Sabtu, 30 September 2023

Insight Bab Mendidik dengan Cinta dan Kasih Sayang

Buku Feminitas Jalan Pulang Fitrah Bunda


Halaman yang dibaca: 57-66, Bab Mendidik dengan Cinta dan Kasih Sayang

Insight yang didapat: 

- Tingkat perasaan paling rendah adalah takut, paling tinggi adalah cinta/mahabbah

- Rasa takut berlawanan dengan cinta, dan tidak ada jalan pintas untuk tumbuhnya cinta. Banyak orang tua yang tergesa-gesa ingin melihat hasil sehingga menakut-nakuti anak bahkan mengancam atas nama mendidik anak

- Penting bagi kita menghidupkan cinta dan kasih sayang, karena setiap ibu rawan terkikis cintanya akibat kesibukan. Penyakit rutinitas (aktivitas harian ibu) sering membuatnya kehilangan makna. 

-Allah adalah sumber cinta, maka mintalah cinta pada Allah, agar kita mendapatkan cinta dari sumbernya. Jika kita mengambil sumber cinta dari Allah, tidak mungkin rasa cinta kita kepada selain Allah lebih tinggi dari pada cinta kita pada Allah. Inilah tanda iman kita benar. 

- Jika kita menginginkan diri dan rumah tangga kita serta pendidikan anak-anak dapat dilakukan dengan penuh cinta dan kasih sayang, maka kita perlu mendidik diri dan keluarga kita untuk mencintai Allah dulu. 

-Jika kita mencintai dan memuliakan Allah, maka cinta dan kemuliaan itu kembali ke kita. 

- Iman atau aqidah adalah akar bagi tumbuh tegaknya cinta. Maka, pendidik perlu menjadikan hal ini sebagai prioritas pertama dna utama dalam pendidikan. Ketika pendidikan iman tebengkalai, maka aspek cinta dan kasih sayang ikut terkikis, karena sumber dari subutnya cinta dan kasih sayang dalam diri kita adalah iman. 

- Jika kita menguatkan pendidikan cinta kepada Allah, maka sebenarnya ita bisa membuat anak nantinya takut pada Allah. Sebagaimana orang yang jatuh cinta takut membuat orang yang disayanginya marah, sebal, atau tidak suka. Pecinta sejati adalah penakut yang luar biasa. Oleh karena itu kita tidak perlu khawatir mengajarkan cinta Allah pada anak-anak kita. 

Syaangnya, salah satu kesalahan pendidikan kita adalah ragu-ragu dan penuh cemas mengedepankan pendidikan penuh cinta dan kasih sayang. Ketakutan kita sebenarnya didahului perasaan buruk sangka pada Allah. Sebagian orang mengutamakan pendidikan dengan menakuti anak agar dalam beragama, juga lebih mengutamakan indikator yang terukur (jumlah hafalan, shalat, dsb-ketika cinta bukanlah sesuatu yang terukur). Sikap menakuti anak akan sulit melahirkan anak yang cinta pada Allah. 

-Sumber kedua dari cinta dan kasih sayang adalah rasa syukur. Syukur bukan hanya ucapan, melainkan justru perbuatan mendayagunakan nikmat yang sudah Allah beri agar nilai kebaikannya bertambah. Orang-orang yyang kurang atau tanpa syukur akan kesulitan melahirkan rasa cinta dalam dirinya. 

-Dahulukan sykur dan prasangka baik agar tidak terlalu waspada atau mudah berpikir negatif. Apalagi ibu adalah sumber cinta dalam keluarga. Banyak bersyukur akan membuat cinta dalam diri semakin menguat. 

Kamis, 14 September 2023

 Fit, terima kasih sudah mau berjuang sejauh ini. Semoga Allah balas dengan balasan yang baik, yang besar, yang banyak. Peluk, xoxo. 

Nggak jarang mau teriak, mengeluh, kesal. Terus malam ini udahannya aku minta gitu refleks ke Allah. Kadang sedih dengan teriakan hati yang nggak nyaman, tapi ya, memang rasanya demikian. 

