Tidak ada yang pernah bilang pada saya bagaimana beratnya awal mula menjadi ibu. Sebenarnya satu sisi bagus, karena itu tidak terlalu membuat saya begitu takut. Sisi lain jujur, mental saya tidak siap rupanya menjalani fase baru begitu saya menjadi ibu. Saya kaget. Saya merasa lelah: fisik maupun mental. Badan saya capek, pikiran saya merasa tidak kuat menjalani semua fase baru ini, sambil bertanya-tanya atau semacama meragukan diri sendiri: hebat banget sih si X bisa nggak berat waktu menjadi ibu. Ini bukan asumsi loh, aku pernah nanya sendiri ke dia.
Waktu itu saya memang sedang letih dan memasuki adaptasi menjadi ibu baru. Usia anak saya masih hitungan hari dan saya dihadapkan dengan bangun tengah malam, ganti popok yang sering, dan banyak pikiran soal saya harus mulai belajar dari mana, ya?
Saya memulai komunikasi dengan suami dan ibu. Satu sisi saya takut merepotkan mereka, tapi satu sisi saya butuh bantuan mereka. Tentu saja di sisi lain saya merasa tidak enakan menyampaikan isi hati saya pada mereka. Tapi biar bagaimanapun saya merasa itu yang bisa saya lakukan. Kadang saya kadung menangis duluan, kadang merasa kesal duluan, dan jadi menyalahkan diri sendiri soal kenapa gak bilang sejak awal agar segala kemungkinan buruk bisa diantisipasi.
Tapi begitulah, perjalanan menjadi ibu baru saja saya mulai. Dan demikian pula rupanya pembelajaran seumur hidup dan pengasuhan dimulai. Saya mau coba untuk bisa senantiasa mengomunikasikan hal-hal yang pelru diantisipasi sejak awal, seperti bilang ketika saya ada kegiatan belajar online misalnya. Atau sesederhana saya mau makan atau cuci popok sebentar saat saya harus meninggalkan bayi dan saya tau suami masih WFH-sewaktu-waktu tidak bisa langsung pegang bayi apalagi ketika rapat, tapi setidaknya ia bisa langsung beri tahu saya, dan saya tidak dihantui perasaan merasa bersalah karena meninggalkan bayi dan 'seolah-olah' menyerahkan bayi pada suami dan mengganggu pekerjaannya, atau saya jadi merasa kesal karena suami masih bekerja sementara tau-tau saya mendapati bayi menangis, padahal itu karena kesalahan saya yang nggak bilang kalau saya nitip bayi dulu.
Bismillah, selamat menjalani perjalanan baru, Fitri :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar