Sabtu, 05 Oktober 2019

:")

.
meskipun malam ini rasanya sediiih sekali .
.
.
mohon doanya ya teman-teman semua. Semoga Allah berkahi dan ridhai pernikahan ini. Semoga darinya, lahir kebaikan yang bertambah-tambah untuk semesta.

Jumat, 04 Oktober 2019

Jumat sore lepas ashar, menjelang maghrib.
Serta waktu yang sama pada pekan-pekan yang telah lalu.
.
:")

Banyak sekali yang telah terjadi setelah sekian jumat yang berlalu ini. Persamaannya hanya satu: Allah janjikan waktu ini salah satu waktu mustajabnya doa :")


Kamis, 03 Oktober 2019

Ya Allah, bantu luaskan hati untuk bersabar...
Terasa lagi, sulitnya menyayangi orang yang dibutuhkan banyak orang ketimbang menyayangi orang baik.
Entahlah, mungkin memang menyayangi orang itu susah ya.


Di tengah perasaan campur  aduk, kecewa, dan merasa tidak penting, Aku teringat Nabi, lalu para sahabat Nabi. Gimana ya rasanya dulu para keluarga sahabat, istrinya, anak-anaknya. Kalau ada panggilan jihad, kalau ada panggilan amanah dakwah. Yang mesti segera, yang sulit jika ditunda, yang tak bisa dikalahkan hawa nafsu inginnya manusia. Karena kontribusi untuk ladang dakwah adalah amalan yang tiada batasnya, mahkota kewajiban.

Benarlah kata Kak Big semalam. Kalau beliau bilang, akar dari perasaan bersyukur adalah perasaan tidak pernah memiliki. Mungkin menyayangi orang pun demikian, sekalipun itu keluarga, terdekat sekalipun.



Rabu, 02 Oktober 2019

Hari ini mau belajar menyebut 3 syukur. Tapi aku capek sekali, jadi coba kusebut dulu saja sebelum tidur belum kutulis di sini. Semoga mengurangi dan menekan segala emosi negatif belakangan ini. Aamiin.

Selasa, 01 Oktober 2019

Pagi ini, semestinya janjian dengan teteh jam setengah 7, lalu dilanjut one on one jam setengah 8. Rencana berubah, ternyata teteh tidak jadi, janjian one on one jadi jam 7. Aku telat, one on one tetap berlanjut. Saat one on one aku menangis. Malu tapi...terlanjur sesak rasanya. Di akhir, kak berpesan, katanya hari-hari awal butuh kondisi mental dan iman yang kuat. 
Aku rasanya sudah pasrah, menyerah.
Sejak merasa rendah dan tidak berharga terhadap seseorang untuk kedua kalinya dan telah sampai puncaknya, fluktuasi emosi pada seluruh dinamika, berharap yang tidak perlu pada orang termasuk orang rumah, dan kerjaan menangis saban hari tanpa absen hingga hari ini cuma membuat aku bertanya, apakah aku kuat? Apakah akan baik-baik saja?

Dengan Allah, akan kuat, insyaAllah dear myself...minta yang banyak walau cuma bersitan-bersitan sekilas


Pun siangnya. Retrospective tim sederhana. Tapi aku ga bisa nahan air mata. Betapa kecelakaan kerja ini punya peran yang begitu besar dan signifikan pada kehidupanku. Pengorbanan yang bukan hanya soal tenaga, tapi juga soal waktu dan keluarga. Tapi juga emosi, konflik yang terjadi antara aku dan lainnya yang terpantik oleh pekerjaan, hati yang berusaha kuat dan pada akhirnya mencapai limitnya. Yang kembali membuatku bertanya-tanya. Apakah aku akan kuat? Apakah aku akan selamanya mengalah? Apakah akan baik-baik saja? Apakah hanya aku yang merasa ini tidak imbang? Apakah hanya aku yang merasa berjuang sendirian? Apakah aku hanya kesal dan sedih sendiri tanpa disadari yang lainnya? Apakah aku hanya tokoh figuran yang memang tidak penting sama sekali....?


Aku mencapai rasa takut yang belum pernah kubayangkan sebelumnya. Mencapai rasa insecure yang padahal selama ini aku yakini akan baik-baik saja.... Mencapai perasaan rendah diri dan tidak berharga, karena tanggapan orang yang justru begitu berharga pada kehidupanku. Aku sesak... 



Ya Allah, mampukan untuk.bisa mengemban sebaik-baik peran. Kuatkan, kuatkan...


Hasbunallah wa ni'mal wakil. Ni'mal mawla wa ni'man nashiir.


Sebagai pengingat.


8.40 pagi kemarin-3.56 hari ini