Pagi ini sudah ada niatan mau ngapain, eh lalu batal Karena salep lagi disayang-sayang biar ngendep dulu di kulit, kupilihlah ngerjain hal lain yang ga perlu wudhu lagi semacam muter mmc yang wajib, ke kamar mandi, dan ngejemur pakaian.
Lalu membuka blog ini. Memutuskan menulis instead of ngerjain kerjaan yang juga perlu sudah menjad pilihan saya sejak tadi. Tapi menulis apa? Entahlah. Apakah karena hari ini kamu ulang tahun? Hm, ya, mungkin.
Memasuki usia 27, dengan kondisi emosi yang tidak stabil dan perasaan kepayahan tentu bukan memori yang nyaman untu diingat, dirasakan, dan dijalani. Tapi sungguh mengakuinya pun berat, walau menurutku perlu. Tempaan hidup barangkali belum seberapa, namun terkadang rasanya sudah lelah sekali hidup di dunia.
Tak punya banyak harap rasanya di usia ini. Sebagaimana memasuki ramadhan yang jujur aku sedih dan takut entah mengapa, i have no expectation at all. Ada harapan-harapan kecil tentu saja, yang masih takut bahkan ketika kuniati dalam hati, dan memang belum terwujud hingga hari ini. Ah apakah barangkali, memang belum memantaskan diri.
Rasanya, hanya syukur yang ingin terus kuingat untuk kulakukan setiap hari, lalu kulipatgandakan. Dan juga keluh yang kutekan, lalu kumusnahkan. Tumbuh menjadi ibu memang tak pernah kusangka seberat ini. Tapi semestinya sudah Allah instal kan kebaikan dan fitrah itu? Tinggal menjemputnya dengan persiapan dan praktik yang baik. Tinggal? Ahaha, aku tertawa nyinyir pada diriku sendiri.
Dear Allah, terima kasih sudah memberiku kesempatan sampai hari ini. Kesempatan untuk lebih baik setiap harinya walau tak melulu kupakai begitu. Terima kasih untuk kesempatan untuk menabung amal baik yang semestinya semakin kuresapi dengan baik dan kutuangkan dalam laku. Kesempatan untuk mengasah diri dan memperbanyak pengalaman gagal hingga kelak berhasil jika Allah izinkan.
Dear Allah, aku minta maaf atas segalla keluh, peluh, lelah, dan gundah. Beberapa mungkin manusiawi, tapi mungkin beberapa berlebihan juga. Beberapa lainnya barangkali seolah meragu padaMu, ah, menunjukkan masih banyaknya tambalan hubunganku denganMu yang harus senantiasa kurajut dengan baik.
Dear Allah, rasanya tak bisa berkata-kata lagi. Aku rindu . . .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar