Rabu, 30 Mei 2018

Monolog 30 Mei 2018

Hari ini pulang habis magrib, setelah dua pekan terakhir tidak menjalaninya. 

Malam ini purnama tak nampak, padahal malam ke-15.
Pikiranku jadi melayang ke seharian ini ketika di perjalanan....
Hari ini badanku rasanya rontok. Mungkin berlebihan menyebutkannya, tapi pegal di sana-sini. Lanjutan hari kemarin ternyata belum kembali pada kondisi normal sedia kala. Hal yang membaik alhamdulillah bersin-bersin hari ini sudah lumayan berkurang. Hanya masih mudah merasa kedinginan, rupanya. 
Tapi hari ini aku bisa tersenyum, dan (berusaha) merespon orang lain dengan (semoga) baik. Aku jadi belajar bahwa mengelola perasaan tanpa tergantung sama kondisi fisik itu sebenarnya bisa. Tapi kondisi fisik bisa berubah karena perasaan yang tak enak.

Mungkin itu kenapa, ada pasien yang ceria dan riang, walaupun dirawat sekian lama di rumah sakit dan belum terprediksi kapan sembuhnya. Sementara, kalau perasaannya sudah tak enak, badan juga rasanya capek. Mau ngapa-ngapain nggak enak. 

Jadi malu sendiri mengingat beberapa masa lalu saat aku sedang pada puncak load dan muncul banyak ga enakan ke teman-teman, bahkan senyum sedikit pun aku pelit....
Habis itu emang pengen belajar gimana caranya biar bisa ramah dan penuh senyum kembali. Ini mengingatkan ke masa aliyah sih. Dulu sampai ada teman yang mengapresiasi senyumku dan bilang kalau dia jadi belajar tersenyum untuk bahagia, ketika orang tersenyum karena bahagia. Sebenarnya aku mengulang-ulang kalimat ini sejak aku ada pada puncak load itu. Bisa kembali ke diri yang dulu sampe temenku bilang gitu mungkin emang belum mudah, tapi mestinya bisa diusahakan. 
Walau ya ditengah-tengah hari ini pun pikiranku satu dua juga kepikiran sama hal-hal lain. Pertanyaan-pertanyaan yang entah kapan aku paham jawabannya, hal yang membuat terkejut, hal yang membuat perlu menahan diri, hal yang membuat aku berpikir, hal yang membuat aku menerka. 

Tapi aku mau belajar, buat bisa masang senyum pada wajah. Terserah lawan bicaraku responnya gimana. Aku mau belajar tetap berusaha ramah ke orang, walau responnya mungkin ndak sesuai yang diharapkan. 
Walau tadi aku juga sempat mendongak dan melihat langit gelap yang tanpa rembulan itu, bagaimana mengelola wajah yang baik saat memang sedang sedih, sedang ada masalah, sedang ingin bercerita tapi tak bisa atau tak tahu pada siapa....
Aku jadi ingat temanku yang selalu tersenyum. Yang ada masalah ndak keliatan, yang disayang banyak orang. Di sisi lain aku juga bertanya, apa itu baik? Atau lebih baik menampakkan mood dan perasaan di wajah. Biar saja. Nyambung gak ya kalau aku hubungin dengan bulan yang, ya dia sebenarnya ada. Tapi ada waktunya kapan dia ketutup mendung, kapan benderang. Kapan hanya tersenyum dengan sabitnya, kapan memancarkam penuh sinarnya kala purnama. Entahlah....

Pertamyaan-pertanyaan itu masih membenak. Mungkin diredam dengan sabar dan syukur mestinya sudah cukup.

Malam ini bersin-bersin dan pusing lagi rupanya. Semoga besok sudah membaik....

Selasa, 29 Mei 2018

Today's Monolog

feeling very tired in the rest of the day. hope tomorrow will be better by finishing today's homework (at tomorrow), share the time and capability, and finishing the rev. meeting prep. and also, happy faces of all people:") *semoga ga da ga enak-ga enakan lagi

tepar banget rasanya hari ini, pulang depok cibinong di hari libur saat puasa ternyata padet banget jalanannya. berkali lipat dibanding hari biasa. habis maghrib rasanya pingin tidur karena berat banget kepalanya.

tapi tentu saja, ada yang harinya lebih lelah dari aku. jadi, selalu bersyukur ya fit :")

Rabu, 23 Mei 2018

Dear Setyani

dear setyani, hari ini, di perjalanan motor yang cukup panjang karena rute yang tidak biasa, aku senang sekali mengingat kamu hari ini wisuda. mengingat kamu yang sudah berhasil melewati berbagai tahapan dan fase dunia perkuliahan. mengingat kebersamaan hari-hari di gycen jogja dan forum lingkar pena. mengingat kamu yang menaklukan ketakutan dan kecemasan. dan hari ini, namamu disebut di gedung yang sama dengan gedung pertama yang menyambut kita untuk tes toefl kala daftar ulang itu.

dear setyani, di perjalanan tadi ketika aku mengingat kamu, aku kerap terngiang kata-kata yang kamu lontarkan kala kita ke iec di seturan(atau pulangnya ya ty?). saat itu kita ga dapet pinjeman motor, padahal hari sebelumnya dapat. tapi katamu, aku mau naik transjog aja sama fitri. biarin lama, kan jadi bisa ngobrol banyak sama fitri :")

dear setyani, hari ini kamu membuktikan kesungguhanmu untuk sesuatu. dan percayalah bahwa, Allah punya kado tak terduga buat kamu. tunggu aja tanggal mainnya.

dear setyani, nani kalo aku ke Jogja, kita makan pisang kaget yang di pandega ya. aku mau bikin di cibinong tapi belum nyari nemu gula aren. kita makan di mana ya set kira-kira? oiya, aku jadi ingat kehebohan kita nemu kue ape di bandung setelah sekian lama tak pernah menemukannya di jogja (bikin kedai kue ape aja apa ty kita di jogja, obat rindu hehehe).

dear setyani, terima kasih telah membersamai bermain-main sambil belajar. terima kasih sudah tinggal di depok (lah) jadi aku punya teman main kalau kamu pulang. aku punya banyak doa buatmu. kusampaikan padaNya saja ya. selamat sung ke cilacap untuk koas!


Rabu, 23 Mei 2018
Malam H8 Ramadhan 1439H

Ujian (2)

"...Dan Kami jadikan sebagian kamu sebagai cobaan bagi sebagian yang lain. Maukah kamu bersabar? Dan Tuhanmu Maha Melihat." QS.Al-Furqan(25):20

Dulu pernah nulis tentang manusia yang bisa jadi ujian satu sama lain. Detailnya ada di sini. Nggak nyangka pada suatu hari saya nemu terjemah ayat yang secara letterlek menyebutkan hal itu. Dan jadi kembali mengingat bahwa Allah nggak akan berhenti menguji hambaNya sampai dia lulus dari ujian tersebut. Jadi kalau kita lari, ya Allah akan ngasih ujian yang sama bertujuan sama biar kita naik kelas ke level berikutnya(lengkapnya ada di tulisan yang pertama itu).
.
.
Dan untuk kesekian kalinya...diingatkan tentang bersabar. Lagi dan lagi.
(juga tentang Allah Maha Melihat, relate ke postingan beberapa menit lalu yang ini)


Rabu, 23 Mei 2018
Malam H8 Ramadhan 1439H

Takut Kepada Siapa(?)

"...dan engkau takut kepada manusia, padahal Allah lebih berhak engkau takuti..." QS. Al-Ahzab(33):37.
ga terlalu nyambung sih, tapi jadi inget kata-kata Jajang. "Ga usah sedih kalo karena kerjaan lagi banyak. Sedih tuh kalau kerjaan jadi ganggu ibadah, shalat atau ngaji misalnya, jadi keganggu...."
Kira-kira begitu.

Rabu, 23 Mei 2018
Malam H8 Ramadhan 1439H

Balasan Kebaikan dan Kejahatan

"Barang siapa datang dengan (membawa) kebaikan, maka dia akan mendapat (pahala) yang lebih baik daripada kebaikannya itu; dan barang siapa datang dengan (membawa) kejahatan, maka orang-orang yang telah mengerjakan kejahatan itu hanya diberi balasan (seimbang) dengan apa yang dahulu mereka kerjakan." QS.Al-Qasas:84

Allah itu baik banget ya. Buat yang baik dikasih lebih. Buat yang jahat, dikasih (pake hanya pula) seimbang.

"(Lukman berkata), "Wahai anakku! Sungguh jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di bumi, niscaya Allah akan memberinya (balasan). Sesungguhnya Allah Mahahalus, Mahateliti." QS.Luqman:16.

Tadinya hanya mau pos sampe angka 16 itu. Tapi jadi keinget. Dulu aplikatif ayat ini terasa waktu aliyah. Padahal mungkin gak ngeh-ngeh banget kalau diajarin ngaplikasiin ayat ini (yang familiar kan biasanya 2 ayat terakhir surat Al Zalzalah). Sadarnya juga baru sekarang-sekarang ini. Dari ngebiasain matiin lampu, ngecek air, makan dan minum sambil duduk, makan diabisin, bertukar salam kalau berpapasan, membiasakan term maaf, tolong, dan terima kasih, sampai menepati akad janjian secara datang tepat waktu dan membiasakan menghargai forum (dengan tidak menyambi forum dengan kegiatan lain). Contoh terakhir kerasa berat, apalagi kalau ada kajian abis subuh atau bakda isya dan hari itu atau besoknya tes blok :(( asa mau kabur pulang asrama belajar aja (kalo pas bawa catetan ke mesjid). Tapi, aku lupa siapa, yang menyadarkan soal menghargai forum, menghargai yang bicara di depan, berusaha mengalokasikan waktu. Jadi berusaha berbesar hati buat menempatkan diri pada agenda yang mana sebenarnya ada hal lain yang ingin diselesaikan. Dan ini (semua) masih terus proses belajarnya. Sama kayak di kantor ada agenda wajib dan kalau berhalangan mesti izin. Kadang keliatan kaku banget kalau kayak gini, tapi ya menghargai aturan aja, berharap ada ridho Allah di sana atas kebaikan-kebaikan kecil yang mungkin hanya seberat biji sawi. Mengusahakan bisa proporsional antara yang dikejar (persiapan ujian atau penyelesaian kerjaan) dengan kesepakatan terkait hal-hal yang mengikat sebagai murid maupun karyawan (lebih luasnya lagi hamba Allah sih).

Semoga bisa istiqomah.

Rabu, 23 Mei 2018
Malam H8 Ramadhan 1439H

Tentang Sabar (2)

Dulu pernah ngepos ayat tentang sabar di sini. Lalu pada waktu yang lain aku menemukannya lagi.

"Tetapi orang-orang yang dianugerahi ilmu berkata, "Celakalah kamu! Ketahuilah pahala Allah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, dan (pahala yang besar) itu hnya diperoleh orang-orang yang sabar." Al-Qasas(28):80

Allah tuh ngasih banyak banget janji kebaikan buat orang yang sabar, Fit. Kenapa hawa nafsu masih sering mengalahkan keinginan untuk mendapatan pahala yang besar itu?
Atur emosi lagi, atur skala prioritas lagi, benahi amal perbuatan lagi, sabar pada setiap prosesnya, sabar menghadapi segala dinamikanya, sabar sama ujian-ujiannya. Kalau janji Allah aja nggak kamu kejar penepatannya, lalu siapa lagi yang bisa kamu percaya? Bukannya berharap sama Allah nggak akan menuai penyesalan?

#superntms
Rabu, 23 Mei 2018
Malam H8 Ramadhan 1439H

Rabu, 09 Mei 2018

Rin/du

Ketika kamu kangen sama orang yang sebenernya bisa kamu ajak ngobrol atau tumpahin banyak hal, tapi waktu seolah gak kasih kesempatan itu :"

Sedang rindu banyak hal. Termasuk kesempatan, waktu, obrolan, curhatan, suasana, ah bahkan bisa jadi rindu pada hal yang sedang langka, padahal bisa jadi nyaris tiap hari bertemu.

Juga termasuk, aku yang dulu :")


Tumben masih terjaga jam segini(akhir-akhir ini)

Minggu, 06 Mei 2018

Bertemu Gycen Kembali

akhirnya ke nikahan anak gycen, setelah lama tak hadir pada acara semacam ini.
menyenangkan sekali bertemu teman-teman kembali. bercengkrama satu dua, mengetahui kabar satu dua. juga bertemu nilam, teman rk sekaligus teman kantor hamzah, yang sudah lama tak bertemu (kenapa kita ga foto ya nil).
bertemu satu dua teman yang perhatian karena sempat mengkhawatirkan aku atas apa yang sempat mereka baca di rumah ini. meskipun kekhawatiran dan praduga mereka salah, tapi aku terharu sampe ditanyain begitu :" sempet sih pengen ngapus lagi tulisan yang bernada mengkhawatirkan, tapi pas banget mau ngapus baca blog yang nyebut bahwa nulis itu semacam memperhatikan hal detail mana yang dialami, memaknai kejadian kecil bahkan semacam kayak hidup benar-benar penting. dan temenku bilang  ga perlu dihapus, kalo dibaca ulang lucu dan bikin kangen, akhirnya aku memutuskan untuk tak dihapus.
barakallahulaka wa jama'a bainakuma fii khair hamzah dan muti, selalu senang rasanya melihat dua orang baik dipersatukan :")
dan goals juga ke bekasi naik motor (ga pernah kebayang sebelumnya naik motor ke bekasi), alhamdulillah bekasinya masih perbatasan, jadi gak berasa keluar planet #eh

