Pada pantai-pantai Jogja yang jaraknya bisa-dan biasa-ditempuh dengan motor.
Pada penyeberangan Jawa-Sumatera menuju Lampung di kelas 3 Aliyah.
Pada pantai dan lautan di Desa Temajuk yang menyenangkan.
Sebagai introver, bepergian bukanlah keinginan yang benar-benar membuat sesak saking inginnya. Belakangan, saya merasa sangat introver. Ditambah badan yang kurang nyaman secara kesehatan pekan ini membuat saya semakin malas berinteraksi. Malas membahas hal-hal. Malas memikirkan perjalanan. Menjadi tidak excited atas hal-hal yang terjadi di pekan ini.
Tapi tentu saja, saya berusaha untuk terus mengondisikan diri untuk terus bersyukur.
Perasaan-perasaan belakangan ini membuat saya melakukan tes mbti lagi dan hasilnya ternyata introver saya 79%. Hahaha, besar, ya.
Perasaan-perasaan ingin mengambil jarak dan berenang dengan pemikiran sendiri muncul, dengan perasaan tenang bahwa saya tidak sendirian, karena di sekeliling saya ada banyak orang. Hal-hal yang muncul di sekitar menjadi pemicu terkenangnya banyak hal. Kali ini, laut.
Laut mengingatkan saya pada pantai di Desa Temajuk. Pada anak-anaknya. Pada kapal-kapalnya. Pada penyebrangan dengan kapal feri ketima yang dibilang feri adalah kapal perahu kayu yang bisa ditumpangi truk dan mobil (oh itu amazing sodara-sodara!). Pada dermaga camar bulan dan pantai maludin. Pada bebatuan Batu Nenek. Pada saat-saat surut air laut yang menyebabkan kami turun ke bawah dermaga dan mengambil kerang-kerangan atau makhluk hidup kecil yang terindra oleh mata di tepian pantai yang surut. Pada cerita anak-anak angkat pak Jumli yang mereka mah ikut ngelaut malem hari amunisinya jaket aja gak cukup buat jadi amunisi. Pak Jumli-nya santai weh dak pake kaos alias telanjang dada. Dah biasa, ndak akan kedinginan terterpa angin laut :")
Pada Temajuk dan ubur-uburnya yang dimakan. Pada....naskah saya tentang rujak ubur-ubur Temajuk yang tidak lolos seleksi pelatihan menulis cerita anak :"
Laut mengingatkan saya pada Jogja. Betapa banyak pantai di Jogja yang biasa dicapai oleh mahasiswanya hanya dengan motor. Yang ramai dan sepi. Yang pasirnya biasa, sangat hitam, atau putih. Yang ditempuh untuk bermalam maupun untuk apel pagi. Yang menjadi tempat-tempat pelarian memanjakan bagi sebagian orang-yang sudah kadung kepikiran banyak hal maupun kadung impulsif.
Laut mengingatkan saya saat studi kolaboratif ke Lampung 6 tahun silam. Lama sekali, ya itu semua sudah berlalu. Saat kejadian memanjat bukit di suatu pulau, tidak ikut foto angkatan, ramai-ramai berangkat jam 2 pagi, berfoto di atas feri. Foto kelas, divisi, tim, angkatan, fan berbagai foto lainnya. VCD karaoke bus yang membuat guru ikut berdendang. Guru-guru ikut tampil berpensi dengan kisah lama. Pulang dari Lampung dan ketika semua lelah di kelas, teman saya menahan lelahnya karena jadwal khutbah jumat. Waktu berlalu cepat sekali.
Ada banyak hal yang sudah terlewat. Barangkali hari ini pun suatu ketika akan saya tulisakan juga. Tentang laut yang ini. Semoga kearifan dan kebijaksanaan hidup bertambah seiring berjalannya waktu.
Kapal laut-entah apa namanya
12 Januari 2018
08.41
Selamat berjuang di perlajalan-perjalanan baru yaaa
BalasHapusTerima kasih Kak Nisa, Kakak juga ya :)
Hapussemoga Allah memberkahi perjalanan-perjalanan baru yang sedang atau akan kita lewati :")