Hari-hari ini hujannya awet sekali. Tidak hanya di Jogja. Ternyata Jakarta juga. Kata Fidah, di Bangka juga
Sepagi ini sudah hujan. Kalau saat-saat masih sekolah, shalat jamaah beralih ke living room, apel pagi akan diliburkan, dan berangkat ke sekolah menjadi tantangan tersendiri.
Hujan katanya membangkitkan banyak kenangan. Entah kenapa. Tidak hanya menguarkan bau khas hujan, tapi juga menguarkan hal-hal lama yang memaksa diingat. Membuat memori me-reka kata-kata (galau) mana yang bisa dikeluarkan pada sosial-sosial media. Sampai lupa bahwa hujan adalah waktu mustajab untuk doa.
Maka, daripada yang saya sebut sebelumnya, mari langitkan doa-doa terbaik :")
Rabu, 28 September 2016
Selasa, 27 September 2016
Zahra
Halo Zahra, apa kabar?
Tulisan ini kumulai pada 6 September 2016. Saat aku kangeeen banget sama kamu, kamunya lagi sibuk urusan Brunei dan banyak hal lainnya. Dan setelah kuobok-obok isi hardisk, satu setengah tahun terakhir kedekatan di asrama tidak pernah menelurkan foto kita yang berdua doang, ya. Padahal kita se-tim-sat lebih dari enam bulan. Dilanjut obrolan pas kamu mau nyiapin KKN dan setelahnya. Diskusi di kasur masing-masing sama teteh Ditta pas di kamar pojok nomor empat. Kamu yang suka numpuk buku, minta bangunin, begadang parah, sampai kamu yang sekarang.
Hari ini aku membaca postingan terakhirmu di blog. Maka aku selesaikan tulisan rindu ini untuk memelukmu dari kejauhan. Menyenangkan sekali membayangkan dirimu yang penuh ide dan sangat semangat memulai ide baru. Walau aku tahu ada saja yang bilang bingung sama kamu yang terlalu banyak ide dan urusan, tapi aku tahu, tahuuuu sekali semangatmu untuk perbaikan umat.
Halo Zahra, apa kabar?
Menyenangkan sekali sepertinya kehidupanmu akhir-akhir ini yang penuh gairah. Senang sekali mendengarnya, karena kalau aku melihat kaca, hal-hal itu yang sekarang kabur dari diriku untuk bersemangat memulai hal baru. Maafkan aku yang belakangan tidak menyapa, bahkan aku ragu menuliskan satu patah dua patah kata komentar di blogmu sebulan belakangan. Padahal kamu sendiri yang bilang, kan, kalau aku orang yang sangat senang komen di sana. Aku ikut mendoakan kebaikan untukmu, semoga Allah menguatkan pundakmu mewujudkan segala mimpi untuk perbaikan umat, beserta menemukan parter hidup terbaik untuk membantu bersinergi mewujudkannya.
Saling mendoakan dalam kebaikan ya Zahra.
Peluk jauh Deresan-Imogiri Timur.
untuk Zahratul Iftikar Jadna Masyhida,
di manapun ia berada saat ini.
Kamis, 22 September 2016
Khawatir
Maka barangkali, jika Allah pemilik segala. Jika Allah penentu segala. Lupa kita pun ada maksudnya. Lalai kita ada tujuannya.
Mempercayai Allah sebagai konsekuensi keimanan berarti yakin setelah kesulitan ada kemudahan. Meyakini Allah menilai segala usaha kebaikan, walaupun itu kecil. Yakin seyakin-yakinnya. Setelah usaha panjang, yang jika hasil dunianya tak nampak, semoga Allah ganti sebagai bekal hadapi akhirat.
Karena selama segalanya ada pada koridor syariat, ridha Allah lah sebaik-baik jawabnya.
Senyum itu harus senantiasa terkembang sebagai bentuk upaya tabungan sedekah. Walau akhir-akhir ini, tetiba rasanya jadi berat. Kadang-kadang setelah memupuk semangat, perjumpaan satu dua meruntuhkan dinding pertahanan lawan sifat kekanakan. Kadang-kadang, setelah menabung percaya diri, obrolan kanan kiri patahkan keyakinan. Padahal, kata Nadiyah yang penting kita yakin.
Hari ini, saya menyadari. Saya bukan takut ditinggal karena saya takut pergi sendirian.
