Jumat, 15 Mei 2015

Jogja Kota Pelajar

Jogja kota pelajar. Ramai karena pelajar. Bukan hanya kampus yang penuh pelajar dari berbagai daerah, sekolah menengah atas pun sama. Bisnis kos-kosan tumbuh di mana-mana. Juga bisnis makanan. Mulai dari sekadar angkringan, jawa banget, lombok banget, china banget, sampai yang italia banget. Mulai dari tahu tempe, jamur jejamur, sampai makanan laut. Jogja kota pelajar, makanya harga makanan disesuaikan-meskipun ada juga yang tidak. Saya pernah beli nasi-ayam 4000-an dan jus 1000-an jaman 2012. Dan saya juga pernah tau temen beli paketan yang isinya bisa nasi, oseng cumi, dan jus, totalnya 10ribuan. Nggak ngerti lagi kadang-kadang.

Jogja kota pelajar. Isinya pelajar. Ramai di jalan raya dengan plat yang berupa huruf depan penunjuk kota asal. Pameran seni dan arsitektur juga ramai oleh pelajar. Seminar-seminar, pelatihan jurnalistik, training pengembangan diri, isinya pelajar. Pasar malam, awul-awul, bagi-bagi makanan gratis, isinya pelajar. Galang dana bakti sosial, konser-konser artis, bagik panitia maupun peserta, dominasinya anak jalanan. Setiap minggu di kampus mesti punya agenda sendiri-sendiri yang diikuti oleh pelajar. Organisasi tanpa batasan usia didominasi oleh pelajar. Semuanya pelajar.

Beakangan libur panjang. Para pelajar pada pulang. Tempat-tempat makan sepi kedatangan. Jalan raya lengang sepanjang mata memandang. Aku dan Tyani dua malam ini sepulang FU upgrading makan di tempat-tempat sepi, padahal biasanya ramai. Para pelajar pulang. Para pelajar pulang.

Jogja, benar-benar penuh oleh pelajar yang berdatangan.

Aku juga pelajar yang memenuhi Jogja-yang ingin pulang.

Perpus Pusat UGM
15 Mei 2015, 19.27

Tidak ada komentar:

Posting Komentar