Rabu, 02 Mei 2018

Being Overthinking

Akhir-akhir ini, saya terbangun dan terlelap dengan mengingat hal yang sama, terpikir hal yang sama, tergerak untuk melakukan hal yang sama. Meski tahu itu semua belum akan menimbulkan jawaban, atau kabar lanjutan, atau ketenangan, atau keberanian. Kadang sampai pingin cepat-cepat tidur agar tidak memikirkan hal yang sama. Tapi bagaimanapun, bangun pun teringat jua.
.
Overthinking does.
Dan ini membuat saya sedih.
Ditambah perasaan menghadapi hal-hal ini sendiri, terutama setelah tahu orang-orang di sekitar saya lebih tahu duluan dari sisi yang berbeda. It's like, "Oh, jadi aku...sendirian ya...." Lalu kembali jadi anak cengeng. Aku menertawakan diri sendiri. Gini aja rupanya bisa membuat nangis ya. Lemah sekali sedihku dibanding orang-orang yang sedih karena hal yang jauh leih penting, prioritas, dan menyangkut hidup orang banyak.

Meskipun di ujung aku berusaha juga memberanikan diri untuk bercerita dan meminta pendapat teman. Diawali intro yang (juga) sulit aku usahakan karena mungkin sifat I yang dominan. Aku memang sedang belajar untuk tidak menyimpan semuanya sendiri. Takut meledak :"


untuk hari-hari di April
awal Mei ini masih terasa
semoga waktu segera mendamaikan apa yang dioverthinkingkan
dengan jawaban yang baik :")
kan punya Allah Fit :'

Selasa, 01 Mei 2018

TemanBisnisApp dan Global Ventures Summit 2018



 Tadi di dashboard, Kak Lili di tumblrnya me-reblog isi tumblr Abidah. Udah lama ini updatean Abidah gak masuk ke dashboardku ternyata (apa ini efek peblokiran tumblr di Indo ya, punya Kak Lili soalnya postinganya dari Belanda dan itu muncul-muncul aja).

Jumat kemarin adalah hari yang mengharukan. Ditambah kalau mengenang masa-masa rapat projection Tebi akan dibawa ke mana ke depannya. Bagaimana membuat revenue stream untuk tebi. Rapat-rapat yang menguras emosi (dan memenciptakan tangis). Surat cinta dari Abidah untuk kami semua. Review meeting yang menyadarkan kami bahwa tak semudah itu memikirkan fitur berbayar. Latihan pitching Abidah sebelum hari H, dan lain sebagainya.

Jumat ini (27/04) Abidah ikutan pitch battle di acara yang diadakan Google Ventures Summit. Ini adalah salah satu ikhtiar untuk memperpanjang masa perjuangan Tebi. Sebelum meetup Badr, kami melihat pitching Abidah dari JW Mariott walaupun secara kualitas gambar dan suara memang tidak terlalu baik, ditmbah Abidah maju lebih cepat dari perkiraan waktu.

Di tengah sesi meet up, Kak Jay ngabarin, "Abidah juara." diam sejenak "Juara satu." Teman Bisnis menang Global Ventures Sumit 2018 untuk Kota Jakarta (GVS 2018 dilaksanain di 4 kota dunia). Lalu kata-kata alhamdulillah keluar berhamburan dari teman-teman Badr dan kemudian selesai sesi deep sharing meet up kami melakukan sujud syukur bersama-sama. Haru banget rasanya. Kak Jay juga menambahkan cerita bahwa paginya di dashboard tim poduk, Abidah menginput nilai investment (sebagai bentuk doa) yang Tebi peroleh ditambah notes "la haula wa la quwwata illa billah".

Artikel in app yang membahas reportase pitching Teman Bisnis di Global Ventures Sumit kemarin

Dear Tebi, Allah itu baik banget sama kita, ya :" Semoga Allah selalu menjaga kita dan teman-teman Badr ada pada jalan yang Allah ridhai dan penuh berkah.




[Repost]If You Really Love Someone, Don't Give Them Yourself, Give Them Jannah!





tau dari sini yang direblog dari sumber awalnya di sini
lalu saya ingat postingan saya yang ini
Kamis, 26 April 2018

Hujan Deras di Senin Pagi

Seseorang bersyukur atas hujan pagi-pagi di suatu Senin. Di mana ia tidak perlu menutupi-nutupi tangisnya karena bisa melebur bersama air hujan. Wajahnya terkena tampias hujan, Ia biarkan.

Pagi itu hujan cukup deras. Ia kedinginan. Ia masuk ruangan. Suasana sepi. Ia membutuhkan itu. Bertanya banyak hal dalam benaknya. Melangitkan sedikit hal yang ia ulang-ulang selanjutnya.

Dear Allah, dirinya butuh itu.

23 April 2018
sebelum menyadari bahwa 
bulan april ini ternyata butuh stok air mata :')

Catatan Akhir Maret 2018

Maret 2018, saya akhiri dengan perasaan tak keruan di mana emosi berlonctan tak tau arah. Hihi, belum tau aja Maret kalau April punya tantangannya sendiri :")

Ada hari-hari saya pulang malam berturut-turut karena testing pra rilis yang belum jadi rilis-rilis. Ada kerempongan baru-baru belajar jualan buku anak. Ada keteledoran sehingga ketinggalan kereta jaarak jauh. Ada buang-buang waktu yang berujung pada belum siapnya slide yang dibutuhkan untuk presentasi. Ada hari di mana tepat setahun sudah saya ada di Badr. Ada hari milad Abidah dan kado poster dari tim Tebi. Overall, semoga Maret membuat saya beelajar jadi pibadi yang lebih baik. Terutama mungkin, soal mengelola emosi.

Oh ya salah satu learning yang cukup terasa di Maret adalah saat belajar jualan buku anak. Jadi saya belajar ngereseller buku anak yang dijualnya set gitu. Nah, karena dijualnya set dan nggak bisa satuan, jadi harganya keliatan lebih mahal kan. Dan di situ saya belajar banget soal ini;
bahwa cinta dan waktu orang tua tidak pernah bisa menggantikan mainan atau fasilitas apapun yang anak punya (cinta dan watu itu yang jauh lebih pentng dari fasilitas apapun buat anak-anaknya, karena fasilitas itu hanya tools, sedangkan perasaan tak akan tergantikan). dan juga perasaan sayang yang tertransfer dan terasa oleh saya waktu saya dapet pertanyaan soal buku-buku itu dari para orang tua. kerasaa banget perasaan sayang yang tersampaikan dari para orang tuanya :") *


*p.s tentang ini pernah ada niatan bikin tulisan soal perasaan sayang dari orang tua yang saya rasain dari orang tua muda di badr hehe

untuk Maret, terima kasih
kita bekerjasama dengan lebih baik, ya, kedepannya

[Repost]Urusan Domestik

Urusan domestik itu kalau diurus sendiri kan bisa sambil didoakan dan diwiridkan. Misalnya, mencuci baju didoakan supaya orang yang memakai tambah percaya diri, tambah baik, dan sebagainya. Atau misalnya memasak makanan, ditambahi doa semoga yang memakan senantiasa diberikan kesehatan, tumbuh-kembang yang baik, dan sebagainya. Itu yang pertama.”
“Kedua, urusan domestik itu harus bisa supaya mengurangi ketergantungan kita terhadap faktor eksternal di luar diri kita. Misalnya, kita mampu masak, mencuci, bengkel, maka hal-hal di bidang itu kita nggak perlu merepotkan orang lain. Bahkan, syukur kita bisa membantu.”
“Ketiga, urusan domestik harus dikuasai supaya memperkuat daya tahan dan daya lenting keluarga. Tentu kita tidak bisa menjamin bahwa kita akan hidup serba cukup terus, ada saatnya kita di bawah. Ada suka dan dukanya. Dengan terampil manajemen urusan domestik, keluarga akan tetap bertahan dan relatif minimal gangguan meskipun kondisi ekonomi, kenyamanan, dan kesejahteraan berubah drastis.”
“Terakhir, perempuan yang terampil mengurusi pekerjaan domestiknya, maka pahalanya setara dengan jihad fii sabiilillaah.”



-dari sini, menginspirasi sekali terutama di bagian yang dibold (buka linknya aja bbiar semakin terinspirasi)

Zahra dan Fahmi dalam adik kelas saya. Zahra adik asrama di RK yang selisih usianya hanya 2 hari lebih dulu dari saya. Fahmi adalah adik kelas saya di IC. Keduanya menikah 7 Mei 2017. Keduanya adalah pasangan penghafal Quran. Mengharukan sih emang :" Dan mereka membuktikan bahwa dalam kurang dari 1 tahun, mereka sudah banyak sekali membuat banyak pencapaian dan menebarkan kebermanfaatan (itu aja baru yang tertangkap oleh mata, belum kebaikan yang hanya mereka rahasiakan berdua).

Mei tahun ini rencananya mereka akan melaksanakan launching buku mereka soal pernikahan. Waktu saya lihat tanggal perencanaan launching bukunya, 7 Mei 2018, saya langsung berpikir, pasangan ini dalam jangka setahun sudah bisa berbuat banyak sekali kebaikan, ya. Isi kajian, isi kelas dan seminar tentang munakahat, bikin buku, bikin blog berdua yang isinya menginspirasi pembacanya. Sungguh luar biasa (jadi kamu setahun ini ngapain aja Fit?).



diawali 21 April 2018,
perjalanan menuju UKM Center FEB UI

Makan di Kantor

Ini super latepost sih. Kalau tau postingan saya yang judulnya Bekal, ini adalah part lanjutan dari tulisan itu.

Tidak lama setelah saya menuis soal Bekal, suatu hari di Badr, Pak Yatno, seseorang yang punya peran penting pada urusan yang berhubungan dengan keperluan kantor dan karyawan, pamit keluar pintu Badr (yang waktu itu masih ngelewatin ruang Tebi) Terus sebelum bener-bener keluar, Pak Yatno mengenalkan seseorang di belakangnya.

"Ini Ibu Yeti, nanti yang bakal masak di sini."

Kita yang baru tau akan ada wacana 'masak di sini' sebenarnya bingung juga mendefine apa itu 'masak di sini'. Belakangan kita baru tau kalau di Badr selanjutnya ada makan siang setiap Selasa, Rabu, sama Jumat (biar Senin sama Kamisnya pada shaum).

"Oh, waah Ini istrinya Pak Yatno?"
"Iya."

"Nanti mau minta apa aja, Ibu bisa," tambah Pak Yatno. Yakin. Sorot matanya menunjukkan kebanggaan. Tangannya mengacungkan dua jempol. Ibu Yeti tersipu.

Aih, saya terharu. Membayangkan perasaan Bu Yeti dipuji begitu. Melihat sorot tatap bangga Pak Yatno.


-Tulisan ini telat dibikin walau idenya udah mblunder lama sejak hari H (dulu masih 2017), tapi alhamdulillah tulisan judul Bekal itu saya bisa posting pas belum ada makan siang di Badr :')


p.s: belakangan tau dari Ima yang sempet ngobrol sama Bu Yeti; Bu Yeti dulu kerja di warung nasi padang, Pak Yatno suka beli di sana. Emang, dari perut tumbuh cinta ya *pesanapalahinikenapainikesimpulannya wqwq


[Repost]Memperjuangkan Orang Baik

Bagian terbaik dari memperjuangkan orang baik adalah kita akan...

Life Journey - 5 jam yang lalu
Bagian terbaik dari memperjuangkan orang baik adalah kita akan bersaing dengan orang-orang baik. Setidaknya walau pada akhirnya bukan yang terbaik, atau bahkan seburuk-buruknya diri kita dibandingkan yang lain, kita masih layak untuk disebut orang baik. #SelfReminder #SelfReflection #Quotes #lovequotes

-dan itu mau tidak mau akan memaksa kita untuk belajar untuk terjaga pada menjadi baik
dari sini
14 Maret 2018
sudah didraft dari lama reposannya


Tebak Angka Bersama Fatih

"Mbak, ada orang punya 5 buah pir, dimakan 2. Jadi?"
Saya memutar otak. Kalau Fatih nanya, jawabannya mesti bukan jawaban biasa. Mesti jawabannya bukan 3.
"Kenyang!"
"Wah bener, Fatih nggak bisa boongin Mbak Fitri nih huhu sedih." maksud dia boongin kayaknya lebih tepatnya maksudnya ngerjain..
"Kita udah satu frekuensi ya Dek, hahaha."
.
"Kalau punya 10, hilang 2 jadi sedih. Kalau punya 1 diambil 2 jadi marah" tambahnya, diikuti tawa.
.
.
Sekarang kepikiran, kalau punya 10 diambil 2 mestinya bukan marah dek, tapi belajar ikhlas :')

-di kereta, bersama Fatih

[Repost] Tentang Kekhawatiran Perempuan (Setelah Menikah)

Saya ingin merpos suatu tulisan masgun yang rupanya, ah, sudah lebih dari satu tahun tulisan ini ada di tumblrnya. Tulisan yang lau beliau reblog pada Oktober 2017 di sini. Dan berarti sudah selama itu pula saya belum jadi-jadi repost di blog ini.

Tidak ingin menimpali banyak. Tulisan ini tentang kekhawatiran perempuan. dan endingnya, mengatasai kekhawatiran adalah soal kerja sama antara laki-laki dan perempuan yang menjadi pasangan :’) tentu saja dengan bantuan dan kasih sayang Allah yang tiada putus selama keduanya terus mengejar ridhaNya :”).
"...Ada begitu banyak kekhawatiran yang semakin hari semakin bertambah. Dan perempuan yang perasa, membuat kekhawatiran itu kadang tumbuh tak terkendali. Dan tugas laki-laki yang menjadi seorang suaminya nanti sebenarnya sederhana yaitu; jangan menambah kekhawatirannya. Jadilah laki-laki yang baik..."

Hasbunallah wa ni'mal wakil ni'mal maula wa ni'man nashir. La haula wa la quwwata illa billah.


