Hari-hari ini, jujur adalah menerima bahwa menjadi ibu itu memang gak mudah.
Hari-hari ini, lapang adalah menerima bahwa kalau memang diri ini masih jauh dari orang lain, maka cukupkan, berhenti membandingkan.
It was a heavy things, when doing writing is about know what happen in ma self. Aften talking many words to my husband before maghrib.
Dear diri, terima kasih sudah mau lelah ya. Beradaptasi dengan seluruh hal baru yang belum kamu kenal sepanjang 25 tahun sebelumnya.
Dear diri, terima dulu ya. Kalau kamu belum se power ibu-ibu lainnya, atau teman-temanmu yang sudah lebih dulu jadi ibu. Kita belajar lagi dulu, ya. Satu-satu, pelan-pelan. Perlahan.
Membayangkan ibuk ku dulu berkutat dengan 4 anak, mengulang rutinitas yang itu itu saja sambil mengisi kehidupan dengan banyak hal bermanfaatan lain semasa kami piyik-piyik dahulu kala. Menentang bosan sembari mengiyakan lelah, namun tak pasrah untuk terus menghadapinya. Betapa luar biasa :"
Pun begitu juga dengan ibunya suami, 4 kelahiran, 5 anak. Sekali waktu menghadapi anak kembar. Dua bayi di waktu yang sama. Betapa luar biasa :"
Setiap kelahiran pasti punya cerita. Ya Allah, kuatkan hamba. Cukupi hamba. Mampukan hamba. Semoga sabar dan syukur selalu mengisi hari-hari kami. Aamiin. Terima kasih ya Allah.
Ahad yang sudah jadi Senin. Malam Ahad kemarin, Kaisa lebih rewel, dan aku lebih baper sama banyak hal sampai kirim banyak pesan ke suami. Terima kasih sudah melewatinya, Fitri. Terima kasih sudah banyak membantu, Ayah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar