahkan teller bank pun bisa alumni komputer, hehe. Nggak mesti developer, kan? kalo emang ngga mau...
"Aku juga. Kok bayanginnya kerja kayak gitu tuh depan komputer terus...."
"Iya sama. Ngapain juga kan ngerjain kerjaan orang. Ngoding depan laptop mulu."
Terus saya jadi inget Ust. Fadli reza pernah bilang dalam suatu kelas kepemimpinan. "Jangan sampai kita hidup itu menghidupi mimpi orang lain. Tapi lupa menghidupi mimpi sendiri."
Terus saya sampein aja pesan itu. Ah ternyata pada jadi baper dan mikirin kata-kata itu juga. Ya meski gatau sih sampe sekarang masih dipikirin apa ngga. Saya juga sekarang-sekarang ini mikir hal itu kok. Soal mimpi sendiri dan apakah nanti saya akan mengerjakan mimpi orang lain#nggamaudong. Tapi...untuk masa depan yang belum pasti, mari kita mengusahakan segala hal baik saat ini juga untuk perencanaan masa depan :")
manatsemangats!
#endingnyanggabagusbanget ya :"
Rabu, 02 Maret 2016
[Repost] Key Points of Research Process
"The key points of research process are detailed planning, bold execution and logical consideration. These are important for not only research but also other works.
Another important thing is to get the self-confidence that you completed the research process. In Japanese universities, there are few chances that students experience heavy intellectual or physical loads, if they do not perform research work satisfactorily. The students who did not study hard cannot stand the load of competitive works after graduation. I wish students to acquire both physical and intellectual strength."
-Tanaka Sensei, via Blog Salman, teman SUPER saya yang sudah hampir wisuda S1 di Tohoku University, yang sudah punya paper publish international
nemu ginian di tengah ngerjain proposal (yang so lama banget udah sebulan kok nggak kelar-kelar itu rasanyaa... :"""))
#mangatsemangats!
Selasa, 23 Februari 2016
Tentang Masa Depan
Halo Langit, apakabar malam ini?
Setelah sekian lama hidup di bawah naungan asrama ini, kegalauan itu masih aja muncul lagi. Soal lifeplan. Soal lifegoal. Ahaha, saya bukan tipikal orang yang mudah cerita kalo masalah pribadi banget kayak gini. Barangkali akan banyak yang saya samarkan.
Sebenarnya, peta hidup bukan barang baru bagi saya. Kelas Aqidah kelas XI silam pernah menugaskannya, bahkan beberapa orang presentasi depan angkatan. Yang jelas, peta hidup soal kehidupan kuliah saat itu jauh beda sama kenyataan jaman sekarang. Dan its sooo ideal dalam artian prestatif capaian secara kasat mata. hari ini, bukan itu yang ingin saya capai.
Saya tau apa yang ingin saya capai kelak. Profesi apa yang ingin saya jalani. Hari-hari bagaimana yang ingin saya habiskanbersamamu kelak. Rutinitas apa yang saya ingini dalam keseharian saya. Tanah mana yang ingin saya pijak.
Sayangnya bukan dunia soal disiplin ilmu saya sekarang.
Bukannya tidak mau berkecimpung di dunia IT. Mungkin ada ketakutan yang saya sendiri secara alam bawah sadar sulit untuk mendefinisi. Saya tahu, tahu, dan tahu sekali bahwa di dunia yang semakin berkembang ini, perkembangan IT sangat pesat dan sangat berpeluang untuk membantu banyak orang. Entah.
Sejak saya niat mau daftar KP di akhir semester lalu dan diulur oleh instansi yang saya hubungi, penawaran dari teman di UI membuat saya pengen kerja di something yang berhubungan dengan digital marketing atau digital agency-barangkali bibit dulu pernah disaranin masuk komuniksinya tumbuh lagi. Terus jadi nggak gitu-gitu amat pengen di dunia penerbitan. Meski pada akhirnya dosen skripsi ngga ngijinin KP, saya masih memendam ingin.
Terus saya pas tau ada mom blogger yang rumahnya jauh dari penerbit favorit saya jaman kecil, bisa ngedit buku dari rumah. Jadi pengen kan kayak begitu. Bisa di rumah tapi ada kegiatan juga...
