Rupanya 1,5 bulan belum cukup untuk serta merta senantiasa beradaptasi dengan semua ini.Masih kadang nangis,masih suka bingung, masih bertanya-tanya ini itu bagaimana, juga soal mengenal diri yang kok kayak tiada akhir ya, ckckck.
Let's describe this feeling another way
disclaimer: yng saya rasakan hari-hari belakangan ini
- Saya kecewa karena merasa tidak diperhatikan
- Saya sedih karena terganggu saat sesi praktek di kelas online
- Saya bingung dengan apa yang menjadi kebutuhan diri saya
- Saya capek
- Saya pengen nangis
- Saya tidak tahu mau jadi apa saya ke depannya
- Saya bingung dengan masa depan
- Saya kecewa dengan diri saya sendiri
- Saya khawatir disalahkan dalam pengasuhan anak
- Saya takut dan overthinking dengan komentar-komentar terhadap anak saya karena didikan saya
- Saya kesal dengan stigma dan label bahwa pengasuhan seolah-olah tanggung jawab ibu padahal itu tanggung jawab bersama
- Saya takut disalahkan dalam hal semisal mandi, makan, dan tumbuh kembang anak yang hanya menyudutkan saya. Padahal haloooo, pengasuhan itu tanggung jawab bersama kedua orang tuanya
- Saya takut ditinggalkan
- Saya takut anak saya punya kenangan buruk di alam bawah sadarnya karena perlakuan yang tanpa sengaja saya lakukan yang kecilnamun tanpa sadar itu berdampak
- Saya iri dengan suami atas waktu luang yang dimilikinya
- Saya kesal kalau suami main game kelamaan
- Saya malu sama ibu saya, kok hebat banget tulus ikhlasnya, saya pengen bisa kayak gitu
- Saya takut diabaikan
- Saya takut menyampaikan apa yang saya butuhkan meski sudah belajar menyampaikanya terus dan terus
- Saya kesal jika orang yang saya sayang ngobrol dan asik banget lamaaa sama lingkaran temannya dengan volume keras dan ketawa-tawa yang unfaedah dan malam-malam
- Saya kadang merasa tidak nyaman karena sakit pinggang kalo nunduk-nunduk angkat gendong atau pegal di punggung dan pundak
- Saya gemes kalau tau orang-orang berpotensi besar kelamaan main gamenya dan sampai menggeser hal produktif lain. Ditambah, saya lama kelamaan jadi itu dengan waktu luangnya.
Apa yang saya inginkan?
disclaimer: btw, yang saya tulis saya ingin apa bukan berarti ga dapat ya. Ya pengen nulis aja lah
- Saya dipeluk tiap hari
- Saya diperhatikan
- Saya menikmati waktu berharga bersama orang yang saya sayang, dan juga sebaliknya
- Saya bahagia
- Saya ikut kelas tanpa gangguan
- Sesekali dapet popok yang ga ada pupnya biar gampang tinggal dibilas
- Saya mengenal diri saya
- Saya tahu kebutuhan diri saya
- Saya cukup
- Saya dicintai
- Saya diberi hadiah kejutan
- Saya rileks
- Saya tidak overthinking (mau nulis lawannya tapi gatau apa sih lawan overthinking)
- Saya ingin liburan tanpa pikiran kerjaan
- Saya ingin pacaran lagi sama suami haha
- Kami sepasang orang tua yang rajin menimba ilmu mempersiapkan bekal untuk pengasuhan
- Saya bisa tenang dan tidak terburu dalam shalat dan berdoa
- Saya bisa shalat khusyuk
- Saya ingin bisa ngobrol seru
- Saya ditemani
- Saya dihargai dengan cara waktu yang saya gunakan untuk perintilan urusan anak dan rumah tangga ini orang lain yang punya waktu luang gunakan dengan hal bermanfaat atau produktif. Jika tidak membuat sesuatu, bisa dengan belajar, mengaji, membaca buku, atau hal-hal lain yang sungguh sebenarnya ingin saya lakukan namun terhalang hal-hal tadi itu.