Saya takut ditinggal
.
.
.
karena saya takut tidak bisa menyusul....
.
.
.
karena saya takut tidak bisa menyusul....
Masih di Jogja.
Masih bingung besok ikut ke IC dan nikahan eja atau enggak. Padahal sudah beli tiket pp.
Terimakasih : kabar buruknya, dir; kabar bahagianya, lim; teleponnya, fah; obrolannya, cep; optimismenya, kakfin, pertemuannya, dis. Semoga ini semua melahirkan kebaikan.
Siang menuju sore ini, terlalu banyak hal yang terjadi .
Kamis, 15 September 2016
Burger Isi Gado-Gado
Siang ini, ditengah keinginan saya membeli lotek-atau biasa dikenal oleh orang Jabodetabek sebagai gado-gado (karena di Jogja lotek dan gado-gado adalah makanan berbeda) atas keresahan saya terhadap keinginan mengunyah sayur setelah terpapar daging idul adha, saya teringat hal yang pernah saya lakukan dahulu di rumah.
Kala itu siang-siang Ibu saya pulang membawa gado-gado. Lupa jumlah bungkusannya, saya makan bersama adik-adik dari satu bungkusan yang sama. Saya mengapit gado-gado di antara kerupuk lalu bilang ke adik saya, "Burger isi gado-gado!" dengan nada seceria mungkin. Lalu adik saya tertawa riang sekali. Dan kemudian nyaris tiap suapan kami akan mengulang hal yang sama, menyelipkan gado-gado di antara kerupuk seolah-olah kerupuk adalah roti burger dan isi gado-gado sebagai dagingnya. Dan kami bahagia dengan alasan yang kami buat sendiri.
Saya lupa itu kejadian tahun berapa. Tapi kalau tidak salah ingat, saya masih aliyah. Dan adik bungsu saya yang baru lahir di akhir tahun masehi ketika saya kelas 9 hanya memperoleh tiga kemungkinan : umur 1, 2, atau 3. Ah, barangkali itu saat dia tiga tahun. Rasa-rasanya itu usia yang cukup layak kalau mengunyah gado-gado.
Saya mengenang kejadian itu sambil mengingat betapa singkat usia yang saya habiskan bersama adik saya. Sekolah tidak tinggal di rumah. Jarang-jarang pulang. Membuat saya hanya mengalami sebagian kecil perkembangan adik-adik kecil itu. Saya mengenang kejadian itu sambil mengingat betapa saya mau saja berulangkali melakukan hal bodoh menyebut kerupuk-gado-gado-kerupuk sebagai burger agar dia, dan saya juga, tertawa bersama. Saya mengenang kejadian itu sambil mengawang-awang betapa kita harus berpandai-pandai memosisikan diri menghadapi anak-anak(kita kelak)-sesuai usia dan zamannya.
Di tengah perjuangan penghabisan masa studi ini, saya selalu punya keinginan untuk pulang ke rumah setelah selesai segala urusan di Jogja. Sebagaimana cerita-cerita yang saya dan Nadiyah saling tukar, posisi menjadi anak pertama dan punya adik yang masih kecil, menerbitkan keinginan untuk segera selesai dan pulang. berKembali menjadi anak Ummi, kembali menjadi kakak-nya para adik, yang ada dan hadir di rumah. Yang belajar dari proses-proses hidup yang ada di rumah dan ikut terlibat membantu proses-proses itu. Yang menjadi tempat berbagi para adik soal cerita apa yang ada di sekolah. Langsung mendengar dan bukan sekadar via telepon.
"Dek, ini ada reading time di jadwal, bawa buku cerita sendiri apa udah ada di sekolah bukunya?"
"Biasanya sih Fatih baca buku pelajaran Mbak."#tepokjidat
"Ummi, Fatih kayaknya nggak kuat deh puasa arafahnya. Nanti zuhur buka ya? Kalau zuhur buka, dosanya yang diampunin cuma setahun aja ya?"
"Mbak ini ada kuis Bobo Mbak! Fatih udah tau jawabannya. Cepet Mbak, kirim-kirim lewat email Mbak Fitri. Wah nanti Fatih menang. Yang kemarin ngirim juga nanti menang lagi."
"Dek, yang ngirim kan nggak cuma Fatih doang. Ini pesertanya se-Indonesia."