Barangkali dulu, ketika masih gadis. Di usianya yang telah memasuki kepala dua dan usia pernikahan, salah satu kekhawatirannya adalah tentang pasangan hidup. Entah bentuk khawatir seperti; apakah ada laki-laki yang mau menikahinya? atau apakah ia cukup siap untuk menjadi seorang istri? dan lain sebagainya. Dan kekhawatiran itu pun tumbuh subur seiring usianya yang merangkak naik, seiring banyaknya laki-laki yang datang silih berganti tapi tak satupun menarik hatinya.
Di bayangnya, kehidupan pasca menikah, apalagi menikah dengan laki-laki yang dicintainya adalah kehidupan yang segalanya indah. Padahal tidak demikian. Kata siapa bahwa selepas menikah, kekhawatiran perempuan akan sirna begitu saja? Justru sebaliknya, kekhawatiranya bertambah, semakin banyak. Dan ini menjadi sesuatu yang mungkin tidak akan pernah terbayangkan sebelumnya.
Khawatir ketika sudah menikah tapi belum juga hamil. Apalagi ketika melihat teman-temannya yang lain memperbarui halaman sosial medianya dengan berita kehamilan atau kelahiran. Lebih khawatir ketika ditanya oleh keluarga. Dan ini menjadi pembelajaran berharga bagi siapapun, bahwa barangkali ungkapan kebahagiaan kita di sosial media bisa menjadi sebab ketidakbersyukuran seseorang yang melihatnya. Juga ini akan menjadi pelajaran berharga bagi semua perempuan yang menikah nantinya dan belum segera dikaruniai anak, ia akan menjadi lebih memahami dan lebih empati kepada perempuan yang lainnya.
Kekhawatiran ketika suami atau anaknya sakit. Apalagi ketika melihat mereka tidak bisa tidur tenang, tidak bisa makan masakan yang dibuatnya dengan susah payah. 
Kekhawatiran ketika belum bisa memasak. Meski kita tahu bahwa memasak bukanlah sebuah hal paling penting dari kesiapan menikah seorang perempuan. Tapi bagi perempuan itu sendiri, memasak untuk keluarga, apalagi melihat keluarganya memakan apa yang ia buat dengan susah payah adalah kebahagiaan yang entah bagaimana menjelaskannya. Khawatir ketika suami tidak mau memakan masakannya, khawatir kalau masakannya tidak enak. Meski, sang suami berusaha untuk menganggapnya bukan sesuatu yang penting. Tapi tetap saja itu penting bagi istrinya.
Kekhawatiran tentang bagaimana ia bisa berbaur dan bergaul dengan keluarga suami. Entah tentang bagaimana ia bisa membuka pembicaraan dan mertua. Bagaimana ia bisa menjadi menyenangkan untuk saudara-saudara suami. Dan memang selama ini tidak ada panduan tentang bagaimana membangun hubungan antara istri dan mertuanya. Dan itu selalu menjadi kekhawatiran tersendiri bagi perempuan yang akan dan baru menikah.
Ada begitu banyak kekhawatiran yang semakin hari semakin bertambah. Dan perempuan yang perasa, membuat kekhawatiran itu kadang tumbuh tak terkendali. Dan tugas laki-laki yang menjadi seorang suaminya nanti sebenarnya sederhana yaitu; jangan menambah kekhawatirannya. Jadilah laki-laki yang baik.
©kurniawangunadi | 10 Februari 2017
Sudah Oktober, kekhawatiran perempuan itu tumbuh semakin subur dikalangan perempuan. Seperti melihat bagaimana perempuan itu saling membandingkan satu sama lain, dalam berkeluarga, dalam kehamilan, dalam proses kelahiran, dalam mengasuh anak, dsb. 
Saat sudah menikah, pahamilah segala sesuatunya dengan ilmu. Jangan mudah khawatir dengan “kata orang”. Perempuan harus bisa belajar abai terhadap kata dari orang lain, sebab setiap perempuan, setiap proses menuju pernikahan, setiap memulai berkeluarga, setiap kehamilan, setiap kelahiran, setiap mendidik anak, masing-masing diberikan anugerahnya. Di berikan tantangannya sendiri-sendiri :)

Dear Nak: Soal Ingin Ibu

Dear Nak,
hari ini Ibu ke toko buku. Dan seperti biasa tentu saja Ibu main-main ke bagian buku anak. Banyak sekali buku-buku hebat yang meyenangkan di sana. Kelak, kamu akan melihat dan membacanya sendiri. Kelak, kamu akan bebas memilih mana yang ingin kamu bawa pulang. Kelak, Ibu akan membacakannya untukmu dan Ibu berharap Ibu sudah lulus ujian sabar ketika itu, sehingga Ibu tidak pernah bsoan kalau kamu meminta Ibu membaca cerita yang sama berkali-kali.

