Rencana hari ini pulang siang, bair bisa mampir ke tempat yang kalau pagi asumsiku akan kena macet di perjalanan. Tapi buyar, amanah pekerjaan ternyata menuntut banyak. Tidak apa.
Tadi pagi aku kena razia. Alhamdulillah berkasku lengkap. Aku jadi inget, pengen deh bisa nyetir mobil. Walau mesti ujian sim dan pake simulator di polres kalo sekarang.
Design challange hari ini berat dan banyak. Menjadi design challangeku terakhir di tim ini.
Kemudian amanah memimpin rapat-yang baru pertama kali kudapat, sudah begitu telat tau, baru tau sore. Membuatku makin berpikir, pr diri ini banyak sekali. Mendapat pertanyaan dari supervisor terkait amanah transfer knowledge yang ukuran porsinya berbeda antara beliau dan saya. Membuatku berpikir, susah sekali ya ternyata menyerahkan yang disayang ke orang atau pihak lain.
Tapi tugasku percaya, kan?
Seperti dulu aku yang berat sekali pisah ruang sama Nusa waktu pindah kamar asrama, begitu juga aku. Rasanya pengen transfer knowledge se-clean dan se-clear mungkin. Semuanya jelas, tidak tertinggal satupun termasuk kata tapi.
Namun masih sulit, banyak yang belum kubuat. Dan ukuran yang berbeda akan membuat porsi waktuku lama dan susah menyelesaikan amanah yang seharusnya kini. Pekan ini, memang semua hal seperti menuntut pagi. Menerima anggota tim baru, rapat yang dadakan diberi tahu untuk jam delapan, panitia acara pagi, diskusi design challange hari ini, dan review meeting esok yang barangkali aku tidak wajib lagi datang, tapi rasanya aku selalu ingin memastikan semua baik-baik saja, setidaknya satu kali review planning ini. Semoga ini bukan bagian tak percaya, ya. Aku, jelas sedari awal sangat percaya sama anak ini. Talenta dan passion yang hebat dan kuat, jiwa developer, manajer, dan detailing yang terangkum jadi satu. Ah, terima kasih Allah :") Aku hanya ingin meninggalkan pembelajaran yang baik, agar kelak bisa lebih baik lagi.
Jadi ingat seoarang adik magang yang dulu, yang PM aku kasih banyak sudut padnang dia gegara-entah apa, cemas kali yak-membaca postingan blogku belakangan ini. Juga temenku yang jadi ikut kepikiran kalo baca blogku terus mikir aku lagi sedih. Ternyata kadang aku menyusahkan banyak orang, ya. Maaf, ya-apalagi kalau kamu juga ikut kepikiran. Maaf, ya, sungguhan.
Sudah Kamis. Pekan lalu aku jatuh dari motor dekat rumah. Ada kucing loncat, padahal sudah tinggal 4-5 rumah lagi sampai. Sudah di jalan rumahku. Membuat tanganku ngilu. Sekarang juga belum sempurna rasanya. Buka gagang pintu kantor yang agak berat kerasa ngilu, putar kunci rumah dan angkat gayung penuh juga begitu.
Juga jadi ingat, sudah hampir sepekan. Duduk menunggu orang datang untuk membuka percakapan. Sampai akhirnya menyerah, bertanya kenapa menyepesialkan waktu menunggu. Lalu pulang duluan saat satu dua orang sudah datang lepas maghrib itu.
Tadi pasca maghrib, aku terpikir. Ternyata bukan keadaan yang harus diubah. Apapun, kalau ingin keadaan diubah, mulai dari diri sendiri. Meskipun responnya kadang atau mulanya pahit. Membuat sebal dan kepikiran, tapi yang bisa dalam kendali kan diri sendiri ya. Ngapain ya cuma dipikir atau dicurhatin atau segala ekspresi perasaan dalam diri yang seperti gak ada ujungnya. Harusnya ndak bergantung sama waktu, meski kadang-kadang waktu menyelesaikan. Tapi, diri sendiri kan ada dalam kendali, kalau kata Krisna, bukan apanya yang ada buat diri, tapi diri ini bisa berbuat apa untuk itu.
Tadi sekitar ashar, baca terjemah Ali Imran ayat delapan
(Mereka berdoa), “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau condongkan hati kami kepada kesesatan setelah Engkau berikan petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi.”Semoga Allah terus jaga, dalam kebaikan. Itu isi pikiranku dari kemarin. Yang kembali mencuat ketika aku membaca terjemah ini.
Semalam temanku minta doa. Tapi dia gabilang mau didoain apa. Kira-kira dia mau didoain apa, ya....
Hari ini K satu tahun. Aku ingat setahun lalu, menjelang kelahiran, seseorang berpesan kepada kawanku yang aku dengar pesannya tentang kelahiran. Lalu orang yang sama juga memberi pesan padaku. Tentang kelahiran juga.