Terus pas bikin lifeplan buat eval semester ini, its happen again. Saya rasa-rasa galau lagi antara dua dunia itu. Sebenarnya nggak saling menghilangkan juga sih. Tapi jugak ya di dunia digital agency juga saya kebayangnya bukan bagian programmer atau bahkan analyst gitu. lebih ke planner atau content. Kurang ilkom pisan sih emang. Tapi yah gimana kan.
Terus tadiii banget siang saya ikut acara Lenovo yang saya sebut kuliah umum bisa kali ya (saya ceritain di lain postingan aja ya). Saya jadi mikir lagi, how technology bisa dijadikan tools untuk benar-benar mengimprove dan memaksimalkan sesuatu, salah satunya social movement misalnya. Sebenernya ini mah pengetahuan umum yang udah lama banget ngendon di hati dan pikiran, tapi ya acara tadi jadi ngingetin lagi aja si. Contohnya tadi sih pulangkampuang.com sama goarchipelago.com. Yes i know bahwa yang terpenting adalah ide, bukan dot com dot comnya. Tapi terus saya mikir dong, kalo gue mau bikin sesuatu yang ngimpact dari dunia perilkoman gue-walaupun ini tidak harus dimulai dari anak ilkom rite?-gue mau bikin apa ya? *tuh kan ketauan saya kurang piknik dan ngobrol #hiks
Kemudian setelah Magrib dan penasaran sama isu kakak asuh rk, saya bukalah grup FB. Yattaaaa, galau lagi dong saya baca seabrek info singkat alumni. Nyari yang mendukung lifeplan? Saya harus cari yang NGO-NGO gitu, yang orang dengan latar belakang pendidikan, atau masalah profesionalitas kerja? Mengingat kemarin Ammah Tika juga ngasih tugas evaluasi tahap satunya meninjau kembali lifeplan dikaitka dengan disiplin ilmu. Hayoloh Fit mau ngapain? Evaluasi semester tinggal lusa :" Mana malah nemu lagi, info internship di dunia IT yang ada posisi yang nggak terlalu IT banget.
Yes i know and remember soal postingan blog, komen, share-an temen yang memang bilang ya kalau ilkom harusnya memang pendekatannya lain. Solutif bukan sekedar kreator. Efektif, bukan sekadar ngasih kerjaan dengan metode standar. Yes i know bahwa ilmu IT adalah ilmu penting yang harus bisa dikuasai muslim #jadisedihdanbaper. Yes ini disiplin ilmu yang strategis bangettttt. Tik tok tik tok, jadi gimana Fit?
Halo Langit, aku belum menemukan jawaban. Bantu aku, ya...
p.s. maaf pake gue-guean. kalo di Jabodetabek ini ngga kasar kok -_- ini bahasa betawi yang it means ini bahasa daerah. karena di Jogja makanya rasanya kasar banget ya. Punten yah, hehe.
cuman belajar mendeskripsi isi pikiran yang terlalu ruwet. eval lusa. ini udah mau jam 12 jadi tinggal besok ya ngomongnya :(
Setelah sekian lama hidup di bawah naungan asrama ini, kegalauan itu masih aja muncul lagi. Soal lifeplan. Soal lifegoal. Ahaha, saya bukan tipikal orang yang mudah cerita kalo masalah pribadi banget kayak gini. Barangkali akan banyak yang saya samarkan.
Sebenarnya, peta hidup bukan barang baru bagi saya. Kelas Aqidah kelas XI silam pernah menugaskannya, bahkan beberapa orang presentasi depan angkatan. Yang jelas, peta hidup soal kehidupan kuliah saat itu jauh beda sama kenyataan jaman sekarang. Dan its sooo ideal dalam artian prestatif capaian secara kasat mata. hari ini, bukan itu yang ingin saya capai.
Saya tau apa yang ingin saya capai kelak. Profesi apa yang ingin saya jalani. Hari-hari bagaimana yang ingin saya habiskan
Sayangnya bukan dunia soal disiplin ilmu saya sekarang.
Bukannya tidak mau berkecimpung di dunia IT. Mungkin ada ketakutan yang saya sendiri secara alam bawah sadar sulit untuk mendefinisi. Saya tahu, tahu, dan tahu sekali bahwa di dunia yang semakin berkembang ini, perkembangan IT sangat pesat dan sangat berpeluang untuk membantu banyak orang. Entah.
Sejak saya niat mau daftar KP di akhir semester lalu dan diulur oleh instansi yang saya hubungi, penawaran dari teman di UI membuat saya pengen kerja di something yang berhubungan dengan digital marketing atau digital agency-barangkali bibit dulu pernah disaranin masuk komuniksinya tumbuh lagi. Terus jadi nggak gitu-gitu amat pengen di dunia penerbitan. Meski pada akhirnya dosen skripsi ngga ngijinin KP, saya masih memendam ingin.
Terus saya pas tau ada mom blogger yang rumahnya jauh dari penerbit favorit saya jaman kecil, bisa ngedit buku dari rumah. Jadi pengen kan kayak begitu. Bisa di rumah tapi ada kegiatan juga...
Terus pas bikin lifeplan buat eval semester ini, its happen again. Saya rasa-rasa galau lagi antara dua dunia itu. Sebenarnya nggak saling menghilangkan juga sih. Tapi jugak ya di dunia digital agency juga saya kebayangnya bukan bagian programmer atau bahkan analyst gitu. lebih ke planner atau content. Kurang ilkom pisan sih emang. Tapi yah gimana kan.
Terus tadiii banget siang saya ikut acara Lenovo yang saya sebut kuliah umum bisa kali ya (saya ceritain di lain postingan aja ya). Saya jadi mikir lagi, how technology bisa dijadikan tools untuk benar-benar mengimprove dan memaksimalkan sesuatu, salah satunya social movement misalnya. Sebenernya ini mah pengetahuan umum yang udah lama banget ngendon di hati dan pikiran, tapi ya acara tadi jadi ngingetin lagi aja si. Contohnya tadi sih pulangkampuang.com sama goarchipelago.com. Yes i know bahwa yang terpenting adalah ide, bukan dot com dot comnya. Tapi terus saya mikir dong, kalo gue mau bikin sesuatu yang ngimpact dari dunia perilkoman gue-walaupun ini tidak harus dimulai dari anak ilkom rite?-gue mau bikin apa ya? *tuh kan ketauan saya kurang piknik dan ngobrol #hiks
Kemudian setelah Magrib dan penasaran sama isu kakak asuh rk, saya bukalah grup FB. Yattaaaa, galau lagi dong saya baca seabrek info singkat alumni. Nyari yang mendukung lifeplan? Saya harus cari yang NGO-NGO gitu, yang orang dengan latar belakang pendidikan, atau masalah profesionalitas kerja? Mengingat kemarin Ammah Tika juga ngasih tugas evaluasi tahap satunya meninjau kembali lifeplan dikaitka dengan disiplin ilmu. Hayoloh Fit mau ngapain? Evaluasi semester tinggal lusa :" Mana malah nemu lagi, info internship di dunia IT yang ada posisi yang nggak terlalu IT banget.
Yes i know and remember soal postingan blog, komen, share-an temen yang memang bilang ya kalau ilkom harusnya memang pendekatannya lain. Solutif bukan sekedar kreator. Efektif, bukan sekadar ngasih kerjaan dengan metode standar. Yes i know bahwa ilmu IT adalah ilmu penting yang harus bisa dikuasai muslim #jadisedihdanbaper. Yes ini disiplin ilmu yang strategis bangettttt. Tik tok tik tok, jadi gimana Fit?
Halo Langit, aku belum menemukan jawaban. Bantu aku, ya...
p.s. maaf pake gue-guean. kalo di Jabodetabek ini ngga kasar kok -_- ini bahasa betawi yang it means ini bahasa daerah. karena di Jogja makanya rasanya kasar banget ya. Punten yah, hehe.