Dear Nak,
untuk beberapa buku, Ibu mulai menabung untukmu. Hahaha, lucu ya Nak, Ibu bahkan belum bertemu denganmu, juga belum tahu kapan kau ada menemani hari-hari Ibu. Tapi Ibu punya cita-cita Nak, sesuatu yang Ibu sangat malu-malu mengatakannya pada siapapun di dunia-entahlah Ibu juga tidak tahu mengapa. Ibu ingin punya perpustakaan anak, kalau dulu Ibu menyebutnya rumah singgah, yang khususnya bisa menjadi tempat belajar dan membaca bagi anak-anak jalanan. Kalau kelak buku-buku itu kamu terima bukan dalam keadaan baru lagi, ikhlas ya Nak. Sesungguhnya kamu sudah belajar berbagi bahkan sebelum kamu ada di dunia ini. Semoga Ibu bisa mewujudkannya segera.

Dear Nak,
tahukah kamu apa hal yang membuat Ibu sedih sampai Ibu ingin berbicara padamu kali ini, di antara rak-rak buku yang menguarkan aroma khas lembaran-lembaran kertas dari penerbit itu? Ibu punya mimpi, yang belum tercapai hingga hari ini. Ibu ingin sekali menjadi penulis buku anak. Ibu tahu sih Ibu masih kurang usaha. Ibu iri sekali pada mereka yang sudah menghasilkan banyak kebermanfaatan lewat buku-bukunya. Ada satu dua Ibu mencoba, tapi belum ada yang tembus ke media-koran, majalah, maupun penerbit. Pergi ke toko buku dan berputar-putar di rak-rak buku anak selalu menyadarkan Ibu soal mimpi itu. Apa Ibu memang mesti sering-sering ke sini ya biar ingat terus? Hehehe. Semoga kelak saat kau lahir Ibu sudah punya cerita-cerita anak itu, ya. Dan semoga Ibu bisa punya karya yang juga bermanfaat untuk anak-anak di seluruh dunia.

Kelak, kalau Ibu sudah punya cerita-cerita untuk dikisahkan atau didongengkan, hal pertama yang paling ingin Ibu ceritakan tentu saja kisah tentang kasih sayang Rabb kita, kisah para Nabi, juga kisah-kisah lain yang Allah ceritakan dalam Al Quran.

Kelak kita buat buku bersama, ya Nak. Sama Ayah juga tentu akan lebih menyenangkan :')



bakda ke TMBookstore
Februari 2018, sengaja ditahan karena sesuatu

Notifikasi

Suatu hari pada suatu masa, saat sedang mengetes push notifikasi, sampai menemukan isu notifikasi yang berat dan bahkan sampai membuat sistem UI hpnya force close (wkwk). Kemudian setelah kodingannya dibenarkan oleh developer dan dikembalikan ke saya, kemudian hendak saya tes lagi, juga setelah PO kembali lebih cepat dari rapat manajerial biasanya.
Saya mendapatan push notifikasi di sebelah ini.
:")
Juga bersamaan dengan sebuah note yang merangkum berbagai potret kebersamaan dengan teman-teman. Yang diakhiri dengan kata-kata yang menyadarkan; 'Dan ketika kamu sedih, Coba lihat kembali satu-persatu halaman ini; lihatlah betapa banyaknya kamu tersenyum'
.
that's so true dan menyadarkan. aku jadi terharu :""

Terima kasih teman-teman! Terima kasih telah menjadi teman sehari-hari saya di masa sekarang. Aku sangat menyenangi perbincangan di tengah-tengah development tim (manapun yang aku ikuti). Terima kasih sudah mengisi hari-hari dengan keramaian perbincangan berfaedah (maupun tidak).
Semoga Allah menjaga kalian dalam jalan yang Ia ridhai dan berkahi :")


-22 April 2018
aku sayang kalian :"))

[Repost]Menemukan

"Kadang kita menemukan sesuatu, di saat kita berhenti mencari."

-komik Lovebirds Story-nya Sweta Kartika
1 Mei 2018, hari libur

Kembali

Menemukan bahwa diri ini akhir-akhir ini jauh sekali dari menulis -sampe kapan Fit ngomong begitu mulu di blog-. Akhir--akhir ini, 2 bulan ke belakang sebenarnya mau tumpah. Tapi kabar buruknya, saya takut sekali menulis dan memilih menghindar. Hari ini saya mau posting banyak tulisan, isi hati maupun repost. Tulisan lama maupun baru. Hampura jika memenuhi linimasa. Silakan diskip saja, saya memang menulis seolah-olah tak ada yang membaca.


libur hari buruh, 1 Mei 2018