Hari ini 1 Muharram, hari kelahiran Kaisa 2 tahun yang lalu.
Hari yang unpredictable di hari ini karena banyak hal yang terjadi terlalu tiba-tiba.
Hilmy demam 40 derajat pagi sebelum subuh, disusul Kaisa yang awalnya ceria dan happy tapi eh kok tiba-tiba 39,4. Sudah tidak ada rasanya harapan atau keinginan buat take video tugas ataupun mimpi sejak lama liat pertunjukan dongeng Kak Rona yang sangat kuinginkan :") Rasanya kayak, yaudah lempeng aja dah jalanin. Telat nugas yaudah, gabisa datang di acara yang (1) pertunjukan dongeng, dan pendongengnya kak rona, combo mailov, (2) udah bayar reservasi jauh-jauh hari, dan (3) aku dan Hilmy bakal date alias pergi berdua aja yha sebenarnya karena bener-bener dilarang bawa anak usia 15 tahun ke bawah, tapi ini sesuatu yang sangat mahal buat kami bisa pergi berdua :")
Tapi yaudah, malam ini cuma berharap serumah pada sembuh (fyi kita serumah ga cuma ber3 dan ini beneran nyaris ber8 sakit semua) dan ya, semoga Allah ganti yang lebih baik. Entah apa itu. Aamiin.
Menyelesaikan tahun kedua menjadi ibu, perjalanan adaptasi terpanjangku, terbesarku, ter ter apalah entah rasanya ga ada kata yang bisa menggambarkannya. Mulai dari dikit-dikit terharu tiap liat Kaisa yang baru lahir, ayahnya yang gendong dan berusaha menenangkannya, sampai aku yang frustasi, bahkan muncul lintasan untuk bunuh diri.
Tentang aku dan Hilmy yang rupanya setelah ada anak, jadi semakin mengenal lagi (i think semua pasangan juga gitu sih), yang perjalanannya sungguh tidak semuanya mulus. Saling memahami, saling memberi, saling berbagi tugas dan ruang. Bahkan saling mendukung mimpi dan cita-cita setelah ada anak.
Belajar dari manajemen popok, gantian cuci clodi, gimana buang dan nyuci, dsb dsb yang meski belum termenej-menej amat tapi yha semua ada perjalanannya ya. Belajar #gerakcakap, oh iya dulu juga belajar nyusuin, mpasi, dsb dsb termasuk pola asuh, keputusan bersama soal beberapa hal kayak nonton atau makanan. Even tentu saja semua tidak berjalan mulus dan pasti ada perjuangan juga semuanya, termasuk gimana komunikasi sama kakek nenek atau lingkungan. Choose your battle wisely. Semua ada perjuanganya, sekarang atau nanti kita gatau, tapi ya pasti perjuangan sih. Contoh yang ekstrim, disiplin soal jadwal anak makan manis (misal ya) berjuang banget tuh, tapi mungkin ni anak gigi ga keropos, ga obesitas, dsb. Di sisi lain ada yang ga larang-larang lah mau makan apa juga yang manis, tapi kelak ternyata diabetes dini, ada kan kasus kayak gini. Ini bukan contoh di kami sih, sekedar contoh aja.
2 Tahun ini banyak banget ternyata belajarnya ya. (Meski ga nyambung), jadi inget Kaisa telat tengkurep, dibawa ke klinik tumbuh kembang, terapi :") Aku yang harus ke dokter nyaris 4-5 bulan, Kaisa di rumah sama ayahnya yang kerja. Juga ayahnya yang operasi dan pakai tongkat, eh Kaisanya selalu semangat ingetin tongkat ke Ayah.
Sekarang, anaknya udah bisa ngomong panjang yang kayak tadi abis magrib, "Sandal Akung Kaisa pinjam." Ya Allah gemes dengernya. Atau tadi waktu nyamperin aku di kamar, ada ayahnya yang sakit di sana. Dia bilang, "Ayah sakit. Sediiih (agak manyun). Ayah kasian." atau nyanyi abcd tapi pas mau u begini, o p q r s t u, uuu, uuuuu (monyong banget).
Tentang aku yang memutuskan resign, ambil diploma, jalan rezeki lain yang datang lewat Hilmy, Even resign ga terlalu gimana-gimana soal gaji, ya tau sih pemasukan keluarga akan berkurang. Tapi kayak tau juga kalau resign itu cepat atau lambat akan kulakukan. Tentang Kaisa yang kepengen duduk di kursi kerjaku atau Hilmy dan ngomong kalau dia mau duduk. Nanti di kursi sibuk sendiri sama laptop dan bilang, "Kaisa kerja." atau sibuk jadiin lotion bayi sebagai hpnya. Entah inspirasi dari mana itu anak.
Tentang keluar yang diupayakaaaan banget bisa grounding,
(tbc karena bocilnya bangun dan berlanjut malam yang super to handle anak sakit :")