Terus jadi ingin tulis kutipan fiksi
Aku jadi ingat hari itu, senin setelah kumpul keluarga besar. Seseorang, berbaju coklat duduk di sebelahku. Aku tahu hari itu bertambah usianya, namun aku diam saja. Pingin bicara tapi urung. Akhirnya aku tulis sesuatu, bukan tentang ia tentu saja. Topik yang sama di awal tahun. Lalu dia baca dan bertanya, dikira momen yang sama terjadi di hari yang sama. Aku hanya jawab tidak, tanpa dia tahu aku tahu hari itu hari apa.
.
Waktu berlalu.
Lalu aku ingat 11 Januari. 2017, aku jatuh dari motor, usai hujan dan aku mau jilid skripsi. Kupaksakan mampir print sebelum jilid di tempat lain, lalu menyerah saat darah rembes di bawahan. Setahun kemudian, aku jatuh di depan kantor. Padahal sudah mau parkir. Setahun kemudian, air mataku jatuh di perjalanan membaca tulisan.
Semalam hasil talent mapping keluar. Ada porsi warna merah di costing, estimating, dan bookeeping. awalnya aku kira bookeeping itu jagain buku. Ternyata ketiganya berhubungan sama uang. Aku ketawa sendiri, ini efek aku dua tahun lebih di aplikasi pencatatan keuangan apa gimana ya. Eh dulu aku juga pernah si jadi bendahara jaman aliyah, tiga tahun berturut-turut. Walau sebenarnya juga belum pernah beneran rapi dan keproyeksi gitu rencana keuangan yang gimana. Porsi-porsiin uang aja aku masih bingung. Jadi ingat kemarin baca blog kajay tentang ngatur porsi uang keluarga. Kayaknya kalau udah beneran jadi orang dewasa gitu, hal tersebut beneran menantang untuk dilakukan tapi mau gamau harus diterapkan ya. Kan, yang gabisa dilawan adalah waktu. Jadi ingat, habsi ngobrol sama ka citra dan niat hemat semakin kuat, yang bikin aku susah menahan diri itu bukan nahan beli makan (abis ngobrol ama kacita waktu itu bahkan niat banget gamau order-order buat makan siang kalo di kantor lagi ga ada makan siang, bekel terus aja), baju (kupunya baju yang dari aliyah masih kupakai bahkan), atau hal yang berkaitan sama style (bahkan kadang bukan nahan diri sih, emang dasarnya ga tertarik haha-ya kadang tertarik juga meski jarang), tapi yang susah nahan diri beli buku anak, wkwkwk. Duh semoga ga tambah parah, apalagi kalau udah jadi ibu (aamiin). Bikin sendiri aja semoga ya.
Duh bicara buku anak. Jadi ingat amanah yang belum selesai. Ingin ikut lomba ini itu yang belum kerealisasi. Aku kadang bingung, gimana sih atur prioritas yang gak kalah sama kerjaan gitu lho. Kok jadi kayaknya apa-apa dikerjain duluan. Kalau ini bentuk tanggung jawab ke orang lain, tanggung jawab ke diri sendirinya gimana? Ke Allah gimana? Banyak sekali ya rupanya pertanyaan dalam hidup....
Aku kadang suka iri kalau lihat teman yang ngobrol sama orang lain tu nyambung banget, kayak ada aja topik yang bikin mereka sama-sama serius dan bahas seru gitu. Walau ya sebenarnya mungkin ga dibilang iri gimana sih, mungkin pas aja momenya pengen cerita tapi sedang tidak bisa menuangkannya atau gatau sama siapa. Atau ada momen kadang aku jadi merasa tersisih gangerti sendiri apa yang dibahas. Padahal kalau menelusuri hal-hal lalu, aku juga ada kok cerita yang deep gitu sama orang lain.
Hmm, apa lagi ya.
Aku sekarang jadi suka pakai sepatu, entah kenapa. Tapi tadi pagi mau pakai sandal saja dicari malah nggak ketemu. Jadi pakai sepatu lagi. Padahal dulu beli sepatu ini biar ada sepatu kalau ke undangan gara-gara ga punya sepatu proper. Dulu kalo kuliah sih favoritnya sepatu karet 35ribuan warna krem yang minta dijait dulu ke abang sol sepatu biar awet. Kalau rusak minta dijait lagi. Sampe rusak bener, aku akan cari produk yang sama. Hahaha.
Semalam di rumah bertiga saja. Rasanya sepi, tapi ada yang bisa aku syukuri. Aku kayak punya waktu lebih buat cerita sama umi. Biasanya, habis shalat maghrib kalau di rumah, ada aja Umi mesti nyiapin makan abi atau adikadik. Terus kemarin bisa lebih banyak space waktunya. Memang senang ya kalau ada yang mau memberi ruang untuk mendengar. Ada juga sih siangnya cerita-cerita tentang orangtua, kubahas kapan-kapan saja ya.
Omong-omong, jadi orang tua itu hebat sekali, ya.
Akhir-akhir ini lifecycle harian tidak teratur, kenapa ya. Padahal harusnya makin besar, makin dewasa, makin rapi, makin tertata.
Sudahlah, sudah cukup ceritanya.
(Masih di) Kantor, 20.24
updated 20.31
updated 20.31
Tidak ada komentar:
Posting Komentar