Senin, 31 Agustus 2015

Halo Biak Temajuk, Apa Kabar? :)

Halo biak Temajuk, apa kabar?

Pagi ini kakak lihat anak SD berangkat diantar ayahnya. Dan tetiba kakak ingat kalian.
Tiap pagi kakak kerap lihat kalian berangkat. Jalan, diantar, maupun naik motor sendiri. Kalau Senin, kita upacara same-same kan?

Kakak masih ingat upacara pertama yang kakak ikuti, Aril berdiri di barisan siswa yang tidak lengkap atribut upacaranya. Kakak masih ingat barisan kelas satu yang massih belum bisa diam untuk tertib ikut upacara. Ada yang dorong-dorongan, ada yang meneukkan kaki, ada yang senggol-senggol teemannya.

Kakak masih ingat, kalau pagi-pagi kalian sudah berangkat sekolah tapi belum jam tujuh, kalian akan datang ke rumah untuk sekadar mengobrol, atau menyuruh kami masuk kelas. Nanti mendekati jam tujuh kalian tergopoh kembali ke sekolah. Kakak ingat siswa kelas enam yang menjadi pemimpin masing-masing pasukan. Ingat suara Romi saat jadi pemimpin upacara.

Kakak ingat hari kita telat upacara karena kalian jusstru datang lebih dulu daripada para guru. Kalian sampai meminta kami membunyikan lonceng agar upacara dimulai. Tapi hari itu, upacara malah berlangsung tidak sesuai keinginan :'(

Pagi ini, kalian berangkat sekolah. Si an lagi kakak dan abang UGM yang pagi ini ikut upacara. Si an lagi yang kalian sapa atau bahkan kalian teriakkan dari jauh. Si an kakak yang ajak selfie atau pinjamkan hp. Kakak rindu, kalian pun juga ya? Doakan kakak dan abang bisa ke sinun lagi ya :')

Hahaha, mulai baper nih ya kakaknya. Maaf ya...

suatu ketika; saya dikerumunin anak-anak buat dipeluk :")

Minggu, 30 Agustus 2015

Selamat datang realita!

Halo, selamat datang di Yogyakarta.

Siang ini kami berduapuluhlima sudah mendarat di Yogyakarta—dengan perasaan yang jika saja bisa dijelakan : kami-belum-mau-ada-di-sini

KKN dua bulan di manapun tentu penuh cerita. Begitupun kami. Dua bulan di Temajuk, desa perbatasan yang tidak tersentuh sinyal, listrik bergantung dengan tenaga surya maupun genset atau diesel, memberi kami begitu banyak pelajaran. Salah satunya, tanpa sinyal, tentu kami jadi sangat menghargai pertemuan dan janji.

Saya tahu, baper ini tidak boleh berkepanjangan. Tapi apa boleh buat, senyum anak-anak Desa Temajuk masih terbayang di benak kami. Wajah orang tua angkat, rutinitas setiap pagi, motor luar biasa yang kami gunakan, semuanya masih membenak. Bahkan, tangis warga ketika melepas kami pergi. Ah, apalagi tangis anak-anak.

Bagi kami, perjalanan dua bulan ini bukan sekadar perjalanan penggugur kewajiban mata kuliah wajib KKN. Meski kami pun belum yakin juga apa dua buan kemarin layakk jika disebut sebagai pengabdian. Tapi dua bulan kemarin adalah dua bulan pembelajaran yang banyak. Tentang ikhlas, rela berkorban, mengenal satu sama lain, mengenal budaya, dan tidak hanya belajar mengembangkan potensi diri sendiri tapi juga bagaimana belajar membuat orang-orang mau mengembangkan potensi dirinya.

Sampai bandara pukul 10 tadi, hampir setengahnya menangis. Menangis ingat bahwa saat ini kami sudah kembali ke realita. Sudah tidak ada lagi teriakan anak-anak yang bersorak melihat kami datang. Sudah tidak ada lagi kebersamaan setiap hari dengan kelompok kecil ini. Semuanya tidak akan sama lagi.

Bagi kami, perjalanan ini perjalanan yang akan menginspirasi sampai akhir nanti. Bagi saya pribadi, perjalanan ini bahkan menjadi perjalanan batin yang meresap dan terkenang di dalam hati. Bagi kami, perjalanan ini membuat kami berjanji pada diri kami untuk suatu saat ke sana lagi. Entah kapan dan bagaimana. Entah anak-anak di sana sudah sebesar apa.

Ah, kami rindu!

Saya pun besok sudah ada jadwal kuliah 6 sks.

Selamat datang realita!