Minggu, 07 Agustus 2016

Cinta Karena Allah

"Rasa sayang itu harusnya membuat kamu tidak rela orang yang kamu sayang masuk neraka. Karena sayang itu, peduli sekarang dan nanti."
.
.
.
"Cinta karena Allah adalah ketika kamu mencintai Allah dulu dibandingkan yang lain. Ketika mencintai Allah sudah jauh lebih lama dibandingkan yang lain. Menjadikannya prioritas utama dibandingkan yang lain."
***

Sejujurnya saya cukup tertegun mendengarnya. Terutama yang tentang cinta karena Allah.
mendengar-mencatat-membaca-mengulang-berpikir.

Kadang hal kayak gini Allah datengin tepat pada waktunya.

Bukan soal sayanya (wkwkwk). Belakangan saya dapat cerita baik yang curhat maupun yang ngebantuin prosesnya orang. Ada curahatan temen yang saya salut banget, dihubungin terus sama kakak tingkat. Temen saya lagi berusaha keras menghindar, setelah dulu sempat dekat. Keduanya, uh saya tau banget aktif di mana ekstra kampusnya yang juga erat dengan aktivitas Islam-meski saya gapernah interaksi langsung sama kakaknya, tapi namanya cukup sering saya dengar-mungkin karena temen saya ini sering nyebut nama itu, baik sadar maupun tidak sadar, dalam cerita-ceritanya. Yah seaktivis Islam apa juga belum bisa menjamin bagaimana bersikap. Yatapi, kalo aktivis yang erat ama Islam aja masih bisa kegoda, apalagi yang belum banyak belajar Islam #hiks #ayobelajarislamlebihbanyak

Ada kisah proses, yang saya dengar lewat seorang kakak. Betapa si perempuan, begitu ada yang tertarik, langsung menghubungi orang yang bisa dijadikan perantara untuk membantu. Sebisa mungkin pengen terjaga. Dari ceritanya, prosesnya rumit. Apalagi ada latar belakang budaya si lelaki yang mengharuskan keribetan itu ada-bahkan untuk acc-nya. Tapi kalau jodoh-katanya sih-pasti Allah permudah. Meski tentu, cobaan itu ada.

Juga cerita lain yang sempat saya perhatikan, kisah orang yang saya cermati, juga cerita via LINE yang bisa menghabiskan tiga jam, yang kesemuanya, kadang suka sadar nggak sadar, akan merefleksikan juga pada diri saya sendiri-dan apa yang saya lihat dan saya maknai .

Terus saya denger kata-kata di atas pas kajian di Masjid LPP sebelah XXI. Kajian reramai yang diisi Ust. Felix Siauw, khusus ngomongin cinta, meski sebelumnya ngomongin dulu hijrah Islamnya karena ini berhubungan sama orang yang menjadi pacar beliau sebelum dan bahkan sampai masuk Islam, hingga apa yang terjadi sesudahnya. Di mana sebelum saya kesana, saya ngobrol sama orang, sayanya cerita apa, eh lawan bicara saya entah kenapa ngomongin ikhtilat.

Kadang saya ngerasa mestakung, ginian mah. Selain yang saya omongin soal obrolan temen tentang ikhtilat. Seluruh cerita yang saya dengar dan amati sebelumnya adalah kisah yang saya dengar literally seminggu belakangan. Entah kenapa bisa pas terjadinya sekarang-sekarang ini banget. Juga galau-galau yang soon to be alay di masa depan yang sempat dirasakan akhir-akhir ini, termasuk kebimbangan saya melakukan sesuatu.

Dulu pas saya denger cinta karena Allah, saya hanya berpikir bahwa itu adalah cinta pada seseorang yang (1)kita mencintai dia karena akhlaknya mengingatkan pada Allah dan (2)ia adalah seseorang yang bisa meningkatkan cinta kita juga ke Allah.

Barangkali itu bisa benar. Tapi terus saya merasa makin kaya dan sempurna pahamnya ketika dengar pengertian ini :
Cinta karena Allah adalah ketika kamu mencintai Allah dulu dibandingkan yang lain. Ketika mencintai Allah sudah jauh lebih lama dibandingkan yang lain. Menjadikannya prioritas utama dibandingkan yang lain.