cuman belajar mendeskripsi isi pikiran yang terlalu ruwet. eval lusa. ini udah mau jam 12 jadi tinggal besok ya ngomongnya :(
di hari yang dapat hasil dari doa spesifik itu
dan Allah belum ngasih Fit :')
ruang sembilan
23.47
Rabu, 10 Februari 2016
Kebaikan dari Allah
nggak pernah tahu kebaikan Allah datangnya dari mana. maka : berbuat baiklah. inginmu itu terkabul barangkali bukan dari doamu.bisa dari malaikat yang mengamini, bisa jadi lewat doa kedua orang tua, bisa jadi lewat doa orang-orang yang kau bantu. berbuat baiklah. Allah akan membalas. baik melalui ingin yang kau doakan, maupun kebaikan yang tidak kau sangka hadirnya :")
untuk tiga paket doa yang akhir-akhir ini terlantun, semoga Allah kian dekatkan dan kabulkan ya :")
semoga Allah kuatkan, semoga Allah kuatkan :)
untuk tiga paket doa yang akhir-akhir ini terlantun, semoga Allah kian dekatkan dan kabulkan ya :")
semoga Allah kuatkan, semoga Allah kuatkan :)
pojokan ruang 9 Luqman Al Hakim,
setelah berkutat lama dengan rupiah pena dan tertegun atas suatu pesan :"
10 Februari 2016 23:06
Selasa, 05 Januari 2016
Cari Tahu
"Kamu takut karena kamu nggak tahu. Cari tahu, biar nggak takut lagi. Dan cari tahu, biar cinta. Cintai apa yang kamu kerjakan."/semangatkak!/
Selasa, 10 November 2015
Tentang Skripsi
Malam, masih di Milan. It was sooooo long time ago. Sejak saya tidak lagi di himpunan dan di kelompok studi prodi, saya kayaknya ngga pernah lagi pulang malam dari milan. Kalau dari yang lain sih kadang sering juga, hheu.
Sore-sampai malam ini saya ikutan seminar TA. Semacam sosialisasi TA gitu, yang ngisi dosen dan alumni. Acara himpunan. Isinya lebih kurang isi TA, batesan skripsi kalo dibanding tesis sama disertasi, tips trik, alur sampe sidang, dsb, dll. Yang mungkin sebenernya lebih guna dan ngefek ke anak semester 5 *tapi ilmu bisa dipungut darimana aja toh? ;)
Sebenernya salah satu alesan ikut ini adalah saya pengen ketemu sama temen-temen ilkom12 aja yang udah lama ngga ketemu karena perbedaan jadwal yang udah beda banget sejak semester tujuh. Lama ngga ketemu euy. Bahkan, saya sampe ngancel agenda lain.
Sejak entah lupa semester berapa, sejak saya tahu posisi saya di mana di prodi ini, saya tidak menjadi orang yang ngoyo mau lulus kapan. Bukan berarti saya mau leyeh-leyeh pasrah bodo amat lulus kapan. Sudah hilang semangat ketigasetengahan saya layaknya semangat ideal maba unyu yang baru masuk dunia kampus. Tapi lebih ke saya ingin menikmati tiap detiknya *menghela nafas panjang.
Saya tahu, di sepanjang sejarah saya kuliah ini, ada banyak pemberhentian yang ingin mendewasakan kita. Saya kadang tidak tahu dan sulit menebak apa yang Allah sembunyikan di balik seluruh jalan hidup saya. Ilmu Komputer salah satunya. Ada banyak proses yang saya jalani selama saya mampir di Jogja ini. Bukan seberapa banyak lomba yang saya ikutin, bukan seberapa penting materi kuliah ini ngefek sama diri saya. Karena kalau kalian kenal saya, this three years not about that. Saya justru banyak dibesarkan oleh hal lain yang mungkin ada sebagai efek domino dari ilmu komputer ugm.
Saya tahu, berjuang masuk sini sulit *kalau saya mengenang masa snmptn dulu. saya ditolak undangan, masih aja ngoyo mau masuk jurusan yang sama. saya nyaris ngga terpengaruh sama saran jurusan saya di angket rekomendasi psikologi dari serangkaian asesmen jaman sekolah dulu. sekarang, saya mengerti kenapa psikolog dulu menyimpulkan begitu.
Tenang, saya sudah di sini sekarang. seperti yang sering kalian dengar. apa yang dimulai, harus diselesaikan. Dan skripsi yang baik adalah skripsi yang selesai. Saya akan belajar berjalan pelan-pelan dan berusaha memalingkan kepala dari hal-hal yang suka mencuri perhatian *halah*. Semester ini saya belum mengambil skripsi, even many of my friends does. Saya mau belajar bergerak, pelan-pelan. Dan saya butuh doa serta dukungan dari kalian semua. Saya ngga pernah tahu Allah bakal ngabulin doa sebelah mana, Bahkan seluruh nilai di transkrip itu, entah bagaimana, saya yakini sebagai efek dari doa ibu. Karena kalau berkaca dari semester-semester yang sudah saya lalui, saya merasa jauh dari pantas....