Apa yang saya syukuri?
- Alhamdulillah kami sehat sekeluarga
- Alhamdulillah masih bisa makan, masih ada pekerjaan
- Alhamdulillah Kaisa sehat (this so spesific)
- Alhamdulillah keluarga rukun
- Alhamdulillah bisa gantian jagain Kaisa saat mau makan, shalat, ke toilet
- Alhamdulillah masih bisa konek ke internet, bisa cari info, kirim kabar, belajar
- Alhamdulillah masih hari-hari cuti, sekarang latihan manage waktunya
- Alhamdulillah suami wfh, bisa nemenin di sela-sela kerjanya juga
- Alhamdulillah masih terbantu banyak oleh Ummi :"
- Alhamdulillah masih bisa bernaung di rumah orang tua
- Alhamdulillah ada laptop bisa nulis ini
- Alhamdulillah meski rasanya masih patah-patah, belajar terus komunikasi sama Allah
- Alhamdulillah asi lancar
- Alhamdulillah ada mesin cuci, ada bantuan nyetrika belakangan
- Alhamdulillah ada gendongan stretchy wrap
- Alhamdulillah Ayah Kaisa suka bacain buku
- Alhamdulillah gumaman Kaisa makin banyak
- Alhamdulillah ada grup belajar nyusuin, belajar clodi
- Alhamdulillah umi kadang-kadang beliin kue
- Alhamdulillah dikelilingi orang baik
- Alhamdulillah bisa bangun pagi walau masih cari pola agar bisa comeback again bangunnya lebih pagi
- Alhamdulillah Allah kasih kesempatan belajar secara online
- Alhamdulillah Allah kasih waktu nulis ini
- Alhamdulillah Allah titipkan Kaisa pada kami, Allah mudahkan proses persalinannya dan Allah takdirkan ia lahir dengan sehat dan selamat
- Alhamdulillah Ayah baik mau kasih beasiswa buat ibuk
Tadinya mau nulis pagi, sambil minum coklat hangat dan makan roti. Tapi tentu saja tidak bisa nyambi ketiga hal itu. Coklat hanya tersisa sedikit, makan roti butuh tangan dan jadi agak susah ngetik. Qadarullah Allah kasih waktu malam ini. Nulis apa saja tapa rencana. Mengalir begitu aja di teks box kosong blog ini. Berusaha (banget rupanya!) menuliskan lebih banyak syukur daripada meleburkan apa yang dirasakan belakangan ini. Atas ketidaksempurnaan diri, terima kasih. Atas tangis senguk yang hebat semalam tadi, terima kasih. Atas kesal, tidak berdaya, perasaan terbebani yang pernah terasa, terima kasih. Atas kecewa yang pernah ada terima kasih. Atas salah tangkap, terima kasih. Atas ketidakberdayaan diri dan perasaan ingin ngomong tapi segan lalu meledak bum dalam hati, terima kasih. Atas rasa sayang yang besaaaar sekali, terima kasih. Atas capek dan lelah dan kesal, dan iri dan pasrah, terima kasih. Kamu hebat, dear Fitri. Semua berproses dan berjalan. Bismillah, pelan-pelan, bisa ya.
Cerita
365 hari jadi istri.
46 hari jadi ibu.
365 hari jadi istri. Terima kasih Hilmy, sudah membersamai sejauh ini. Sudah bersabar dengan segala drama kehidupanku yang belum selesai sampai sekarang. Tolong bantu aku menyelesaikan dan menguraikannya pelan-pelan ya. Ayo kita belajar jadi lebih baik yuk. Pelan-pelan belajar, ya.
46 hari jadi ibu. Terima kasih Kaisa, sudah mau bersabar atas ibu yang jauh dari sempurna ini. Tentu saja perlu super banyak ilmu membersamaimu pada fase-fase kehidupan berikutnya. Ibu tidak mau menyesal, bantu ibu ya Nak. Mudahkan kami ya Nak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar