Mentari,
pagi sesiang ini hujan. Petrichornya tak mampu kuendus dari lantai empat tenpatku duduk di pinggir jendela. Kala aku melongokkan kepala ke jendela, yang ada aku hanya disambut bau debu bingkai jendela.
Hujannya menyejukkan, karena aku menikmati hawa luar jadi lebih sejuk. Sejatinya tidak begitu berdampak padaku karena ruangan besar ini berAC. Tapi aku jadi lebih berani untuk membuka jendela.
Dalam hujan, aku memikirkan kesukaanku pada situasi hujan--karena aku tidak sedang terburu. Aku senang memandangi hujan karena aku berada dalam ruangan yang menghindarkan aku dari basah karenamu. Aku ingat tempo hari ketika aku sedang mengurus kertas-kertas. Malas sekali rasanya lepas pakai mantel dan buka tutup ritsleting tas. Ah, orang-orang yang ada di luar sana barangkali sedikit menggerutu karena adamu sedikit mengganggu.
Ketika menulis awal tulisan ini, aku tetiba tersadar bahwa hujan adalah bonus yang tiba-tiba Allah hadirkan untuk memanjat doa. Maka aku beringsut, mengangkat jemari dari tuts-tuts keyboard dan menggumam doa. Dua doa yang belakangan tercipta, satu doa beberapa tahun belakangan yang akhir-akhir ini aku mulai lalai mengucapannya.
Lalu aku tersenyum.
di sana hujan juga kah?
hujannya mulai reda. semoga tidak hanya aku yang mengaaminkan doanya.
di sini juga hujaan..
BalasHapusMarkisaaaaa :"))) i am surprise know you gave comment here :)
Hapus