Kamis, 15 Oktober 2020

Kaisa Nanti yang Sudah Punya Ingin


 
Senin kemarin, dua kali nangis abis shalat. Dhuha sama ashar apa ya, pas liat Kaisa.
Pas abis Dhuha ingat suatu puisi dari buku yang sedang kubaca. Tentang bagaimana pekerjaan bisa menunggu, sementara penulisnya terlalu sibuk untuk mengamati perkembangan putrinya setiap harinya. Pas abis ashar, karena di tengah sesi pelatihan keluarga kita, mayoritas yang sharing itu orang tua yang anaknya lebih dari satu lah, yang anaknya udah besar, balita, intinya bukan yang bayik bayik kayak Kaisa gini.

Pas itu habis shalat banget. Dan Kaisa bobok di kasur sebelah kanan saya. Di situ aku merasa, wah anakku kelak akan bertumbuh besar. Kelak akan beranjak dewasa. Kelak akan punya keinginan, kelak akan bisa menolak, kelak akan bisa memilih. Bayi yang sekarang masih belum punya ingin yang bisa disampaikan, nanti insya Allah bisa ngoceh macam-macam. Menyampaikan apa yang menjadi keinginanya, menanyakan apa yang menjadi pertanyaannya, menolak apa yang tidak diinginkannya, menerima dan bersenandung riang karena senang dengan apa yang diminta ayah ibunya untuk dilakukan. 

Huhu baper deh rasanya kemarin tuh ampe acara nangis-nangis segala.

Menjadi orang tua dan mengasuh anak yang masih bayi di tahapan awal-awal gini tuh berasaaaa banget. Cuma kalau lagi fase akyak gini jadi terasa hal-hal yah jangan cepet-cepet gedenya atau kayak duh momen dia masih polos dn kayak gini tuh pengen dikekep teruuus karena masih ibunya khawatir belum siap menghadapi fase selanjutnya. Tapi eh, kan ada Allah.

Heuheu, abis solat ini meskipun kelas juga masih jalan, langsung deh brb motoin Kaisa, hihi. Padahal biasanya langsung ke kelas ga mau ketinggalan stu kata pun. 
Manusia, ya :")


Tidak ada komentar:

Posting Komentar