Sabtu, 27 Januari 2018

Bukan Anak Pintar

"Mbak, Fatih itu sebenarnya bukan anak yang pintar, lho. Fatih itu cuma anak yang ingin tau." Fatih tiba-tiba bilang gitu, dengan nada yang ditekankan di 'frase ingin tau'. Lagi diboncengin, malem-malem. Waktu ke depan mau jemput Fafa. Ingat sekali, itu di jalan menjelang kolong rel kereta. Nih anak kepikir tiba-tiba ngomong gini dari mana sih.

"Iya Mbak. Fatih itu cuma penasaran sama banyak hal. Sama gimana caranya mencuci, masak...."

Lucu amat sih nih bocah. I always amaze with his words and enthusiasm. Tumbuh sehat ya dek. Teruslah penasaran tanpa khawatir apa kata orang.


Bersyukur sekali, meski tidak melihat pertumbuhan Fatih dalam banyak hal dari lahir sampai usia 8 tahun, hampir setahun terakhir Allah beri kesepatan untuk sering membersamai Fatih. Maaf ya dek kalau main kita kurang banyak :")

Harusnya ditulis kemarin,
26 Januari 2018

Jumat, 19 Januari 2018

Bagaimana?


Bagaimana menahan tumpah, tapi tak meninggalkan sesak
Bagaimana mengomunikasikan empati, sedang masih sulit kelola emosi
Bagaimana menjelaskan apa yang dirasa, tapi tak mengeluarkan suara
Bagaimana membicarakan kita, tanpa khawatir kata mereka
Bagaimana memahami persona, kalau tak tahu untuk apa
Bagaimana cara bercerita, tanpa mengganggu bekerja
Bagaimana mengoreksi, tapi tak membuat sakit hati

Bagaimana?
Depok, 12.07
19 Januari 2018

Jumat, 12 Januari 2018

Laut

Dari awal, saya tahu bahwa laut akan mengingatkan saya pada banyak hal.
Pada pantai-pantai Jogja yang jaraknya bisa-dan biasa-ditempuh dengan motor.
Pada penyeberangan Jawa-Sumatera menuju Lampung di kelas 3 Aliyah.
Pada pantai dan lautan di Desa Temajuk yang menyenangkan.

Sebagai introver, bepergian bukanlah keinginan yang benar-benar membuat sesak saking inginnya. Belakangan, saya merasa sangat introver. Ditambah badan yang kurang nyaman secara kesehatan pekan ini membuat saya semakin malas berinteraksi. Malas membahas hal-hal. Malas memikirkan perjalanan. Menjadi tidak excited atas hal-hal yang terjadi di pekan ini.
Tapi tentu saja, saya berusaha untuk terus mengondisikan diri untuk terus bersyukur.

Perasaan-perasaan belakangan ini membuat saya melakukan tes mbti lagi dan hasilnya ternyata introver saya 79%. Hahaha, besar, ya.
Perasaan-perasaan ingin mengambil jarak dan berenang dengan pemikiran sendiri muncul, dengan perasaan tenang bahwa saya tidak sendirian, karena di sekeliling saya ada banyak orang. Hal-hal yang muncul di sekitar menjadi pemicu terkenangnya banyak hal. Kali ini, laut.

Laut mengingatkan saya pada pantai di Desa Temajuk. Pada anak-anaknya. Pada kapal-kapalnya. Pada penyebrangan dengan kapal feri ketima yang dibilang feri adalah kapal perahu kayu yang bisa ditumpangi truk dan mobil (oh itu amazing sodara-sodara!). Pada dermaga camar bulan dan pantai maludin. Pada bebatuan Batu Nenek. Pada saat-saat surut air laut yang menyebabkan kami turun ke bawah dermaga dan mengambil kerang-kerangan atau makhluk hidup kecil yang terindra oleh mata di tepian pantai yang surut. Pada cerita anak-anak angkat pak Jumli yang mereka mah ikut ngelaut malem hari amunisinya jaket aja gak cukup buat jadi amunisi. Pak Jumli-nya santai weh dak pake kaos alias telanjang dada. Dah biasa, ndak akan kedinginan terterpa angin laut :")
Pada Temajuk dan ubur-uburnya yang dimakan. Pada....naskah saya tentang rujak ubur-ubur Temajuk yang tidak lolos seleksi pelatihan menulis cerita anak :"

Laut mengingatkan saya pada Jogja. Betapa banyak pantai di Jogja yang biasa dicapai oleh mahasiswanya hanya dengan motor. Yang ramai dan sepi. Yang pasirnya biasa, sangat hitam, atau putih. Yang ditempuh untuk bermalam maupun untuk apel pagi. Yang menjadi tempat-tempat pelarian memanjakan bagi sebagian orang-yang sudah kadung kepikiran banyak hal maupun kadung impulsif.

Laut mengingatkan saya saat studi kolaboratif ke Lampung 6 tahun silam. Lama sekali, ya itu semua sudah berlalu. Saat kejadian memanjat bukit di suatu pulau, tidak ikut foto angkatan, ramai-ramai berangkat jam 2 pagi, berfoto di atas feri. Foto kelas, divisi, tim, angkatan, fan berbagai foto lainnya. VCD karaoke bus yang membuat guru ikut berdendang. Guru-guru ikut tampil berpensi dengan kisah lama. Pulang dari Lampung dan ketika semua lelah di kelas, teman saya menahan lelahnya karena jadwal khutbah jumat. Waktu berlalu cepat sekali.

Ada banyak hal yang sudah terlewat. Barangkali hari ini pun suatu ketika akan saya tulisakan juga. Tentang laut yang ini. Semoga kearifan dan kebijaksanaan hidup bertambah seiring berjalannya waktu.

Kapal laut-entah apa namanya
12 Januari 2018
08.41

Kamis, 11 Januari 2018

Jatuh

2017. Rabu. 11 Januari.
Saya jatuh dari motor daerah sebrang gama wisata. Jalan raya depan kampus. Jalanan habis hujan.
Malam itu selepas rapat.
Dengan perasaan mengejar jilid skripsi malam itu agar besok bisa selesai #demi yudisium.
Dengkul kanan saya luka, sampai merembes hingga baju terluar. Tangan saya luka berbekas hingga hari ini.

2018. Rabu. 10 Januari.
Saya jatuh, bukan dari motor, tapi bersama motor.
Jalan perumahan depan badr. Ini aneh sekali sih, sudah sampai, tinggal parkir aja, lalu sesuatu terjadi dan, ya itu tadi, jatuh.
Pagi itu mengejar rapat.
Dengan perasaan tidak karuan yang menimpa seorang introver (dan membuatnya jadi agak galak) akhir-akhir ini.
Dengkul kiri saya yang awalnya saya kira hanya lecet ringan, ternyata ada darah juga yang sampai rembes meski tidak sampai baju terluar.
Sama-sama ngilu-gimana-gitu.

Kamis, 04 Januari 2018

Babysitting

After babysitting for a while. Actually babysitting in my term just now is how to make sure the neccesities of my two younget brothers.

Ada acara pengajian khitanan di rumah sepupu Ummi. Hm, kalau diceritain silsilahnya panjang sih. Tapi intinya karena Ummi, Abi, dan Mbah Putri pergi, Fatih diserahkan ke saya. Dalam keadaan belum makan.

Sebenarnya tantangan terbesar bukan urusan dia belum makan. Ini mah mudah karena makanannya juga udah ada. Cuma how to deal with an active boy (yang mudah bosan) is something. Dan yang paling kerasa adalah ngebujuk dia sikat gigi bisa lebih dari setengah jam *hiks.

Sampai akhirnya dia  mau tidur, nyari baju yang pewe buat tidur, gamau tidur di tempat biasa, lalu akhirnya mau, angkat-angkat kasur (karena tidurnya di ruang tengah rumah Mbah yang kasurnya mesti dipindahin dulu), minta dipijetin (tapi tetep aja nanyain terus Ummi kapan pulang karena maunya dipijetin Ummi), sampai akhirnya aku ketiduran lalu....dibangunin adik yang lebih besar untuk minta temenin ke kamar mandi. And i feel...surprised. Karena tadi juga dia susah dibujuk sikat gigi. Meskipun aku akui ku ngantuk dan sempet merasa, heu kenapa kamu dak berani ke sana sendiri wkwk.

Saya melihat adik paling kecil, sudah lelap tertidur. Rasanya antara jadi lebih tenang campur jadi ngerasa, ya Allah hal ginian tu baru sepersekian dari rutinitas yang Ummi lakuin seharian. belum kalau ada yang mesti Ummi kerjain, tapi harus nidurin adek-adek dulu. Proesnya bisa sejam sendiri. Huff, segini aja udah lelah wkwk, lemah sekali rasanya. Ditambah merasa bahwa setiap ibu selalu punya peran spesial di mata anak-anaknya. Kayak tadi itu contohnya dipijitin. Bakal beda lah buat dia kalau dipijitin tapi sama aku. Entah mengapa ya naturally hal-hal kayak gitu kayaknya terjadi di semua anak.

Lalu aku mengantuk, tapi mesti jaga pintu buat bukain kalau pasukan yang tadi ke khitanan sudah pulang. Oh, jadi tau rasanya ngantuk dan jaga pintu (lalu beneran ketiduran dan terbangn saat pasukan itu datang :")). Kebayang kalo Ummi nungguin pintu sampe Abi pulang. Kebayang rasanya Fitri yang nungguin Ray di Rembulan Tenggelam di Wajahmu *lah bandingannya novel, wkwk. Tapi intinya, jadi tahu sih perjuangan bagian itu.

Pada titik ini aku merasakan posisi Ummi. Sesaat dan sedikit sih. Tapi kerasa banget emang jadi Ibu tuh banyaaak sekali pengorbanannya.

Seoga Allah selalu meridhoi setiap apa yang Ummi lakukan. Terutama untuk kami, anak-anaknya.

ditulis di Magelang, 30/12/2017
lalu berakhir ketiduran
dan diteruskan barusan 
#daripadangumpuldidraft


The Awesomer: Ruang Baca - Terbangnya Burung




Saya tahu akun instagram ruangbaca dari katakerja. katakerja sendiri merupakan sebuah perpustakaan di Makassar, yang digagas Aan Mansyur-dengan konsep yang menarik. saya tahu katakerja dari matanajwa edisi Tak Sekedar Membaca. kala itu saya tidak sengaja melihat tv asrama pasca pulang NLC RK. pasca itu saya jatuh cinta sekali pada edisi matanajwa itu. tapi saya tidak akan bahas lama di postingan ini. lain waktu saja di lain postingan.

saya tahu ruangbaca bukan dari postingan foto instagramnya, melainkan justru tulisanya di medium soal budaya baca yang menyebutkan dibacakan cerita oleh ibu ketika kecil (oh itu manis sekali!). sebagai orang yang ingin terjun ke bidang literasi-meski entah wacana sampai kapan ini-, oh! saya jadi jatuh cinta juga dengan tulisannya. meskipun sampai sekarang saya belum tahu hubungan ruangbaca dengan katakerja. tapi yang jelas, mereka berhubungan. cukup saya tahu itu saja dulu.

Dan...ruangbaca suka bikin musikalisasi puisi ternyata! Dari yang pernah saya lihat, ini favorit saya. Dan..ah kujadi ingat pernah beberapa kali latihan (dan tampil wkwk) musikalisasi puisi di FLP Jogja hehe. Suka, dan jadi kangen, dan jadi pingin ke Makassar.

Sudah itu aja. Mencoba mencari katarsis testing yang subhanallah akhir-akhir ini :")


-sudah ingin dipos dari kemarin atau kemarinnya