.
.
terus pada kuis yang pertama dia beneran menang *terharu
"Wuuu...keren kan Fatih"-kirim voice note pake hape Ummi. Dapet tas dari Bobo.
.
pas ditelepon saya sama Ummi
"Mi, hadiah dari Bobo udah sampai?"
"Udah Mbak."
"Terus gimana si Fatih? Seneng?"
"Seneng Mbak.. Terus dia bilang, Mi tas di rumah udah banyak, kita kasih yang nggak mampu aja ya nanti." #terharu
"Mbak, Fatih libur sampai Rabu. Kamis masuk potong kambing. Paling nanti makanya sate lagi."
"Kok tau Dek?"
"Kan taun lalu juga gitu, Mbak. Hehe. Kayaknya sih."
"Fatih kenapa nangis?"
"Tadi Fatih naik sepeda, terus ada yang ngatain Fatih sok di jalan."-ngelanjutin nangis.
"Fatih mau sarapan sama bekal apa?"
"Apa ya Mbak...Fatih bingung."-saat itu dia lagi sariawan.
"Mbak...Fatih bingung, Fatih puasa aja deh Mbak..."
"Lah puasa apa Dek emangnya? Kan besok Jumat"-menahan ketawa.
"Puasa hmmm. Puasa Daud nggak boleh ya Mbak sehari aja?"
Kala itu siang-siang Ibu saya pulang membawa gado-gado. Lupa jumlah bungkusannya, saya makan bersama adik-adik dari satu bungkusan yang sama. Saya mengapit gado-gado di antara kerupuk lalu bilang ke adik saya, "Burger isi gado-gado!" dengan nada seceria mungkin. Lalu adik saya tertawa riang sekali. Dan kemudian nyaris tiap suapan kami akan mengulang hal yang sama, menyelipkan gado-gado di antara kerupuk seolah-olah kerupuk adalah roti burger dan isi gado-gado sebagai dagingnya. Dan kami bahagia dengan alasan yang kami buat sendiri.
Saya lupa itu kejadian tahun berapa. Tapi kalau tidak salah ingat, saya masih aliyah. Dan adik bungsu saya yang baru lahir di akhir tahun masehi ketika saya kelas 9 hanya memperoleh tiga kemungkinan : umur 1, 2, atau 3. Ah, barangkali itu saat dia tiga tahun. Rasa-rasanya itu usia yang cukup layak kalau mengunyah gado-gado.
Saya mengenang kejadian itu sambil mengingat betapa singkat usia yang saya habiskan bersama adik saya. Sekolah tidak tinggal di rumah. Jarang-jarang pulang. Membuat saya hanya mengalami sebagian kecil perkembangan adik-adik kecil itu. Saya mengenang kejadian itu sambil mengingat betapa saya mau saja berulangkali melakukan hal bodoh menyebut kerupuk-gado-gado-kerupuk sebagai burger agar dia, dan saya juga, tertawa bersama. Saya mengenang kejadian itu sambil mengawang-awang betapa kita harus berpandai-pandai memosisikan diri menghadapi anak-anak(kita kelak)-sesuai usia dan zamannya.
Di tengah perjuangan penghabisan masa studi ini, saya selalu punya keinginan untuk pulang ke rumah setelah selesai segala urusan di Jogja. Sebagaimana cerita-cerita yang saya dan Nadiyah saling tukar, posisi menjadi anak pertama dan punya adik yang masih kecil, menerbitkan keinginan untuk segera selesai dan pulang. berKembali menjadi anak Ummi, kembali menjadi kakak-nya para adik, yang ada dan hadir di rumah. Yang belajar dari proses-proses hidup yang ada di rumah dan ikut terlibat membantu proses-proses itu. Yang menjadi tempat berbagi para adik soal cerita apa yang ada di sekolah. Langsung mendengar dan bukan sekadar via telepon.
"Dek, ini ada reading time di jadwal, bawa buku cerita sendiri apa udah ada di sekolah bukunya?"
"Biasanya sih Fatih baca buku pelajaran Mbak."#tepokjidat
"Ummi, Fatih kayaknya nggak kuat deh puasa arafahnya. Nanti zuhur buka ya? Kalau zuhur buka, dosanya yang diampunin cuma setahun aja ya?"
"Mbak ini ada kuis Bobo Mbak! Fatih udah tau jawabannya. Cepet Mbak, kirim-kirim lewat email Mbak Fitri. Wah nanti Fatih menang. Yang kemarin ngirim juga nanti menang lagi."
"Dek, yang ngirim kan nggak cuma Fatih doang. Ini pesertanya se-Indonesia."
.
.
terus pada kuis yang pertama dia beneran menang *terharu
"Wuuu...keren kan Fatih"-kirim voice note pake hape Ummi. Dapet tas dari Bobo.
.
pas ditelepon saya sama Ummi
"Mi, hadiah dari Bobo udah sampai?"
"Udah Mbak."
"Terus gimana si Fatih? Seneng?"
"Seneng Mbak.. Terus dia bilang, Mi tas di rumah udah banyak, kita kasih yang nggak mampu aja ya nanti." #terharu
"Mbak, Fatih libur sampai Rabu. Kamis masuk potong kambing. Paling nanti makanya sate lagi."
"Kok tau Dek?"
"Kan taun lalu juga gitu, Mbak. Hehe. Kayaknya sih."
"Fatih kenapa nangis?"
"Tadi Fatih naik sepeda, terus ada yang ngatain Fatih sok di jalan."-ngelanjutin nangis.
"Fatih mau sarapan sama bekal apa?"
"Apa ya Mbak...Fatih bingung."-saat itu dia lagi sariawan.
"Mbak...Fatih bingung, Fatih puasa aja deh Mbak..."
"Lah puasa apa Dek emangnya? Kan besok Jumat"-menahan ketawa.
"Puasa hmmm. Puasa Daud nggak boleh ya Mbak sehari aja?"
Bogor, 11 Januari 2016
Kamis, 08 September 2016
Randompost
"I've several times started learning XUL, but every time got distracted by other problems in life."
ternyata ada juga yang ngomong gini di internet . I know what you feel bang *emangnya abang-abang.
-Kamis 8 Sept 16, 21.52
Lab Mikrobiologi, Gedung Pascasarjana
nemenin ma twins Ibu Direktur Kopma Ufairoh Nurulhayah ngelab
//terus ngasih bukti
mari sudahi pencitraan ini
Selasa, 06 September 2016
#Milad Gradia7or (Mungkin) Part 1
#kangen eh
meskipun abis itu obrolannya :
[5/9 14:58] Dilho Fadhilla Husnul Khotimah: Wkwk jd kyk wishlist
[5/9 14:59] Dilho Fadhilla Husnul Khotimah: *wish lists
[5/9 14:59] Sarah Nur Afifah Shabrina: Paling diantara semua itu yg jadi kenyataan hanya beberapa. Wkwkk.
[5/9 15:00] Sarah Nur Afifah Shabrina: Itu tape ketan coy. Di toko banyak.
[5/9 15:18] Nida' Hajidati Fauziyyah: Bermimpi itu boleh ๐
[5/9 15:21] Faradisa Bintana Aulia: Bermimpi itu gratis
[5/9 15:22] Faradisa Bintana Aulia: Mewujudkannya bayar
sehari sebelum DL pengumpulan skripsi buat bisa wisuda November
semogafebruarikekejaryanak /('_')
Sabtu, 03 September 2016
Yang Penting Sombong
"Gapapa Jelek Yang Penting Sombong. Sombongin dulu, pede-in aja dulu. Kalo diapresiasi kita makin pede. Kalo dikritik kita jadi belajar. Ga akan ada ruginya sama sekali."
-Chandra Liow via iqbalhariadi.com di postingan yang ini
Kamis, 01 September 2016
Ingat
boleh saya ganti sedikit?
seperti hadirmu...di kala senja. jujur dan tanpa, bersandiwara. Teduhnya seperti...hujan di mimpi.
Tapi benar, semesta bicara tanpa bersuara, dan sepi itu indah, percayalah.
sedih adalah ketika saya sedang mentok, saya akan ingat banyak orang, akan ingat kenangan-kenangan, akan ingat janji, akan ingat hadiah dan harapan pemberinya, akan ingat hal-hal yang sedang tidak ada mengelilingi saya, akan ingat betapa kerennya mereka melewat banyak hal dalam hidup mereka.
Tapi, seperti seseorang bilang, kamu bukan mereka.
semoga kita semua tetap saling mendoakan :"
Langganan:
Postingan (Atom)