Minggu, 23 Desember 2018

Fatiha dan Ibunya (serta teman-teman pejuang lainnya)

Hari ini ke yayasan kanker. Ngobrol dengan Rangga dan Fatiha. Main dengan Fatiha.

Usia Fatiha 6 tahun. Sudah 1.5 tahun dirawat di sana. Leukimia ALL. Awalnya muntah di sekolahnya di PAUD di Lampung. Ia memakai masker. Tidak terlihat lemas dan sedang sakit.

Kami mengobrol. Fatiha pernah ke monas. Sama ibu, Azzam, dan ayah. Di sana melihat lampu dan layangan. Dia menyebut warna pink. Entah itu warna lampu atau layangan aku tak menangkap. Aku tanya ia mau ke mana lagi. Dia bilang sesuatu. Aku tak dengar. Aku minta dia ulang. Dia ulang dan aku tetap tak menangkap apa yang dia omongkan. Karena tak enak, aku tanya di sana lihat apa. Kelihatannya pertanyaan itu lebih baik.

Aku tanya Fatiha mau apa. Dia bilang menggambar. Syukurlah aku membawa buku dan pulpen. Aku merelakan kertas kosong tanpa baris terkahirku untuk Fatiha. Dia ingin mewarnai tapi aku tak bawa pewarna. Lalu aku kembali tanya, Fatiha mau baca buku? Ia mengangguk.

Kami menghampiri rak buku. Fatiha menunjuk buku biru. Rupanya buku cerita dengan ilustrasi yangbtersusun oleh puzzle. Kami total membongkar pasang dua halaman puzzle di sana. Fatiha terbuka, ia tak ragu bilang butuh bantuan kala membutuhkan.


Lalu ia minta main twister. Semacam karpet warna dan jam putar yang meminta tangan dan kaki meraih warna-warna itu. Setelahnya ia bilang mau mewarnai, tapi usah kertas berpola dikeluarkan dari laci lemari, kebuntuan menemukan alat warna membuatnya shifting ingin main susun puzzle balok kayu.

Aku memberi ruang pada temanku untuk bermain bersama Fatiha, agar ia juga tidak pusing jika dikerubungi banyak orang. Aku mendekati ibu Fatiha dan Rangga. Keduanya dari Sumatera. Fatiha Lampung dan Rangga Batam. Jauh jauh ke Jakarta untuk berobat di Dharmais. Kemoterapi, infus obat yang membuat alergi, ambil sumsum tulang belakang, cek lab yang barangkali sudah puluhan kali, pun dengan perjuangan lain yang tidak bisa saya bayangkan.

"Kita mah udah nggak kepikir sekolah. Liat dia sehat aja udah seneng...."
Sempat terlintas bagaimana anak-anak ini belajar. Belajar sama ibunya? Anak-anak ini juga tidak boleh terlalu lelah secara pikiran.... kelak pasca sembuh, bagaimana anak-anak ini menyesuaokan diri dengan teman-teman sebayanya? Ah, aku tidak bisa membayangkan...

Kalau kondisi stabil, total 5 tahun pengobatan. Ditambah dua tahun pasca pengobatan. Jika dua tahun itu baik-baik saja, maka baru dinyatakan sembuh. Kalau tidak, bisa-bisa mengulang pengobatan dari awal....

Hmm ini agak oot, tapi sudah pukul 23 dan aku memilih istirahat. Postingan ini belum selesai karena aku masih ingin cerita soal
Kerja sama orang tua
Perjuangan orang tuanya
Ayah ibu yang berjuang

Hmmm kok intinya sama ya. Baik, pamit sekedap.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar