Sabtu, 04 Oktober 2014

Untuk Perempuan yang Sedang Berada dalam Pelukan




 
Semua orang di kampus ini sepertinya kenal kamu. Mahasiswi tahun ketiga yang aktif di ranah politik kampus. Seorang kadep di BEM, dan penggiat aktivis sosial melalui lembaga peduli buruh luar kampus. Kamu menyuarakan suara kaum kecil. Mengadvokasi mereka. Mengajarkan mereka bagaimana memperjuangkan hak-haknya.

Sejak di kampus, kamu belajar begitu banyak hal. Kami tahu itu. Kamu berkembang banyak sekali. Meski titik perubahan itu bermula saat kamu SMA dulu. Kamu menyebutnya titik balik. Sekarang kamu benar-benar berbeda dengan masa sekolah dulu. Lihatlah, buku bacaanmu sangat banyak sampai kamu bingung hendak meletakannya di mana lagi. Pola pikirmu makin meluas. Kamu bukan tipe orang yang akan dengan menjudge ini salah dan itu benar. Kamu adalah si ahli analisa, begitu kami menyebutmu. Kamu memelajari makna golongan kanan dan kiri dengan baik. Tanpa mendiskreditkan salah satu pihak. Kerudung panjangmu bisa membuat siapa saja nyaman bicara denganmu. Kamu bisa tertawa bersama mereka, dan juga membahas hal-hal serius. Kadang kamu membicarakan permasalahan bangsa. Tapi kadang kamu juga berfilosofi bersama mereka. Bahkan kamu juga berdiskusi masalah filosofi cinta. Itu yang kami lihat.

Segudang aktivitas tidak membuatmu menjadi orang yang serius. Kamu menjadi pribadi yang begitu menyenangka di antara kami. Kamu santai, dan harus kuakui kadang terlalu santai. Tapi pada waktu tertentu kamu bisa jadi sangat disiplin. Kamu pandai olah vokal, juga bermain gitar. Kamu kadang menjadi orang yang sangat asal dan urakan. Makanmu banyak. Terlihat sekali kamu suka pesan menu jumbo saat kita makan bersama di warung mi favoritmu. Kadang kamu begitu malas mandi. Kamu perempuan, namun sesekali menginap di warnet karena kamu tidak berani pulang ke rumah. Aku tidak begitu tahu kau beralasan apa pada ibumu. Yang jelas kala itu pasti rapat-rapatmu begitu panjang dan melelahkan. Mungkin sampai larut malam. Dan aku yakin tentu kau izin karena ada urusan BEM, sampai akhirnya ibumu berpikir bahwa kau tentu menginap di kos temanmu yang paling dekat kampus. Entahah, aku tidak tahu apa yang membuatmu bisa senekat itu.

Kamu tampak begitu tegar dan berpendirian di luar. Semua orang yang mengenalmu sebagai aktivis BEM kampus pasti tidak akan menyangka bahwa ada masalah yang kamu sembunyikan. Jauh di sudut hatimu. Jauh dibalik kerianganmu. Jauh di balik segala tindak urakanmu. Ada sudut hati yang merasa rindu, tapi juga takut. Pada hal yang hanya kamu sendiri yang tahu. Pada hal yang tidak kamu ceritakan pada siapa-siapa. Pada hal yang kamu simpan rapi di sudut hati.

Baiklah, kita seumuran. Kadang aku berpikir dan menerka-nerka apa yang menjadi masalahmu. Karena pada usia kita, masalah yang ada mungkin secara umum sama. Kemudian aku dengan keyakinanku sendiri menyimpulkan, mungkin perempuan setangguh kamu juga bisa merasakan masalah orang-orang kebanyakan.

3 komentar:

  1. Balasan
    1. full fiksi de .

      Hapus
    2. meski tidak dipungkiri bahwa ini ada true storiesnya yang melatarbelakangi dan mungki mewarnai hampir 4/5 cerita..

      Hapus