Setelah akhirnya tidur juga, 22.00

Jumat, 25 Agustus 2023

Bagaimana Menceritakan Padamu

Bagaimana menceritakan padamu tentang gerimis tadi pagi?
Membanjiri tirus pipi dan lautan hati

Bagaimana menceritakan padamu tentang kuatnya jiwa mereka? 
Meskipun kutahu, mereka akan menyangkal, bilang aku tak sekuat itu. 

Dear My EG and SS, terima kasih sudah bertahan sampai hari ini :")


Senin, 21 Agustus 2023

Tiga Tahun Kaisa

Assalamualaikum...

Halo, Nak. 

Harinya sudah lewat. Tiga tahun lalu, kita ada di kasur ruangan inap di klinik bidan kecil yang cukup ramai di pinggiran Depok sana. Mataku menatapmu kelu menakjubi setiap inci dirimu yang lahir dari diriku. Kamu, anakku. 

Hari ini, genap tiga tahun berlalu. Lewat nyaris satu hari. Usia unconscious mind-mu resmi lewat. Tiga tahun yang penuh berkah dari Yang Kuasa. Tiga tahun yang menjadikanku belajar sangat banyak hal, terutama tentang merawat sabar. Tiga tahun yang jelas sangat berdinamika. Tiga tahun yang mengubah hidup kami sebagai Ayah Ibumu. Tiga tahun pula Allah janjikan peluang pahala yang begitu besar--sekaligus menantang, kalau boleh kubilang. 

Aku mengambil jeda usai naskah sibi-ku kutunaikan 12 babnya. Menyimak videomu kala dua bulan yang Ayah compile waktu itu. Tubuhmu yang begitu kecil dan kurus. Tulang kakinya terlihat begitu jelas. Ayah yang membacakan buku di kasur. Kamu yang tummy time di punggung Ayah. Fatih yang ikut seumpama dirijen saat Ayah menggendongmu-mungkin kala itu Ayah mendendangkan shalawat. Aku mereka ulang jejak langkah yang kutunaikan beriringan dengan hadirnya dirimu. Adaptasiku, belajarku, kelas-kelas yang kuikuti, resignku, pergolakan emosiku, hingga dirimu yang ceria dan banyak bicara, juga hari-hari negoisasi panjang dan keluhanku yang kadang serupa tak berujung. 

Betapa panjang kasih sayang Allah pada kita, ya, Nak. 

Kalau bukan karenaNya, tak akan kita sampai pada hari ini. Melihatmu yang riang gembira membuka Al Quran, mencari surat yang dipilih, berpura-pura membaca arab dan artinya, persis seperti kelas-kelas Alkindi yang kita lalui.

Kalau bukan karenaNya, tak akan kita sampai pada hari ini. Jujur aku kagum pada dirimu menahan diri. Paham saat bukan waktunya beli balon atau jeli. Meski kamu sulit juga jika tergoda makanan bergula. Tapi kita sama-sama belajar, kan? Menantang memang hidup di masa kini yang mana upf dianggap normal sana-sini. Ibu tahu masih banyak yang belum bisa ibu hadirkan untukmu, terima kasih sudah belajar ya Nak. Terima kasih sudah kooperatif. 

Kalau bukan karenaNya, tak akan kita sampai pada hari ini. Hari-hari yang berat, ya Rabb ... semoga selalu bisa kami lalui dengan syukur. Hari-hari yang rasanya ingin kamu tidur sangat lama, atau waktu di mana aku kesal karena rasanya sudah berupaya sebegitu rupa tapi kam tak tidur juga. Egoku bermain, aku mulai rush karena ingin punya waktu juga. 

Kalau bukan karenaNya, tak akan kita sampai pada hari ini. Terima kasih sudah berupaya jujur di lomba makan kerupuk kemarin. Aku tak bicara apapun soal lomba, karena memang tak mau mengenalkan persaingan di enam tahun pertama. Tapi, aku tak menyangka kamu seberusaha itu ketika kulihat anak lain pegang kerupuk dengan tangannya. 

Kalau bukan karenaNya, tak akan kita sampai pada hari ini. Ibu yang compang camping dan masih jauh dari sempurna. Belum belajar yang gimana-gimana untuk merinci iman islammu. Ah Nak, masih banyak PR Ibu, semoga Allah kuatkan dan mudahkan selalu ya Rab....

Kaisa, melihatmu begitu mengesankan. Betapa kuasa Allah menanamkan pada dirimu fitrah iman serta fitrah-fitrah lainnya. Betapa kuasa Allah mempertemukan Ibu dan Ayah, juga pada ilmu-ilmu yang kami tekuni sebagai upaya mendidikmu sebaik-baiknya. Kami tahu masih jauh dari sempurna. Namun, melihat bicaramu, polahmu, gayamu, sungguh hanya Allah yang mampu hadirkan itu semua pada kita, Nak. 

Nak, Ibu minta maaf jika ada yang tak pantas ibu lakukan di depanmu, teladan yang tidak baik, atau hal-hal yang melukai dirimu. Semoga Allah ampuni dan maafkan dalam memorimu. Tiga tahun yang saat ini rasanya pendek, namun sesunggunya terdiri dari hari=hari panjang yang melelahkan. Ya Allah, semoga Engkau ridha, semoga Engkau ridha. 

Masih banyak yang ingin dituang, tapi kok rasanya banyak yang ingin dipikir sendirian. 

Rabu, 31 Mei 2023

#RabuReview-Cincin Lama Belum Kembali

 Ikut klub baca buku yang kadang aku posting resumenya tapi baru kepikiran kenapa gak posting di sini juga, ya? Jadi, here is it!


Judul: Cincin Lama Belum Kembali
Penulis: Achi TM
Tahun Terbit: 2019
Penerbit: Gramedia
Halaman: 340
Genre: Metropop

Perdana baca novelnya Achi TM. Awalnya tertarik yg pernah dibaca zahra juga karena pernah liat di etalase toko onlen terus model covernya yg gambar bella ansori aku suka wkwk. Eh tapi akhirnya baca yg ini duluan deh.

Buku ini mengisahkan Kanaya dan Fathur yang sesama pemenang Abang None dan kemudian menikah harus mengakhiri pernikahan mereka sekitar 3 atau 4 gitu ya lupa tahun pernikahan. Kanaya bingung kenapa sih ini kok sampai harus cerai. Dia masih ga rela walaupun memang kehidupan akhir pernikahan mereka banyak berantemnya. Pun ternyata apartemen yang dia tempati setelah cerai dan nafkah 5 juta per bulan yang dijanjikan Fathur berakhir karena rupanya Fathur bangkrut dan apartemennya itu dijadikan jaminan pinjaman. Duh!

Kanaya diceraikan dalam keadaan sudah terbiasa dengan harta dan fasilitas mewah yang membuat ga biasa dengan pekerjaan rumah tangga, ada di circle yang tipenya sosialita, tanpa pekerjaan, dan juga ... menggendut. Kocak dan miris juga sebenarnya melihat dia berusaha cari kerja dan penghidupan yang layak dari yang sebelumnya statusnya orang berada. Dan lebih bingung lagi, kok Fathur masih tega minta cincin kawin yang dipakai Kanaya! Susah lagi lepasnya, kan Kanaya sudah menggendut. Ada apa sih memangnya? 

Persis kata Zahra menarik juga sudut pandang Achi TM itu ada sudut pandang islami-islaminya dan ini di bawah penerbit GPU kan. Sebelum baca novel ini aku bebrapa kali liat postingan beliau di FB (ternyata udah ngikutin dr lama) dan emang kerasa sih hawa tulisan beliau ada nuansa Islaminya. Dari fbnya juga aku tahu suami beliau kerja di lingkungan TV yang membuat isi cerita ini makin cocok karena tokoh-tokoh di dalamnya nggak jauh sama kehidupan bekerja di pertelevisian.

Cukup bagus mengembalikan minat baca haha karena 300an halaman tapi ngalir dan nggak bikin bosen. Cuman ati-ati aja kalau ada tanggung jawab lain yang harus dikerjakan hehehe.