Semua orang di kampus ini sepertinya kenal kamu. Mahasiswi tahun
ketiga yang aktif di ranah politik kampus. Seorang kadep di BEM, dan penggiat
aktivis sosial melalui lembaga peduli buruh luar kampus. Kamu menyuarakan suara
kaum kecil. Mengadvokasi mereka. Mengajarkan mereka bagaimana memperjuangkan
hak-haknya.
Sejak di kampus, kamu belajar begitu banyak hal. Kami tahu
itu. Kamu berkembang banyak sekali. Meski titik perubahan itu bermula saat kamu
SMA dulu. Kamu menyebutnya titik balik. Sekarang kamu benar-benar berbeda
dengan masa sekolah dulu. Lihatlah, buku bacaanmu sangat banyak sampai kamu
bingung hendak meletakannya di mana lagi. Pola pikirmu makin meluas. Kamu bukan
tipe orang yang akan dengan menjudge
ini salah dan itu benar. Kamu adalah si ahli analisa, begitu kami menyebutmu. Kamu
memelajari makna golongan kanan dan kiri dengan baik. Tanpa mendiskreditkan
salah satu pihak. Kerudung panjangmu bisa membuat siapa saja nyaman bicara
denganmu. Kamu bisa tertawa bersama mereka, dan juga membahas hal-hal serius. Kadang
kamu membicarakan permasalahan bangsa. Tapi kadang kamu juga berfilosofi bersama
mereka. Bahkan kamu juga berdiskusi masalah filosofi cinta. Itu yang kami
lihat.
Segudang aktivitas tidak membuatmu menjadi orang yang
serius. Kamu menjadi pribadi yang begitu menyenangka di antara kami. Kamu santai,
dan harus kuakui kadang terlalu santai. Tapi pada waktu tertentu kamu bisa jadi
sangat disiplin. Kamu pandai olah vokal, juga bermain gitar. Kamu kadang
menjadi orang yang sangat asal dan urakan. Makanmu banyak. Terlihat sekali kamu
suka pesan menu jumbo saat kita makan bersama di warung mi favoritmu. Kadang kamu
begitu malas mandi. Kamu perempuan, namun sesekali menginap di warnet karena
kamu tidak berani pulang ke rumah. Aku tidak begitu tahu kau beralasan apa pada
ibumu. Yang jelas kala itu pasti rapat-rapatmu begitu panjang dan melelahkan. Mungkin
sampai larut malam. Dan aku yakin tentu kau izin karena ada urusan BEM, sampai
akhirnya ibumu berpikir bahwa kau tentu menginap di kos temanmu yang paling
dekat kampus. Entahah, aku tidak tahu apa yang membuatmu bisa senekat itu.
Kamu tampak begitu tegar dan berpendirian di luar. Semua orang
yang mengenalmu sebagai aktivis BEM kampus pasti tidak akan menyangka bahwa ada
masalah yang kamu sembunyikan. Jauh di sudut hatimu. Jauh dibalik kerianganmu. Jauh
di balik segala tindak urakanmu. Ada sudut hati yang merasa rindu, tapi juga
takut. Pada hal yang hanya kamu sendiri yang tahu. Pada hal yang tidak kamu
ceritakan pada siapa-siapa. Pada hal yang kamu simpan rapi di sudut hati.
Baiklah, kita seumuran. Kadang aku berpikir dan
menerka-nerka apa yang menjadi masalahmu. Karena pada usia kita, masalah yang ada mungkin secara umum sama. Kemudian aku dengan keyakinanku
sendiri menyimpulkan, mungkin perempuan setangguh kamu juga bisa merasakan
masalah orang-orang kebanyakan.
pengalaman pribadikah ini? hmm
BalasHapusfull fiksi de .
Hapusmeski tidak dipungkiri bahwa ini ada true storiesnya yang melatarbelakangi dan mungki mewarnai hampir 4/5 cerita..
Hapus