Ah teman-teman, saling menyemangati ya :')
Salam sayang <3
-Fitri Hasanah Amhar
ditulis dengan sebegitu mengalir hanya berawal dari pengen cerita aja soal ngga mau ngoyo serta lagi di milan dan ikut seminar TA, tanpa tahu endingnya bakal ke mana
Sore-sampai malam ini saya ikutan seminar TA. Semacam sosialisasi TA gitu, yang ngisi dosen dan alumni. Acara himpunan. Isinya lebih kurang isi TA, batesan skripsi kalo dibanding tesis sama disertasi, tips trik, alur sampe sidang, dsb, dll. Yang mungkin sebenernya lebih guna dan ngefek ke anak semester 5 *tapi ilmu bisa dipungut darimana aja toh? ;)
Sebenernya salah satu alesan ikut ini adalah saya pengen ketemu sama temen-temen ilkom12 aja yang udah lama ngga ketemu karena perbedaan jadwal yang udah beda banget sejak semester tujuh. Lama ngga ketemu euy. Bahkan, saya sampe ngancel agenda lain.
Sejak entah lupa semester berapa, sejak saya tahu posisi saya di mana di prodi ini, saya tidak menjadi orang yang ngoyo mau lulus kapan. Bukan berarti saya mau leyeh-leyeh pasrah bodo amat lulus kapan. Sudah hilang semangat ketigasetengahan saya layaknya semangat ideal maba unyu yang baru masuk dunia kampus. Tapi lebih ke saya ingin menikmati tiap detiknya *menghela nafas panjang.
Saya tahu, di sepanjang sejarah saya kuliah ini, ada banyak pemberhentian yang ingin mendewasakan kita. Saya kadang tidak tahu dan sulit menebak apa yang Allah sembunyikan di balik seluruh jalan hidup saya. Ilmu Komputer salah satunya. Ada banyak proses yang saya jalani selama saya mampir di Jogja ini. Bukan seberapa banyak lomba yang saya ikutin, bukan seberapa penting materi kuliah ini ngefek sama diri saya. Karena kalau kalian kenal saya, this three years not about that. Saya justru banyak dibesarkan oleh hal lain yang mungkin ada sebagai efek domino dari ilmu komputer ugm.
Saya tahu, berjuang masuk sini sulit *kalau saya mengenang masa snmptn dulu. saya ditolak undangan, masih aja ngoyo mau masuk jurusan yang sama. saya nyaris ngga terpengaruh sama saran jurusan saya di angket rekomendasi psikologi dari serangkaian asesmen jaman sekolah dulu. sekarang, saya mengerti kenapa psikolog dulu menyimpulkan begitu.
Tenang, saya sudah di sini sekarang. seperti yang sering kalian dengar. apa yang dimulai, harus diselesaikan. Dan skripsi yang baik adalah skripsi yang selesai. Saya akan belajar berjalan pelan-pelan dan berusaha memalingkan kepala dari hal-hal yang suka mencuri perhatian *halah*. Semester ini saya belum mengambil skripsi, even many of my friends does. Saya mau belajar bergerak, pelan-pelan. Dan saya butuh doa serta dukungan dari kalian semua. Saya ngga pernah tahu Allah bakal ngabulin doa sebelah mana, Bahkan seluruh nilai di transkrip itu, entah bagaimana, saya yakini sebagai efek dari doa ibu. Karena kalau berkaca dari semester-semester yang sudah saya lalui, saya merasa jauh dari pantas....
Ah teman-teman, saling menyemangati ya :')
Salam sayang <3
-Fitri Hasanah Amhar
ditulis dengan sebegitu mengalir hanya berawal dari pengen cerita aja soal ngga mau ngoyo serta lagi di milan dan ikut seminar TA, tanpa tahu endingnya bakal ke mana
Selasa, 06 Oktober 2015
Langganan:
Postingan (Atom)