Cinta karena Allah adalah cinta yang kamu mencintai Allah dulu.
Artinya segala yang kamu lakukan, kamu timbang-timbang dengan matang : itu diridhain Allah nggak ya? Segala ah-nggak-papa, ah-kan-gini-doang, yaelah-ama-yang-lain-juga-gitu-kali itu apa emang udah verified diridhai Allah? #terusmenghelanafaspanjang. Perlakuan yang sama ke banyak orang aja belum tentu Allah ridha. Pada akhirnya emang hal ini menuntut kita buat tau dan mau gak mau harus belajar lagi soal apa aja yang boleh dan engga, dalam segala lini kehidupan.

Cinta karena Allah adalah cinta yang kamu sudah lebih lama mencintai Allah dibandingkan yang lain.
Jadi, sepanjang sejarah hidup kita ini, apakah kita sudah lebih lama cinta sama Allah? Iya gitu? Atuh pede banget. Seberapa banyak kemudian alokasi waktu yang terbuang untuk berinteraksi, mengingat, mengkepo, dan lain sebagainya kalau dibandingkan sama ibadah (dalam artian luas, ya-termasuk menjalankan amanah, menuntut ilmu, dst.).

Cinta karena Allah adalah ketika kamu sudah memprioritaskan Allah.
Yakinkah sudah bisa memprioritaskan Allah dengan usaha maksimal? Seberapa sering nggak menyegerakan shalat? Seberapa sering menolerir diri sendiri dan berpikir dua kali dalam melakukan amal kebaikan?

Itu susah? Jelas. Soalnya ngelawan nafsu. Soalnya ngelawan tren. Soalnya ngelawan kenyamanan. Soalnya ngelawan naluri, karena kecenderungan pada lawan jenis itu fitrah. Tapi Allah punya aturan tuh. Tugas kita sebagai orang yang yakin sama Allah dan Islam, ya ngejalanin aturannya.
.
Soalnya butuh tekad keras buat bisa konsisten.
Soalnya butuh membiasakan.
Soalnya butuh melawan kebiasaan sebelumnya :".
Soalnya, seperti kalimat pertamanya : Rasa sayang itu harusnya membuat kamu tidak rela orang yang kamu sayang masuk neraka. Karena sayang itu, peduli sekarang dan nanti.

*yang masih banyak belajar. mohon ingatkan kalau saya lalai.
duh, ini mah tamparan juga kok buat saya.
kalimat-kalimat tadi btw menjawab kebingungan atas keinginan plus minus beberapa hari sekitaran hari ini euy.
.
semuanya, biar melangit saja :")
karena yang mencintai Allah, akan saling mencintai dengan standar yang sama, yang akan mengembalikan dan memasrahkan seluruhnya padaNya.

Dari Anas radhiyallahu ’anhu , Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda:
“Tiga perkara yang membuat seseorang akan mendapatkan manisnya iman yaitu: Allah dan Rasul-Nya lebih dicintainya dari selain keduanya; mencintai saudaranya hanya karena Allah; dan benci kembali pada kekufuran sebagaimana benci dilemparkan dalam api.”(HR Bukhari dan Muslim)

4 komentar:

  1. waah baru buka blog fitri setelah sekian lama. ciee ganti template :) terang sekali jadinya :"

    Kalo udah ngomongin cinta nggak ada habisnya ya fit. Pun cinta karena Allah, definisinya per orang bisa jadi beda.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tyaniiiii ><
      Alhamdulillah hehe. Eh kumaha maksudnya teraang? Kan yg dulu juga putih warnanya

      Iya gak ada habisnya ya ty kayanya. Hehehe. Kalo dfinisi cinta karena Allahnya Tyani gimana emang?

      Hapus
  2. Ku sarankan, baca pokok pemikirannya jalaludin rumi dan robiatul adawiyah. Keduanya membahas tentang mahabah kepada Allah.

    Mulai mendalami tasawuf kah kamu sehingga berpikir tuk menjadi sufi? Haha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bahkan aku sama sekali gak kepikiran soal tasawuf loh pas nulis ini.cuma menuliskan apa yg aku dapet


      Punya saran bacaan trsebut fath?

      Hapus